Anda di halaman 1dari 115

ILMU KESEHATAN ANAK 2

GASTROENTEROHEPATOLOGI
Diare
Diare Cair Akut

• BAB lembek atau cair/berupa air saja, frekuensi > 3X atau


lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan < 14 hari 20%-80% anak di
dunia  rotavirus
• Pada 0-2 bulan dengan ASI ekslusif,frekuensi BAB bisa
mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja yang lunak, sering
berbiji-biji, dan berbau asam

Disentri
WHO
• Diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah terlihat
secara kasat mata  Terbanyak Shigella
ETIOLOGI DIARE
• Infeksi intestinal (virus, bakteri, parasit )
Infeksi • Infeksi ekstra intestinal (OMA, ISK, pneumonia)

• Antibiotik
Obat-obatan • Obat-obatan lain

• Cow's milk protein allergy(CMPA)


Alergi Makanan • Alergi protein kedelai; - Alergi makanan multipel

• Defisiensi enzim sukrase/isomaltase


Kelainan proses cerna • Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)

Defisiensi vitamin • Defisiensi niasin

Tertelan logam berat • Cobalt

Keganasan • Ca Colon, leukimia


Ya Klasifikasikan diare
Klasifikasikan diare berdasarkan derajat dehidrasi

berdasarkan durasi dan


bercak darah
Anamnesa Diare dehidrasi
berat
Diare dehidrasi
ringan / sednang
Diare tanpa
dehidras
• Durasi ?
• Darah dalam tinja ?

Tidak sadar Rewel


Diare akut

Tidak ada tanda-tanda berat atau


Klasifikasikan diare
Pemeriksaan (< 14 hari)

Keadaan umum Haus, Minum

ringan/sedang
Malas minum
Lahap

Gejala
Keinginan
minum Diare persisten
(> 14 hari) Mata sangat
Mata Cekung
cekung
Mata

Turgor Disentri Turgor sangat Turgor


lambat Lambat
( ada darah)
Diare Persisten vs Diare Kronik

Diare persisten
• diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang Malnutris
HIV
berlangsung selama 14 hari i berat

Intoleran
si
Diare kronik Laktosa

• diare dengan atau tanpa disertai darah yang


berlangsung selama 14 hari atau lebih yang bukan
disebabkan oleh infeksi Diare
Persisten
EDUKASI
5 Lintas Tatalaksana Kembali segera jika
• Demam
• Tinja berdarah
1. Rehidrasi
• Muntah berulang
• Tanpa dehidrasi  rencana terapi A
• Makan atau minum sedikit
• Dengan dehidrasi tak berat  rencana terapi B
• Anak sangat haus
• Dengan dehidrasi berat  rencana terapi C
• Diare makin sering
2. Dukungan Nutrisi
• Belum membaik dalam 3 hari
• Tetap diteruskan sesuai umur anak  menu
sama pada anak sehat Golongan Quinolon seperti Ciprofloxacin dengan
• ASI tetap diteruskan  frekuensi lebih sering dosis 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
dari biasanya selama 5 hari
3. Suplementasi Zinc (10 – 14 hari)
• Dosis zinc < 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari Sefalosporin generasi ketiga seperti Sefiksim 5
• > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari mg/kgBB/hari per oral
4. Antibiotik Selektif (diare berdarah (disentri) dan
kolera)
• Efek pemberian antibiotik irrasional :
5. Edukasi
• Memperpanjang lamanya diare
– Mengganggu keseimbangan flora usus
– Clostridium difficile tumbuh
• Mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik
RENCANA TERAPI A
DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Rehidrasi Pemberian Zinc


 Gunakan cairan rumah tangga yang
dianjurkan, seperti oralit, makanan yang Pemberian Nutrisi
cair (seperti sup, air tajin) dan kalau Teruskan ASI
tidak ada air matang gunakan larutan Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang biasa diberikan.
oralit untuk anak, seperti dijelaskan Untuk anak kurang dan 6 bulan atau belum mendapat makanan padat,
dalam kotak di bawah (Catatan: jika anak dapat diberikan susu.
berusia kurang dari 6 bulan dan belum Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:
Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-
makan makanan padat lebih baik diberi
kacangan, sayur, daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau 2
oralit dan air matang daripada makanan senclok the minyak sayur tiap porsi.
cair). Berikan sari buah atau pisang halus untuk menambahkan
 Berikan larutan ini sebanyak anak mau, kalium.
berikan jumlah larutan oralit seperti di Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk
bawah. makanan dengan balk.
 Teruskan pemberian larutan ini hingga Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali
diare berhenti. sehari.
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
RENCANA TERAPI A
DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI Pemberian Oralit
KETENTUAN PEMBERIAN ORALIT FORMULA BARU:
Edukasi  Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
 Larutkan 1 bungkus orallt formula baru dalam 1 liter air matang,
BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN
untuk persediaan 24 jam.
BILA ANAK TIDAK MEMBAIK DALAM 3 HARI  Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ATAU MENDERITA SEBAGAI BERIKUT : ketentuan sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering  Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun: berikan 50 sampai 100 ml
Muntah terus menerus tiap kali buang air besar.
Rasa haus yang nyata  Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih: berikan 100 sampai 200 ml
Makan atau minum sedikit tiap kali buang air besar.
Demam  Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa,
maka sisa larutan itu harus dibuang.
Tinja berdarah
TUNJUKKAN KEPADA IBU CARA MEMBERIKAN ORALIT
 Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2
Formula oralit baru yang berasal dari WHO tahun.
dengan komposisi sebagai berikut:  Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua.
Natrium : 75 mmol/L  Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan
Klorida : 65 mmol/L lebih lama (misalnya satusendok tiap 2-3 menit).
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L  Bila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk
Kalium : 20 mmol/L memberikan cairan lain sepertidijelaskan dalam cara pertama atau
Sitrat : 10 mmol/L kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan
Total Osmolaritas : 245 mmol/L oralit.
RENCANA TERAPI B
PENDERITA DIARE DENGAN DEHIDRASI TAK BERAT
Pada dehidrasi tak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan Cairan Oralit  75 cc x BB
pemantauan yang  Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. (3 jam pertama)
Jika anak minta minum lagi, berikan. Umur Lebih dari 4 4 – 12 bulan 12 bulan – 2 2 – 5 tahun
Tunjukkan kepada orang tua bagaimana bulan tahun
cara memberikan rehidrasi oral Berat badan < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
o Berikan minum sedikit demi
Dalam ml 200 – 400 400 -700 700 - 900 900 - 1400
sedikit
o Jika anak muntah, tunggu 10
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
menit lalu lanjutkan kembali
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam
rehidrasi oral pelan-pelan
terapi 3 jam di rumah.
o Lanjutkan ASI kapanpun anak o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti
meminta dijelaskan dalam Rencana Terapi A.
Setelah 4 jam : o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk
o Nilai ulang derajat dehidrasi mengobati anak di rumah
anak Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya
o Tentukan tatalaksana yang Beri tablet zinc
tepat untuk melanjutkan terapi Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
o Mulai beri makan anak di Kapan anak harus dibawa harus kembali kepada
klinik petugas kesehatan
Cairan  RL atau NaCl 0,9%

