Anda di halaman 1dari 4

Pengamatan Jangka Panjang Pemberian

Topikal Ciclosporin pada Pasien yang


menderita Dry Eye Desease Berat
Morgane Straub, Alain M Bron,Aurore Muselier-Mathieu,Catherine Creuzot-
Garcher

Pendahuluan : Dry eye disease merupakan penyakit yang sering muncul


hingga memiliki prevalensi sekitar 15% pada usia diatas 65 tahun. Pasien palin
banyak adalah wanita, hal ini diduga akibat perubahan hormonal pada wanita
diatas 65 tahun yang sebagian besar sudah masuk masa menopause.

Gejala yang paling sering dikeluhkan pasien adalah, kekeringan pada mata, mata
terasa terbakar, ada sesuatu yang mengganjal pada mata, dan kekelahan pada mata

Objective : Untuk melaporkan penelitian selama 10 tahun pada pasien yang


menderita DED yang menjalani terapi dengan ciclosporin selama 6 bulan

Review Evidence : Sebuah literature yang dicari menggunakan BJO, dijadikan


referensi untuk penelitian yang diterbitkan dalam bahasa Inggris pada 26 April
2017 yang berisi tentang

Temuan : Pengobatan pada DED saat ini adalah penggunaan anti inflamasi yang
didasarkan dari peranan sitokin pro inflamatory yang merupakan penyebab utama
terjadinya DED. Penggunaan ciclosporin yang merupakan anti inflamasi steroid
ini dapat mesuk pada cascade inflamasi yang dimotori oleh sitokin pro
inflamatory sehingga reaksi inflamasi tersebut dapat ditekan mengingat penyebab
utama DED adalah inflamasi, gejala DED dapat diturunkan. Pada penelitian lain
yang dilakukan pada desember 2002 menunjukkan bahwa pasien dengan DED
yang mendapatkan terapi ciclosposrin menunjukkan perbaikan kondisi dengan
berkurangnya gejala setelah pemberian terapi ciclosporin selama 6 bulan. Tujuan
dari penelitian ini adalah melaporkan hasil dari outcome pasien yang menjalani
pengobatan induksi cilcosporin dan difollow up selama 10 tahun.

Metode : Sample dari penelitian ini dipilih dengan kriteria pasien yang
memiliki DED mulai dari yang sedang hingga berat akan diberikan cilcosporin
selama 6 bulan (Periode A) lalu setelah itu pemberian ciclosporin dihentikan dan
di follow up selama 10 tahun( Periode B) setelah itu pasien diperkenalkan kembali
dengan cilosporin (Periode C)

Penilaian perbaikan klinis dilakukan dengan menilai akuits visual, tekanan bola
mata, dan pemeriksaan bio microskopi mata. Untuk gejala subjektif peneliti
menggunakan metode scoring OSDI.

Pada periode a pasien diberikan cilcosporin dengan dosis2 kali sehari


dengan tambahan air mata buatan jika diperlukan. Pada akhie periode a pemeriksa
akan memfollow up perbaikan kondisi pasien. Apabila pada bulan ke 6 pasien
mengalami perbaikan, pasien diijinkan untuk masuk ke periode B.

Hasil : Penelitian ini melibatkan 36 pasien ini selama periode A terdapat 4 yang
intoleran dengan cilcosporin, lalu pada periode terdapat 1 kematian 3 tidak dapat
di follow up dan 2 di follow up kurang dari 10 tahun karena suatu hal. Sehingga
ample total yang ada adalah 26 pasien. Dari 26 pasien ini terdpat 15 % pasien
yang mengalami gejala DED pada periode B yaitu 10% rasa terbakar,3 % pasien
merasa seperti tersengat dan 2 % yang mata nya memerah.

Pembahasan :

DED merupakan penyakit sangat berperan signifikan terhadap kualitas


hidup seseorang. Manusia yang memiliki penglihatan normal dan bahkan tidak
pernah sekalipun terkena penyakit mata pun dapat terkena sakit ini. untuk
mendiagnosis penyakit ini hanya diperlukan anamnesis dan pemeriksaanfisik.

Tatalaksana dari DED dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu sengan


menggunakan air ata buatan, anti inflamasi steroid atau ciclosporin. Penggunaan
ciclosporin sangan direkomendasikan pada pasien yang menderita DED pasa stage
2 dmana pasa stage ini sitokin pro inflamatori akan meningkatkan adesi sehingga
reaksi inflamasi akan terjadi. pemberian ciclosporin akan menyebabkan resiko
pasien glaukoma ataupun kataran menjadi semakin tinggi, jadi pilihan yang aman
adalah dengan terapi jangka panjang dengan dosis yang meninimal mumngkin.
Dengan penggunaan ciclosporin selama 4 bulan tersebut didapatkan hasil yang
baik pada tes flourescin yang dilakukan pada bulan ke 6.

Pada fase B atau fase pemberhentian obat, hanya 6,5 % pasien yang
membutuhkan pemanjangan masa konsumsi obat untuk mengurangi keluhannya.
Sehingga pada penelitian ini terbukti bahwa efek terapi yang paling baik adalah
pada penggunaan ciclosporin selama 6 bulan saja.

Kesimpulan : Penggunaan ciclosporin untuk mengibadi dry eye disease


memilii efek terapetik yang baik dan maximal selama 6 bulan masa terapi dan
setelah 6 bulan terapi ciclosporin dapat dihentikan

Daftar Pustaka :

Straub M,et al. Br J Ophthalmol2016;100:1547–1550. doi:10.1136/bjophthalmol-


2015-306930

Anda mungkin juga menyukai