Anda di halaman 1dari 68

Responsi

IMPENDINGEKLAMPSIAPADASEKUNDIGRAVIDAHAMIL
PRETERMBELUMDALAMPERSALINANDENGAN
RIWAYATSC1,5TAHUNYANGLALUDENGAN
HIPOALBUMIN(2.4)

Disusunoleh:
LaodeMukhlisAdiguna G99161117
M.SyukriKurniaRahman G99161007
NisrinaMuti aAriani G99161067
AnnisaRaudhotulJannah G99161017
Ruti AnnisaKusumastuti G99161087
TiaKanzaNurhaqiqi G99161097

Pembimbing:
dr.YudhistyaNgudiIK,Sp.OG

Pendahuluan
Angkakematianibupadamasapersalinandan
kematianperinataldiIndonesiamasihsangattinggi.

Tiga penyebab utama kematian ibu pada bidang


obstetri adalah perdarahan sebesar 45%, infeksi
sebesar 15%, dan preeklamsia- eklamsia sebesar
13% (Roeshadi, 2006).
Insidensi preeklampsia sekitar 5% sampai
10%dariseluruhkehamilan,denganinsidensi
yang lebih tinggi pada kehamilan pertama,
kehamilan kembar, dan wanita dengan
riwayat preeklampsia sebelumnya
(Lindheimeretal.,2008;Rugoloetal.,2011).
Angkakejadianlebihbanyakterjadidinegara
berkembang daripada negara maju.

Hal ini dipengaruhi oleh perawatan perinatal


di negara maju jauh lebih baik dibandingkan
negaraberkembang.
Pemeriksaanantenatalyangteraturdansecararutin
mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam
usaha pencegahan preeklampsia berat dan
eklampsia, di samping pengendalian terhadap
faktor-faktor predisposisi yang lain (American
College of Obstetrics and Gynecology, 2013; Lim et
al.,2014).
STATUSPASIEN
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 30 tahun
Alamat : Karanganyar, Jawa Tengah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 13 Februari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 14 Februari 2017
No. RM : 0136xxxx
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati

Riwayat penyakit sekarang:


Seorang G2P1A0, usia 30 tahun, UK: 33 minggu datang dari RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar dengan keterangan PEB gravidarum
preterm BDP. Pasien datang dengan tensi tinggi (190/100). Pasien
mengeluhkan nyeri kepala (+), pandangan kabur (+), dan nyeri ulu hati
(+). Pasien merasa hamil 8 bulan. Gerakan janin masih dirasakan.
Kenceng-kenceng teratur belum dirasakan. Air kawah belum dirasakan
keluar. Lendir darah (-). Riwayat menstruasi teratur dengan siklus 28 hari
dengan lama menstruasi 5-6 hari, dan 3-5 kali ganti pembalut dalam
sehari. Pasien tidak merasakan adanya keluhan pada BAK dan BAB.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat mondok : (+)

Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Lama menstruasi : 5-6 hari
Siklus menstruasi : 28 hari
ANAMNESIS
Riwayat Obstetrik
I : Laki-laki, 3 tahun 5 bulan, 2900 gr, SC di RS. PKU Karanganyar
II : Hamil sekarang

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali. Telah menikah selama 5 tahun.

Riwayat KB
Pasien menggunakan KB Kondom
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan Umum : Baik, CM
Tanda vital
Tek. Darah : 190/100 mmHg
Frek. Napas : 22x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,60 C
PEMERIKSAAN FISIK
Konjungtiva pucat (-/-)
Cor/pulmo dbn Sklera Ikterik (-/-)

Abdomen :
striae gravidarum (+), bising usus (+) normal,
supel, nyeri tekan (-), massa (-), teraba
janin tunggal, IU, memanjang, puka, preskep,
kepala belum masuk panggul, HIS (-), DJJ (+)
145x regular, TBJ 2100 gr.

