Anda di halaman 1dari 96

PEDIATRI 1

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK


PEDIATRI
Anamnesis
• Anamnesis Umum
– Keluhan Utama  Sacred Seven (Onset, Kronologis, Lokasi, Kualitas, Kuantitas, Faktor yang
memperberat, Faktor yang memperingan, Keluhan penyerta)
– Fundamental Four
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Penyakit Keluarga  buat pedigree (lihat pola sakit)
• Riwayat Sosial Ekonomi
• Anamnesis Khusus
a. Riwayat Perinatal (prenatal, natal, post natal)
b. Riwayat Nutrisi (ASI/ Sufor, MPASI, Kualitas dan kuantitas makanan)
c. Riwayat Pertumbuhan (arah pertumbuhan anak apakah Catch-Up Growth, Normal Growth, Growth
Faltering, Flat of Growth, Loss of Growth)
d. Riwayat Perkembangan (milestone)
e. Riwayat Imunisasi
Pedigree
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Imunisasi

JADWAL IMUNISASI
KEMENTERIAN
KESEHATAN

(dibahas lebih lanjut di


pediatric 2 )
Pemeriksaan Fisik • Keadaan Umum
– Kesadaran  kuantitatif : GCS,
kualitatif (Composmentis, Apatis,
Somnolen, Sopor, Koma)
– Pernapasan  spontan/tidak, pola
napas, dan frekuensi
– Appearance  well (aktif) / ill (rewel) /
toxic appearance (penurunan kesadaran)
– Kesan status gizi  Tampak normal,
kurus, sangat kurus, gemuk.
– Tanda-tanda khas  Kuning, Pucat,
Sianosis, Kejang, Wajah dismorfik, Tanda
lahir, Tanda dehidrasi, Perdarahan
Tanda-tanda Vital
Suhu tubuh
• Normal : 36,8oC - 37,2oC
• Sub Febris : 37oC - 38oC
Nadi
• Febris : 38oC - 40oC
• Bayi : 120-130 x/m
• Hipertermia : > 39oC
• Anak : 80-90 x/m
• Hiperpireksia : > 40oC - 42oC
• Dewasa : 70-80 x/m
• Hipotermi : < 36,8 oC
• Isi dan tegangan cukup

Respirasi
• Bayi : 30-40 x/m Tekanan Darah  berdasarkan
• Anak : 20-30 x/m tinggi/panjang badan
• Dewasa : 16-20 x/m • Bayi : 70-90/50 mmHg
• Anak : 80-100/60 mmHg
Catatan Suhu Tubuh : • Remaja : 90-110/66 mmHg
Oral : 0,2oC – 0,5oC lebih rendah dari suhu rektal • Dewasa : 110-125/80-90 mmHg
Axilla : 0,5oC lebih rendah dari suhu oral
Antropometri
• Berat Badan
• Panjang/Tinggi Badan
• Lingkar Kepala (protuberansia occipitalis eksterna – frontal)  3x
pengukuran (ambil rerata)
• Lingkar Lengan Atas (pertengahan antara acromion dan olekranon
saat lengan dibengkokkan 90 derajat)  lengan kiri untuk anak 6
bulan – <6 tahun

Gizi baik LiLa >11,5 cm


Pemeriksaan Head to toe
Urutan :
KEPALA  HEENT (Head, Eye, Ear, Nose, Throat)  LEHER  THORAKS  ABDOMEN  GENITAL  PUNGGUNG
Langkah pemeriksaan :
Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
Pemeriksaan Thorax
• Inspeksi : bentuk thoraks? simetris atau tidak? Pergerakan yang
tertinggal?
• Palpasi : stem fremitus, fraktur? Nyeri tekan?
• Perkusi : sonor? redup, pekak? timpani
• Auskultasi : suara dasar vesikuler, bronkhial, trakeal apakah
ditempat semestinya?, suara tambahan rhonki, wheezing, stridor
Pectus carinatum Pectus excavatum

• Inspeksi : kuat angkat


• Palpasi : iktus kordis
• Perkusi : batas-batas jantung (jarang dilakukan)
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II, bising, gallop, thrill
Pemeriksaan Abdomen dan
ekstremitas
• Inspeksi : cembung atau datar? Venektasi, striae? Pergerakan
usus? Hernia umbilikalis?
• Auskultasi : bunyi peristaltik usus?
• Palpasi : nyeri tekan per regio? Pembesaran hepar, lien, ginjal?
Undulasi?
• Perkusi : timpani? Pekak sisi? Pekak alih

