Anda di halaman 1dari 101

ILMU KESEHATAN ANAK 2

GASTROENTEROHEPATOLOGI
Diare
Diare Cair Akut

• BAB lembek atau cair/berupa air saja, frekuensi > 3X atau


lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan < 14 hari 20%-80% anak di
dunia  rotavirus
• Pada 0-2 bulan dengan ASI ekslusif,frekuensi BAB bisa
mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja yang lunak, sering
berbiji-biji, dan berbau asam

Disentri
WHO
• Diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah terlihat
secara kasat mata  Terbanyak Shigella
ETIOLOGI DIARE
• Infeksi intestinal (virus, bakteri, parasit )
Infeksi • Infeksi ekstra intestinal (OMA, ISK, pneumonia)

• Antibiotik
Obat-obatan • Obat-obatan lain

• Cow's milk protein allergy(CMPA)


Alergi Makanan • Alergi protein kedelai; - Alergi makanan multipel

• Defisiensi enzim sukrase/isomaltase


Kelainan proses cerna • Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)

Defisiensi vitamin • Defisiensi niasin

Tertelan logam berat • Cobalt

Keganasan • Ca Colon, leukimia


Ya Klasifikasikan diare
Klasifikasikan diare berdasarkan derajat dehidrasi

berdasarkan durasi dan


bercak darah
Anamnesa Diare dehidrasi
berat
Diare dehidrasi
ringan / sednang
Diare tanpa
dehidras
• Durasi ?
• Darah dalam tinja ?

Tidak sadar Rewel


Diare akut

Tidak ada tanda-tanda berat atau


Klasifikasikan diare
Pemeriksaan (< 14 hari)

Keadaan umum Haus, Minum

ringan/sedang
Malas minum
Lahap

Gejala
Keinginan
minum Diare persisten
(> 14 hari) Mata sangat
Mata Cekung
cekung
Mata

Turgor Disentri Turgor sangat Turgor


lambat Lambat
( ada darah)
Diare Persisten vs Diare Kronik

Diare persisten
• diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang Malnutris
HIV
berlangsung selama 14 hari i berat

Intoleran
si
Diare kronik Laktosa

• diare dengan atau tanpa disertai darah yang


berlangsung selama 14 hari atau lebih yang bukan
disebabkan oleh infeksi Diare
Persisten
EDUKASI
5 Lintas Tatalaksana Kembali segera jika
• Demam
• Tinja berdarah
1. Rehidrasi
• Muntah berulang
• Tanpa dehidrasi  rencana terapi A
• Makan atau minum sedikit
• Dengan dehidrasi tak berat  rencana terapi B
• Anak sangat haus
• Dengan dehidrasi berat  rencana terapi C
• Diare makin sering
2. Dukungan Nutrisi
• Belum membaik dalam 3 hari
• Tetap diteruskan sesuai umur anak  menu
sama pada anak sehat Golongan Quinolon seperti Ciprofloxacin dengan
• ASI tetap diteruskan  frekuensi lebih sering dosis 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
dari biasanya selama 5 hari
3. Suplementasi Zinc (10 – 14 hari)
• Dosis zinc < 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari Sefalosporin generasi ketiga seperti Sefiksim 5
• > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari mg/kgBB/hari per oral
4. Antibiotik Selektif (diare berdarah (disentri) dan
kolera)
• Efek pemberian antibiotik irrasional :
5. Edukasi
• Memperpanjang lamanya diare
– Mengganggu keseimbangan flora usus
– Clostridium difficile tumbuh
• Mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik
RENCANA TERAPI A
DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Rehidrasi Pemberian Zinc


