Disusun Oleh :
Mohammad Fajar A
11 2016 038
Pembibing :
dr Endah Sp.P
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui mengenai
manusia, disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai Mycobacterium tuberculosis.1 Hampir
seluruh bagian tubuh manusia dapat diserang oleh bakteri ini namun yang paling banyak
diserang adalah organ paru.2 Transmisi tuberkulosis biasanya melalui droplet udara yang
mengandung basil tuberkulosis dari penderita yang terinfeksi tuberkulosis paru.1
Tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia. Bahkan pada
bulan Maret 1993 World Health Organization mendeklarasikan tuberkulosis sebagai global
world health emergency.2 Tuberkulosis paru dianggap masalah dunia yang penting karena
diperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi bakteri penyebab tuberkulosis1.
Pada tahun 1998, WHO melaporkan terdapat 3.617.047 kasus tuberkulosis yang tercatat
di seluruh dunia.2 Lalu pada tahun 2001, dilaporkan lebih dari 3,8 juta kasus baru tuberkulosis
yang 90% berasal dari negara-negara berkembang.1 Kemudian pada tahun 2005, terjadi
peningkatan dengan adanya 8,8 juta insiden tuberkulosis di seluruh dunia, dengan 3,9 juta
dilaporkan dengan sputum BTA positif. Lebih dari sepertiganya (34%) berasal dari regional Asia
Tenggara. Jauh lebih banyak dari wilayah Afrika yang hanya memiliki insiden tuberkulosis 2,53
juta (29%)3.
Indonesia memiliki prevalensi tuberkulosis paru yang tinggi, bahkan berada di urutan
ketiga di dunia dalam jumlah kasus tuberkulosis paru setelah India dan China. Dari segi jumlah
kasus terdapat 583.000 insiden dan prevalensi BTA positif 715.000 kasus.2
Penggunaan diagnosis masih banyak menemui kendala, mulai dari gambaran klinis yang kurang
jelas, gambaran radiografi yang tidak khas, tingkat sensitivitas pemeriksaan BTA yang hanya
30% dan kultur yang memakan waktu berminggu-minggu. Hal ini menuntut untuk
dikembangkannya metode yang lebih baik dari segi spesifisitas dan sensitivitas.
DIAGNOSIS
A. Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala
lokal sesuai organ yang terlibat).
1. Gejala respiratorik
a. batuk-batuk lebih dari 2 minggu
b. batuk darah
c. sesak napas
d. nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up.
Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan
di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
C. Pemeriksaan Bakteriologik
1. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat
berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi
(termasuk biopsi jarum halus/BJH)
Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien,
spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara pembuatan dan
pengiriman dahak dengan kertas saring:
a. Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya.
b. Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas
saring sebanyak + 1 ml.
c. Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak.
d. Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di
dalam dus.
e. Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil.
f. Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi kantong
yang terbuka dengan menggunakan lidi.
g. Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak.
h. Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb
(terutama pada kasus BTA negatif) :
1. Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua
depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta
tidak dijumpai kavitas
2. Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
E. Pemeriksaan Khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan
kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara
lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan
dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan.
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat
berasal dari paru maupun ekstra paru sesuai dengan organ yang terlibat.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang
berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila
di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai
sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat
dideteksi dengan mudah.
F. Pemeriksaan Lain
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam
larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua
difiksasi untuk pemeriksaan histologi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator
penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang
normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis. Di Indonesia
dengan prevalensi tuberculosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula
atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji
tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.
Gambar 6. Alur Diagnosis TB Paru
2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi acid-fast mycobacteria : leprae, tuberculosis dan
atypical.
3. Inform Consent
1. Meminta persetujuan
2. Menjelaskan prosedur
3. Menjelaskan tujuan
5. Cara Kerja
1. Objek glass yang kering dan bersih, dibersihkan dengan kapas alhokol 95%
2. Ambil Ose steril yang telah dipanaskan di atas api spiritus sampai merah membara,
lalu setelah ose steril dingin, masukan ke dalam tabung yang berisi material kuman
cair untuk mengambil kuman. Ratakan pada oyek glass secara tipis-tipis, tunggu
sampai kering
3. Bila material kuman dalam bentuk padat, diencerkan dengan setetes air steril dengan
koloni di atas objek glass, biarkan kering
4. Ose dipanaskan lagi, agar kuman mati.
5. Fiksasi preparat dengan cara memanaskan preparat tadi diatas api spiritus sebanyak
2-3 kali, agar kuman menempel di objek glass, Preparat siap diwarnai.
Setelah direkatkan , preparat digenapi dengan carbol fuchsia selama 5 menit di
panaskan diatas nyala api sampai terjadi penguapan akan tetapi jangan sampai
mendidik
Sisa cat dibuang, cuci dengan larutan HCL 3% dalam alkohol absolute, sehingga
cat tampak larut semua
Cuci dengan air
Genangi dengan methylen blue atau malachite green 1-2 menit
Cuci dengan air dan biarkan menjadi kering
Sediaan ditetesi minyak imersi dan dilihat di bawah mikroskop dengan lensa
obyektif pembesaran 97-100 x.
Hasil pemeriksaan :
- Kuman tahan asam alkohol tampak warna merah
- Kuman tak tahan asam alkohol tampak warna biru/hijau.
Interpretasi
Jumlah Basil Hasil yang dilaporkan
(-) BTA / 100 LP 0 (-)
1-9 BTA / 100 LP 1-9 BTA / 100 LP (tulis jumlah)
10-99 BTA / LP 1+ (+ / positif 1)
1-10 BTA / LP 2+(++/positif 2)
> 10 BTA / LP 3+ (+++/positif 3)
PENUTUP