genital:
VT: v/u tenang, dinding vagina dbn, portio lunak,
mecucu di belakang, : - cm, eff: 20%, KK dan
penunjuk belum dapat dinilai. AK (-), STLD (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (13 Februari 2017)
Kimia Klinik
Hematologi Elektrolit
Hb : 10,8 g/dL GDS : 82 mg/dL
Hct : 34 % SGOT : 26 u/l Natrium darah
AL : 11,5x103/uL
AT : 213 x103/uL
SGPT : 13 u/l : 133 mmol/L
Creatinine : 0,6 mg/dl
AE : 4,31 x106/uL
Ureum : 21 mg/dl
Hoemostasis Albumin : 2,4 g/dl
PT : 13,5 detik
APTT : 32,8
detik
INR : 1,090
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (13 Februari 2017)
Tampak janin tunggal, IU, puka, memanjang, preskep, DJJ (+), preskep
FB:
BPD : 8.28 33w2d
AL : 27.95 32w8d
FL : 6.77 34w6d
EFBW : 2134gr
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor
Kesan janin saat ini dalam keadaan baik
KESIMPULAN
Seorang G2P1A0, usia 30 tahun, UK: 33 minggu datang dari RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar dengan keterangan PEB gravidarum preterm
BDP. Pasien datang dengan tensi tinggi (190/100). Pasien mengeluhkan nyeri
kepala (+), pandangan kabur (+), dan nyeri ulu hati (+). Pasien menikah 1x
dengan lama pernikahan 5 tahun. Saat ini pasien merasa hamil 8 bulan.
Gerakan janin masih dirasakan. Dari pemeriksaan fisik abdomen teraba
janin tunggal, IU, memanjang, puka preskep, kepala belum masuk panggul,
HIS (-), DJJ (+). Dari pemeriksaan fisik Genital dengan vagina toucher
teraba portio lunak, mecucu di belakang, : - cm, eff: 20%, KK dan
penunjuk belum dapat dinilai. AK (-), STLD(-).
KESIMPULAN
Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb (10,8 g/dl), leukosit
(11,5x103/uL), trombosit (213x103/uL). Pemeriksaan USG didapatkan tampak
janin tunggal, IU, puka, memanjang, preskep, DJJ (+), Air ketuban kesan
cukup
DIAGNOSIS
Impending eklampsia pada multigravida hamil
preterm BDP dengan riwayat SC 3,5 tahun yang lalu +
hipoalbumin (2,4)
TATALAKSANA
1. Protap PEB:
O2 3 Lpm
Infus RL 12 tpm
Inj. MgSO4 20% 4gr selama 15 menit bolus
dilanjutkan dengan Inj. MgSO4 20% 1gr/jam selama 24 jam.
Nifedipin 3x10 mg jika TD160/110
Awasi KU/VS/BC, tanda-tanda impending eklampsia

2. Re-SCTP-em + insersi IUD


Outcome

13Februari2017

15.20:lahirbayilaki-lakiperabdominalBBL2300gramAS:6-7-8anus(+),kelainankongenital(-)

15.25:lahirplasentakesanlengkapbentukcakrmukuran20x20x1,5cm
FOLLOWUP
Evaluasi13Februari2017,pukul16.30WIB

P2A0, 30 tahun Diagnosis : Post Re-SCTP-em +


Keluhan : - Insersi IUD a/i impending eklampsia
Keadaan umum : tersedasi
pada sekundi para hamil preterm
dengan riwayat SC 3,5 tahun yang lalu.
Vital sign : Tekanan darah :
Terapi:Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam IV
160/110 mmHg RR : 18x/mnt
Nadi : 120x/mnt Suhu : 36,50C Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam IV
SO2 : 98% Protap PEB:
Mata : konjungtiva anemis (-/-), O2 3 Lpm
sklera ikterik (-/-) Infus RL 12 tpm
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas Inj. MgSO4 20% 1gr/jam selama 24
normal jam (selesai besok pk. 16.00)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), Nifedipin 3x10 mg jika TD160/100
luka operasi tertutup verban, TFU Awasi KU/VS/BC dan tanda-tanda
teraba 3 jari bawah pusat, kontraksi
impending eklampsia
(+)
Genital : darah (-), lokhea (+)
2JamPostOperasi
(Evaluasi13Februari2017,pukul17.20WIB)
P2A0, 30 tahun Diagnosis : Post Re-SCTP-em + Insersi IUD
Keluhan : - a/i impending eklampsia pada sekundi
Keadaan umum : tersedasi para hamil preterm dengan riwayat SC 3,5
tahun yang lalu.
Vital sign : Tekanan darah : 130/100 mmHg
RR : 18x/mnt
Terapi :
Nadi : 88x/mnt Suhu : 36,30C
Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam
SO2 : 98%
Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
Protap PEB:
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-) O2 3 Lpm
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas Infus RL 12 tpm
normal Inj. MgSO4 20% 1gr selama 24 jam
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), TFU (selesai besok pk. 16.00)
teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) Nifedipin 3x10 mg jika TD160/100
Genital : darah (-), lokhea (+) Awasi KU/VS/BC dan tanda-tanda
impending eklampsia
Evaluasitanggal14Februari2017,pukul06.00WIB