• Inspeksi :
• Edem, sianosis, CRT, clubbing, dsb.
Pemeriksaan Genital
• Jenis kelamin, testis?
Skrotum? Labia mayora,
minora?
• Ambigus genital?
• Mikropenis?
• ANUS : atresia ani? Ekskoriasi
• Pemeriksaan Pubertas :
• Perempuan : breast +
pubic hair
• Laki – laki : testis,
scrotum, pubic hair, penis
Pemeriksaan Punggung dan Postur

• Auskultasi paru
• Spina bivida
• Vertebra? Deformitas?

SUSPENSI
HORIZONTAL
HEAD LAG
Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan Neurologis
– Nervi kraniales
– Kekuatan
– Tonus
– Refleks fisiologis
– Refleks patologis
– Refleks primitif
– Rangsang meningeal
– Gerakan
Resusitasi Neonatus
• Persiapan Resusitasi • Persiapan Bayi
• Penolong  APD (penutup kepala, masker,
sarung tangan, jubbah steril, sepatu bot) • Menanyakan pada penolong
• Persiapan Tim : persalinan :
• Team Leader  bertanggung jawab untuk • Bayi cukup bulan atau tidak?
airway dan breathing
• Bernapas atau menangis?
• Asisten Sirkulasi
• Asisten logistic (Drugs and equipment) • Tonus baik atau tidak
• Persiapan Alat : (ABCDE)
• Airway : Suction, Laringoskop, Endotracheal Apabila salah satu Ketiganya baik 
tube dari pertanyaan 10 Asuhan Bayi
• Breathing : Oksigen, Sungkup, balon, CPAP, tersebut ada yang baru Lahir
nasal prong/ kanul
tidak baik 
• Circulation : Stetoskop, infus set, pulse
oxymeter algoritma
• Drugs : Epinefrin, D10, Na Bikarbonat, vit K 1 resusitasi neonatus
• Equipment : Infant Warmer, kain 3 lapis, topi
bayi, plester, gunting, OGT
Resusitasi Neonatus

H angatkan
A tur Posisi
I sap Lendir
K eringkan + Isap lender
A tur Posisi
N ilai APGAR
Sumber : IDAI 2014
S ungkup
R eposisi (semiekstensi)
I sap lendir
B uka mulut
T ekanan
A lternatif O2 via intubasi

Sumber : IDAI 2014


Algoritma Resusitasi Neonatus – AHA 2015
APGAR SCORE
Penilaian dilakukan pada menit ke-1 dan 5 serta dilanjutkan setiap 5 menit sampai nilai
Apgar mencapai 7
Interpretasi :
• 7 – 10  Normal
• 4 – 6  Moderately Depressed
• 0 – 3  Severely Depressed
Klasifikasi Suhu
10 Asuhan Bayi Baru Lahir Hipotermi sedang 32 – 36,4 °C
1. Jaga bayi tetap hangat (cegah hipotermi) Hipotermi berat < 32° C
2. Isap lender dari mulut dan hidung Suhu tubuh tidak Fluktuatif 36 – 39, 4 °
3. Keringkan bayi stabil C

4. Potong tali pusat Hipertermi > 37,5 ° C

5. IMD Tanda Bahaya :


6. Pencegahan perdarahan (Vit K 1 dosis 1 mg • Tidak mau makan atau minum
single dose di anterolateral paha kiri (IM)) • Kejang
7. Salep mata antibiotic (Tetrasiklin 1%) • Gerak hanya bila dirangsang
8. Imunisasi (Hepatitis B 0,5 mL IM)  • Napas > 60x/ menit atau < 30x/
lakukan di paha kanan 1-2 jam post menit
pemberian Vit K 1
• Retraksi / Merintih
9. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
• Diare
10. Pemulangan bayi dan nilai tanda bahaya
(minimal 24 jam post partum) • Banyak nanah di mata
• Suhu tubuh > 37,5 / < 36 ° C
NEUROLOGI
PEDIATRI
Kejang Demam
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (>38°C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranial, tidak terbukti adanya gangguan elektrolit, infeksi SSP,
dan riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Faktor risiko berulangnya kejang demam Tanda Rangsang
Meningeal
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Usia kurang dari 18 bulan
• Tingginya suhu badan sebelum kejang
• Lamanya demam sebelum kejang