RENCANA TERAPI C
PENDERITA DIARE DENGAN
DEHIDRASI BERAT
SOAL NO. 1
Seorang bayi perempuan usia 1 tahun, dibawa ke RS dengan keluhan diare cair
sejak 1 hari yang lalu. Bayi terlihat pucat dan dehidrasi, namun tidak ada
kesakitan. Pada feses tidak ada lendir maupun darah. Pemeriksaan feses
ditemukan adanya bakteri gram negatif dan pada kultur darah Mac Conkey
didapatkan koloni bundar, halus, dan fermentasi laktosa. Penyebab
mikroorganisme tersebut adalah .....
A. Enteropathogenic E. Coli ( EPEC )
B. Enterotoxin E. Coli ( ETEC )
C. Enterohemorrhagic E. Coli ( EHEC )
D. Enteroinvasive E. Coli ( EIEC )
E. Enteroaggregative E. Coli ( EAEC )
SOAL NO. 2
Pasien anak perempuan berusia 10 bulan datang dibawa kedua orangtuanya ke RS
dengan keluhan BAB cair sering dengan frekuensi sekitar 10-15 kali sehari sejak 4
hari yll. Tinja tidak disertai darah maupun lendir. Anak juga alami muntah dengan
frekuensi sekitar 3-4 kali sehari. Saat ini anak mengonsumsi susu formula karena
dikatakan ibu ASI sedikit sejak usia 3 bulan. Pada pemeriksaan langsung anak tampak
letargi, HR 130 kali, ubun-ubun besar teraba cekung, terdapat mata cekung, air mata
tidak keluar, turgor lambat, mulut kering. Terapi apakah berdasarkan WHO yang
sesuai direncanakan untuk pasien pada kasus diatas?
A. Memberikan rehidrasi dengan oralit di pojok oralit 75ml/kgBB
B. Memberikan rehidrasi dengan oralit di pojok oralit 100ml/kgBB
C. Memberikan rehidrasi melalui i.v line 30ml/kgBB dalam 30 menit pertama
D. Memberikan rehidrasi melalui i.v line 30ml/kgBB dalam 1 jam pertama
E. Dipulangkan, banyak minum di rumah
SOAL NO. 3
Seorang Pasien anak usia 3 tahun berat badan 14kg datang ke UGD dibawa
ibunya dengan keluhan diare >10x/hari sejak 2 hari ini. Pasien tampak lemas
sulit dibangunkan, tidak mau minum. Dari pemeriksaan didapatkan ubun-ubun
sangat cekung, mata cowong, turgor kulit menurun. Tatalaksana yang tepat ?
A. Cairan kristaloid 420 ml dalam ½ jam + 980 ml dalam 2,5 jam berikutnya
B. Cairan kristaloid 420 ml dalam 1 jam + 980 ml dalam 5 jam berikutnya
C. Cairan kristaloid diguyur dalam 3 jam
D. Cairan kristaloid 420 ml dalam 1 jam
E. ORS 1050 ml
SOAL NO. 4
Anak laki-laki berusia 7 bulan dikeluhkan oleh ibunya sejak 1 bulan menderita
diare yang tak kunjung sembuh. Feses tidak disertai lender dan darah. Diare
mulai ketika anak mendapatkan makanan pendamping ASI dan susu formula.
Feses bersifat asam dan reaksi benedict (+). Penyebab diare yang paling
mungkin adalah...
A. Virus
B. Shigella
C. Salmonella
D. Intoleransi laktosa
E. Keganasan
SOAL NO. 5
Anak usia 15 tahun datang dibawa ke IGD karena BAB cair >10x/hari disertai
darah sejak 1 hari yang lalu, tinja tidak dirasakan berbau. Anak juga
mengeluhkan perut terasa nyeri dan demam tinggi. Anak juga mual serta
muntah. Pemeriksaan fisik anak masih mau minum, turgor melambat, mata
cekung. Pada pemeriksaan analisis feses ditemukan bakteri gram negative kecil
non motil, tidak ditemukan trofozoit parasite. Obat apa yang tepat diberikan
padapasien kasus diatas?
A.Ampicilin
B.Cefixime
C.Metronidazol
D.Amoksisilin
E.Kotrimoksazol
Soal No. 6
Pasien anak perempuan berusia 10 bulan dating dibawa kedua orangtuanya ke RS dengan
keluhan BAB cair sering dengan frekuensi sekitar 10-15 kali sehari sejak 4 hari yll. Tinja tidak
disertai darah maupun lendir. Anak juga alami muntah dengan frekuensi sekitar 3-4 kali
sehari. Saat ini anak mengonsumsi susu formula karena dikatakan ibu ASI sedikit sejak usia 3
bulan. Pada pemeriksaan langsung anak tampak letargi, HR 130 kali, ubun-ubun besar teraba
cekung,terdapat mata cekung, air mata tidak keluar, turgorlambat, mulut kering. Terapi
apakah berdasarkan WHO yang sesuai direncanakan untuk pasien pada kasus diatas?
A.Rencana terapi A
B.Rencana terapi B
C.Rencana terapi C
D.Pemberian kaolin pektin
E.Pemberian antibiotik
Ikterus Neonatorum
Tidak terkonjugasi:Bil I Terkonjugasi:BIL II
• Bilirubin indirek • Bilirubin direk
• Tidak larut dalam air • Larut dalam air
• Berikatan dengan albumin • Tidak larut dalam lemak
untuk transport
• Tidak toksik untuk otak
• Komponen bebas larut
• Pruritus : karena garam
dalam lemak
empedu ikut ke vasa
• Komponen bebas bersifat sistemik ke kulit  gatal
toksik
untuk otak (KERN IKTERUS)
karena lipofiliktembus BBB
Mekanisme Pembentukan Bilirubin
Mengapa bayi mengalami ikterus pada
minggu pertama kehidupan?
• Meningkatnya produksi bilirubin
– Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
– Penurunan umur sel darah merah
• Penurunan ekskresi bilirubin
– Penurunan uptake dalam hati
– Penurunan konyugasi oleh hati
– Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik

Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu


Faktor Risiko Ikterus Neonatorum
• BBLR
• Penyakit hemolysis karena inkompatibilitas
golongan darah ABO, Rhesus
• Asfiksia atau asidosis,
• Hipoksia, trauma serebral
• Infeksi sistemik (sepsis neonatorum)
Penyebab Ikterus
Ikterus Non Fisiologis
• Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
• Tingkat cutoff indirect TOO EARLY
> 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
> 15 mg/dl pada bayi prematur TOO HIGH
• Ikterus bertahan
> 14 hari pada bayi cukup bulan TOO LONG
> 21 hari pada bayi prematur
• Direct bilirubin >20% or >1,5 mg/dL
• Kramer 5
• Tanda-tanda penyakit lain
Kremer Staging
Guideline for Intensive Phototherapy
Guideline for Exchange Transfusion
Tatalaksana Ikterus
Terapi sinar Transfusi Tukar
Usia Bayi sehat Faktor Risiko* Bayi sehat Faktor Risiko*

mg/dL  mol/L mg/dL mol/L mg/dL  mol/L mg/dL mol/L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 20 340 17 290 30 510 20 340


dst

* (American Academy of Pediatrics, Subcommittee on hyperbilirubinemia, Management of


hyperbil in NB, 2004)
Jaundice pada Bayi yang mendapatkan ASI
• Bayi yang diberi minum lebih awal atau lebih sering
mempunyai insiden lebih rendah untuk terjadinya ikterus
fisiologis.
• Pada bayi yang diberi minum ASI cenderung memiliki kadar
bilirubin yg lebih tinggi dalam serumnya, disbanding bayi yang
dberikan susu formula.
Berhubungan
Early Onset
dengan breast
Jaundice
Bayi yang feeding
mendapat ASI
Late Onset Berhubungan
Jaundice dengan ASI
Breastfeeding failure jaundice vs Breast milk jaundice
Diagnosis Timing Pathophysiology Clinical features

Breastfeeding First week of life Lactation failure • Suboptimal


failure jaundice resulting in: breastfeeding
• Decreased at bilirubin • Signs of
elimination dehydration
• Increased
enterohepatic
circulation