P2A0, 30 tahun Diagnosis : Post Re-SCTP-em + Insersi IUD


Keluhan : - a/i impending eklampsia pada sekundi para
hamil preterm dengan riwayat SC 3,5 tahun
Keadaan umum : sedang, yang lalu dengan leukositosis (30rb/ul) +
composmentis hipoalbumin (2,4g/dl) + hiponatremia
Vital sign : Tekanan darah : 140/100 (132mmol/L) DPH 1
mmHg RR : 15x/mnt Terapi :
Nadi : 98x/mnt Suhu : 36,40C Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam
Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
SO2 : 95%
Inj. Metronidazole 500mg/8 jam
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera Protap PEB:
ikterik (-/-) O2 3 Lpm
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas infus RL 12 tpm
normal Inj. MgSO4 20% 1gr selama 24 jam (selesai
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), luka pk. 16.00)
operasi tertutup verban, TFU 2 jari Nifedipin 3x10 mg jika TD160/110
bawah pusat, kontraksi (+). Awasi KU/VS/BC dan tanda-tanda
Genital : darah (-), lokhea (+) impending eklampsia
Transfusi plasbumin 25% 100cc (+)
Evaluasitanggal14Februari2017,pukul17.00WIB
P2A0, 30 tahun Diagnosis : Post Re-SCTP-em + Insersi IUD
Keluhan :- a/i impending eklampsia pada sekundi para
Keadaan umum : sedang, compos hamil preterm dengan riwayat SC 3,5 tahun
mentis yang lalu dengan leukositosis (30rb/ul) +
hipoalbumin (2,4g/dl) DPH 1
Vital sign : Tekanan darah : 140/80
mmHg RR : 20x/mnt
Terapi : Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam
Nadi : 92x/mnt Suhu : 36,60C
Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
Inj. Metronidazole 500 mg/8 jam
ikterik (-/-) Protap PEB:
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas O2 3 Lpm
normal Infus RL 12 tpm
Abdomen : supel, nyeri tekan Inj. MgSO4 20% (selesai)
(-),luka operasi tertutup verban, TFU 2 Nifedipin 3x10 mg jika TD160/110
jari bawah pusat, kontraksi (+).
Awasi KU/VS/BC dan tanda-tanda impending
Genital : darah (-), lokhea (+)
eklampsia
Transfusi plasbumin 25% 100cc (+)
Laboratorium Darah post op (13 Februari 2017 pk 18.17)

Kimia Klinik
Hematologi Elektrolit
Hb : 11,7 g/dL GDS : 108
Hct : 35 % mg/dL Natrium darah
AL : 30 x103/uL Creatinine : 0,6 mg/dl
: 132 mmol/L

