Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare

1. Pengertian Diare

Diare (diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani (diarroia) yang

berarti mengalir terus. Diare adalah suatu masalah kehilangan cairan dan

elektrolit melalui tinja sehingga terjadi perubahan konsistensi tinja

(lembek atau cair). Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 3x

dalam sehari dengan konsistensi cair atau lunak (NANDA,

2 0 2 1 ) . Diare ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi

pada tinja, yang melembek atau cair dan bertambahnya frekuensi buang air

besar lebih dari biasanya. Diare adalah buang air besar yang tidak normal

atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Diare adalah buang air besar yang encer atau cair sebanyak 3 kali atau

lebih per hari, atau lebih sering dari biasanya pada individu, yang dapat

disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit. Infeksi

menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari

orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk.

Diare yaitu salah satu penyakit yang sering menyebabkan kejadian luar

biasa. Diare merupakan peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi

feses, diare pada balita dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016).

Pada kasus diare terjadi gangguan fungsi penyerapan dan sekresi yang

6
terjadi disaluran pencernaan sehingga pola buang air besar tidak normal

dan bentuk tinja encer karena kandungan air lebih banyak dari normal

yakni 100-200 ml sekali defekasi menurut Zahro & Khasanah (2017

dalam Mahmud 2019). Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil

dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran

gastrointestinal dengan manifestasi disertai muntah-muntah atau

ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2013).

Dari pengertian di atas diare adalah penyakit yang disebabkan oleh

infeksi bakteri, faktor makanan, dan faktor kebersihan lingkungan. Diare

ditandai dengan keluarnya feses secara berlebihan lebih dari 3x sehari,

feses berupa cair dan lembek. Diare menyebabkan penderita kekurangan

cairan dalam tubuh akibat dari pengeluaran cairan bersama feses yang

berlebihan, diare yang menyebabkan dehidrasi dapat menyebabkan

penderita mengalami kematian. Diare banyak menyerang pada balita yang

berusia 1-5 tahun.

2. Klasifikasi Diare

Diare mempunyai jenis yang berbeda-beda. Menurut Kemenkes RI (2019)

jenis-jenis diare adalah sebagai berikut:

a. Diare Akut Cair

Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari

biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi

7
cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.

b. Diare bermasalah

Diare bermasalah terdiri dari diare berdarah, kolera, diare

berkepanjangan (prolonged diarrhea), diare persisten/kronik dan diare

dengan malnutrisi.

c. Diare berdarah

Diare berdarah atau disentri adalah diare dengan darah dan lendir

dalam tinja dan dapat disertai dengan adanya tenesmus.

d. Kolera

Diare terus menerus, cair seperti air cucian, tanpa sakit perut, disertai

muntah dan mual diawal penyakit.

e. Diare berkepanjangan

Diare berkepanjangan (prolonged diarrhea) yaitu diare yang

berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari. Penyebab diare

berkepanjangan berbeda dengan diare akut. Pada keadaan ini kita tidak

lagi memikirkan infeksi virus melainkan infeksi bakteri, parasit,

malabsorpsi, dan beberapa penyebab lain dari diare persisten.

f. Diare persisten/Diare kronik

Diare persisten/diare kronik adalah diare dengan atau tanpa disertai

darah, dan berlangsung selama 14 hari atau lebih. Bila sudah terbukti

disebabkan oleh infeksi disebut sebagai diare persisten.

8
3. Etiologi

Etiologi diare menurut Ridha (2014) bermacam-macam faktor seperti

faktor infeksi, faktor makanan, dan faktor lingkungan.

a. Faktor Infeksi merupakan penyebab utama terjadinya diare,baik infeksi

yang disebabkan oleh bakteri,parasit maupun virus, penyebab lain

terjadinya diare adalah vaksin dan penggunaan obat, nutrisi enteral

diikuti puasa yang berlangsung lama,kemoterapi,impaksi fekal

(Overflow diarrhea) dan berbagai kondisi lain seperti :

1) Infeksi Bakteri: Vibrio,Escherichia coli, salmonella, shigella,

campylobacter, yershinia, dll.

2) Infeksi Virus: Vibrio,Enterovirus, (Virus ECHO, coxsackaie,

polimyelitis), adenovirus. Retrovirus,dll.

3) Infeksi Parasit: Cacing (ascori,trichoris, oxyuris, histolitika,

gardia lambia, tricomonas hominis, Jamur (Candida Albicans)

b. Faktor lain yang dapat menyebabkan diare yaitu :

1) Faktor Makanan

Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran (mentah/kurang matang).

