Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN
DI RUANG BUDAGA RSUD KLUNGLUNG

OLEH:
FILDATUS SOLEHAH
223213435

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Klungkung, 22 Desember 2023

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Mahasiswa
RSUD Klungkung STIKes Wira Medika Bali

Ni Komang Ayu Sukrasmini ,a.Amd.Kep Fildatus Solehah


NIP. 1992102152022032013 NIM. 223213435

Mengetahui,

Clinical Teacher (CT)

Ns. Ni Ketut Citrawati ,S.Kep.,M.Kep


NIK.
A. DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006). Diare
adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong, 2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001). Diare adalah kehilangan
banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air
besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan
konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir
saja. Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan
frekuensi dan kualitas defekasi.
2. Diare Kronis Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu

B. ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin
yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi
terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas
untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses
dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam.
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

Bentuk Klinis Diare


Diagnosa Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut a.Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers
01 atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas
minum
d. Cubitan perut kembali sangat
lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan atau Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan
sedang a. Rewel gelisah b. Mata cekung cairan dengan makanan
c. Minum dengan lahap atau untuk dehidrasi ringan
haus d. Cubitan kulit kembali b. Setelah rehidrasi,
dengan lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda a. Beri cairan dan
untuk diklasifikasikan sebagai makanan untuk
dehidrasi ringan atau berat menangani diare dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari jika
tidak membaik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.

2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini
dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik
(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn
atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium
difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-
infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia. Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: a. Jenis cairan yang hendak
digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn
NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml
pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. b.
Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang
hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001

Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
BB(kg) Umur PWL NWL CWL Total
Kehilangan
Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300

3-10 1 bln – 2 thn 125 100 25 250

10-15 2-5 thn 100 80 25 205

15-25 5-10 thn 80 25 25 130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO₃
dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Putri Ayu. (2016). Diare Pencegahan & Pengobatannya. Yogyakarta : Nuha
Medika Kemenkes RI. (2011). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan vol 2
triwulan II. www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin-
diare.pdf . Diakses tanggal 23 Oktober 201

Anda mungkin juga menyukai