Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE (GASTROENTERITIS)

Disusun Oleh:

Ilham Barry Amrulloh (1603036)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
A. DEFINISI
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi
(feses cair). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tak nyaman
pada area perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor
yang menentukan keparahannya : sekresi intestinal, perubahan penyerapan
mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut atau kronis. (Baughman,
2000)
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.
Diare kronis didefinisikan sebagai suatu peningkatan frekuensi
defekasi dan keenceran tinja yang berlangsung selama lebih dari 2 minggu
(Schwartz, 2004). Diare kronik ini disertai kehilangan berat badan atau tidak
bertambah berat badannya selama masa tersebut.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Lama waktu diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu.
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Mekanisme patofisiologi : osmotik atau skretorik dll
3. Berat ringan diare : kecil atau besar.
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi.
5. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional.
Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak
(Djuanda Adhi)
Kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama menurut usia
USIA S/D 4 bulan 4-12 bulan 12 bulan s/d 2 2-5 tahun
th
BB < 6 kg 6-<12 kg 10-<12 kg 12-19 kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 mL 900-1400
cairan mL mL
rehidrasi oral

B. ETIOLOGI
Behrman (1999), menerangkan bahwa penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
internal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler,
tersinia, aeromonas, dsb.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere,
poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong
Ylokles, protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella lemblia,
tracomonas homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan,
seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galatosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng
intoleransi laktasi.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).

Penyebab diare berdasarkan lamanya diare :


1. Diare akut
Virus, protozoa ; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica; bakteri : yang
memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E coli, V cholera, C
difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella,
Salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal, inflammatory Bowel
Disease (acute on chronic), colitis radiasi.
2. Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori
patogenesis terjadinya
- Diare osmotic
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik

C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan
kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan
usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat
unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan
oleh gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus
oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh
pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini
antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini
memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Peningkatan frekuansi dan kandungan cairan dalam feses.
2. Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus.
3. Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif
(tenesmus) mungkin terjadi setiap kali defekasi.
4. Sifat dan awitannya dapat eksplosif dan bertahap. Gejala yang berkaitan
adalah dehidrasi dan kelemahan.
5. Feses yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.
6. Feses yang lunak, semipadat berkaitan dengan kelainan kolon.
7. Feses berwarna keabu-abuan menandakan malabsorpsi usus.
8. Mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.
9. Bercak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi
pankreas.
10. Diare nokturnal mungkin merupakan manifestasi neuropati diabetik.
(Baughman, 2000)
Manifestasi klinis berdasarkan lamanya diare (akut dan kronis) :
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang takterduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut.
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
(Yuliana elin, 2009)
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari.
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare air cucian beras yang sering dan
banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi
berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama
terjadi KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V. Cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi buruk - Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika - Mendapat pengobatan antibiotik oral
(Antibiotic Associated spectrum luas
Diarrhea)
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intra abdominal (abdominal mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Sumber : buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit hal : 133
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih Beri cairan untuk diare
berat tanda : dengan dehidrasi berat (lihat
Letargis/tidak sadar rencana terapi C untuk diare
Mata cekung dirumah sakit di bab
Tidak bisa minum atau dehidrasi)
malasa minum
Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih Beri anak cairan dengan
ringan atau tanda : makanan untuk dehidrasi
sedang Rewel,gelisah ringan (lihat rencana terapi B
Mata cekung di bab dehidrsi)
Minum dengan lahap,haus Setelah rehidrasi,nasehati ibu
Cubitan kulit kembai untuk penanganan dirumah
denga lambat dan kapan kembali segera
Tanpa Tidak terdapat cukup Beri cairan dan makanan
dehidrasi tanda untuk untuk menangani diare
diklasifikasikan sebagai dirumah (lihat rencana terapi
dehidrasi ringan atau berat A)
Nasehati ibu kapan kembali
segera
Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis
mengarahkan dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah
bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak
spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C.
Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin,
bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih
berdasarkan prioritas diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED,
biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin
serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial
untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum
menyingkirkan giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel
tinja dengan Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Pada kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja harus diukur,
walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang terstandarisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat
klasifikasi pankras, sebainya diperiksa dengan endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dan / atau CT
pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan
penyakit seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian
bawah lebih menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan
kontras karena, bahkan ketika mukosa terlihat normal pada biopsi
bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya kolistik limfositik,
kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni,
penyakit Crohn atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di
urutan terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap
merupakan cara paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan
diare sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi
hormonharus dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut
tunggal dan belum mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan
pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah
untuk Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya
bila ada riwayat perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan
parasit (ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid,
Campylobacter, Clostridium difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau
kangkaer (atau kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki
nilai diasnostik.
F. PATHWAY
Pathway diare

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air &


elektrolit
Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di
usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan

Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan kulit
cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS (Nurarif, Amin &
Penatalaksanaan medis primer diarahkan padaKusuma, H., 2013)
pengontrolan dan
menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber
non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare
meliputi : pemberian cairan, pengobatan dietetik (cara pemberian makanan)
dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa
untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar
natrium 90 ml g/L. Pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b. Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan
tergantung berat / ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml
/ kg BB / hari
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)
selanjutnya 125 ml / kg BB / hari
4) Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b. Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai
sedang / tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak
diberikan lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg
BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti :
OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal – hal yang perlu dikaji pada pasien diare menurut Suriadi (2001),
antara lain :
a. Aktivitas atau istirahat
Gangguan pola tidur misal insomnia dini hari, perasaan ansietas,
kelemahan fisik.
b. Sirkulasi
Merasakan dingin meskipun diruangan hangat.
c. Integritas ego
Merasa marah, menolak atau ansietas.
d. Eliminasi
Diare atau konstipasi, nyeri abdomen yang tidak jelas dan distres.
e. Makanan atau cairan
Lapar terus menerus atau menyangkal lapar atau nafsu makan
menurun, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
f. Hygine
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku
anak, cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Sedangkan menurut Supartini (2004), hal – hal yang perlu dikaji adalah
riwayat diare, status dehidrasi, tinja (warna, jumlah, bau), konsistensi dan
frekuensi BAB, intake dan output, tingkat aktivitas anak dan yang
terakhir kaji tanda-tanda vital anak.
2. Masalah yang lazim muncul
a. Diare b.d proses infeksi,inflamasi diusus
b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
c. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi / BAB sering
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan intake makanan
e. Resiko syok (hipovolemi)
f. Gangguan pertukaran gas
g. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

3. Discharge planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian
makanan dan minuman (misal oralit).
b. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata
cekung,turgor kulit tidak elastis,membran mukosa kering) dan segera
dibawa ke dokter.
c. Jelaskan obat-obatan yang diberikan,efek samping dan kegunaannya.
d. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan
gangguan gizi yang terjadi.
e. Banyak minum air.
f. Hindari konsumsi minuman bersoda/minuman ringan yang banyak
mengandung glukosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan air
terserap ke usus sehingga memperberat kondisi diare.
g. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali
sesudah buang air besar atau kecil dan sebelum menyiapkan
makanan untuk mencegah penularan diare.
h. Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sangat
manis hingga gejala diare membaik.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan medikal-bedah : buku saku dari


Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Djuanda Adhi, Azwar Azrul, dkk. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi
2011/2012 Ed : 11. Jakarta : BIP
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, Ed : 4.
Jakarta : Internal Publishing
Yuliana elin, Andradjati Retnosari, dkk. 2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta :
ISFI

Anda mungkin juga menyukai