 Gunakan cairan rumah tangga yang
dianjurkan, seperti oralit, makanan yang Pemberian Nutrisi
cair (seperti sup, air tajin) dan kalau Teruskan ASI
tidak ada air matang gunakan larutan Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang biasa diberikan.
oralit untuk anak, seperti dijelaskan Untuk anak kurang dan 6 bulan atau belum mendapat makanan padat,
dalam kotak di bawah (Catatan: jika anak dapat diberikan susu.
berusia kurang dari 6 bulan dan belum Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:
Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-
makan makanan padat lebih baik diberi
kacangan, sayur, daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau 2
oralit dan air matang daripada makanan senclok the minyak sayur tiap porsi.
cair). Berikan sari buah atau pisang halus untuk menambahkan
 Berikan larutan ini sebanyak anak mau, kalium.
berikan jumlah larutan oralit seperti di Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk
bawah. makanan dengan balk.
 Teruskan pemberian larutan ini hingga Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali
diare berhenti. sehari.
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
RENCANA TERAPI A
DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI Pemberian Oralit
KETENTUAN PEMBERIAN ORALIT FORMULA BARU:
Edukasi  Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
 Larutkan 1 bungkus orallt formula baru dalam 1 liter air matang,
BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN
untuk persediaan 24 jam.
BILA ANAK TIDAK MEMBAIK DALAM 3 HARI  Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ATAU MENDERITA SEBAGAI BERIKUT : ketentuan sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering  Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun: berikan 50 sampai 100 ml
Muntah terus menerus tiap kali buang air besar.
Rasa haus yang nyata  Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih: berikan 100 sampai 200 ml
Makan atau minum sedikit tiap kali buang air besar.
Demam  Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa,
maka sisa larutan itu harus dibuang.
Tinja berdarah
TUNJUKKAN KEPADA IBU CARA MEMBERIKAN ORALIT
 Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2
Formula oralit baru yang berasal dari WHO tahun.
dengan komposisi sebagai berikut:  Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua.
Natrium : 75 mmol/L  Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan
Klorida : 65 mmol/L lebih lama (misalnya satusendok tiap 2-3 menit).
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L  Bila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk
Kalium : 20 mmol/L memberikan cairan lain sepertidijelaskan dalam cara pertama atau
Sitrat : 10 mmol/L kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan
Total Osmolaritas : 245 mmol/L oralit.
RENCANA TERAPI B
PENDERITA DIARE DENGAN DEHIDRASI TAK BERAT
Pada dehidrasi tak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan Cairan Oralit  75 cc x BB
pemantauan yang  Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. (3 jam pertama)
Jika anak minta minum lagi, berikan. Umur Lebih dari 4 4 – 12 bulan 12 bulan – 2 2 – 5 tahun
Tunjukkan kepada orang tua bagaimana bulan tahun
cara memberikan rehidrasi oral Berat badan < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
o Berikan minum sedikit demi
Dalam ml 200 – 400 400 -700 700 - 900 900 - 1400
sedikit
o Jika anak muntah, tunggu 10
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
menit lalu lanjutkan kembali
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam
rehidrasi oral pelan-pelan
terapi 3 jam di rumah.
o Lanjutkan ASI kapanpun anak o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti
meminta dijelaskan dalam Rencana Terapi A.
Setelah 4 jam : o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk
o Nilai ulang derajat dehidrasi mengobati anak di rumah
anak Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya
o Tentukan tatalaksana yang Beri tablet zinc
tepat untuk melanjutkan terapi Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
o Mulai beri makan anak di Kapan anak harus dibawa harus kembali kepada
klinik petugas kesehatan
Cairan  RL atau NaCl 0,9%

RENCANA TERAPI C
PENDERITA DIARE DENGAN
DEHIDRASI BERAT
Contoh Resep Diare Cair Akut
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Duda usia 7 bulan dengan BB 10 kg
dengan Diare Cair Akut tanpa tanda dehidrasi
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Oralit sacchet 200 cc no.IV Catatan :


S 1 dd sacch I cum in aqua 200 cc haust (setiap BAB) • Bila disertai dengan Darah
R/ L-zinc syr 60 mL fl. No. II R/ Cefixime 25 mg
S 1 dd Cth II p.c. Sacch q.s.
m.f. Pulv dtd no. X
S. 0.12h. dd pulv I (dihabiskan)

Pada diare cair akut tanpa tanda dehidrasi,


oralit yang diberikan :
• < 2 tahun  50 – 100 ml setiap kali BAB
• > 2 tahun  100 – 200 ml setiap kali BAB
Pro : An. Duda
Usia : 7 bulan
Ikterus Neonatorum
Tidak terkonjugasi:Bil I Terkonjugasi:BIL II
• Bilirubin indirek • Bilirubin direk
• Tidak larut dalam air • Larut dalam air
• Berikatan dengan albumin • Tidak larut dalam lemak
untuk transport
• Tidak toksik untuk otak
• Komponen bebas larut
• Pruritus : karena garam
dalam lemak
empedu ikut ke vasa
• Komponen bebas bersifat sistemik ke kulit  gatal
toksik
untuk otak (KERN IKTERUS)
karena lipofiliktembus BBB
Mekanisme Pembentukan Bilirubin
Mengapa bayi mengalami ikterus pada
minggu pertama kehidupan?
• Meningkatnya produksi bilirubin
– Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
– Penurunan umur sel darah merah
• Penurunan ekskresi bilirubin
– Penurunan uptake dalam hati
– Penurunan konyugasi oleh hati
– Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik

Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu


Faktor Risiko Ikterus Neonatorum
• BBLR
• Penyakit hemolysis karena inkompatibilitas
golongan darah ABO, Rhesus
• Asfiksia atau asidosis,
• Hipoksia, trauma serebral
• Infeksi sistemik (sepsis neonatorum)
Penyebab Ikterus
Ikterus Non Fisiologis
• Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
• Tingkat cutoff indirect TOO EARLY
> 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
> 15 mg/dl pada bayi prematur TOO HIGH
• Ikterus bertahan
> 14 hari pada bayi cukup bulan TOO LONG
> 21 hari pada bayi prematur
• Direct bilirubin >20% or >1,5 mg/dL
• Kramer 5
• Tanda-tanda penyakit lain
Kremer Staging
Guideline for Intensive Phototherapy
Guideline for Exchange Transfusion
Tatalaksana Ikterus
Terapi sinar Transfusi Tukar
Usia Bayi sehat Faktor Risiko* Bayi sehat Faktor Risiko*

mg/dL  mol/L mg/dL mol/L mg/dL  mol/L mg/dL mol/L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 20 340 17 290 30 510 20 340


dst

* (American Academy of Pediatrics, Subcommittee on hyperbilirubinemia, Management of


hyperbil in NB, 2004)
Jaundice pada Bayi yang mendapatkan ASI
• Bayi yang diberi minum lebih awal atau lebih sering
mempunyai insiden lebih rendah untuk terjadinya ikterus
fisiologis.
• Pada bayi yang diberi minum ASI cenderung memiliki kadar
bilirubin yg lebih tinggi dalam serumnya, disbanding bayi yang
dberikan susu formula.
Berhubungan
Early Onset
dengan breast
Jaundice
Bayi yang feeding
mendapat ASI
Late Onset Berhubungan
Jaundice dengan ASI
Breastfeeding failure jaundice vs Breast milk jaundice
Diagnosis Timing Pathophysiology Clinical features

Breastfeeding First week of life Lactation failure • Suboptimal


failure jaundice resulting in: breastfeeding
• Decreased at bilirubin • Signs of
elimination dehydration
• Increased
enterohepatic
circulation

Breast milk Starts at age 3-5 High levels og beta • Adequate


jaundice days, peaks at 2 glucoronidase in breastfeeding
weeks breastmilk deconjugate • Normal
intestinal bilirubin & examination
increase enterohepatic
circulation
Inkompatibilitas Rhesus
Tatalaksana
Inkompatibilitas ABO
• Bayi dengan golongan darah A dan B dengan
golongan darah ibu O
• Orang dengan golongan darah A dan B memiliki
anti-A dan anti-B isoantibodi yang merupakan
IgM (tidak melewati sawar darah plasenta)
• Individu dengan golongan darah O,
isoantibodinya merupakan IgG. Antibodi tersebut
bisa melewati sawar darah plasenta dan
menyebabkan hemolysis.
Diagnosis
The diagnosis based on history and laboratory findings:
• The typical diagnostic findings : jaundice, pallor (anemia),
hepatosplenomegaly, and fetal hydrops in severe cases.
• The jaundice typically manifests at birth or in the first 24 hours
• Blood tests done on the newborn baby
– Biochemistry tests for jaundice
– Peripheral blood morphology shows increased reticulocytes. Erythroblasts (also
known as nucleated red blood cells) occur in moderate and severe disease.
– Positive direct Coombs test (might be negative after fetal interuterine blood
transfusion)
• Blood tests done on the mother
– Positive indirect Coombs test
• Serological diagnostic :
– Golongan ABO
– Rh
– Other blood group antibodies (Kidd, Lewis, Duffy, MN, P and others)
TATALAKSANA
• Pada neonates dengan hyperbilirubinemia akibat HDN,
monitoring serum bilirubin, hidrasi, fototerapi adalah
tatalaksana utama.
• Apabila tidak respon terhadap tatalaksana diatas maka dapat
dilakukan transfusi tukar atau IVIG.
• Transfusi tukar direkomendasikan untuk terapi anemia berat
dan hiperbilirunemia berat.
Triangular Cord Sign
RESPIROLOGI
Hyaline Mebran Disease
• Dikenal juga sebagai Gambaran Radiologi HMD
neonatal respiratory • Ground glass appearance
distress syndrome, lung • Bell shaped thorax
disease of prematurity, atau • Sering ditemukan bilateral
defisiensi surfaktan air bronchograms
• Hiperventilasi jika pasien
• Faktor risiko:
terintubasi
• Maternal diabetes
• Prematuritas
• Asfiksia prenatal
• Multiple gestations
Meconium Aspiration Syndrome
Diagnosis:
• Adanya meconium bercampur dengan ketuban
• Obstruksi jalan napas: gasping, apnoe, sianosis
• Distress napas: takipnue, nafas cuping hidung, retraksi dada, sianosis
• Tanda post-maturitas:
• KMK
• Kuku Panjang, kulit terkelupas
• Pewarnaan kulit kuning – hijau
Tatalaksana Meconium Aspiration Syndrome
• Di ruang persalinan
• Nilai konsistensi meconium
• Bila ketuban bercampur meconium;
• Bugar  perawatan rutin tanpa memandang konsistensi meconium
• Distress  laringoskopi direk dan pengisapan intratrakeal
• Hindari VTP sampai pengisapan trachea selesai
• Sindrom Aspirasi Mekonium;
• Koreksi abnormalitas metabolic
• Pemantauan saturasi oksigen
• Awasi tanda obstruksi nafas
• Awasi hipoksemia:
• Cek AGD
• Terapi oksigen
• Ventilasi mekanik
• PaCO2 > 60 mmHg atau PaO2 < 50 mmHg
Gambaran Radiologi
Transient Tachypneu of Newborn
• Respiratory disorder seen shortly after delivery in full-term or late preterm
babies
• Transient tachypnea of the newborn (TTN) is a self-limited disease
• Transient tachypnea is more likely to occur in babies who were:
1. Born before 38 weeks gestation
2. Delivered by C-section, especially if labor has not already started
3. Born to a mother with diabetes
• Newborns with transient tachypnea have breathing problems soon after
birth, most often within 1 - 2 hours.
• Symptoms include:
1. Bluish skin color (cyanosis)
2. Rapid breathing, which may occur with noises such as grunting
3. Flaring nostrils or movements between the ribs or breastbone known
as retractions
• Sesak nafas pada bayi
• Tanpa retensi CO2 (normal tekanan CO2 pada pemeriksaan AGD)
• Faktor risiko  SC ELEKTIF
• Pada persalinan normal, pasase bayi melewati pelvis ibu yang
sempit akan memeras cairan keluar dari paru-paru
• Transient  gejala membaik maksimal dalam 72 jam