2) Faktor Lingkungan

Diare disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air

bersih dengan sanitasi yang jelek menyebabkan penyakit menjadi

9
mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah tercemar,

pembuangan tinja yang tidak sehat, tidak mencuci tangan dengan

bersih setelah buang air besar,kondisi lingkungan sekitar yang kotor

dan tidak terjaga kebersihannya.

4. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Ridha (2014) pasien dengan diare akut akibat infeksi sering

mengalami naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan

diare. Kekurangan cairan (Hipovolemik) menyebabkan pasien merasa

haus, lidah kering dan ditandai dengan turgor kulit menurun,suara menjadi

serak (Ridha, 2014). Bila terjadi hipovolemik berat maka denyut nadi

cepat (>120x/menit). Tekanan darah menurun, pasien gelisah,muka pucat,

ujung-ujung ekstremitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan cairan

apabila tidak segera di atasi akan menimbulkan penyakit nekrosis tubulus

akut. Akibat diare dalam waktu yang panjang adalah: dehidrasi, asidosis

metabiolik, gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak, hipoglikemi,

gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehinggaterjadi syok.

Dehidrasi dibagi menjadi 4 derajat dehidrasi yaitu: Tidak ada dehidrasi

bila terjadi penurunan BB 2,5%, dehidrasi ringan,bila terjadi penurunan

BB 2,5-5%, dehidrasi Sedang bila terjadi penurunan BB 5-10%, dehidrasi

berat,bila terjadi penurunan BB 10%

Tanda dan gejala diare antara lain: Sering BAB dengan konsistensi

10
tinja cair atau encer, Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi,turgor kulit

jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran

mukosa kering, kram abdominal, demam, mual dan muntah, anoreksia,

lemah, pucat, perubahan TTV, menurun atau tidak ada pengeluaran urin

Manifestasi Klinis menurut Lestari (2016).

a. Menurut lamanya Diare

1) Diare Akut: Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset,

onset yang tidak terduga dari bab encer,rasa tidakenak, gas-

gas dalam perut, nyeri pada kuadran kanan bawah disertao

kram danbunyi perut, demam.

2) Diare Kronik: penurunan bb dan nafsu makan, demam

indikasi terjadi infeksi, dan dehidrasi tanda-tanda hipotensi

takikardi,denyut lemah

b. Menurut Dehidrasi

1) Pada Balita yang mengalami diare tanpa dehidrasi dengan

tanda-tanda: berak 1-2 kali sehari, nafsu makan berkurang,

masih ada keinginan untuk bermain

2) Pada Balita yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan

atau sedang, tanda-tandanya: berak cair 3-9 kali sehari,

kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang meningkat,

haus, tidak nafsu makan, dan badan lesu lemas

3) Pada Balita yang mengalami diare dengan dehidrasi

11
berat,tanda-tandanya: berak cair dan muntah terus-menerus,

haus mata cekung, bibir kering dan biru, tangan dan kaki

dingin, sangat lemas tidak nafsu makan, tidak ada keinginan

untuk bermain, tidak bak selama 6 jam, dan kadang disertai

dengan kejang atau panas tinggi.

5. Patofisiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2015); Tim Pokja SDKI (2018);

Ridha (2014). Mekanisme terjadinya diare adalah diare disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain faktor infeksi, faktor makanan, faktor

psikologi, dan terjadinya malabsorbsi KH, Lemak, Protein. Faktor infeksi

disebabkan oleh berkembangnya infeksi di usus yang menyebabkan

hipereksresi air & elektrolit, kemudian terjadi diare. Faktor makanan

menyebabkan diare karena beberapa sebab yaitu makanan yang mentah,

tidak sehat makanan yang kotor tidak higenis, yang menyebabkan toksik

tidak dapat diserap hingga terjadi hiperperistaltik yang menyebabkan

penyerapan makanan diusus menurun dan terjadilah diare. Sedangkan

faktor psikologi terjadinya diare yaitu antietas atau kecemasan yang

menyebabkan stress kemudian terjadi diare. Malabsorbsi KH, Lemak, dan

Protein sehingga meningkatkan tekanan osmotik menyebabkan pergesaran

air dan elektrolit ke usus sehingga diare terjadi. Diare ditandai dengan

frekuensi BAB meningkat, cairan yang berada didalam tubuh hilang,

menimbulkan hilangnya cairan & elektrolit sehingga terjadi gangguan

12
keseimbangan cairan,dehidrasi yang dapat mengakibatkan hipovolemia.

