IMPENDINGEKLAMPSIAPADASEKUNDIGRAVIDAHAMIL
PRETERMBELUMDALAMPERSALINANDENGAN
RIWAYATSC1,5TAHUNYANGLALUDENGAN
HIPOALBUMIN(2.4)
Disusunoleh:
LaodeMukhlisAdiguna G99161117
M.SyukriKurniaRahman G99161007
NisrinaMuti aAriani G99161067
AnnisaRaudhotulJannah G99161017
Ruti AnnisaKusumastuti G99161087
TiaKanzaNurhaqiqi G99161097
Pembimbing:
dr.YudhistyaNgudiIK,Sp.OG
Pendahuluan
Angkakematianibupadamasapersalinandan
kematianperinataldiIndonesiamasihsangattinggi.
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Lama menstruasi : 5-6 hari
Siklus menstruasi : 28 hari
ANAMNESIS
Riwayat Obstetrik
I : Laki-laki, 3 tahun 5 bulan, 2900 gr, SC di RS. PKU Karanganyar
II : Hamil sekarang
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali. Telah menikah selama 5 tahun.
Riwayat KB
Pasien menggunakan KB Kondom
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan Umum : Baik, CM
Tanda vital
Tek. Darah : 190/100 mmHg
Frek. Napas : 22x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,60 C
PEMERIKSAAN FISIK
Konjungtiva pucat (-/-)
Cor/pulmo dbn Sklera Ikterik (-/-)
Abdomen :
striae gravidarum (+), bising usus (+) normal,
supel, nyeri tekan (-), massa (-), teraba
janin tunggal, IU, memanjang, puka, preskep,
kepala belum masuk panggul, HIS (-), DJJ (+)
145x regular, TBJ 2100 gr.
genital:
VT: v/u tenang, dinding vagina dbn, portio lunak,
mecucu di belakang, : - cm, eff: 20%, KK dan
penunjuk belum dapat dinilai. AK (-), STLD (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (13 Februari 2017)
Kimia Klinik
Hematologi Elektrolit
Hb : 10,8 g/dL GDS : 82 mg/dL
Hct : 34 % SGOT : 26 u/l Natrium darah
AL : 11,5x103/uL
AT : 213 x103/uL
SGPT : 13 u/l : 133 mmol/L
Creatinine : 0,6 mg/dl
AE : 4,31 x106/uL
Ureum : 21 mg/dl
Hoemostasis Albumin : 2,4 g/dl
PT : 13,5 detik
APTT : 32,8
detik
INR : 1,090
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (13 Februari 2017)
Tampak janin tunggal, IU, puka, memanjang, preskep, DJJ (+), preskep
FB:
BPD : 8.28 33w2d
AL : 27.95 32w8d
FL : 6.77 34w6d
EFBW : 2134gr
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor
Kesan janin saat ini dalam keadaan baik
KESIMPULAN
Seorang G2P1A0, usia 30 tahun, UK: 33 minggu datang dari RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar dengan keterangan PEB gravidarum preterm
BDP. Pasien datang dengan tensi tinggi (190/100). Pasien mengeluhkan nyeri
kepala (+), pandangan kabur (+), dan nyeri ulu hati (+). Pasien menikah 1x
dengan lama pernikahan 5 tahun. Saat ini pasien merasa hamil 8 bulan.
Gerakan janin masih dirasakan. Dari pemeriksaan fisik abdomen teraba
janin tunggal, IU, memanjang, puka preskep, kepala belum masuk panggul,
HIS (-), DJJ (+). Dari pemeriksaan fisik Genital dengan vagina toucher
teraba portio lunak, mecucu di belakang, : - cm, eff: 20%, KK dan
penunjuk belum dapat dinilai. AK (-), STLD(-).
KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb (10,8 g/dl), leukosit
(11,5x103/uL), trombosit (213x103/uL). Pemeriksaan USG didapatkan tampak
janin tunggal, IU, puka, memanjang, preskep, DJJ (+), Air ketuban kesan
cukup
DIAGNOSIS
Impending eklampsia pada multigravida hamil
preterm BDP dengan riwayat SC 3,5 tahun yang lalu +
hipoalbumin (2,4)
TATALAKSANA
1. Protap PEB:
O2 3 Lpm
Infus RL 12 tpm
Inj. MgSO4 20% 4gr selama 15 menit bolus
dilanjutkan dengan Inj. MgSO4 20% 1gr/jam selama 24 jam.