Diagnosis Banding
Gambaran Radiologis
• Edema interstisial
• Peningkatan corakan
vaskuler di hilus
• Kadang ditemukan
cairan di fisura
interlobar, efusi
pleura
• X-foto thorax
menjadi normal
dalam 48 jam
BATUK
DURASI USIA

REKUREN KRONIK NEONATUS 1-5 tahun > 5 tahun

TR- Post Viral


≥6x/tahun > 2 minggu ASMA
laringomalacia Infection

Alergi TB Rinosinusitis

Penumonia
GERD Bronkiektasis
Atipikal

Infeksi
PERTUSIS PERTUSIS
Respirasi
SPECIFIC COUGH

ASMA PERTUSIS
Wheezing (+), episodik, Whopping (+), riwayat
nocturnal, reversibel imunisasi tidak lengkap (DPT)

TB ATIPICAL PNEUMONIA
Demam (+), M.tuberculosis Usia sekolah, walking
(+), stunting pneumonia

RHINOSINUSITIS
GERD
Post Nasal Drip/PND (+),
Muntah (+), gagal tumbuh
hidung tersumbat (+)

LR-TRACHEOMALACIA
OSAS  ngorok, riw.alergi (+)
Stridor (+), gagal tumbuh
CLD, etc
(+)
TB pada anak
Petunjuk Teknis Tatalaksana TB Anak
• Penegakan diagnosis TB anak didasarkan 4 hal :
– Konfirmasi bakteriologis TB
– Gejala klinis yang khas TB
– Adanya bukti infeksi TB(tuberculin atau kontak TB)
– Foto thorax sugestif TB

• Sistem skoring:
– Telah digunakan untuk diagnosis TB anak
– Bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan tuberculin dan foto
thoraks, maka skoring ini akan tidak dapat terpenuhi
seluruh komponennya
– Sehingga dibuat alur diagnostik berdasarkan klinis dan
pemeriksaan bakteriologis
Sistem Skoring
MANTOUX TEST
Tatacara:
• 0,1 ml intrakutan di bagian
volar lengan bawah.
• Pembacaan 48-72 jam
setelah penyuntikan

Cara pembacaan indurasi:


 0 - 5 mm : negatif
 5 - 9 mm : meragukan
 ≥ 10 mm : positif

Bila Negatif:
o Tidak ada infeksi TB
o Masa inkubasi
o Anergi
Pengobatan TB anak
Terapi
• Fase Intensif :
Kombinasi 3-5 OAT
selama 2 bulan awal (2
RHZ)
• Fase Lanjutan :
Kombinasi 2 OAT
selama 4 bulan (4 RH)
Profilaksis TB pada Anak