Breast milk Starts at age 3-5 High levels og beta • Adequate


jaundice days, peaks at 2 glucoronidase in breastfeeding
weeks breastmilk deconjugate • Normal
intestinal bilirubin & examination
increase enterohepatic
circulation
Inkompatibilitas Rhesus
Tatalaksana
Inkompatibilitas ABO
• Bayi dengan golongan darah A dan B dengan
golongan darah ibu O
• Orang dengan golongan darah A dan B memiliki
anti-A dan anti-B isoantibodi yang merupakan
IgM (tidak melewati sawar darah plasenta)
• Individu dengan golongan darah O,
isoantibodinya merupakan IgG. Antibodi tersebut
bisa melewati sawar darah plasenta dan
menyebabkan hemolysis.
Diagnosis
The diagnosis based on history and laboratory findings:
• The typical diagnostic findings : jaundice, pallor (anemia),
hepatosplenomegaly, and fetal hydrops in severe cases.
• The jaundice typically manifests at birth or in the first 24 hours
• Blood tests done on the newborn baby
– Biochemistry tests for jaundice
– Peripheral blood morphology shows increased reticulocytes. Erythroblasts (also
known as nucleated red blood cells) occur in moderate and severe disease.
– Positive direct Coombs test (might be negative after fetal interuterine blood
transfusion)
• Blood tests done on the mother
– Positive indirect Coombs test
• Serological diagnostic :
– Golongan ABO
– Rh
– Other blood group antibodies (Kidd, Lewis, Duffy, MN, P and others)
TATALAKSANA
• Pada neonates dengan hyperbilirubinemia akibat HDN,
monitoring serum bilirubin, hidrasi, fototerapi adalah
tatalaksana utama.
• Apabila tidak respon terhadap tatalaksana diatas maka dapat
dilakukan transfusi tukar atau IVIG.
• Transfusi tukar direkomendasikan untuk terapi anemia berat
dan hiperbilirunemia berat.
Triangular Cord Sign
SOAL NO. 7
Seorang bayi usia 3 hari dibawa ibunya karena kuning pada kepala, leher dan
dada sejak 1 hari yang lalu. BAB berwarna coklat dan urin berwarna kuning
jernih. ASI ibunya hanya keluar sedikit sedikit. Bayi tampak aktif. Pemeriksaan
fisik HR 110x/mnt, RR 40x/mnt, suhu 36.9C. Pemeriksaan penunjang bilirubin
total 8mg/dl. Tatalaksana yang diberikan…
a. Foto terapi
b. Tingkatkan frekuensi pemberian ASI
c. Hentikan pemberian ASI sementara. Dilanjutkan lagi saat kuning berkurang
d. Transfusi tukar
e. Pemberian suplementasi vit A 50.000 IU
Soal No. 8
Bayi baru lahir usia 12 jam di ruang perinatology dikeluhkan kuning. Riwayat lahir normal
pervaginam, usia cukup bulan, AS 7-9. Tidak ada keluhan demam atau keluhan lainnya.
Riwayat ibu golongan darah O Rhesus (+), ayah B Rhesus (+) dan bayi B Rhesus (+). Bayi aktif,
sclera ikterik, ikterik pada wajah hingga dada, tanda vital dan pemeriksaan lain dalam batas
normal. Apakah diagnosis bayi tersebut?
a. Inkompatibilitas Rhesus
b. Inkompatibilitas ABO
c. Atresia Bilier
d. Breast Feeding Jaundice
e. Kern Ikterik
Soal No. 9
Bayi perempuan berusia 4 hari datang dibawa ibunya ke dokter Puskesmas karena sejak usia 2
hari mulai tampak kuning. Bayi selama ini dapat ASI namun anak lebih sering tidur. Ibu
mengatakan produksi ASI tidak begitu banyak. Pada pemeriksaan fisik anak tonus otot
baik,tampak menangis kuat, tidak ada tanda tanda dehidrasi, ditemukan Kramer III, lain – lain
dalam batas normal. Bilirubin total 16,25 g/dL, bilirubin direk 0,75 g/dL, bilirubin indirek 15,5
g/dL. Apakah diagnosis yang mungkin dialami pasien pada kasus diatas?
A.Atresia bilier
B.Inkompatibilitas Rh
C.Breast milk jaundice
D.Breastfeeding jaundice
E. Defisiensi G6PD
Soal No. 10
Seorang ibu membawa bayi laki – lakinya berusia 6 minggu ke RS karena tampak kuning. Anak
kuning sejak 2 minggu yang lalu. Tinja warna dempul atau putih pucat selama 2 minggu
terakhir terus menerus. Bayi riwayat lahir spontan usia gestasi 39 minggu sebelumnya dengan
berat lahir 3400 gram dan langsung menangis. Awal bayi masih keluar BAB hijau dan berat
badan terus naik. Sempat saat usia 3 hari anak terlihat kuning, namun saat usia 7 hari kuning
mulai hilang sendiri tanpa penanganan khusus. Baru saat usia 4 minggu anak tampak kuning
lagi. Pada laboratorium ditemukan hasil bilirubin total 11 gr%, direk 10,2, indirek 0,8. Apakah
diagnosis yang sesuai pada kasus diatas?
A.Hepatitis neonatus
B.Hepatitis neonatus idiopatik
C.Atresia bilier perinatal
D.Atresia bilier embrional
E. Hepatitis B
SOAL NO. 11
Seorang ibu membawa bayi laki – lakinya berusia 6 minggu ke RS karena tampak kuning. Anak
kuning sejak 2 minggu yang lalu. Tinja warna dempul atau putih pucat selama 2 minggu terakhir
terus menerus. Bayi riwayat lahir spontan usia gestasi 39 minggu sebelumnya dengan berat lahir
3400 gram dan langsung menangis. Awal bayi masih keluar BAB hijau dan berat badan terus naik.
Sempat saat usia 3 hari anak terlihat kuning, namun saat usia 7 hari kuning mulai hilang sendiri
tanpa penanganan khusus. Baru saat usia 4 minggu anak tampak kuning lagi. Pada laboratorium
ditemukan hasil bilirubin total 11 gr%, direk 10,2, indirek 0,8. Kriteria kuning patologis adalah?
A. Ikterus timbul lebih dari 24 jam pertama setelah lahir
B. Kenaikan bilirubin <5 mg/dL dalam waktu 24 jam
C. Ikterus menetap pada usia 1 minggu atau lebih
D. Peningkatan bilirubin direk serum > 1 mg/dL bila bilirubin total < 5 mg/dL
E. Kadar bilirubin serum < 12 mg/dL pada bayi cukup bulan
RESPIROLOGI
Hyaline Mebran Disease
• Dikenal juga sebagai Gambaran Radiologi HMD
neonatal respiratory • Ground glass appearance
distress syndrome, lung • Bell shaped thorax
disease of prematurity, atau • Sering ditemukan bilateral
defisiensi surfaktan air bronchograms
• Hiperventilasi jika pasien
• Faktor risiko:
terintubasi
• Maternal diabetes
• Prematuritas
• Asfiksia prenatal
• Multiple gestations
Meconium Aspiration Syndrome
Diagnosis:
• Adanya meconium bercampur dengan ketuban
• Obstruksi jalan napas: gasping, apnoe, sianosis
• Distress napas: takipnue, nafas cuping hidung, retraksi dada, sianosis
• Tanda post-maturitas:
• KMK
• Kuku Panjang, kulit terkelupas
• Pewarnaan kulit kuning – hijau
Tatalaksana Meconium Aspiration Syndrome
• Di ruang persalinan
• Nilai konsistensi meconium
• Bila ketuban bercampur meconium;
• Bugar  perawatan rutin tanpa memandang konsistensi meconium
• Distress  laringoskopi direk dan pengisapan intratrakeal
• Hindari VTP sampai pengisapan trachea selesai
• Sindrom Aspirasi Mekonium;
• Koreksi abnormalitas metabolic
• Pemantauan saturasi oksigen
• Awasi tanda obstruksi nafas
• Awasi hipoksemia:
• Cek AGD
• Terapi oksigen
• Ventilasi mekanik
• PaCO2 > 60 mmHg atau PaO2 < 50 mmHg
Gambaran Radiologi
Transient Tachypneu of Newborn
• Respiratory disorder seen shortly after delivery in full-term or late preterm
babies
• Transient tachypnea of the newborn (TTN) is a self-limited disease
• Transient tachypnea is more likely to occur in babies who were:
1. Born before 38 weeks gestation
2. Delivered by C-section, especially if labor has not already started
3. Born to a mother with diabetes
• Newborns with transient tachypnea have breathing problems soon after
birth, most often within 1 - 2 hours.
• Symptoms include:
1. Bluish skin color (cyanosis)
2. Rapid breathing, which may occur with noises such as grunting
3. Flaring nostrils or movements between the ribs or breastbone known
as retractions
• Sesak nafas pada bayi
• Tanpa retensi CO2 (normal tekanan CO2 pada pemeriksaan AGD)
• Faktor risiko  SC ELEKTIF
• Pada persalinan normal, pasase bayi melewati pelvis ibu yang
sempit akan memeras cairan keluar dari paru-paru
• Transient  gejala membaik maksimal dalam 72 jam