Indikasi Lumbal Pungsi


• Menyingkirkan atau menegakkan diagnosis meningitis
• Pada kejang demam pertama
• Umur < 12 bulan: harus dilakukan
• Umur 12-18 bulan: harus difikirkan
• Umur > 18 bulan: tidak dianjurkan, kecuali ada gejala meningitis atau
kecurigaan infeksi intrakranial
Indikasi CT-Scan
• Tidak diperlukan pada kejang demam sederhana ataupun kompleks
• Insiden kelainan patologis intracranial pada kejang demam kompleks
sangat rendah
• Harus dilakukan:
 Makro/mikrosefali
 Kelainan neurologi yang menetap, terutama lateralisasi

Indikasi EEG
• Tidak diperlukan, terutama pada kejang demam sederhana/tanpa
defisit neurologis
• Abnormalitas EEG dapat berkaitan dengan risiko epilepsi  bukan
indikasi terapi profilaksis
• Konsensus UKK neurologi IDAI 2016
 Kejang fokal
Tatalaksana
Saat kejang Algoritma tatalaksana SE
Setelah kejang • Profilaksis atau tidak
berhenti • Profilaksis intermiten atau kontinu

Antipiretik Antipiretik:
Tidak mengurangi risiko berulang
Memberikan rasa nyaman bagi
pasien
Paracetamol atau ibuprofen
Mengurangi kekhawatiran
orangtua
Tatalaksana Status
Epileptikus Anak
Konsensus UKK Neurologi IDAI 2015
Profilaksis Intermiten Profilaksis kontinyu
• Kejang demam dengan faktor • Kejang fokal
risiko • Kejang > 15 menit
• Defisit neurologis berat, • Defisit neurologis yang berat
berulang 3 kali/6 bulan atau 4 • Obat: fenobarbital 4-6
kali/lebih dalam 1 tahun, usia < mg/kgbb/hari dalam 2 dosis
6 bulan, kejang terjadi suhu atau asam valproate 15-40
tubuh tidak terlalu tinggi, mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis
kenaikan suhu tubuh yang • Diberikan selama 1 tahun, tidak
cepat usah tap-off obat
• Obat diazepam 0.3
mg/kgbb/kali. Maksimum 7.5
mg/kali
• Diberikan selama 48 jam
• Efek samping: ataksia, sedasi
HEMATOINFEKSI
Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue
Infection Clinical Spectrum of Virus Dengue
Infection

Asymptomatic Symptomatic

Undifferentiated Dengue
febrile illness Fever Dengue Expanded
Haemorrhagic Fever Dengue
Syndrome

Without With
hemorrhage hemorrhage
DHF non- DHF with
shock shock (DSS)
Demam Berdarah Dengue
Grade Sign and Symptomps Laboratory

DF DHF without plasma leakage


I Fever with non-specific constitutional
symptoms; the only hemorrhagic
manifestation is a positive
tourniquet test &/or easy bruising
evidence of plasma leakage Thrombo
Kriteria WHO 1997
II DHF grade I + spontaneous bleeding cytopenia
DHF (platelet count
III Circulatory failure manifested by a  100,000/L)
rapid, weak pulse, narrowing of pulse
pressure, or hypotension, cold &
clammy skin, restlessness
IV Profound shock with undetectable
blood pressure
WHO Dengue Classification 1997
Diagnosa klinis demam dengue:
DF DHF demam + ≥ 2 tanda/ gejala lain
1. Demam 2 – 7 hari
+ + • Demam 2-7 hari, mendadak,
2. Kecenderungan Perdarahan tinggi, terus menerus, bifasik
• Positive tourniquet test or
• Perdarahan Spontan
+/- + • Manifestasi perdarahan: spontan
maupun dibuat (uji tourniquet
3. Thrombocytopaenia positif)
 ≤ 100,000/mm³ +/- + • Nyeri kepala, mialgia, artralgia,
4. Plasma leakage nyeri orbita
Pleural effusion /ascites • Kontak kasus DBD di sekolah,
- +