Hilangnya cairan dan eletrolit juga menyebabkan asidosis metabolik, dan

terjadi sesak akibat gangguan pertukaran yang okseigen yang terganggu

sehingga meningkatkan risiko syok. Selain menyebabkan kehilangan

cairan, diare juga menyebabkan gangguan integritas kulit yang disebabkan

oleh adanya peningkatan frekuensi BAB. Gangguan lain yang terjadi

adalah distensi abdomen, yang akan menyebabkan mual muntah pada

pasien diare, mual muntah yang dialami akan mengurangi nafsu makan

pada pasien, sehingga terjadi defisit nutrisi.

13
6. Pathways

Skema 1. 1 Pathways Diare

Infeksi Makanan Psikologi Malabsorb


si
KH,Lemak
Berkembang di Toksik tak dapat diserap Ansietas (D0080) , Protein

Hipersekresi air Hiperperistaltik Stress


& elektrolit

Penyerapan makanan Meningkatkan


Isi Usus di usus menurun tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare (D0020)
Frekuensi BAB
Distensi Abdomen
meningkat

Hilang cairan & Gangguan integritas Mual Muntah


elektrolit kulit (D0129)

Nafsu makan menurun


Gangguan
Asidosis metabolik
keseimbangan

Defisit Nutrisi
Sesak (D0019)
Dehidrasi

Gangguan pertukaran
Hipovolemia
(D0023)
Resiko Syok (D0039)

Sumber: Nurarif & Kusuma (2015 ); PPNI (2017); Ridha (2014); Muttaqin

(2013); Kemenkes RI (2014).

14
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Ridha (2014) yaitu:

a. Pemeriksaan darah tepi lengkap.

b. Pemeriksaan analisis gas darah, elekrolit, ureum, kreatin, dan berat

jenis, plasma dan urine.

c. Pemeriksaan urine lengkap.

d. Pemeriksaan feses lengkap.

e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi

sistemik.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksaan penanganan pada pasien dengan diare dilakukan dengan

berbagai cara. Menurut Ridha (2014) penatalaksaan pada balita akibat

infeksi yaitu :

a. Rehidrasi sebagai prioritas utama dalam pengobatan. Empat hal yang

perlu diperhatikan yaitu :

1) Jenis Cairan

Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan

ringer lactat atau NaCl apabila terjadi diare berat.

15
2) Jumlah Cairan

a) Jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah

pengeluaran cairan, pada bayi usia 0-6 bulan jumlah cairan

yang diperlukan 700 ml/hari, pada bayi usia 7-12 bulan

jumlah cairan yang diperlukan 800 ml/hari, pada balita usia 1-3

tahun diperlukan 1300 ml/hari, pada anak usia 4-8 tahun

diperlukan 1700 ml/hari

b) Perhitungan Kebutuhan Cairan Pada Anak menurut WHO

(2022)

i) <2 Tahun System: 24 jam, 4Jam 1: 5 tts/KgBB/Menit, 20

jam II: 3 tts/Kg/BB

ii) >2 tahun system: System 8 jam, 1 jam I: 10

tts/Kg/BB/Menit, 7 jam II: 3 tts/Kg/Menit

iii) PEM: System 24 jam, 1 Jam: 7 tts/Kg/BB/Menit, 13 Jam: 1

½ tts/Kg/BB/Menit

iv) Insesible Water Loss (IWL)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit

dengan mekanisme diffusi. Kehilangan cairan tubuh (IWL)

pada anak: (30-usia (tahun) cc/ kg/BB/hari).

16
Tabel 1. 1 IWL

Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)

Baru Lahir 30

Bayi 50-60

Anak-anak 40

Remaja 30

Dewasa 20

3) Jalan masuk atau rute pemberian

Rute pemberian cairan dapat dipilih melalui oral atau IV

4) Jadwal pemberian cairan

Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan

metode Daldiyono dalam Ridha (2014) pada 2 jam pertama.

Selanjutnya kebutuhan cairan dehidrasi diharapkan terpenuhi

lengkap pada akhir jam ketiga.

b. Identifikasi penyebab diare karena infeksi

Menentukan jenis diare koleroform atau disentriform. Selanjutnya

dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.

c. Terapi simtomatik

Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas

pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti

17
loperamid,pada infeksi salmonella, shigela dan koletis pseudomembran

sebaiknya tidak diberikan loperamid, karena kan memperburuk diare

yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu

kontak antara bakteri dengan epitel usus. Pemberian antiematik pada

balita, seperti metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat

rangsangan ekstrapiramidal.

d. Terapi definitif

Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah

pencegahan. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi

melalui vaksinasi sangat penting, selain terapi farmakologi.