Diagnosis Banding
Gambaran Radiologis
• Edema interstisial
• Peningkatan corakan
vaskuler di hilus
• Kadang ditemukan
cairan di fisura
interlobar, efusi
pleura
• X-foto thorax
menjadi normal
dalam 48 jam
Soal No. 12
Seorang bayi usia 1 hari dibawa ibu nya ke IGD RS karena sesak napas. Riwayat
anak lahir 1 hari sebelum masuk RS, usia kehamilan saat itu 28 minggu, lahir
secara pervaginam di bidan, ketuban jernih. Pada pemeriksaan frekuensi nadi
120x/m, 68x/m, Tax 36OC, didapatkan sianosis, pernapasan cuping hidung
sianosis, retraksi subkosta dan pemeriksaan jantung dalam batas normal.
Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini ?
a. Pneumonia
b. Aspirasi mekonium
c. Bronkhiolitis
d. Penyakit membran hialin
e. Transient Tachypneu syndrome
Soal No. 13
Seorang bayi perempuan lahir pada usia gestasi 38 minggu secara SC. Bayi jenis kelamin
perempuan dengan berat badan lahir 3.800 gram. Setelah 4 jam pasca kelahiran, bayi tampak
sesak dengan RR 70x/min, terdapat napas cuping hidung, dan retraksi subcostal. Gambaran
radiologi yang mungkin pada pasien adalah…
a. Kavitas dengan air-fluid level
b. Ground-glass appearance
c. Atelektasis disertai area emfisematous
d. Fisura paru yang prominen disertai hiperinflasi
e. Ellis-daimoseau appearance
Soal No. 14
Bayi laki laki berusia 12 jam di rujuk ke Rumah Sakit oleh bidan karena tampak merintih sejak
4 jam SMRS. Bayi lahir spontan pervaginam, ditolong bidan, dari ibu G2P1A0 usia gestasi 40
minggu. Saat lahir ketuban kehijauan (mekoneum pada ketuban), tubuh bayi terdapat
meconium staining. Dari pemeriksaan fisik tampak bayi terdapat sianosis pada mulut dan jari
tangan serta kaki, terdapat warna kehijauan pada tali pusat. Bayi tampak sesak, terdapat
pernafasan cuping hidung dan retraksi interkosta, RR 81x/menit, HR 180 bpm. Apakah
diagnosis yang mungkin dari kondisi pasien diatas?
A.Pneumonia
B.Respiratory distress syndrome
C.Sindroma aspirasi mekonium
D.Asfiksia neonatorum
E. Transient takipnea of the newborn
BATUK
DURASI USIA

REKUREN KRONIK NEONATUS 1-5 tahun > 5 tahun

TR- Post Viral


≥6x/tahun > 2 minggu ASMA
laringomalacia Infection

Alergi TB Rinosinusitis

Penumonia
GERD Bronkiektasis
Atipikal

Infeksi
PERTUSIS PERTUSIS
Respirasi
SPECIFIC COUGH

ASMA PERTUSIS
Wheezing (+), episodik, Whopping (+), riwayat
nocturnal, reversibel imunisasi tidak lengkap (DPT)

TB ATIPICAL PNEUMONIA
Demam (+), M.tuberculosis Usia sekolah, walking
(+), stunting pneumonia

RHINOSINUSITIS
GERD
Post Nasal Drip/PND (+),
Muntah (+), gagal tumbuh
hidung tersumbat (+)

LR-TRACHEOMALACIA
OSAS  ngorok, riw.alergi (+)
Stridor (+), gagal tumbuh
CLD, etc
(+)
TB pada anak
Petunjuk Teknis Tatalaksana TB Anak
• Penegakan diagnosis TB anak didasarkan 4 hal :
– Konfirmasi bakteriologis TB
– Gejala klinis yang khas TB
– Adanya bukti infeksi TB(tuberculin atau kontak TB)
– Foto thorax sugestif TB

• Sistem skoring:
– Telah digunakan untuk diagnosis TB anak
– Bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan tuberculin dan foto
thoraks, maka skoring ini akan tidak dapat terpenuhi
seluruh komponennya
– Sehingga dibuat alur diagnostik berdasarkan klinis dan
pemeriksaan bakteriologis
Sistem Skoring
MANTOUX TEST
Tatacara:
• 0,1 ml intrakutan di bagian
volar lengan bawah.
• Pembacaan 48-72 jam
setelah penyuntikan

Cara pembacaan indurasi:


 0 - 5 mm : negatif
 5 - 9 mm : meragukan
 ≥ 10 mm : positif

Bila Negatif:
o Tidak ada infeksi TB
o Masa inkubasi
o Anergi
Pengobatan TB anak
Terapi
• Fase Intensif :
Kombinasi 3-5 OAT
selama 2 bulan awal (2
RHZ)
• Fase Lanjutan :
Kombinasi 2 OAT
selama 4 bulan (4 RH)
Profilaksis TB pada Anak

Umur HIV Hasil pemeriksaan Tata laksana


Balita +/- ILTB PP INH
Balita +/- Terpajan PP INH
>5 tahun + ILTB PP INH
>5 tahun + Terpajan PP INH
>5 tahun - ILTB Observasi
>5 tahun - Terpajan observasi
Profilaksis TB pada anak
Profilaksis primer Profilaksis sekunder
Untuk mencegah tertular/infeksi pada kelompok Untuk mencegah terjadinya sakit TB pada
yang mengalami kontak erat dengan pasien TB kelompok yang telah terinfeksi TB tapi
dewasa dengan uji BTA positif (kontak +) belum sakit TB (infeksi +)

Dosis obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 3 Dosis obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari
bulan selama 6-12 bulan
Jika setelah 3 bulan hasil negative dan tidak ada
kontak  profilaksis dihentikan

Jika terjadi konversi tuberculin menjadi positif


 tentukan hanya terinfeksi atau sakit TB
Jika hanya terinfeksi  lanjutkan profilaksis
sekunder
Jika sakit TB  OBATI SESUAI REGIMEN TB
KETERANGAN :
• Infeksi Laten TB (ILTB)
• Obat yang diberikan adalah INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB (7-15
mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
• Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan
terhadap adanya gejala TB. Jika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke 3, ke 4,
ke 5 atau ke 6, maka harus segera dievaluasi terhadap sakit TB dan jika
terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar ke regimen terapi TB anak
dimulai dari awal
• Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala TB selama 6
bulan pemberian), maka rejimen isoniazid profilaksis dapat dihentikan.
• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberikan BCG
setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai.
Pneumonia
• Tanda utama menurut WHO: fast breathing & lower chest indrawing
• Signs and symptoms :
– Non respiratory: fever, headache, fatigue, anorexia, lethargy, vomiting and
diarrhea, abdominal pain
– Respiratory: cough, chest pain, tachypnea , grunting, nasal flaring, subcostal
retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)

Batas RR anak dikatakan


takipneu

Usia RR (kali/menit)
<2 bulan 60
2-12 bulan 50
1-5 tahun 40
AGE COMMON ETIOLOGIES (as in order) LESS COMMON ETIOLOGIES
2 to 24 RSV Streptococcus Mycoplasma pneumoniae
months Human metapneumovirus pneumoniae Haemophilus influenzae (type B
Parainfluenza viruses Chlamydia and nontypable)
Influenza A and B trachomatis Chlamydophila pneumoniae
Rhinovirus
Adenovirus
Enterovirus

2 to 5 years Respiratory syncytial virus S. pneumoniae Staphylococcus aureus (including


