Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

A. Pengertian

 Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak

daripada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/jam. Defenisi lain

memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.

Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah. (Amin,

dkk.2015)

 Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari

(Depkes RI, 2011).

 Diare merupakan kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal

(Lebih dari 3 kali/ hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari)

dan konsistensi (feses cair) ( Brunner dan Suddarth, 2010).

 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah

suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal dengan frekuensi

buang air besar lebih dari tiga kali dengan konsistensi feses encer, disertai

adanya perubahan dalam isi feses yaitu lebih dari 200 g/ hari yang dapat

atau tanpa disertai lender dan darah.


B. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah

1. Diare Akut

Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-

tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam

traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau

saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif).

Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari)

dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

2. Diare Kronik

Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan

kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari.Kerap kali

diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit

inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare

nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang

memadai.

Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak

12 Bulan s/d
s/d 4 Bulan 4-12 Bulan 2-5 Tahun
Usia
2 Tahun

< 6 Kg 6 - < 12 Kg 10 - < 12 Kg 12 -19 Kg


BB
Jumlah
cairan 200-400 cc 400-700 cc 700-900 cc 900-1400 cc
rehidrasi
oral
C. Etiologi

Etiologi diare menurut Amin, dkk (2015)

1. Diare Akut

a) Virus : Rotavirus, adenovirus, norwalk virus

b) Parasit. Protozoa : Giardia lambdia, entamoeba hystolitica, trikomonas

hominis, isospora sp, cacing (a lumbricoides, A. Duodenale,N

americanus, T . Trichiura, O. vermicularis, S. strecolaris, T, saginata,

T. sollium).

c) Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E

coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa

usus (Shingella, Salmonella spp, Yersinia)

2. Diare Kronis

Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori

pathogenesis terjadinya :

a) Diare osmotic

b) Diare sekretorik

c) Diare karena gangguan motilitas

d) Diare inflamatorik

e) Malabsorbsi

f) Infeksi kronik

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diare menurut Amin, dkk (2015)


1. Diare akut

a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

b) Onset yang takterduga dari buang air besar encer,gas-gas dalam perut,

rasa tidak enak, nyeri perut

c) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut

d) Demam

2. Diare kronik

a) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

b) Penurunan BB dan nafsu makan

c) Demam indikasi terjadi infeksi

d) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

Bentuk klinis diare

DIAGNOSA DIDASARKAN PADA KEADAAN


Diare cair akut  Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
 Tidak mengandung darah
Kolera  Diare air cucian beras yang sering adaan
banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi
berat , atau
 Diare dengan dehidrasi berat selama
terjadi KLB kolera, atau
 Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V. Cholera 01 atau 0139
Disentri  Diare berdarah (Terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten  Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi buruk  Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika (  Mendapat pengobatan antibiotic oral
Antibiotic Associated spectrum luas
Diarrhea)
Invaginasi  Dominasi darah dan lender dalam tinja
 Massa intra abdomen (abdominal mass)
 Tangisan keras dan kepucatan pada bayi)
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare :

Dehidrasi Berat Terdapat 2 atau lebih tanda : Beri cairan untuk


 Letargis/tidak sadar diare dengan dehidrasi
 Mata cekung berat (lihat rencana
 Tidak bisa minum atau terapi C untuk diare
,alas minum dirumah sakit di bab
 Cubitan kulit perut dehidrasi)
kembali sangat lambat
(>2 detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda :  Beri anak cairan
Ringan atau  Rewel, gelisah dengan makanan
Sedang  Mata cekung untuk dehidrasi
 Minum dengan lahap, ringan (lihat
haus rencana terapi B di
 Cubitan kulit kembali bab dehidrasi)
dengan lambat  Setelah rehidrasi,
nasehat ibu untuk
penanganan
dirumah dan kapan
kembali segera
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda  Beri cairan dan
untuk diklasifikasikan makanan untuk
sebagai dehidrasi ringan menangani diare
atau berat dirumah (lihat
rencana terapi A)
 Nasihat ibu kapan
kembali segera
 Kunjungi ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik

E. Penatalaksanaan Diare

Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah

tuntaskan diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi

diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi

akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.

Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare yaitu:


a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru

dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak minum harus segera di

bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan.

Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi.

1) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4

tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 –

1½ gelas setiap kali anak mencret

2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

3) Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan

dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit.

Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar


dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu

selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok

setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare

berhenti.

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus

yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare

pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus

diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

1) Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara

pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang

atau air susu ibu, sesudah larut berikan pada anak diare.

c. Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada


penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum air susu ibu harus

lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum susu formula juga

diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk

bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan

yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2

minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

d. Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian

diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya

bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena

shigellosis), dan suspek kolera.

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang:

1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a) Diare lebih sering

b) Muntah berulang

c) Sangat haus

d) Makan/minum sedikit

e) Timbul demam
f) Tinja berdarah

g) Tidak membaik dalam 3 hari.

F. Pencegahan

Diare umumnya ditularkan melalui 4 F, yaitu food, feses, fly, dan finger. Oleh

karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus

rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah

penyiapan makanan yang higienis, penyediaan air minum yang bersih serta

perilaku cuci tangan dan menjaga agar lingkungan tetap bersih dan sehat

(Kemenkes RI, 2010)

G. Patofisiologi

Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare

adalah sebagai berikut :

Gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,

isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan

sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya

toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit

kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat

peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan


sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare.

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam kemungkinan

faktor diantaranya :

1. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk

kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan

merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus,

selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan

gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga

dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif

dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi

cairan dan elektrolit akan meningkat.

2. Faktor malabsorpsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang menyebabkan

tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kerongga usus yang dapat isi meningkatkan rongga usus sehingga

terjadilah diare.

3. Faktor makanan

Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan

baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan

penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian

menyebabkan diare.
4. Faktor psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus

yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang

menyebabkan diare.
H. Pathway
I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diare menurut Amin, dkk (2015)

1. Pemeriksaan tinja

 Makroskopis dan mikroskopis

 Ph dan kadar gula dalam tinja

 Biakan dan resistensi feces (colok dubur)

2. Analisis gas darah apabila didapat tanda-tanda gangguan keseimbangan

asam basa (pernapasan kusmaul)

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan fosfat

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan

umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009), keadaan umum

bayi yang dapat diperiksameliputi mengkaji dehidrasi seperti

berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa

yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit

yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala

meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah

dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat

menunjukan syok yang mengancam).Riwayat penyakit akan memberikan

informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti


pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular,

berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewan

yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan

obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap

makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus

apel).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada diare menurut Nanda NIC NOC

2015, adalah :

a. Diare berhubungan denganproses infeksi

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan aktif (diare)

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena

diare

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan muntah, hilangnya nafsu makan

e. Resiko syok hipovelemik

f. Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis akutberhubungan

dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan

dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi

pasien.Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit


gastroenteritis akut atau diaremenurut Nurarif dan Hardhi (2015)adalah

sebagai berikut:

Diagnosa Tujuan dan kriteria


No Intervensi (NIC)
Keperawatan hasil (NOC)
1. Diare Setelah dilakukan NIC
berhubungan tindakan keperawatan Diarhea Management
dengan proses 2x24 jam diharapkan - Evaluasi efek
infeksi Diare pada pasien samping
teratasi. pengobatan
NOC : Electrolyte and terhadap
Acid base balance gastrointestinal
Kriteria hasil : - Ajarkan pasien
a. Feses berbentuk, untuk
BAB sehari sekali menggunakan
tiga hari obat anti diare
b. Menjaga - Evaluasi
daerahsekitar intake
rectal dari iritasi makanan yang
c. Tidak mengalami masuk
diare - Identifikasi
d. Menjelaskan faktor penyebab
penyebab diare dari diare
dan rasional - Monitor tanda dan
tindakan gejala diare
e. Mempertahankan - Observasi turgor
turgor kulit kulit secara rutin
- Ukur
diare/keluaran
BAB
- Hubungi dokter
jika ada kenaikan
bising usus
- Monitor persiapan
makanan yang
aman
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual dan
muntah
2. Kekurangan Setelah dilakukan NIC
volume cairan tindakan Fluid management
berhubungan keperawatan 2x24 - Timbang
dengan jam diharapkan popok/pembalut
kehilangan pasien tidak jika diperlukan
volume cairan kekurangan cairan - Pertahankan
aktif (diare) NOC : Status nutrisi: intake dan output
Intake makanan dan yang akurat
cairan - Monitor status
Kriteria hasil : hidrasi dan
a. Mempertahankan kelembaban
urine output sesuai membran mukosa
dengan usia dan BB - Monitor vital sign
(urine normal) - Monitor masukan
b. Tekanan darah nadi makanan
suhu dalam batas - Kolaborasi obat
normal dengan dokter
c. Tidak ada tanda- - Monitor berat
tanda dehidrasi. badan
Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
3 Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC
gan nutrisi tindakan keperawatan Manajemen Nutirisi
kurang dari 2x24 jam diharapkan - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi makanan
berhubungan NOC: Status nutrisi: - Kolaborasi
dengan output Intake makanan dan dengan ahli gizi
yang berlebihan. cairan untuk menentukan
Kriteria Hasil: jumlah kalori dan
a. Adanya nutrisi yang
peningkatan berat dibutuhkan pasien
badan sesuai - Monitor jumlah
dengan tujuan nutrisi dan
b. Berat badan ideal kandungan kalori
sesuai dengan - Berikan informasi
tinggi badan tentang kebutuhan
c. Mampu nutrisi
mengidentifikasi - Kaji kemampuan
kebutuhan nutrisi pasien untuk
d. Tidak ada tanda- mendapatkan
tanda malnutrisi nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgot
kulit
- Monitor mual
dan muntah
4. Kerusakan Setelah dilakukan NIC
intergritas kulit tindakan keperawatan Pressure Management
berhubungan 2x24 jam diharapkan - Jaga kebersihan
dengan tidak terjadi infeksi. kulit agar tetap
seringnya BAB NOC: Tissue Integrity kering dan bersih
dan iritasi oleh skin - Monitor kulit
fases yang Kriteria Hasil: adanya kemerahan
bersifat asam a. Integritas Kulit yang - Mandikan pasien
baik bisa dengan sabun dan
dipertahankan air hangat
(sensasi, elastisitas, - Anjurkan pasien
temperatur, hidrasi) untuk
b. Tidak ada luka atau menggunakan
lesi pada kulit pakaian yang
Mampu melindungi longgar
kulit dan - Hindari kerutan
mempertahankn pada tempat tidur
kelembaban kulit dan
perawatan alami
5. Defisiensi Setelah dilakukan NIC
pengetahuan tindakan keperawatan Teaching : disease
berhubungan 2x24 jam diharapkan process
dengan pengetahuan pasien dan - Berikan penilaian
keterbatasan keluarga tentang tentang tingkat
paparan penyakit pasien pengetahuan
informasi bertambah. pasien tentang
NOC : Knowledge : proses penyakit
disease process yang spesifik
Kriteria Hasil : - Gambarkan tanda
a. Pasien dan keluarga dan gejala yang
menyatakan biasa muncul pada
pemahaman tentang penyakit, dengan
penyakit, prognosis cara yang tepat
dan progam - Gambarkan proses
pengobatan penyakit dengan
Pasien dan cara yang tepat
keluarga mampu - Sediakan
melaksanakan informasi pada
prosedure yang pasien tentang
dijelaskan secara kondisi, dengan
benar cara yang tepat
c. Pasien mampu - Diskusikan
menjelaskan pilihan terapi atau
kembali apa yang penanganan
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainya
6. Resiko syok Setelah dilakukan - Monitor status
hipovelemik tindakan keperawatan sirkulasi BP,
2x24 jam diharapkan warna kulit, suhu
tidak terjadi syok pada kulit, denyut
pasien jantung, HR, dan
NOC : Syok prevention ritme, nadi perifer,
Kriteria hasil : dan kapiler refill
a. Nadi dalam batas - Monitor
yang diharapkan oksigenasi
b. Irama jantung dalam Monitor input dan
batas yang output
diharapkan - Monitor suhu dan
c. Frekuensi nafas pernafasan
dalam batas normal - Monitor tanda
awal syok
- Kolaborasi obat
dengan dokter
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes RI. (2010). Pedoman kader seri kesehatan anak.Jakarta: Direktorat Bina
Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI

Depkes RI. (2011). Buku saku petugas kesehatan lintas diare. Jakarta : Depkes RI.

Hardhi dan Amin. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis dan NANDA NIC- NOC. Yogyakarta: Media Action Publishing.

Vivian, N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

Wong. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik.Alih bahasa Andry


Harmono.Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC. Wong, L Dona, 2009.Buku
ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Editor : Egi

Yuniarti, U. (2016). Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Gastroenteritis


Akut Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto).

Anda mungkin juga menyukai