Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:

Umar syarif

NIM : 19020093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “dr. SOEBANDI“ JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL(JIS)


2020

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

1.1. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,
2017).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal


atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2016).

Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus


yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

1.2. Etiologi

1.    Faktor infeksi

Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang


merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:

1).      Infeksi bakteri


Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.

2).      Infeksi virus

entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,


rotavirus, astovirus dan lain-lain.

3).      Infeksi parasit

Cacing, protozoa, dan jamur.

2.    Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,


malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.

3.    Faktor makanan

Makanan basi beracun dan alergi makanan.

4.    Faktor kebersihan

Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.

5.    Faktor psikologi

Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.

1.3. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5
hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu
1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

Bentuk klinis diare


Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari
14 hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan
cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers
01 atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
antibiotika (Antibiotic
Associated Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan
ringan atau a. Rewel gelisah cairan dengan
sedang b. Mata cekung makanan untuk
c. Minum dengan lahap atau haus dehidrasi ringan
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat b. Setelah rehidrasi,
nasehati ibu untuk
penangan dirumah
dan kapan kembali
segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan makanan untuk
atau berat menangani diare
dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik

1.4. Manifestasi klinis


1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah

1.5. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak
yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin
yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan
elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami
invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis
akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
1.6. Pathway / W.O.C
Pathway diare

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


Hipersekresi air & diserap
Isi usus
elektrolit
2.
Hiperperistaltik
3.

Penyerapan makanan di
usus
4.

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan &
elektrolit berlebihan

Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan kulit
cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Kekurangan volume
kebutuhan tubuh
cairan

Resiko syok
(hipovolemik)
1.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui
jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

1.8 Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,
1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh


WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa
cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 — 5 hari), Tetrasiklin 500
mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari,
7-14 hari oral atauIV).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 — 4 mg/ 3
— 4x sehari dan lomotil 5mg 3 — 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

1.10 Konsep keperawatan


1.1.1. Pengkajian
1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data
dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan
pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992
adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
2.1. Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh
meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
2.2. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila
kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi
BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi
obat antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan
mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih
dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu
oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima
informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri
abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan
konsep diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu
sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : Peran hubungan : pasien memiliki
hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada
kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
i. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan
yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien
memiliki koping yang adekuat..
7. Pemerikasaan fisik.
a. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput
lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus
kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

1.1.2. Diagnosa keperawatan


1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi (00013)
2. Resiko kekurangan volume cairan (00028)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan (00002)
4. Kerusakan integritas kulit (00047)
RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen diare (0460)
malabsorbsi (00013) selama 3 x 24 jam diharapkan pasien 1. Identifikasi faktor
membaik dengan indikator: yang menyebabkan
diare (misalnya
1. 1. Kontinensi usus (0500) medikasi, bakteri,
dan pemberian
kode indikator SA ST makan lewat slang)
2. Monitor tanda
050008 mengenali untuk dangejala diare
defekasi 3. Instruksikan pasien
atau keluarga untuk
050003 meminimalkan feses mencatat warna,
sehari 3kali volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
050013 minum cairan secara 4. Ukur output (diare)
adekuat pasien
5. Berikan makanan
K dalam porsi kecil
kketerangan dan lebih sering serta
1 1: tidak pernah menunjukkan tingkatkan porsi
2 2: jarang menunjukkan secara bertahap
3 3: kadang-kadang menunjukkan 6. Anjurkan pasien
4 4: sering menunjukkan menghindari
5 5: secara konsisten menunjukkan makanan pedas dan
menimbulkan gas
dalam perut
7. Anjurkan pasien
untuk menghindari
dulu makanan yang
mengandung laktosa
8. Kolaborasi
pemberian obat
antidiare secara tepat
9. Konsultasikan dokter
jika terjadi
peningkatan bising
usus serta tanda dan
gejala diare menetap
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluide management
(00028). selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Timbang
cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat popok/pembalut jika
teratasi dengan kriteria hasil: diperlukan
2. Pertahankan catatan
1. Hidrasi (0602)
intake dan output yang
kode indikator SA ST akurat
3. Monitor status hidrasi
060201 turgor kulit (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
060202 membrane mukosa tekanan ortostatik), jika
lembab diperlukan
4. Monitor vital sign
060208 bola mata cekung 5. Kolaborasikan cairan IV
060226 diare 6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasi dengan
dokter.
keterangan
Hypovolemia Management
1: sangat terganggu 1. Monitor status cairan
2. besarly compromised termasuk intake dan
output cairan
3: cukup terganggu 2. Monitor tingkat HB dan
hematokrit
4: sedikit terganggu 3. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
5: tidak terganggu
cairan
4. Monitor berat badan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Nutrition management
dari kebutuhan tubuh berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi
dengan Ketidakmampuan mencerna nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria makanan
makanan (00002). hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
1. nafsu mkan (1014) jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
kod indikator S S
3. Anjurukan pasien untuk
e A T meningkatkan intake IV
4. Anjurkan pasien untuk
101 hsrat/keinginan 2 5
meningkatkan protein
401 untuk makan dan vitamin C
101 merasakan makanan 2 5 5. Berikan substansi gula
6. Monitor jumlah nutrisi
404 dan kandungan kalori
101 intake makana 3 5
407 7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
keterangan nutrisi

1: sangat terganggu Nutrition Monitoring


1. BB pasien dalam batas
2: banyak terganggu normal
3: cukup terganggu 2. Monitor adanya
penurunan berat badan
4: sedikit terganggu 3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
5: tidak terganggu biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, HB, dan
kadar HT
11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3. Resiko kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management:
(00047) selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan 1. Anjurkan pasien untuk
integritas kulit pasien dapat teratasi dengan menggunakan pakaian
kriteria hasil: yang longgar
2. Jaga kebersihan kulit
1. integritas jarigan: kulit dan membrane mukosa
(1101) agar tetap bersih dan
kering
kode indikator SA ST
3. Mobilisasi pasien ( ubah
110101 suhu tubuh posisi pasien) setiap 2
jam sekali
110113 integritas kulit 4. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
110122 wajah pucat daerah tertekan
5. Monitor aktivitas dan
060226 diare mobilisasi pasien
6. Memandikan pasien
keterangan dengan sabun dan air
1: sangat terganggu hangat
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4:sedikit terganggu
5: tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk


Brunner dan Suddarth.Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi
15.Alih Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti.Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) &


Nursing Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa,


Aifrina Hany. Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh


Setiawan, dkk.Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric


Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.

Anda mungkin juga menyukai