Nifedipin 3x10 mg jika TD160/110
Awasi KU/VS/BC, tanda-tanda impending eklampsia
13Februari2017
15.20:lahirbayilaki-lakiperabdominalBBL2300gramAS:6-7-8anus(+),kelainankongenital(-)
15.25:lahirplasentakesanlengkapbentukcakrmukuran20x20x1,5cm
FOLLOWUP
Evaluasi13Februari2017,pukul16.30WIB
Kimia Klinik
Hematologi Elektrolit
Hb : 11,7 g/dL GDS : 108
Hct : 35 % mg/dL Natrium darah
AL : 30 x103/uL Creatinine : 0,6 mg/dl
: 132 mmol/L
AT : 283 x103/uL Ureum : 22 mg/dl
AE : 4,49 x106/uL Albumin : 2,4 g/dl
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklamsia
Adalah hipertensi pada usia kehamilan di atas 20 minggu pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Diikuti dengan
proteinuria (uji Dipstick +1) atau tanpa proteinuria namun diikuti
dengan salah satu dari :
1. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ mikroliter)
2. Gangguan fungsi hati (peningkatan kadar transaminase hingga dua
kali dari konsentrasi normal)
3. Insufisiensi ginjal (peningkatan serum kreatinin lebih dari 1.1 mg/dL
atau peningkatan serum kreatinin hingga dua kali lipat tanpa adanya
gangguan ginjal lainnya)
4. Edema pulmo
5. Gangguan visual serta cerebral (pusing).
Eklamsia
Adalah kejang grand mal onset baru yang terjadi pada
wanita dengan preeklamsia. Eklamsia dapat terjadi
sebelum, saat ataupun setelah persalinan (American
College of Obstetrics and Gynecology, 2013).
EPIDEMIOLOGI
Insidensi preeklampsia sekitar 5% sampai 10% dari
seluruh kehamilan, dengan insidensi yang lebih tinggi
pada kehamilan pertama, kehamilan kembar, dan
wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
Penyebaran kejadian preeklamsia di seluruh belahan
dunia mencapai 7- 10%
Angka kejadian preeklamsia di Indonesia sebesar 3,4-
8,5%.
FAKTOR RISIKO
Primigravida
Riwayat kehamilan dengan preeklamsia sebelumnya
Hipertensi kronis atau gagal ginjal kronis
Riwayat trombofilia
Kehamilan multifetal
Fertilisasi in vitro
Riwayat preeklamsia pada keluarga
Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
Obesitas
Systemic lupus erythematous
Usia ibu lebih dari 40 tahun
PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah
disertai dengan retensi garam dan air -> sehingga
menaikkan tekanan darah.
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedem yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruang interstisial.
Proteinuria disebabkan oleh spasme arteriolae sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus (Castro, 2004).
Patogenesis terjadinya preeklampsia dapat dijelaskan
sebagai berikut (Hariadi, 2004):
Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan
kepekaan vaskuler
Normalnya, pada kehamilan normal kadar angiotensin II
cukup tinggi.
Pada preeklampsia terjadi penurunan kadar prostacyclin
akibatnya terjadi peningkatan tromboksan yang
mengakibatkan menurunnya sintesis angiotensin II.
Sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-
bahan vasoaktif (vasopresor).
Hipovolemia Intravaskuler
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan volume plasma hingga
mencapai 45%, sebaliknya pada preeklampsia terjadi penyusutan
volume plasma hingga mencapai 30-40% kehamilan normal.
Menurunnya volume plasma menimbulkan hemokonsentrasi
dan peningkatan viskositas darah. Akibatnya terjadi hipoperfusi
pada jaringan atau organ sehingga terjadi gangguan pada
pertukaran bahan-bahan metabolik dan oksigenasi jaringan.