Umur HIV Hasil pemeriksaan Tata laksana


Balita +/- ILTB PP INH
Balita +/- Terpajan PP INH
>5 tahun + ILTB PP INH
>5 tahun + Terpajan PP INH
>5 tahun - ILTB Observasi
>5 tahun - Terpajan observasi
Profilaksis TB pada anak
Profilaksis primer Profilaksis sekunder
Untuk mencegah tertular/infeksi pada kelompok Untuk mencegah terjadinya sakit TB pada
yang mengalami kontak erat dengan pasien TB kelompok yang telah terinfeksi TB tapi
dewasa dengan uji BTA positif (kontak +) belum sakit TB (infeksi +)

Dosis obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 3 Dosis obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari
bulan selama 6-12 bulan
Jika setelah 3 bulan hasil negative dan tidak ada
kontak  profilaksis dihentikan

Jika terjadi konversi tuberculin menjadi positif


 tentukan hanya terinfeksi atau sakit TB
Jika hanya terinfeksi  lanjutkan profilaksis
sekunder
Jika sakit TB  OBATI SESUAI REGIMEN TB
KETERANGAN :
• Infeksi Laten TB (ILTB)
• Obat yang diberikan adalah INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB (7-15
mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
• Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan
terhadap adanya gejala TB. Jika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke 3, ke 4,
ke 5 atau ke 6, maka harus segera dievaluasi terhadap sakit TB dan jika
terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar ke regimen terapi TB anak
dimulai dari awal
• Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala TB selama 6
bulan pemberian), maka rejimen isoniazid profilaksis dapat dihentikan.
• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberikan BCG
setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai.
Contoh Resep TB anak
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Cantik usia 5 th dengan BB 20 kg
(Fase Intensif  2 bulan pertama)
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ INH tab 100 mg


FDC
saccharin q.s.
m.f. pulv. dtd. no. XXX
S 1 dd pulv I
R/ Pirazinamide tab 300 mg dr. Stephen Strange
saccharin q.s. Jl. Bleecker 177 A
m.f. pulv. dtd. no. XXX SIP. 190244582910
S 1 dd pulv I Semarang, 29 Agustus 2020
R/ Rifampicin tab 150 mg
saccharin q.s. R/ FDC paed. tab no. XXX
m.f. pulv. dtd. no. XXX S 1 dd tab IV j.e.j (saat perut kosong)
S 1 dd pulv I
Pro : An. Cantik
Pro : An. Cantik Usia : 5 tahun
Usia : 5 tahun
Pneumonia
• Tanda utama menurut WHO: fast breathing & lower chest indrawing
• Signs and symptoms :
– Non respiratory: fever, headache, fatigue, anorexia, lethargy, vomiting and
diarrhea, abdominal pain
– Respiratory: cough, chest pain, tachypnea , grunting, nasal flaring, subcostal
retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)

Batas RR anak dikatakan


takipneu

Usia RR (kali/menit)
<2 bulan 60
2-12 bulan 50
1-5 tahun 40
AGE COMMON ETIOLOGIES (as in order) LESS COMMON ETIOLOGIES
2 to 24 RSV Streptococcus Mycoplasma pneumoniae
months Human metapneumovirus pneumoniae Haemophilus influenzae (type B
Parainfluenza viruses Chlamydia and nontypable)
Influenza A and B trachomatis Chlamydophila pneumoniae
Rhinovirus
Adenovirus
Enterovirus

2 to 5 years Respiratory syncytial virus S. pneumoniae Staphylococcus aureus (including


Human metapneumovirus M. pneumoniae methicillin-resistant S. aureus)
Parainfluenza viruses H. influenzae (B and Group A streptococcus
Influenza A and B nontypable)
Rhinovirus C. pneumoniae
Adenovirus
Enterovirus
Older than 5 Rhinovirus M. pneumoniae H. influenzae (B and nontypable)
years Adenovirus C. pneumoniae S. aureus (including methicillin-
Influenza A andB S. pneumoniae resistant S. aureus)
Group A streptococcus
Respiratory syncytial virus
Parainfluenza viruses
Human metapneumovirus
Enterovirus
Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia DEMAM + batuk dan kesulitan Kotrimoksasol 2x4mg TMP/kgBB(3
Ringan bernafas, dapat ditemui nafas cepat hari)