/hypoproteinaemia rumah
 ≥ 20% increase in HCT from baseline
• Leukopeni <4000/mm3
• Trombositopenia <100.000/mm3
Tanda Bahaya Dengue
• Klinis
– Demam turun tetapi kedaan anak memburuk
– Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
– Muntah menetap
– Letargi, gelisah
– Perdarahan mukosa
– Pembesaran Hati
– Akumulasi cairan EFUSI PLEURA
– Oliguria
• Laboratorium
– Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan
– Penurunan cepat jumlah trombosit
– Hematokrit awal tinggi
Hasil Serologi

IgM Ig G Interpretasi
(+) (-) Infeksi primer
(+) (+) Infeksi sekunder
(-) (+) Pernah terinfeksi
(-) (-) Tidak ada infeksi
Demam Tifoid

3 Antigen : O, H dan K

TRIAS
• Demam > 7 hari
• Keluhan Gastrointestinal
• Penurunan Kesadaran
Darah rutin : anemia, leukopenia,
trombositopenia, limfositosis
relatif.

Kultur :
• Darah : 1-2 minggu
TATALAKSANA • Urin : 2-3 minggu
• Feses : 2-3 minggu
• Chloramphenicol : 100 MG/kgBB/hari
diberikan tiap 6 jam. Serologi
• Ampicilin : 100 mg/kgBB/hari
• IgM dan IgG salmonella
• Cotrimoxazole : 6 mg/kgBB/hari
• Jangan diet tingi serat • WIDAL
• TUBEX TF
Komplikasi Demam Tifoid
Intraintestinal
Tatalaksana komplikasi
 Peritonitis
 Perdarahan  Encephalopaty
 Perforasi  Dexametason 1‐3 mg/ KgBB/hari,
3‐5 hari
Ekstraintestinal
 Restriksi cairan
 Encephalitis
 Koreksi elektrolit dan asam basa
 Pneumonia
 Peritonitis, intestinal hemorrhage
 Meningitis
 Puasa, nutrisi parenteral
 Osteomyelitis
 Antibiotik parenteral
 Hepatitis
Contoh Resep Demam Tifoid
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Budi 2 tahun dengan BB 20 kg
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Kloramfenikol 250 mg caps


saccharin q.s. Dapat diganti dengan BSO suspensi
m.f. Pulv dtd no. XL • Kloramfenikol Susp. 125 mg/ 5 mL
S.0.6.h dd pulv I p.c. (dihabiskan)
R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I
S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)

Pro : An. Budi


Usia : 2 tahun
Fever With Rash
Morbili/Rubeola/Campak
Stadium Pre-erupsi
• Demam, catatarrhal symptoms (coryza,conjunctivitis), gejala respirasi (batuk)
Stadium Erupsi
• Tanda exanthema
 Ruam maculopapular: muncul 2-7 hari setelah onset
 Demam tinggi yang menetap
 Anoreksia dan iritabilitas
 Diare, pruritis, letargi, dan limfadenopati oksipital
Stadium Konvalesens;
• Ruam menghilang sama dengan urutan munculnya (muka lalu ke tubuh bagian bawah)  membekas kecoklatan
• Demam akan perlahan menghilang saat erupsi di tangan dan kaki memudar
Pemberian Vitamin A
• 50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru)
• 100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru)
• 200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap merah)
• Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah
pemberian kedua
Komplikasi campak:
– Pneumonia
– Dehidrasi
– Gizi buruk
– Ensefalitis
– OMA
Contoh Resep Morbili
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Fera 3 tahun dengan BB 12 kg
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I


S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)
R/ Vitamin A caps 200.000 U no. II
S 1 dd Caps I

Pro : An. Fera


Usia : 3 tahun
Rubella
• Masa prodromal (1-5 hari):
demam subfebris, malaise,
anoreksia, konjungtivitis ringal,
koriza, nyeri tenggorokan, batuk,
limfadenopati.
• Gejala cepat menurun setelah
hari pertama munculnya ruam
• Demam berkisar 38 – 38,7 C dan
menghilang bersamaan dengan
ruam kulit.
Scarlet Fever
Group A Streptococcus