Human metapneumovirus M. pneumoniae methicillin-resistant S. aureus)
Parainfluenza viruses H. influenzae (B and Group A streptococcus
Influenza A and B nontypable)
Rhinovirus C. pneumoniae
Adenovirus
Enterovirus
Older than 5 Rhinovirus M. pneumoniae H. influenzae (B and nontypable)
years Adenovirus C. pneumoniae S. aureus (including methicillin-
Influenza A andB S. pneumoniae resistant S. aureus)
Group A streptococcus
Respiratory syncytial virus
Parainfluenza viruses
Human metapneumovirus
Enterovirus
Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia DEMAM + batuk dan kesulitan Kotrimoksasol 2x4mg TMP/kgBB(3
Ringan bernafas, dapat ditemui nafas cepat hari)

ATAU
Amoksisilin 2x25mg/kgBB (3 hari)
 bisa rawat jalan
Pneumonia DEMAM + batuk dan kesulitan Ampisilin/amoksisilin 4x25-50
Berat bernafas, + minimal satu dari: mg/kgBB/kali IV atau IM DAN
• Kepala terangguk-angguk + Kloramfenikol 3x25mg/kgBB IM
• Pernafasan cuping hidung atau IV
• Retraksi subkostal ATAU
• Tidak dapat menyusu, atau + Gentamisin 1x7,5mg/kgBB IM
memuntahkan semuanya ATAU
• Kejang, letargis. Atau tidak Seftriakson 1x80-100 mg/kgBB IM
sadar atau IV
• Sianosis  rawat inap
• Distress nafas berat
• Foto dada menunjukkan
gambaran pneumonia
(infiltrat luas, konsolidasi,
dll)
Kriteria Rawat Inap
Bayi Anak
• Saturasi Oksigen ≤ 92% Saturasi oksigen ≤ 92%
• Sianosis Sianosis
• RR > 60x/menit Distress pernapasan,
• Distress pernapasan, grunting
apnea intermitten, atau Terdapat tanda dehidrasi
grunting Keluarga tidak bisa
• Tidak mau merawat dirumah
minum/menetek
• Keluarga tidak bisa
merawat di rumah
Gambaran Radiologis
Penyakit Gambaran radiologi khas
Asthma Diafragma mendatar, hiperinflasi
Bronkiolitis Hiperekspansi, infiltrat, peribronkial thickening

Bronkopneumonia Pneumonia Lobaris


Soal No. 15
Seorang laki-laki 55 tahun batuk berdahak disertai darah selama 2 bulan. Pasien
mengalami demam kurang lebih dua bulan, berkeringat di malam hari dan
penurunan berat badan signifikan. Pasien diperiksakan ke Puskesmas.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, nadi 90x/mnt, RR 22x/menit, Suhu 37.8
C. Pemeriksaan paru didapatkan ronkhi pada apeks paru kanan. Pemeriksaan
Dahak SP (+/+). Saat ini pasien tinggal dengan istri (50 th) dan cucunya (4 th).
Cucu pasien tidak ada keluhan. Uji tuberculin didapatkan hasil negative.
Tatalaksanan apa yang diberikan untuk cucu pasien…
a. Pemeriksaan foto thorax
b. 2RHZE + 4RH
c. 2RHZ+ 4RH
d. INH 10mg/kgBB/hari
e. Observasi
SOAL NO 16
Anak usia 10 tahun datang dengan ibunya ke puskesmas untuk
konsultasi kesehatan. Ibunya BTA (+) dan sedang menjalani
pengobatan TB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi anak
baik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Tindakan yang
tepat?
a. INH 5 mg/kgBB selama 3 bulan
b. INH 10 mg/kgBB selama 6 bulan
c. Rifampisin 10 mg/kgBB selama 6 bulan
d. Vit. B selama 6 bulan
e. Tidak perlu profilaksis, observasi
Soal No. 17
Pasien anak perempuan berusia 2 tahun datang ke IGD RS dibawa orangtuanya karena
tampak sesak napas memberat sejak 3 hari terakhir. Anak sebelumnya juga alami demam,
disertai batuk dan pilek. Pada pemeriksaan fisik anak tampak kompos mentis, RR 60x/menit,
terdapat nafas cuping hidung, retraksi iga(+), penggunaan otot bantu napas substernal (+).
Suhu 39 derajat. Pada pemeriksaan darah tampak adanya leukositosis dan hitung jenis kesan
shift to the left. Pemeriksaan radiologis tampak adanya bercak infiltrate di kedua lapang paru.
Apakah diagnosis kasus tersebut yang sesuai?
A.Bronkopneumonia
B.Tuberculosis paru
C.Asma Bronkial
D.Bronkitis Akut
E. Bronkiolitis
Soal No. 18
An. Ilham, usia 11 tahun diantar ayahnya ke poliklinik umum dengan keluhan demam sejak
3 minggu yang lalu yang tidak terlalu tinggi dan waktu yang tidak jelas. Keluhan ini disertai
batuk sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan nafsu makan. Ayah pasien mengkonsumsi
obat TB dengan riwayat BTA +/+. Dari pemeriksaan fisik didapatkan BB 40 kg, TTV dalam
batas normal, pemeriksaan uji tuberculin didapatkan induransi dan kemerahan >15mm,
pada lengan kanan didapatkan bekas scar BCG. Hasil laboratorium HB 10,6 mg/dl leukosit
12000/ul trombosit 235000, LED 45 mm/jam. Foto thorak didapatkan sugestif TB paru.
Regimen OAT apa yang diberikan ke pasien tersebut ?
A. 6RHZ
B. 9RHZ
C. 4R4HZ
D. 2RHZ 4RH
E. 2RHZ 7RH
Asma
Merupakan penyakit saluan respirasi dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hipereaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk,
wheezing, sesak nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang reversible, cenderung
memberat pada malam atau dini hari.
Asthma pattern (GINA)
Klasifikasi Serangan Asma
Derajat Kendali Asma
Bronkiolitis
• Infection (inflammation) at
bronchioli
• Bisa disebabkan oleh
beberapa jenis virus, yang
paling sering adalah
respiratory syncytial virus
(RSV)
• Virus lainnya: influenza,
parainfluenza, dan
adenoviruses
• Predominantly < 2 years of age
(2-6 months)
• Difficult to differentiate with
pneumonia and asthma
Bronkiolitis
Anamnesis
• Sering terjadi pada anak < 2 tahun
• Demam
Pemeriksaan Penunjang
• Rhinorrea, nasal discharge, batuk,
• X-foto AP-lateral  air trapping
takipneu, sesak napas, dan
• AGD: hiperkarbia, asidosis
kesulitan makan
metabolic/respiratorik
• Batuk kering dengan mengi
Tatalaksana
Pemeriksaan Fisik
• Oksigen
• Napas cepat
• Bronkodilator (hanya kalau
• Retraksi dinding dada
menghasilkan perbaikan)
• Bentuk dada tampak hiperinflasi
• auskultasi  wheezing
Bronkiolitis
Tatalaksana Bronkiolitis
Walaupun pemakaian nebulisasi
dengan beta2 agonis sampai saat ini
masih kontroversi, tetapi masih bisa
dianjurkan dengan alasan:
• Pada bronkiolitis selain terdapat
proses inflamasi akibat infeksi virus
juga ada bronkospasme dibagian
perifer saluran napas (bronkioli)
• Beta agonis dapat meningkatkan
mukosilier
• Sering tidak mudah membedakan
antara bronkiolitis dengan
serangan pertama asma
• Efek samping nebulasi beta agonis
yang minimal dibandingkan
epinefrin.
Inspiratory stridor
suggests airway
obstruction above
the glottis
Expiratory stridor is
indicative of
obstruction in the
lower trachea