ATAU
Amoksisilin 2x25mg/kgBB (3 hari)
 bisa rawat jalan
Pneumonia DEMAM + batuk dan kesulitan Ampisilin/amoksisilin 4x25-50
Berat bernafas, + minimal satu dari: mg/kgBB/kali IV atau IM DAN
• Kepala terangguk-angguk + Kloramfenikol 3x25mg/kgBB IM
• Pernafasan cuping hidung atau IV
• Retraksi subkostal ATAU
• Tidak dapat menyusu, atau + Gentamisin 1x7,5mg/kgBB IM
memuntahkan semuanya ATAU
• Kejang, letargis. Atau tidak Seftriakson 1x80-100 mg/kgBB IM
sadar atau IV
• Sianosis  rawat inap
• Distress nafas berat
• Foto dada menunjukkan
gambaran pneumonia
(infiltrat luas, konsolidasi,
dll)
Kriteria Rawat Inap
Bayi Anak
• Saturasi Oksigen ≤ 92% Saturasi oksigen ≤ 92%
• Sianosis Sianosis
• RR > 60x/menit Distress pernapasan,
• Distress pernapasan, grunting
apnea intermitten, atau Terdapat tanda dehidrasi
grunting Keluarga tidak bisa
• Tidak mau merawat dirumah
minum/menetek
• Keluarga tidak bisa
merawat di rumah
Gambaran Radiologis
Penyakit Gambaran radiologi khas
Asthma Diafragma mendatar, hiperinflasi
Bronkiolitis Hiperekspansi, infiltrat, peribronkial thickening

Bronkopneumonia Pneumonia Lobaris


Contoh Resep Pneumonia
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Dora usia 6 tahun dengan BB 20 kg
(pemberian obat selama 3 hari)
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Amoxicillin tab 500 mg


saccharin q.s. Bisa digantikan dengan Amoxicillin Syrup (250 mg/5 ml):
m.f. pulv dtd no. VI R/ Amoxicillin syr 60 ml fl no.I
S.0.12 h dd. Pulv I S.0 12 h. Cth II
R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I
S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)
R/ Ambroxol syr 60 ml fl No. I
Sebagai mukolitik (terapi suportif)
S 3 dd Cth I

Pro : An. Dora


Usia : 6 tahun
Contoh Resep Pneumonia berat
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Dora usia 6 tahun dengan BB 20 kg
(RAWAT INAP)
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Ampicillin inj. 1000 mg/ vial no. II


S.i.m.m
R/ Gentamisin inj 10 mg/ml amp. No.I
S .i.m.m
R/ Aqua pro injeksi amp. No. I
S .i.m.m
R/ Spuit 5 cc No. I
S.i.m.m

Pro : An. Dora


Usia : 6 tahun
Asma
Merupakan penyakit saluan respirasi dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hipereaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk,
wheezing, sesak nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang reversible, cenderung
memberat pada malam atau dini hari.
Asthma pattern (GINA)
Klasifikasi Serangan Asma
Derajat Kendali Asma
Contoh Resep Asma
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Jenny usia 6 tahun dengan BB 25 kg
(saat serangan)  setting IGD
Semarang, 29 Agustus 2020
Dosis Salbutamol :
R/ Salbutamol nebu. 2,5 mg/ 2,5 ml Amp no.I
• 0,1 – 0,15 mg/kgBB setiap 6 jam
S .i.m.m.
BSO Salbutamol :
R/ O2 Nasal kanul no. I
• Tablet 2 mg, tablet 4 mg
S.i.m.m.
• Solusio  nebul 2,5 mg/ 2,5 ml
R/ NaCl 0,9% 25 cc fl.I
S.i.m.m.

Pro : An. Jenny


Usia : 6 tahun
Contoh Resep Asma
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Jenny usia 7 tahun  Rawat Jalan
(Persisten Ringan)
Semarang, 29 Agustus 2020
Dosis Salbutamol inhalasi (Ventolin) :
R/ Ventolin inh. 100 mcg/ puff MDI No. I
• Menghilangkan bronkospasme akut  100
S 3 dd puff II p.r.n (sesak napas)
mcg
R/ Budesonide Inh. 200 mcg/ puff MDI No.I
• Terapi kronis : 200 mcg (4x/ hari)
S 1 dd puff I
Sediaan Salbutamol inhalasi (Ventolin) :
• Inhaler  Puff (per kali semprot)  100 mcg
Salbutamol sulfate
Pro : An. Jenny
Usia : 6 tahun
Bronkiolitis
• Infection (inflammation) at
bronchioli
• Bisa disebabkan oleh
beberapa jenis virus, yang
paling sering adalah
respiratory syncytial virus
(RSV)
• Virus lainnya: influenza,
parainfluenza, dan
adenoviruses
• Predominantly < 2 years of age
(2-6 months)
• Difficult to differentiate with
pneumonia and asthma
Bronkiolitis
Anamnesis
• Sering terjadi pada anak < 2 tahun
• Demam
Pemeriksaan Penunjang
• Rhinorrea, nasal discharge, batuk,
• X-foto AP-lateral  air trapping
takipneu, sesak napas, dan
• AGD: hiperkarbia, asidosis
kesulitan makan
metabolic/respiratorik
• Batuk kering dengan mengi
Tatalaksana
Pemeriksaan Fisik
• Oksigen
• Napas cepat
• Bronkodilator (hanya kalau
• Retraksi dinding dada
menghasilkan perbaikan)
• Bentuk dada tampak hiperinflasi
• auskultasi  wheezing
Bronkiolitis
Tatalaksana Bronkiolitis
Walaupun pemakaian nebulisasi
dengan beta2 agonis sampai saat ini
masih kontroversi, tetapi masih bisa
dianjurkan dengan alasan:
• Pada bronkiolitis selain terdapat
proses inflamasi akibat infeksi virus
juga ada bronkospasme dibagian
perifer saluran napas (bronkioli)
• Beta agonis dapat meningkatkan
mukosilier
• Sering tidak mudah membedakan
antara bronkiolitis dengan
serangan pertama asma
• Efek samping nebulasi beta agonis
yang minimal dibandingkan
epinefrin.
Inspiratory stridor
suggests airway
obstruction above
the glottis
Expiratory stridor is
indicative of
obstruction in the
lower trachea