9. Komplikasi

Menurut Ridha (2014) yaitu komplikasi mencakup potensial terhadap

distrimia jantung akibat hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna.

Pengeluaran urine kurang dari 30ml/jam,selama 2-3 hari berturut-turut.

Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensia dan anoreksia serta mengantuk

karena kadar kalium darah bawah 3,0 mEq/liter (SI: 3 mmol/L),

penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung (talukardio

atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel premature)

yang dapat menimbulkan kematian.Beberapa komplikasi dari diare yaitu :

a. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi

perubahan elekrokardiogram)

18
b. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia

c. Hiponatremi

d. Syok hipovolekmik

e. Asidosis dan Dehidrasi

19
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatan langsung pada pasien di bagian tatanan pelayanan

kesehatan yang pelaksanaanya berdasarkan kaidah profesi keperawatan.

Dalam Asuhan Keperawatan terdapat proses keperawatan, Proses Keperwatan

adalah sarana atau alat yang digunakan oleh seorang perawat dalam bekerja

dan tata cara pelaksanaannya tidak boleh dipisah dari tahap pengkajian hingga

evaluasi. Tahap pertama dalam proses keperawatan adalah pengkajian, tahap

yang kedua adalah penentuan diagnosa yang sesuai dengan masalah pasien,

Tahap ketiga dalam proses keperawatan menyusun rencana keperawatan

(intervensi) yang mengarah kepada penanganan diagnosa keperawatan, Tahap

keempat yaitu pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat yang disebut

dengan implementasi, tahap terakhir dalam proses keperawatan adalah

evaluasi terhadap pasien (Budiono, 2016).

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

yang merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. (Budiono,

2016)

Pengkajian ditulis menggunakan model pola kesehatan fungsional Gordon

Yang berisi:

20
a. Identitas Pasien

Nama, Tanggal lahir,Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Status, Agama,

Pendidikan, Pekerjaan

b. Identitas Penanggung jawab

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Hubungan

c. Data Medis

No RM, Diagnosa Medis, Tanggal masuk RS

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang lazim muncul pada penyakit diare adalah

peningkatan frekuensi dan feses cair, BAB lebih dari 3x, disertai atau tidak

disertai darah.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: muntah, demam, nyeri abdomen, kondisi

feses encer, lendir bahkan sampai berdarah.

b. Riwayat kesehatan dahulu: pre natal care, natal, dan post natal.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan

pasien

d. Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang

diketahui terdapat infeksi enterik

21
4. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

Pengkajian pola fungsional gordon meliputi 11 pola.

a. Pola Kesehatan

Menggambarkan pola pemahaman pasien tentang kesehatan,

kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.

b. Pola metabolik-nutrisi

Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan

suplai gizi : meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan

kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat

badan.

c. Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan

kulit), termasuk pola individu seharihari, perubahan atau gangguan,

dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.

d. Pola aktivitas-Olahraga

Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang,

dan rekreasi ; termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan

kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas

(seperti otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi).

e. Pola tidur-istirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap bantuan

22
untuk merubah pola tersebut.

f. Pola persepsi-kognitif

Menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif ; meliputi

keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan,

pengecapan, dan penghirup), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan

kemampuan fungsi kognitif.

g. Pola persepsi diri-konsep diri

Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri ;

kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.

h. Pola Hubungan peran

Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan ; meliputi

persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi

kehidupan saat ini.

i. Pola Reproduksi-seksualitas

Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas ;

termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia

mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.

j. Pola koping-toleransi stress

Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan ketrampilan

koping dalam mentoleransi stress.

k. Pola nilai dan keyakinan

23
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk

kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya

hidup. (Patricia, 1996)

5. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik head to toe menurut Oda (2017):

a. Keadaan umum: Kesadaran

b. Tanda-tanda vital

Nadi, Suhu, Pernapasan, SPO2

c. Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)

d. Kulit

Subjektif, kulit kering Inspeksi; kulit kering, sekresi sedikit, selaput

mukosa kering Palpasi; tidak berkeringat turgor kulit

(CRT kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2

detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat).