Penurunan perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta
mengakibatkan oksigenasi janin menurun sehingga dapat terjadi
(IUGR), gawat janin, bahkan kematian janin intrauterin.
Vasokonstriksi pembuluh darah
Pada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap
meskipun cardiac output meningkat, karena terjadinya
penurunan tahanan perifer.
Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasokonstriktor sehingga
keluarnya bahan-bahan vasoaktif dalam tubuh dengan cepat
menimbulkan vasokonstriksi.
Adanya vasokonstriksi hakekatnya merupakan suatu sistem
kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik. Sebab bila tidak
terjadi vasokonstriksi, ibu hamil dengan hipertensi akan berada
dalam syok kronik.
Pada preeklampsia berat dan eklampsia dijumpai perburukan
fungsi sejumlah organ dan sistem mungkin akibat
vasospasme dan iskemia. Aktivasi dari sistem ini akan
melepaskan angiotensin II yang dapat mengakibatkan
vasokonstriksi secara general sehingga terjadi hipertensi.
Selain itu, terjadi hipovolemia dan hipoksia jaringan.
Ternyata, hipovolemia dan hipoksia jaringan dapat pula
disebabkan oleh DIC yang dapat terjadi akibat pelepasan
tromboplastin karena terdapat injury pada sel endotel
pembuluh darah uterus. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan jumlah trombosit dlm darah sehingga
menyebabkan trombositopenia.
Bila hipoksia dan hipovolemi terjadi pada kapiler-kapiler
yang membentuk glomerulus, maka dapat terjadi
glomerular endotheliosis yang menyebabkan peningkatan
perfusi glomerular dan filtrasinya sehingga dari gambaran
klinis dapat ditemukan proteinuria.
Vasokonstriksi kapiler-kapiler dapat pula menyebabkan
oedem.
Kelainan trombositopenia kadang sangat parah
sehingga dapat mengancam nyawa.
Eritrosit dapat mengalami trauma hebat sehingga
bentuknya aneh dan mengalami hemolisis dengan
cepat (Sarwono, 2011).
Stress Oksidatif dan Nitrat Oksida
Disfungsi Nitrat Oksida (NO) merupakan salah satu jalur yang
terlibat dalam patogenesis preeklampsia. NO adalah vasodilator
utama dan radikal bebas yang sangat reaktif, disintesis oleh sel
endotel dari L-arginine. Penurunan konsentrasi NO dalam plasma
dan plasenta dapat menyebabkan kurangnya efek vasodilatasi
parakrin pada aliran darah uteroplasenta (Rugolo et al., 2011).
Penurunan bioavailabilitas NO terjadi melalui pengurangan
produksi atau peningkatan konsumsi NO oleh stres oksidatif yang
akan merangsang kerusakan sel endotel pembuluh darah yang
nantinya akan menimbulkan disfungsi endotel (Roeshadi, 2006;
Rugolo et al., 2011). sehingga terjadi vasokontriksi dan menyebabkan
hipertensi (Roeshadi, 2006).
Sistem Imun
Respon inflamasi memiliki peran penting selama plasentasi,
natural cell killer mensekresi sitokin yang akan meningkatkan
infiltrasi trofoblas ke arteri spiral sehingga menyebabkan
respon inflamasi desidua. Hal ini menyebabkan respon
inflamasi sistemik yang berhubungan erat dengan disfungsi sel
endotel dan aktivasi leukosit (Rugolo, 2011).
Genbacev dalam Uzan et al. (2011) menyatakan preeklampsia
dapat terjadi akibat penurunan sistem kekebalan ibu yang
mencegah pengenalan unit fetoplasenta. Produksi berlebihan
sel imun menyebabkan sekresi tumor necrosis factor (TNF)
yang akan menginduksi apoptosis sititrofoblas ekstravili.
KLASIFIKASI
Menurut Onset
Menzies et al. dalam Hypertesive Disease in Pregnancy
menggolongkan preeklampsia menjadi dua jenis yaitu
preeklampsia onset awal (34 minggu) dan preeklampsia onset
lambat (34 minggu). (Arulkumaran et al., 2014).