Strawberry tongue
Sandpaper texture,
pastia line
Diagnosis dan Tatalaksana
• Diagnosis:
• Anamnesis dan pemeriksaan
fisik
• Kultur positif dari secret
nasofaring
• Serologis  peningkatan
kadar O pada ASTO
• Tatalaksana:
• Penisilin per oral / IV,
eritromisin, atau sefalosporin
• Suportif
Eritema infectiosum

“Slapped cheek”

Penyebab: Parvovirus B19


Hand Foot Mouth Disease (HFMD)
• Etiologi : Coxsackievirus A 16
• Manifestasi klinis:
• Prodormal (1-2 hari sebelum enantem): subfebris,
anorksia, malaise, nyeri tenggorokan
• Enantem
• Lesi vesikel  ulkus dasar eritem  krusta. Lesi
berada di mukosa bukal, lidah, menyebar ke
palatum uvula
• Lesi vesikel bergerombol dengan dasar
eritematous
• Eksantem: vesiko pustule putih keabu-abuan di
lengan, kaki termasuk telapak.
• Diagnosis: Tzank Test
• Terapi: Simptomatis
MUMPS
• Infeksi virus mumps, golongan paramyxovirus.
• Transmisi : airborne
• Gejala klinis:
• Prodormal: malaise,nyeri otot daerah leher, nyeri
kepala
• Pembengkakan kelenjar saliva parotis, submaksilaris
• Gejala klasik: sakit telinga saat mengunyah, nyeri jika
makan asam
• Diagnosis ditegakkan secara klinis.
• Terapi: self limiting disease
Suportif hidrasi dan nutrisi yang cukup, analgesic untuk
mengurangi nyeri

• Komplikasi:
• Meningitis dan/atau encephalitis
• Orchitis – epididymitis  gejala klinis tersering kedua
setelah parotitis pada laki-laki dewasa
Trias Rubella Congenital
1. Sensory neural deafness (58% of
patients)
2. Eye abnormalities : especially retinopathy, cataract and microphtalmia (43% of patients)
3. Congenital heart disease
Sunset sign, macewen
sign(cracked pot sign)
Sifilis Kongenital
Anemia defisiensi besi
Definisi :
Anemia yang diakibatkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin
ETIOLOGI

Usia < 1 tahun : Usia 1 – 2 tahun : Usia 2 – 5 tahun : Usia 5 tahun – remaja:
• BBLR • besi kurang karena • Masukan besi Kehilangan besi karena
• Gemeli tidak mendapat kurang (makanan) perdarahan antara lain
• Susu formula makanan tambahan • Kebutuhan >>> karena
rendah besi (hanya minum ASI) karena infeksi infestasi parasit dan
• Anemia selama • Kebutuhan berulang/ poliposis
kehamilan meningkat karena menahun. Remaja – dewasa :
infeksi berulang/ • Kehilangan >> Kehilangan besi karena
menahun. karena perdarahan menstruasi >>
• Malabsorpsi antara lain karena (perempuan)
divertikulum
Meckel.
Anemia defisiensi besi
Anamnesis : Pemeriksaan Fisik :
• Mudah lelah, lemas, lesu • Tampak anemis
• Tampak pucat • Disfagia
• Tidak nafsu makan, mudah marah • Atrofi papil lidah/ glositis
• Daya tahan tubuh ↓ • Stomatitis Angularis
• Gangguan perilaku dan prestasi • Kuku Sendok (koilonychia)
belajar • Tidak ada ikterus, organomegali,
• Makanan < zat besi dan makan limfadenopati
makanan hambat penyerapan zat • Takikardi
besi (kalsium, Fitat) • Bising jantung sistolik (semua katup)
• Konsumsi susu saja hingga 2 tahun • Rentan infeksi
(milkaholics) • Gangguan tumbuh
• Infeksi malaria/ infeksi parasit • Pada Hb < 5 g/dL  sering iritable
(Ankylostoma dan Schistosoma) dan anoreksia
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK
Usulan pemeriksaan penunjang :
• Darah rutin
• EKG
• Pemeriksaan profil besi(MCV, MCHC,
MCH, SI, TIBC)

Nilai Normal Hb :
• Neonatus : 14 – 27 g/ dL
• Bayi : 10 – 17 g/ dL
• Batita : 9 – 15 g/dL
• Anak : 11 - 16