AT : 283 x103/uL Ureum : 22 mg/dl
AE : 4,49 x106/uL Albumin : 2,4 g/dl
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklamsia
Adalah hipertensi pada usia kehamilan di atas 20 minggu pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Diikuti dengan
proteinuria (uji Dipstick +1) atau tanpa proteinuria namun diikuti
dengan salah satu dari :
1. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ mikroliter)
2. Gangguan fungsi hati (peningkatan kadar transaminase hingga dua
kali dari konsentrasi normal)
3. Insufisiensi ginjal (peningkatan serum kreatinin lebih dari 1.1 mg/dL
atau peningkatan serum kreatinin hingga dua kali lipat tanpa adanya
gangguan ginjal lainnya)
4. Edema pulmo
5. Gangguan visual serta cerebral (pusing).
Eklamsia
Adalah kejang grand mal onset baru yang terjadi pada
wanita dengan preeklamsia. Eklamsia dapat terjadi
sebelum, saat ataupun setelah persalinan (American
College of Obstetrics and Gynecology, 2013).
EPIDEMIOLOGI
Insidensi preeklampsia sekitar 5% sampai 10% dari
seluruh kehamilan, dengan insidensi yang lebih tinggi
pada kehamilan pertama, kehamilan kembar, dan
wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
Penyebaran kejadian preeklamsia di seluruh belahan
dunia mencapai 7- 10%
Angka kejadian preeklamsia di Indonesia sebesar 3,4-
8,5%.
FAKTOR RISIKO
Primigravida
Riwayat kehamilan dengan preeklamsia sebelumnya
Hipertensi kronis atau gagal ginjal kronis
Riwayat trombofilia
Kehamilan multifetal
Fertilisasi in vitro
Riwayat preeklamsia pada keluarga
Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
Obesitas
Systemic lupus erythematous
Usia ibu lebih dari 40 tahun
PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah
disertai dengan retensi garam dan air -> sehingga
menaikkan tekanan darah.
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedem yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruang interstisial.
Proteinuria disebabkan oleh spasme arteriolae sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus (Castro, 2004).
Patogenesis terjadinya preeklampsia dapat dijelaskan
sebagai berikut (Hariadi, 2004):
Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan
kepekaan vaskuler
Normalnya, pada kehamilan normal kadar angiotensin II
cukup tinggi.
Pada preeklampsia terjadi penurunan kadar prostacyclin
akibatnya terjadi peningkatan tromboksan yang
mengakibatkan menurunnya sintesis angiotensin II.
Sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-
bahan vasoaktif (vasopresor).
Hipovolemia Intravaskuler
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan volume plasma hingga
mencapai 45%, sebaliknya pada preeklampsia terjadi penyusutan
volume plasma hingga mencapai 30-40% kehamilan normal.
Menurunnya volume plasma menimbulkan hemokonsentrasi
dan peningkatan viskositas darah. Akibatnya terjadi hipoperfusi
pada jaringan atau organ sehingga terjadi gangguan pada
pertukaran bahan-bahan metabolik dan oksigenasi jaringan.
Penurunan perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta
mengakibatkan oksigenasi janin menurun sehingga dapat terjadi
(IUGR), gawat janin, bahkan kematian janin intrauterin.
Vasokonstriksi pembuluh darah
Pada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap
meskipun cardiac output meningkat, karena terjadinya
penurunan tahanan perifer.
Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasokonstriktor sehingga
keluarnya bahan-bahan vasoaktif dalam tubuh dengan cepat
menimbulkan vasokonstriksi.
Adanya vasokonstriksi hakekatnya merupakan suatu sistem
kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik. Sebab bila tidak
terjadi vasokonstriksi, ibu hamil dengan hipertensi akan berada
dalam syok kronik.
Pada preeklampsia berat dan eklampsia dijumpai perburukan
fungsi sejumlah organ dan sistem mungkin akibat
vasospasme dan iskemia. Aktivasi dari sistem ini akan
melepaskan angiotensin II yang dapat mengakibatkan
vasokonstriksi secara general sehingga terjadi hipertensi.
Selain itu, terjadi hipovolemia dan hipoksia jaringan.
Ternyata, hipovolemia dan hipoksia jaringan dapat pula
disebabkan oleh DIC yang dapat terjadi akibat pelepasan
tromboplastin karena terdapat injury pada sel endotel
pembuluh darah uterus. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan jumlah trombosit dlm darah sehingga
menyebabkan trombositopenia.
Bila hipoksia dan hipovolemi terjadi pada kapiler-kapiler
yang membentuk glomerulus, maka dapat terjadi
glomerular endotheliosis yang menyebabkan peningkatan
perfusi glomerular dan filtrasinya sehingga dari gambaran
klinis dapat ditemukan proteinuria.
Vasokonstriksi kapiler-kapiler dapat pula menyebabkan
oedem.
Kelainan trombositopenia kadang sangat parah
sehingga dapat mengancam nyawa.
Eritrosit dapat mengalami trauma hebat sehingga
bentuknya aneh dan mengalami hemolisis dengan
cepat (Sarwono, 2011).
Stress Oksidatif dan Nitrat Oksida
Disfungsi Nitrat Oksida (NO) merupakan salah satu jalur yang
terlibat dalam patogenesis preeklampsia. NO adalah vasodilator
utama dan radikal bebas yang sangat reaktif, disintesis oleh sel
endotel dari L-arginine. Penurunan konsentrasi NO dalam plasma
dan plasenta dapat menyebabkan kurangnya efek vasodilatasi
parakrin pada aliran darah uteroplasenta (Rugolo et al., 2011).
Penurunan bioavailabilitas NO terjadi melalui pengurangan
produksi atau peningkatan konsumsi NO oleh stres oksidatif yang
akan merangsang kerusakan sel endotel pembuluh darah yang
nantinya akan menimbulkan disfungsi endotel (Roeshadi, 2006;
Rugolo et al., 2011). sehingga terjadi vasokontriksi dan menyebabkan
hipertensi (Roeshadi, 2006).
Sistem Imun
Respon inflamasi memiliki peran penting selama plasentasi,
natural cell killer mensekresi sitokin yang akan meningkatkan
infiltrasi trofoblas ke arteri spiral sehingga menyebabkan
respon inflamasi desidua. Hal ini menyebabkan respon
inflamasi sistemik yang berhubungan erat dengan disfungsi sel
endotel dan aktivasi leukosit (Rugolo, 2011).
Genbacev dalam Uzan et al. (2011) menyatakan preeklampsia
dapat terjadi akibat penurunan sistem kekebalan ibu yang
mencegah pengenalan unit fetoplasenta. Produksi berlebihan
sel imun menyebabkan sekresi tumor necrosis factor (TNF)
yang akan menginduksi apoptosis sititrofoblas ekstravili.
KLASIFIKASI
Menurut Onset
Menzies et al. dalam Hypertesive Disease in Pregnancy
menggolongkan preeklampsia menjadi dua jenis yaitu
preeklampsia onset awal (34 minggu) dan preeklampsia onset
lambat (34 minggu). (Arulkumaran et al., 2014).
Menurut Derajat