Menurut Derajat
Hipertensi gestasional
Eklampsia
Epilepsi
Pencegahan
ANC
Kalsium
Anti trombotik
Diet makanan bergizi dan sehat tinggi protein dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan
berat badan yang tidak berlebihan.
Tirah baring
Tatalaksana
Preeklamsia Ringan
1. Tirah baring (miring) tidak total
2. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia
prenatal.
3. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif.
4. Dilakukan pemeriksaan lab: Hb, hematokrit, fungsi hati, fungsi ginjal, dan urin
lengkap.
Rawat inap:
Bila tidak ada perbaikan tekanan darah dan proteinuria selama 2 minggu.
Ada satu/ lebih gejala dan tanda preeklampsia berat
Selama di RS, lakukan:
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab.
Pemeriksaan kesejahteraan janin: USG, Doppler, dan NST.
Konsultasi ke bagian mata, jantung, dll
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
Sikap terhadap penyakit berupa pemberian terapi
medikamentosa
Sikap terhadap kehamilan
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
- Sikap terhadap kehamilan
a. Perawatan aktif
Indikasi Ibu :
- Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang
persisten.
- Setelah 24 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan desakan darah
yang persisten
Indikasi Laboratorium :
- Trombositopenia progresif yang menjurus ke Sindroma HELLP.
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
- O2 3 lpm
- Pemberian MgSO4
Pemberian melalui intravena secara kontinyu ( infus dengan
infusion pump)
Dosis awal : 4 gr ( 10 cc MgSO4 40%) dilarutkan ke dalam 100 cc
Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO4 40% i.v
selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis
tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan
masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/kgbb/i.v perlahan-lahan.
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
-Pemberian antihipertensi
Tekanan darah mulai dari 160/110 mmHg. Obat anti hipertensi yang dapat
digunakan antara lain nifedipin, nikardipin dan metildopa. Nifedipine
diberikan 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
-Pemberian diuretik
Diuretik tidak boleh diberikan pada pasien preeklampsia karena dapat
memperberat hipovolemia. Kecuali jika terbukti adanya edema paru,
edema anasarka dan payah jantung kongestif. Pasien dapat diberikan
injeksi furosemid 40 mg.
-Pemberian antasida A
Antasida dapat diberikan untuk menetralisir asam lambung (Angsar, 2010).
-Pemberian kortikosteroid
Kortikosteroid dapat diberikan jika terdapat indikasi darurat yang
mengharuskan kehamilan diakhiri pada usia 24 34 minggu.
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
c) diazepam 20 mg IM
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
3x berturut-turut
- Selain benzodiazepine, berikan juga phenytoin ( untuk cegah kejang ulangan) dengan dosis
3x200 mg (2 kapsul) pada hari kedua dan 3x100 mg (1 kapsul) pada hari ketiga dst
- Apabila setelah pemberian benzodiazepine i.v 3x berturut-turut pasien masih kejang, maka
berikan tetes valium ( diazepam 50 mg/5 ampul dalam 250 cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan
20-25 tpm selama 2 hari.
Komplikasi
-Impending Eklampsia
Preeklampsia berat dapat mengarah menjadi impending
eclampsia dan menjadi eclampsia. Impending eclampsia
adalah gejala-gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai
gejala subyektif dan obyektif.
Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan
visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara
lain hiperreflexia, eksitasi motorik dan sianosis
Komplikasi
a.-Sindroma HELLP
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
b. Gagal ginjal
c. Hipoalbuminemia
d. Ablatio retina
a. Edema paru
b. Solusio plasenta
c. Hipofibrinogenemia
d. Hemolisis
f. Komplikasi Lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejangkejang
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular cogulation)
Prognosis
Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian
ibu antara 9,8 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi,
yaitu 42,248,9%. Kematian ini disebabkan karena kurang
sempurnanya pengawasan antenatal, di samping itu penderita
eklampsia biasanya sering terlambat mendapat pertolongan. Kematian
ibu biasanya karena perdarahan otak, decompensatio cordis, oedem
paru, payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung. Sebab kematian bayi
karena prematuritas dan hipoksia intrauterin (Artikasari, 2008).
TERIMAKASIH