Derajat Anemia (berdasarkan kadar Hb):


• 9 – 12 g/ dL  Anemia Ringan
• 7 – 8 g/ dL  Anemia Sedang
• < 7 g/ dL  Berat (Indikasi transfusi
darah)
Contoh Resep Anemia Defisiensi Besi
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Duda usia 3 tahun dengan BB 30 kg
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Ferrous Sulfat 300 mg tab no. XXX Catatan :


S 3 dd Tab I p.c. • Berdasarkan PPM IDAI  dosis rekomendasi
R/ Vitamin C 50 mg tab No. XXX = 4- 6 mg/ kgBB/ hari. Misal BB anak 30 kg,
S 2 dd Tab I p.c. maka 30 x (4-6) = 120 – 180 mg besi
elemental per hari
Pro : An. Duda • Tablet Ferrous Sulfat 300 mg mengandung 60
Usia : 3 tahun mg besi elemental, maka pemberian adalah 3
kali Ferrous Sulfat 300 mg
• Vitamin C / asam askorbat berfungsi untuk
Dapat digantikan dengan sediaan Syrup (15 membantu penyerapan besi
mg/ 5 mL) bila anak belum mampu meminum
tablet :
R/ Fe elemental syr. 60 mL fl No. III
S 3 dd C III
IMUN
Intoleransi Laktosa
• Ketidakmampuan untuk mencerna laktosa
• Defisiensi enzim lactase yang membagi
laktosa menjadi 2 komponen gula, glukosa,
dan galaktosa
• Tanda&gejala
• Diare, abdominal discomfort
• Flatus
• Nyeri abdomen
• Bloating
• Nausea
Penegakkan Diagnosis Intoleransi laktosa
• Eliminasi laktosa dari diet (ibu dan anak)
• Milk Challenge
• Intestinal biopsy
• Tes keasaman feses
• Hydrogen Breath Test: uji diagnostic intoleransi
laktosa yang paling akurat. Sebelum melakukan
tes tersebut, pasien perlu menghindari beberapa
jenis makanan, obat-obatan, dan paparan rokok.
• Lactose Tolerance Test: Uji ini mengukur kadar
gula darah pasien setelah memakan atau
meminum laktosa. Malam sebelum tes dilakukan,
pasien dipuasakan. Apabila gula darah tidak naik,
diagnosisnya adalah intoleransi laktosa.
TATALAKSANA ALERGI SUSU SAPI
TATALAKSANA ALERGI SUSU SAPI
ENDOKRIN
Hipoglikemia
• Merupakan kondisi GLUKOSA PLASMA:
• <45 mg/dL pada bayi atau anak-anak dengan atau tanpa gejala
• <35 mg/dL pada neonates aterm <72 jam
• <25 mg/dL pada neonates premature dan KMK <1minggu
TATALAKSANA : Hipoglikemia
Perbedaan
Hipotiroid
• Tanda dan gejala: • Pemeriksaan Penunjang:
• Delayed bone age
Pemeriksaan darah
• Peningkatan WHZ score
TSH, fT4
• Kesulitan mengikuti pelajaran Darah lengkap
di sekolah
Ibu:cek Ab
• Gejala mirip orang dewasa 
konstipasi, intoleransi dingin, Radiologi
puffy face Bone age
• Kadang disertai pembesaran Skintigrafi tiroid
kelenjar pituitary dan tiroid Screening fungsi tiroid
Screening usia 2-5hari atau 2-6
minggu
Tanda dan gejala Skor
Kesulitan minum 1
Obstipasi 1
Kurang aktif/letargi 1
Hipotonia 1
Hernia umbilikalis 1
Macroglossia 1
Kulit burik (skin mottling) 1
Kulit kering dan kasar 1.5
Ubun-ubun belakang terbuka 1.5
Muka yang khas 3
Total 13
Bila skor > 4, periksa TSH dan T4
SCREENING
NUTRISI PEDIATRI
Interpretasi Z-Score
Gizi Buruk
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhan energi dan
nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya (WHO)
• Dibagi menjadi 3:
• Overnutrition (overweight, obesitas)
• Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
• Defisiensi nutrien spesifik
• Malnutrisi energi protein (MEP):
• MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
• MEP derajat berat (gizi buruk)
• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
• Marasmus
• Kwashiorkor
• Marasmik-kwashiorkor
Gizi Buruk
Marasmus