A biphasic stridor
suggests a glottic or
subglottic lesion.
Contoh Resep Bronkiolitis
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Fina usia 5 tahun dengan BB 20 kg
(pemberian obat selama 3 hari)
Semarang, 29 Agustus 2020
Dosis Paracetamol :
R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I
• Antipiretik  10 – 15 mg/ kgBB / hari
S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)
• Analgetik  20 mg/ kbBB/ hari
R/ Salbutamol tab 2 mg
BSO paracetamol :
Saccharin q.s
• Tablet 500 mg
m.f. pulv dtd no. IV
• Syr 125 mg/ 5 mL
S 1 dd pulv I prn (bila sesak)

Pro : An. Fina


Usia : 5 tahun
Diagnosis Banding Stridor
Diagnosis Gejala
Croup - Batuk Menggonggong
- Low grade fever
- Suara Serak
- Distress pernafasan
Benda Asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Distres Pernafasan
Difteri - Imunisasi DPT tidak ada/tidak lengkap
- Sekret hidung bercampur darah
- Bull neck
- Tenggorokan merah / faringitis
- Membran putih keabuan di faring/tonsil -> pseudomembran
Laryngomalacia The most common cause of chronic stridor, esp in children < 2 y.o.
Laryngomalacia
• Kelainan kongenital dari kartilago
laring  supraglotis jatuh saat
inspirasi  obstruksi
• Penyebab: keterlambatan maturitas
laring
• Dimulai usia 4-6 minggu, memuncak
usia 6-8 bulan, remisi usia 2 tahun
• Gejala dan tanda:
 Stridor inspirasi, terutama saat
telentang atau menangis
 Tidak ada kesulitan makan atau
pertumbuhan
 Laringoskopi: omega-shaped
epiglottis
• Terapi: observasi
Croup
Cause: Most commonly Parainfluenza Virus
Klasifikasi Penanganan
Croup Ringan: • Corticosteroid (Dexamethasone)
-Demam • Edukasi, bila membaik -> rawat jalan
-Suara Serak
-Batuk Menggonggong
-Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah
Croup Sedang: Corticosteroid (Dexamethasone)
-Batuk menggonggong lebih sering Monitor dalam 4 jam
-Stridor terdengar walaupun anak tenang Membaik -> Edukasi, rawat jalan
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup
bawah ke dalam Berat

Croup Berat: - Corticosteroid (Dexamethasone)


-Batuk menggonggong lebih sering - Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000
-Stridor terdengar jelas dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian selama 20 menit, ulangi bila perlu
bawah ke dalam - Oksigenasi
-Anak agitasi dan stressed Antibiotik tidak seharusnya diberikan
Intubasi dan trakeostomi:
Jika terdapat tanda obstruksi saluran
respiratorik seperti tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam yang
berat dan anak gelisah, lakukan
intubasi sedini mungkin.
Croup vs Epiglotitis
Croup Epiglotitis
Prevalensi Sering terjadi Jarang (berkurang dengan vaksin HiB)

Agen Parainfluenza, RSV, enterovirus Haemophillus influenza type B

Usia 3 bulan-3 tahun 3-7 tahun


Pemeriksaan fisik Batuk mengogonggong, stridor Stridor, distress pernapasan, 3D’s: drooling,
dysphagia, dysphonia

Demam < 39C > 39C


Leukosit Normal Meningkat
X-Ray Steeple sign (tracheal narrowing) Thumbprint sugn (swollen epiglottis)

Tatalaksana dexamethasone Intubate/ventilate, antibiotic: cefuroxime


Epiglottitis

Normal Epiglotis : Halloween Sign


Cherry-red sign

Thumb sign
Epiglotitis: Halloween Sign (-)
Epiglottitis

Kondisi Pasien Terapi/Penanganan


Stable (no airway compromise, respiratory difficulty, Broad-spectrum antibiotic. Immediate tx. Should
stridor, or drooling, and who have only mild swelling not wait for the blood and tissue culture result.
on laryngoscopy) More targeted antibiotic. The drug may be changed
later, depending on what's causing the epiglottitis.