e. Kepala: Bentuk kepala, Kebersihan rambut

f. Mata: Konjungtiva anemis atau tidak

g. Hidung: Bentuk hidung, Terdapat secret atau tidak

h. Telinga: Terdapat cairan atau tidak

i. Mulut: mukosa bibir kering/lembab, jumlah gigi, kebersihan mulut

24
j. Leher: Apakah terdapat pembesaran di area leher

k. Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dan pengembangan dada

Palpasi : Vocal premitus sama kanan dan kiri

Perkusi : Sonor, wheezing, ronchi

Auskultasi : Vesikuler, tidak ada suara tambahan

l. Jantung

I : Bentuk dan kondisi dada

P : Pemeriksaan apakah pembengkakan ditungkai akibat

penumpukan cairan atau bukan.

P : Mengetuk permukaan dada dengan jari tangan. Bunyi

ketukan terdengar pekak atau tidak

A : Terdengar bunyi jantung bunyi jantung I/SI (lub) dan

bunyi jantung II/S2 (dub),tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau

S4)

m. Sistem Kardiovaskuler

Subjektif, kaki dan tangan terasa dingin, tetapi badan terasa panas.

Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis, ictus cordis, pembesaran

jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi, kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi

25
Perkusi, normal redup

Auskultasi, pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi,

auskultasi bunyi jantung S1,S2, atau bunyi lainnya, Kaji tekanan darah

pasien.

n. Pemeriksaan Abdomen Subjektif, kelaparan, haus

Inspeksi: BAB, Konsistensi (cair,padat,lembek), Frekuensi >3 kali

sehari, adakah bau, disertai lendir dan darah . Kontur permukaan kulit

menurun, dan simetris abdomen

Auskultasi: Bising usus,peristaltik usus meningkatkan (gurgling) lebih

dari 5-20 kali dengan durasi 1 menit.

Perkusi: Mendengar adanya gas,cairan

Palpasi: adakah nyeri tekan,superfisial pembuluh darah.

o. Genetalia

Wanita :

Inspeksi genetalia eksternal: Mukosa kulit, integritas kulit,

contour simetris, edema, pengeluaran

Normal: Bersih, Mukosa lembab, integritas kulit baik, simetris tidak

ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus/bau)

Inspeksi Vagina dan servik: integritas kulit,massa, pemgeluaran

Pemeriksaan anus dan rectum: Feses, nyeri, massa edema,

26
hemoroid, fistula ani pengelyaran dan pendarahan

Normal: Tidak ada nyeri, tidak terdapat edema/hemoroid/polip/tanda-

tanda infeksi dan pendarahan.

Pria :

Inspeksi dan palpasi penis : Integritas kulit, massa, dan

pengeluaran

Normal: Integritas kulit baik, tidak ada massa atau pembengkakan,

tidak ada pengeluaran pus/bau

Inspeksi dan palpasi skrotum: Integritas kulit, ukuran,dan bentuk,

turunan testes dan mibilitas, massa, nyeri dan tonjolan

Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa, edema,

hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan pendarahan

Normal: Tidak ada nyeri, tidak terdapat edema/hemoroid/polip/tanda-

tanda infeksi dan pendarahan.

p. Ekstremitas

Meliputi pemeriksaan rentan gerak dalam batas normal ataupun tidak,

edema, tremor, terdapat nyeri tekan atau tidak, alat bantu jalan dan

apakah mengalami penurunan otot.

27
6. Pengkajian Denver Developmental Screening Test (DDST)

Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah kegiatan atau

pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya keterlambatan

perkembang pada balita dan anak prasekolah (Juliana, 2020).

Gambar 1. 1 Pengkajian DDST

28
29
Kesimpulan :

a. Scoring penilaian tes

1) L = Lulus/ lewat = Passed/P

Anak dapat melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh memberi

laporan tepat dan dapat di percaya bahwa anak dapat melakukannya.

2) G = Gagal = Fail/F

Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh

memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukannya.

3) TaK = Tak ada Kesempatan = No Opportunity/NO

Anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan item karena ada

hambatan. Skor ini digunakan untuk kode L/Laporan orang

tua/pengasuh anak. Misal pada anak retardasi mental/ down syndrome.