A biphasic stridor
suggests a glottic or
subglottic lesion.
Soal No. 19
Seorang anak peempuan berusia 10 tahun datang ke IGD RS karena mengeluh sesak napas memberat
sejak 1 jam sebelumnya. Anak sedang alami batuk dan pilek. Keluhan tidak disertai demam. Anak
masih dapat berbicara menceritakan keluhannya dalam penggalan kata. Anak pernah alami sesak
hilang timbul berulang dan sempat dikatakan ada asma, namun tidak kontrol rutin. Keluhan serangan
serupa sudah dialami pasien terakhir 2 bulan lalu. Pada pemeriksaan fisik anak tampak gelisah, duduk
bertopang tangan, sianosis (-), HR 120x/menit, RR 44x/menit, retraksi suprasternal dan intercostal (+),
wheezing ekspirasi dan inspirasi. Pasien sudah mendapat inhalasi ß2 agonis 2x dan responsnya parsial.
Apakah diagnosis pasien pada kasus ini?
A.Asma persisten
B.Asma intermiten serangan sedang
C.Asma persisten sedang serangan sedang
D.Asma persisten ringan serangan berat
E.Asma intermitten serangan berat
Soal No. 20
Seorang anak perempuan berusia 7 bulan dating dibawa ke dokter karena tampak sesak napas
sejak 1 hari yang lalu. Anak sebelumnya juga alami batuk dan pilek. Anak alami demam, namun
tidak terlalu tinggi sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik tampak adanya RR 56x/menit,
napas cuping hidung dan retraksi dada. Pada auskultasi paru ditemukan adanya wheezing di
kedua lapang paru. Pada pemeriksaan radiologi tampak adanya paru hiperlusen dan
hiperekspansi ditandai dengan diafragma datar. Apakah diagnose yang paling mungkin untuk
kasus diatas?
A.Bronkopneumonia
B.Bronkiolitis
C.Bronchitis kronis
D.Tuberkulosis paru
E. Asma
Diagnosis Banding Stridor
Diagnosis Gejala
Croup - Batuk Menggonggong
- Low grade fever
- Suara Serak
- Distress pernafasan
Benda Asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Distres Pernafasan
Difteri - Imunisasi DPT tidak ada/tidak lengkap
- Sekret hidung bercampur darah
- Bull neck
- Tenggorokan merah / faringitis
- Membran putih keabuan di faring/tonsil -> pseudomembran
Laryngomalacia The most common cause of chronic stridor, esp in children < 2 y.o.
Laryngomalacia
• Kelainan kongenital dari kartilago
laring  supraglotis jatuh saat
inspirasi  obstruksi
• Penyebab: keterlambatan maturitas
laring
• Dimulai usia 4-6 minggu, memuncak
usia 6-8 bulan, remisi usia 2 tahun
• Gejala dan tanda:
 Stridor inspirasi, terutama saat
telentang atau menangis
 Tidak ada kesulitan makan atau
pertumbuhan
 Laringoskopi: omega-shaped
epiglottis
• Terapi: observasi
Croup
Cause: Most commonly Parainfluenza Virus
Klasifikasi Penanganan
Croup Ringan: • Corticosteroid (Dexamethasone)
-Demam • Edukasi, bila membaik -> rawat jalan
-Suara Serak
-Batuk Menggonggong
-Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah
Croup Sedang: Corticosteroid (Dexamethasone)
-Batuk menggonggong lebih sering Monitor dalam 4 jam
-Stridor terdengar walaupun anak tenang Membaik -> Edukasi, rawat jalan
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup
bawah ke dalam Berat

Croup Berat: - Corticosteroid (Dexamethasone)


-Batuk menggonggong lebih sering - Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000
-Stridor terdengar jelas dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian selama 20 menit, ulangi bila perlu
bawah ke dalam - Oksigenasi
-Anak agitasi dan stressed Antibiotik tidak seharusnya diberikan
Intubasi dan trakeostomi:
Jika terdapat tanda obstruksi saluran
respiratorik seperti tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam yang
berat dan anak gelisah, lakukan
intubasi sedini mungkin.
Croup vs Epiglotitis
Croup Epiglotitis
Prevalensi Sering terjadi Jarang (berkurang dengan vaksin HiB)

Agen Parainfluenza, RSV, enterovirus Haemophillus influenza type B

Usia 3 bulan-3 tahun 3-7 tahun


Pemeriksaan fisik Batuk mengogonggong, stridor Stridor, distress pernapasan, 3D’s: drooling,
dysphagia, dysphonia

Demam < 39C > 39C


Leukosit Normal Meningkat
X-Ray Steeple sign (tracheal narrowing) Thumbprint sugn (swollen epiglottis)

Tatalaksana dexamethasone Intubate/ventilate, antibiotic: cefuroxime


Epiglottitis

Normal Epiglotis : Halloween Sign


Cherry-red sign

Thumb sign
Epiglotitis: Halloween Sign (-)
Epiglottitis

Kondisi Pasien Terapi/Penanganan


Stable (no airway compromise, respiratory difficulty, Broad-spectrum antibiotic. Immediate tx. Should
stridor, or drooling, and who have only mild swelling not wait for the blood and tissue culture result.
on laryngoscopy) More targeted antibiotic. The drug may be changed
later, depending on what's causing the epiglottitis.