Unstable (respiratory distress, airway compromise Jaga patensi jalan nafas:


on examination, stridor, inability to swallow, -Awasi ketat
drooling, sitting erect, and deterioration within 8-12 Jika diperlukan: intubasi/tracheostomy/
hours) cricothyrotomy/percutaneous transtracheal jet
ventilation (PTJV)
Pertussis
• Causa: Bordetella Pertusis
• Batuk Berat lebih dari 2 minggu
• Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat
inspirasi
“whooping cough”
• Perdarahan Subkonjungtiva
• Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi
terhadap pertusis
• Bayi muda mungkin tidak disertai whoop,
tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya
napas atau sianosis, atau napas berhenti
tanpa batuk (apneic spell)
Perjalanan Pertussis
Stadium Kataral
• Gejala minimal dengan/tanpa demam; rinorea; anoreksia, frekuensi
batuk bertambah. Paling infeksius.
Stadium Paroksismal
• Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh pemberian makan (bayi) dan aktivitas;
inspiratory whooping; post-tussive vomiting. Muka merah atau sianosis; mata menonjol;
lidah menjulur; lakrimasi; hipersalivasi; distensi vena leher selama serangan; apatis;
penurunan BB.
Stadium Konvalesens;
• gejala akan berkurang dalam beberapa minggu sampai dengan beberapa bulan; dapay
terjadi petekia pada leher/kepala; perdarahan konjungtiva, dan terdengar crackles difus
Tatalaksana Pertussis
• Suportif umum  terapi oksigen, ventilasi mekanik jika dibutuhkan
• Observasi ketat pada bayi cegah apneu, sianosis, hipoksia
• ISOLASI selama ± 4 weeks (5-7 hari selesai tx AB)
• Terapi AB
• Beri vaksin DPT pada pasien pertussis dan tiap anak dalam keluarga
Usia Eritromisin (DOC) Klaritromisin Azitromisin Alternatif TMP-SMX

1 s.d. 5 s.d.a 15 mg/kg/hari s.d.a Usia>2 bulan: TMP 8


bulan terbagi 2 dosis mg/kgBB/hari; SMX 40
selama 7 hari mg/kgBB/hari terbagi 2
dosis selama 14 hari
> 6 bulan s.d.a (maks 2 s.d.a 10 mg/kgBB dosis s.d.a
g/hari) tunggal pada hari 1
(maks 500 mg);
kemudian 5 mg/KgBB/
hari dosis tunggal pada
hari ke 2-5 (maks 250
mg)
Remaja 2 g/hari 1 g/hari 500 mg dosis tunggal TMP 300mg/hari; SMX
terbagi 4 dosis terbagi 2 dosis pada hari 1, 1.600 mg/hari terbagi 2
selama 24 hari selama 7 hari kemudian 250 mg dosis dosis selama 14 hari
tunggal hari ke 2-5
Contoh Resep Pertussis
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Uju usia 2 tahun dengan BB 16 kg
(pemberian obat selama 10 hari)
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I Dosis Erythromycin :


S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C) • 12,5 mg/kgBB/kali  4 kali dalam sehari
R/ Erythromycin syrup 50 mL fl No.IV BSO Erythromycin :
S 0.6.h Cth I • Tablet 250 mg
• Syr 200 mg/ 5 mL
Pro : An. Uju
Usia : 1 tahun

PERHATIKAN penulisan signa Antibiotik


Penyakit Jantung Kongenital
Ringkasan Terpenting
Kelainan Kongenital Jenis Bising
Ventricle Septal Defect Bising holosistolik linea sternalis kiri SIC 3-4 penjalaran ke arah
precordial

Ductus Arteriosus Persisten Bising kontinu pada linea parasternalis SIC 1-2 dijalarkan ke
subklavikula

Tetralogy of fallot Bising ejeksi sistolik linea sternalis kiri SIC 1-2

Atrial septal defect Bising ejeksi sistolik

Asianotik Sianotik
• Ventricle Septal Defect • Tetralogy of Fallot
• Ductus arteriosus persistent
• Atrial septal defect
BOOT SHAPED HEART EGG-SHAPED HEART

Anda mungkin juga menyukai