Karbohidrat
Wajah Tulang rusuk
Pemecahan lemak dan terlihat tua terlihat jelas
IGA GAMBANG
protein meningkat

Lemak subkutan
menurun

Muscle wasting, kulit Baggy pants


keriput

Turgor kuli berkurang


Rambut kemerahan

Gizi Buruk Mudah tercabut

Protein menurun
edema

Serum albumin menurun

Tekanan osmotic koloid


serum menurun
Crazy pavement dermatosis
Kelainan kulit berupa bercak merah
Edema muda yang
Meluas, berubah warna menjadi coklat
gelap dan
terkelupas
Antropometri dan Asuhan pediatri
• Jadwal pelaksanaan
• O – 1 tahun : 1 x / bulan
• 3 – 6 tahun : 1 x/ 6 bulan
• >6 tahun : 1x / 12 bulan
• Asesmen Nutrisi  plot menggunakan kurva
pertumbuhan
• < 5 tahun : kurva WHO
• > 5 tahun : kurva CDC
• Kebutuhan kalori
• Hitung kebutuhan kalori menggunakan BB ideal dari Tabel RDA
kurva WHZ (menggunakan TB sebagai acuan)
• Tentukan usia seharusnya dari TB kronologis
• Hitung jumlah kalori dengan menyesuaikan table RDA
Antropometri dan Asuhan pediatri
• Tentukan cara pemberian
• Oral
• Enteral (OGT/ NGT)
• Parenteral (Vena)
• Jenis nutrisi
• Fase stabilisasi : F75
• Fase transisi : F100
• Fase rehabilitasi : F100
• Monitoring :
• Akseptabilitas  mual/ muntah
• Toleransi  diare
• Efektivitas  kenaikan berat
badan dan monitoring
pertumbuhan
Hipoglikemia
• GDS < 54 mg/dL
• Segera beri F-75 pertama, bila tidak
dapat disediakan dengan cepat, berikan
50 ml glukosa/ gula 10% (1 sendok teh
munjung gula dalam 50 ml air) oral/NGT.
• Jika anak tidak sadar  larutan glukosa
10% IV bolus 5 ml/kg BB, atau larutan
glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan
NGT.
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3
jam, siang dan malam selama minimal
dua hari.
Dehidrasi pada Gizi Buruk
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
• Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan
F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Infeksi pada Gizi Buruk
Anggap semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang dan segera diberi
antibiotik.

PILIHAN ANTIBIOTIK SPEKTRUM LUAS


• Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata  Kotrimoksazol PO (25 mg SMZ + 5 mg
TMP/kgBB/12 jam selama 5 hari.
• Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat),
atau jelas ada infeksi.
• Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV/6 jam selama 2 hari), dilanjutkan Amoksisilin PO (15 mg/kgBB/8
jam selama 5 hari) ATAU Ampisilin PO (50 mg/kgBB/6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7
hari, DITAMBAH Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
• Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap
8 jam) selama 5 hari.
• Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan Kloramfenikol
(25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Pemberian Mikronutrien pada Gizi Buruk
• Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1
mg/hari)
• Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
• Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik
(mulai fase rehabilitasi)

Vitamin A pada Gizi Buruk


• Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan dosis:
<6 bulan  50.000 iu (½ kapsul biru)
6-12 bulan  100.000 iu (kapsul biru)
1-5 tahun  200.000 iu (kapsul merah)
• Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A
dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
VAKSINASI PADA ANAK
KATEGORI VAKSIN
UPDATE!
2017 2020
Hepatitis B - Dosis pertama 12 jam setelah lahir - Dosis pertama: sebelum usia 24 jam. Jika berat lahir <
- 18 bulan tidak ada 2000 gram, runda sampai usia ≥ 1 bulan.
- Jika ibu hbsag (+), segera setelah lahir
- 18 bulan ada
IPV Minimal 1 kali IPV Minimal 2x IPV sebelum usia 1 tahun
BCG Sebelum 3 bulan, optimal 2 bulan Setelah lahir atau sebelum bayi 1 bulan

Booster DTP 5 tahun 5-7 tahun (BIAS 1 SD), 10-11 tahin (BIAS 5 SD),
18 tahun
Booster HIB 15-18 bulan 18 bulan