Unstable (respiratory distress, airway compromise Jaga patensi jalan nafas:


on examination, stridor, inability to swallow, -Awasi ketat
drooling, sitting erect, and deterioration within 8-12 Jika diperlukan: intubasi/tracheostomy/
hours) cricothyrotomy/percutaneous transtracheal jet
ventilation (PTJV)
Pertussis
• Causa: Bordetella Pertusis
• Batuk Berat lebih dari 2 minggu
• Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat
inspirasi
“whooping cough”
• Perdarahan Subkonjungtiva
• Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi
terhadap pertusis
• Bayi muda mungkin tidak disertai whoop,
tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya
napas atau sianosis, atau napas berhenti
tanpa batuk (apneic spell)
Perjalanan Pertussis
Stadium Kataral
• Gejala minimal dengan/tanpa demam; rinorea; anoreksia, frekuensi
batuk bertambah. Paling infeksius.
Stadium Paroksismal
• Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh pemberian makan (bayi) dan aktivitas;
inspiratory whooping; post-tussive vomiting. Muka merah atau sianosis; mata menonjol;
lidah menjulur; lakrimasi; hipersalivasi; distensi vena leher selama serangan; apatis;
penurunan BB.
Stadium Konvalesens;
• gejala akan berkurang dalam beberapa minggu sampai dengan beberapa bulan; dapay
terjadi petekia pada leher/kepala; perdarahan konjungtiva, dan terdengar crackles difus
Tatalaksana Pertussis
• Suportif umum  terapi oksigen, ventilasi mekanik jika dibutuhkan
• Observasi ketat pada bayi cegah apneu, sianosis, hipoksia
• ISOLASI selama ± 4 weeks (5-7 hari selesai tx AB)
• Terapi AB
• Beri vaksin DPT pada pasien pertussis dan tiap anak dalam keluarga
Usia Eritromisin (DOC) Klaritromisin Azitromisin Alternatif TMP-SMX

1 s.d. 5 s.d.a 15 mg/kg/hari s.d.a Usia>2 bulan: TMP 8


bulan terbagi 2 dosis mg/kgBB/hari; SMX 40
selama 7 hari mg/kgBB/hari terbagi 2
dosis selama 14 hari
> 6 bulan s.d.a (maks 2 s.d.a 10 mg/kgBB dosis s.d.a
g/hari) tunggal pada hari 1
(maks 500 mg);
kemudian 5 mg/KgBB/
hari dosis tunggal pada
hari ke 2-5 (maks 250
mg)
Remaja 2 g/hari 1 g/hari 500 mg dosis tunggal TMP 300mg/hari; SMX
terbagi 4 dosis terbagi 2 dosis pada hari 1, 1.600 mg/hari terbagi 2
selama 24 hari selama 7 hari kemudian 250 mg dosis dosis selama 14 hari
tunggal hari ke 2-5
Soal No. 21
An. Ani, 8 tahun, dibawa oleh ibunya ke dokter dengan keluhan batuk parah
disertai muka memerah dan suara tarikan napas yang kuat sebelum batuk,
retraksi sela iga (+), riwayat imunisasi tidak lengkap. Tatalaksana yang tepat
adalah?
A. Eritromisin 10-20mg/KgBB (14 hari)
B. Eritromisin 20-30mg/KgBB (14 hari)
C. Eritromisin 30-40mg/KgBB (14 hari)
D. Eritromisin 40-50mg/KgBB (14 hari)
E. Eritromisin 50-60mg/KgBB (14 hari)
Soal No. 22
Seorang bayi perempuan berusia 8 bulan dibawa ke rumah sakit karena batuk.
Keluhan disertai demam dan pilek selama 2 hari. Pemeriksaan fisik: RR
50x/menit, nadi 28x/menit, suhu tubuh 38,5˚C, kedua hemithoraks simetris
statis dan dinamis, terdapat retraksi subcostal, perkusi hipersonor, auskultasi
suara vesikular dengan mengi di kedua lapangan paru, terdengar ronkhi halus di
kedua paru. Laboratorium: leukosit 5000/uL, eosinofil 1/Lpb. Apakah diagnosis
yang paling mungkin?
A. Bronkhitis
B. Bronkhiolitis
C. Tuberculosis
D. Asma bronchial
E. Bronchopneumonia
Soal No. 23
Seorang anak perempuan usia 1 tahun 10 bulan dibawa orang tuanya ke IGD RS
karena batuk berat selama 3 minggu ini. Keluhan batuk disertai muntah. Riwayat
imunisasi hanya BCG. Pada pemeriksaan fisik TD 90/60mmHg, Nadi 120x/menit,
RR 60x/menit dan suhu 36OC. Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat
inspirasi. Diagnosisnya adalah ?
a. Pertusis fase katarhal
b. Pertusis fase inisiasi
c. Pertusis fase paroksismal
d. Pertusis fase kovalen
e. Pertusis fase rekovalen
Soal No. 24
An. G, 4 tahun, dibawa ke poliklinik dengan keluhan sesak napas sejak 2 jam
yang lalu. Keluhan disertai nyeri tenggorok, terutama saat menelan. Suara anak
seperti sedang makan makanan panas. Pada pemeriksaan didapatkan HR
110x/menit, RR 28x/menit, suhu 38,5°C. Pada PF teraba limfadenopati servikal
(+). Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambaran thumbprint. Diagnosis
pasien adalah…
A. Epiglotitis
B. Laringitis
C. Croup
D. Pneumonia
E. Faringitis
Soal No. 25
Pasien anak laki laki berusia 2 tahun datang dibawa ke IGD RS karena batuk menggonggong
dialami sejak 1 hari yang lalu. Keluhan juga disertai demam sejak 2 hari terakhir. Dikatakan
anak nafsu makan berkurang dan mulai tampak malas bermain. Pada pemeriksaan fisik anak
tampak compos mentis, terdengar adanya stridor bahkan saat kondisi anak tenang. Pasien
tampak sesak, retraksi dinding dada (+), RR 45x/menit, Suhu 380C, tidak ditemukan adanya
rhonki maupun wheezing. Apa diagnosis yang sesuai pada kondisi pasien diatas?
A. Bronkhitis
B. Bronkiolitis
C. Laringomalasia
D. Croup
E. Pneumonia

Anda mungkin juga menyukai