4) M = Menolak = Refuse/R

Anak menolak melakukan test karena faktor sesaat, seperti lelah,

menangis atau mengantuk.

b. Interpretasi nilai

1) Penilaian per item

a) Penilaian lebih/advance (perkembangan anak lebih)

Termasuk kategori ini ketika anak lulus pada uji coba item yang

30
berada di kanan garis umur dan ketika anak menguasai kemampuan

anak yang lebih tua dari umurnya.

b) Penilaian OK atau normal

Termasuk kategori normal ketika anak gagal/menolak pada item di

kanan garis umur, lulus atau gagal atau menolak pada item di garis

umur terletak diantara 25-75%.

c) Penilaian caution/peringatan

Termasuk kategori ini ketika anak gagal/menolak pada item dalam

garis umur yang berada diantara 75-90%.Tulis C disebelah kanan

kotak.

d) Penilaian Delayed/keterlambatan

Termasuk kategori ini bila gagal/menolak pada item yang berada di

sebelah kiri garis umur.

e) Penilaian Tidak ada Kesempatan

Termasuk kategori ketika orang tua laporkan bahwa anak tidak ada

kesempatan untuk melakukan mencoba, dan item ini tidak perlu

diinterpretasikan.

2) Interpretasi tes Denver II

a) Normal

Dikatakan normal saat tidak ada penilaian delayed

(keterlambatan), paling banyak 1 caution (peringatan), dan

31
lakukan ulang pemeriksaan pada control berikutnya.

b) Suspect

Dikatakan suspect saat terdapat 2 atau lebih caution (peringatan),

terdapat 1 atau lebih delayed (terlambat) yang terjadi karena

fail/kegagalan bukan karena menolak/refuse. Dilakukan uji ulang

1-2 minggu kemudian untuk menghilangkan rasa takut, sakit, dan

lelah.

c) Untestable (tidak dapat di uji)

Dikatakan untestable saat terdapat 1 atau lebih skor delayed

(terlambat), dan/atau terdapat 2 atau lebih caution(peringatan).

Dalam hal ini delayed atau caution kaeena penolakan/refuse bukan

karena kegagalan/fail. Dilakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dlakukan untuk memperkuat diagnosis yang akan

ditegakkan. Pemeriksaan penunjang menurut Ridha (2014) yaitu :

a. Pemeriksaan darah tepi lengkap.

b. Pemeriksaan analisis gas darah, elekrolit, ureum, kreatin, dan berat

jenis, plasma dan urine.

c. Pemeriksaan urine lengkap, Pemeriksaan feses lengkap.

d. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi

sistemik.

32
9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian kliniks terhadap

pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah

kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan.

Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan

keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan

yang optimal (Tim Pokja SDKI,2017). Diagnosa yang muncul pada kasus

diare pada balita menurut Tim Pokja SDKI (2017):

a. Diare b.d fisiologis (proses infeksi)

b. Hipovolemi b.d Kehilangan Cairan Aktif

c. Gangguan integritas kulit b.d Eksresi/BAB Berlebih

d. Defisit nutrisi b.d Penurunan Intake Makanan

e. Risiko syok

f. Ansietas b.d Perubahan Status Kesehatan

g. Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler

10. Intervensi

Menurut Tim Pokja SIKI (2018) dan Tim Pokja SLKI (2019).

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Adapun intervensi yang

sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai berikut:

33
a. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkaneliminasi

fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :

a) Konsistensi feses membaik

b) Frekuensi defekasi/bab membaik

c) Peristaltik usus membaik

d) Nyeri abdomen menurun

2) Intervensi

Observasi

a) Identifiksi penyebab diare

Rasional: Mengetahui penyebab diare yang yang diderita

b) Identifikasi riwayat pemberian makan

Rasional: Mengetahui apakah diare terjadi karena faktormakanan

c) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

Rasional: Mengetahui tingkat diare yang dialami pasien

d) Monitor jumlah pengeluaran diare

Rasional: Mengetahui jumlah pengeluaran diare pada pasien.

Terapeutik

a) Berikan asupan cairan oral (oralit)

34
Rasional: Menghindari dehidrasi pasien

b) Pasang jalur intravena

Rasional: Memudahkan cairan yang masuk ke dalam tubuh

pasien

c) Berikan cairan intravena

Rasional: Mencegah kekurangan cairan pada pasien

d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap

Rasional: Mengetahui kondisi kesehatan pasien secarakeseluruhan

e) Ambil sample feses untuk kultur, jika perlu.

Rasional: Mengetahui keberadaan darah, gula, lemak,

mikroorganisme penyebab infeksi.