MR/MMR - Jika sudah vaksin campak 9 bulan, maka - 9 bulan vaksin MR


MMR/MR 15 bulan - 12 bulan belum MR dapat diberi MMR
- Booster 18 bulan dan usia 5-7 tahun
Varisela - Setelah 12 bulan terbaik sebelum SD - Usia 12-18 bulan 2 dosis
- > 13 tahun: 2 dosis, interval min 4 minggu - 1-12 tahun: interval 6 minggu – 3 bulan
- > 13 tahun: interval 4-6 minggu
2017 2020
Japanese - Mulai usia 12 bulan - Mulai usia 9 bulan (hanya pada daerah endemis)
ensefalitis

HepatitIs A Mulai usia 2 tahun, 2x, interval 6-12 bulan Mulai usia 1 tahun, 2x, interval 6-18 bulan

Dengue - Usia 9-16 tahun - Usia 9-16 tahun 3x, jarak 6 bulan dengan dengue
- Jadwal 0,6, 12 bulan seropositive
HPV Mulai 10 tahun, 3 kali - Anak perempuan usia 9-14 tahun: 2 kali, jarak 6-15
bulan (BIAS 5 dan 6 SD)
- > 15 tahun: 3 kali 0-1-6 bulan
PCV - Usia 7-12 bulan: 2 kali, interval 2 bulan - 7-12 bulan: PCV 2 kali, jarak minimal 1 bulan
- > 1 tahun: 1 kali, booster 2 bulan setelahnya - 1-2 tahun: 2 kali, jarak 2 bulan
- > 2 tahun: PCV 1 kali - 2-5 tahun: PCV10 2x jarak 2 bulan, PCV 13 1x
Rotavirus - Rotavirus monovalent: 2x, dosis pertama 6-14 - Rotavirus monovalent: 2x, dosis pertama mulai usia
minggu, tidak diberikan > 15 minggu 6 minggu, interval 4 minggu, selesai pada usia 24
- Rotavirus pentavalent: 3x, dosis pertama 6-14 minggu
minggu, tidak diberikan > 15 minggu - Rotavirus pentavalent: 3x, dosis pertama 6-12
minggu
Vaksin Dosis dan keterangan
Hepatitis B •Hep B 1  didahului pemberian vit. K min 30 menit sebelumnya
•0,5cc IM
•Bayi dari ibu HbsAg  HbIg untuk cegah infeksi perinatal

Polio •Polio 0 (OPV) diberikan saat akan pulang dari RS atau saat
lahir
• 2 tetes peroral
•IPV  0,5 ml IM
BCG •Optimal diberikan usia 2 bulan.
•>3 bulan perlu uji tuberkulin
•0,05 ml intrakutan
DPT •DPT 1 paling cepat usia 6 minggu  2,3,4 bulan
•0,5 ml IM
•> tahun  booster TD diulang tiap 10 thn
Pneumokokkus •0,5 ml IM
(PCV) •Jika 7 -12 bln 2x vaksin interval 2 bln
•>12 bln  vaksin dan 1x booster (int 2 bln)
•>24 bln  1x vaksin
Rotavirus •Mulai usia 6-14 minggu
•Monovalen  2x interval 4 minggu optimal selesai <16 minggu tidak
melampaui 24 minggu
•Pentavalen  3x, interval 4-10minggu, tidak melampaui 32 minggu
Influenza •> 6 bulan, diulang 1x setiap tahun
•Pertama kali vaksin jika <9tahun, diberikan 2x interval 4 minggu
•6-35 bulan  0,25 ml IM
•≥ 3 tahun  0,5 ml IM
Campak •Campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan bila sudah mendapat
MMR
•0,5 ml SC
MMR •0,5 ml SC
•Apabila sudah mendapatkan pada usia 9 bulan, maka diberikan pada
usia 15 bulan (jarak 6 bulan)
•12 bulan belum campak  MMR/MR

Varicella •Diberikan setelah 12 bulan  cukup 1 x (sebelum masuk SD)


•Jika diberikan >12 tahun  2x dengan interval 4 minggu
•0,5 ml SC
Vaksin Hepatitis B Pada Prematur dan BBLR

Anda mungkin juga menyukai