Edukasi

a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan

mengandung laktosa

Rasional: Menghindari keparahan diare

b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Rasional : Untuk menambah nafsu makan pasien, mencegahnutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses

35
Rasional: Untuk menghentikan diare dan mengubah fesesmenjadi

padat

b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

Rasional: Untuk memperhambat gerakan usus sehinggafrekuensi

diare berkurang

b. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkanstatus

cairan pasien membaik dengan kriteria hasil :

a) Turgor kulit membaik

b) Frekuensi nadi membaik

c) Membrane mukosa membaik

d) Intake cairan membaik

e) Output urine membaik

2) Intervensi

Observasi

a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( misal frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan

nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosakering,

volume urin menurun,haus,lemah).

Rasional: Mengetahui hipovolemia yang diderita pasien

36
b) Monitor intake dan output cairan

Rasional: Memantau Keseimbangan cairan dalam tubuh

Terapeutik

a) Hitung kebutuhan cairan

Rasional: Mencegah output berlebih

b) Berikan asupan cairan oral

Rasional: Meningkatkan intake cairan masukEdukasi

c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Rasional: Meningkatkan intake caoran mencegah dehidrasi

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)

Rasional: Untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.

c. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkanintegritas

kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :

a) Kerusakan lapisan kulit menurun

b) Nyeri menurun

c) Kemerahan menurun

d) Tekstur membaik

37
2) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Rasional: Mengetahu penyebab terjadinya gangguan integritas

kulit.

Terapeutik

a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

Rasional: Mencegah gangguan integritas kulit

b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode

Diare

Rasional: Kebersihan perinial terjaga sehingga tidak menyebabkan

iritasi pada kulit.

c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada kulit

kering

Rasional: Menjaga kelembapan kulit Edukasi

d) Anjurkan menggunakan pelembab

Rasional: Meningkatkan tekstur kulit agar tidak kering dan

kemerahan menurun

e) Anjurkan minum air yang cukup

Rasional: Mencegah terjadinya kering kulit dan pecah-pecah

38
f) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

Rasional: Menjaga tekstur kulit dan memperbaik kulit yang

kering/rusak

g) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

Rasional: Menghindari kulit kering akibat sabun

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat topical

Rasional: Memperbaiki tekstur kulit

d. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkanstatus

nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil :

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Diare menurun

c) Frekuensi makan membaik

d) Nafsu makan membaik

e) Bising usus membaik

2) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

39
Rasional: Mengetahui tingkat status nutrisi pasien

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

Rasional: Mencegah terjadinya alergi makanan agar tidak

memperburuk keadaan pasien

c) Identifikasi makanan yang disukai

Rasional: Menambah nafsu makan dengan memberikan makanan

yang disukai sesuai dengan kriteria makanan sehat

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrisi

Rasional: Menjaga keseimbangan nutrisi pada pasien

e) Monitor asupan makanan

Rasional: Mengontrol asupan makan pada pasien agar tidak terjadi

defisit nutrisi yang parah

f) Monitor berat badan

Rasional: Untuk mengetahui apakah terjadi penurunan BB yang

dialami pasien

g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Rasional: Mengetahui status kesehatan pasien dengan

pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

40
Rasional: Menarik pasien untuk makan dan menambah nafsu

makan pada pasien

b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

Rasional: Meningkatkan nutrisi pasien dan menunjang

pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Edukasi

a) Anjurkan diet yang diprogramkan

Rasional: Menjaga pola makan pasien untuk mempercepat

kesembuhan pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan

jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.

Rasional: Memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan

pasien

b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu

Rasional: Untuk mencegah mual dan muntah, jika pasien mual

dan muntah.

e. Risiko Syok

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkantingkat

41
syok pasien menurun dengan kriteria hasil:

a) Kekuatan nadi meningkat

b) Frekuensi nafas membaik

c) Tingkat kesadaran meningkat

2) Intervensi

Observasi

a) Monitor status kardiopulmonal

Rasional: Memantau tekanan nadi, frekuensi nadas, Tekanan

Darah ,dan MAP

b) Monitor frekuensi nafas

Rasional: Monitor pernapasan pasien untuk mengetahui apakah

terdapat kelainan

c) Monitor status oksigenasi

Rasional: Mengetahui oksigenasi pasien

d) Monitor status cairan

Rasional: Mengetahui status cairan pada pasien

e) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

Rasional: Mengetahui tingkat kedaran pasien dan respon pupil

pasien.

42
f) Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urine

Rasional: Mengidentifikasi pasien melalui urine yang dihasilkan

Terapeutik

g) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Rasional: Menjaga kadar oksigen dalam darah tetap stabil

h) Pasang jalur IV, jika perlu

Rasional: Mengurangi risiko kekurangan cairan, dan menjaga

keseimbangan cairan pasien dalam tubuh.

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Rasional: Untuk memantau keadaan pasien

b) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok

Rasional: Pasien dan keluarga mengetahui faktor yang

menyebabkan risiko syok dapat terjadi

c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Rasional: Agar mencegah syok pada pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

Rasional: Menjaga keseimbangan cairan pada pasien

43
f. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan

tingkat ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil :

a) Perilaku gelisah menurun

b) Perilaku tegang menurun

c) Frekuensi pernapasan membaik

d) Pucat menurun

e) Kontak mata membaik

2) Intervensi

Obsevasi

a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

Rasional : Mengetahui perubahan tingkat ansietas pada pasien

b) Monitor tanda-tanda ansietas

Rasional : Mengetahui apakah terdapat tanda-tanda ansietaspada

pasien

Terapeutik

a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi kecemasan

Rasional: membeikan rasa nyaman dan percaya antara pasien

dengan perawat

44
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

Rasional: Untuk mencegah ansietas dengan memberikan rasa

nyaman

c) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan

Rasional: Agar pasien dan keluarga memberikan rasa percaya

kepada perawat

d) Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama lambat

Rasional: Menambah rasa nyaman pada pasien

Edukasi

a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

Rasional: Mencegah ketegangan pada pasien

b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

Rasional: Menambah rasa nyaman dan tenang pada pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu.

Rasional: Mengurangi kecemasan yang terjadi pada pasien.

g. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-

kapiler.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan

pertukaran gas pasien meningkat dengan kriteria hasil :

45
a) Pola nafas membaik

b) Warna kulit membaik

c) Sianosis membaik

d) Takikardia membaik

2) Intervensi

Obsevasi

a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas

Rasional: Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman napas,

apakah terdapat kelainan atau tidak

b) Monitor pola nafas

Rasional: Mengetahui efektifitas pola nafas pasien

c) Monitor saturasi oksigen

Rasional: Mengetahui kadar oksigen dalam darah agar tetap

berada dalam batas stabil

d) Monitor nilai analisa gas darah

Rasional: Untuk mengetahui darah terlalu asam atau basa

e) Terapeutik

Rasional: Membangun komunikasi yang baik dengan pasien

f) Dokumentasikan hasil pemantauan

46
Rasional: Membantu proses pemantauan

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Rasional: Agar keluarga mengerti tentang tujuan pemantaun

pasien

b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Rasional: Agar keluarga pasien dan pasien mengetahui

perkembangan pemantauan.

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat

Rasional: peluang pasien untuk sembuh menjadi semakin besar

dan terhindar dari efek yang merugikan

11. Implementasi

Implementasi adalah suatu realisasi dari intervensi, dimulai setelah

rencana tindakan yang disusun serta bertujuan membantu pasien

mencapai tujuan yang diharapkan, meliputi peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan penyakit, dan

terpenuhinya kebutuhan dan koping keluarga. Penatalaksanaan kasus

diare dapat dilaksanakan dirumah dengan pemberian informasi

pendidikan yang benar kepada pengasuh balita tentang penyebab diare,

komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat (Pangesti, 2020).

47
12. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan yang dilakukan bila tindakan selesai

dilaksanakan, berorientasi pada etiologi, dilakukan terus-menerus sampai

tujuan yang ditentukan mencapai SOAP menurut Budiono, (2016) dalam

(Pangesti, 2020). SOAP meliputi :

a. S (Data Subjektif) Data yang ditulis berdasarkan pada keluhan yang

diucapkan atau disampaikan oleh pasien yang masih dirasakan ketika

dilaksanakan tindakan keperawatan.

b. O (Data Objektif) Data yang diambil dari pengukuran atau hasil

observasi secara langsung oleh perawat mengenai kondisi yang

dirasakan pasien setelah diberikan tindakan keperawatan.

c. A (Analisa) Analisis merupakan suatu masalah keperawatan atau

diagnosa keperawatan yang masih terjadi atau bahkan timbul

masalah baru yang mungkin saja terjadi tentang perubahan status

pasien yang diberikan tindakan keperawatan yang berdasarkan data

subjektif dan data objektif.

d. P (Planning) Tindakan yang diberikan berupa modifikasi atau

tambahan, diberhentikan dalam pemberian tindakan sesuai dengan

status pasien dalam menyelesaikan masalah.

48

Anda mungkin juga menyukai