Dari gejala klinik, preeklampsia dapat dibagi menjadi


preeklampsia ringan dan preeklampsia berat (Sarwono, 2011).
Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan penglihatan,atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini
sudah cukup lanjut.
Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan didefinisikan sebagai hipertensi (tekanan darah
140/90 mm Hg) tanpa bukti kerusakan organ. Diagnosis preeklampsia
ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema lengan, muka dan perut, edema generalisata setelah
kehamilan 20 minggu.
Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ibu 160
mmHg atau tekanan darah diastolik 110mmHg; gangguan neurologis
maternal seperti sakit kepala terus-menerus, tinitus yang menyebar,
refleks tendon polikinetik, eklampsia, edema paru akut, proteinuria 5
g/hari atau lebih dari 3+ pada dua sampel urin yang dikumpulkan secara
acak minimal 4 jam terpisah, oliguria < 500 cc/hari, kreatinin > 120
mol/L, sindrom HELLP, trombositopenia < 100.000/mm3, edema paru
atau sianosis, nyeri epigastrium dan atau gangguan fungsi hati, dan
kriteria pada janin terutama pertumbuhan janin terhambat (PJT),
oligohidramnion, kematian janin dalam rahim, atau abrupsio plasenta
(Sibai dan Barton, 2007; Lim et al., 2014).
Kriteria diagnosis PEB
Adalah preeklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan
tanda dibawah berikut :
Tekanan darah pasien sistolik 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik 110 mmHg
Proteinuria, yaitu protein 5 gr/jumlah urin selama 24 jam
atau dipstick 4 +
Oliguria, adalah produksi urin < 400-500 cc/ 24 jam
Kenaikan kreatinin serum
Edema paru dan sianosis
Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen.
Gangguan otak dan visus antara lain perubahan kesadaran,
nyeri kepala, skotomata, dan pandangan kabur.
Gangguan fungsi hepar
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia; yaitu trombosit< 100.000 sel/ mm3
Sindroma HELLP
POGI (2010) membagi preeklampsia berat dalam
beberapa kategori :
Preeklampsia berat tanpa impending eklampsi
Preeklampsia berat dengan impending eklampsi,
dengan gejala impending : nyeri kepala, mata kabur,
mual dan muntah, nyeri epigastrium, dan nyeri
kuadran kanan atas abdomen.
Norwitz dan Funai (2008) memberikan pedoman untuk
mengidentifikasi kondisi di mana manajemen kehamilan
dapat digunakan untuk pasien dengan preeklampsia berat:
Tidak ada istilah preeklampsia sedang hanya ada ringan atau
berat.
Ketika janin dapat dilahirkan dengan aman, segera melakukan
proses persalinan, dengan catatan ada perawatan neonatal
yang baik.
Tidak ada manfaat bagi ibu untuk melanjutkan kehamilan
ketika sudah terdiagnosis preeklampsia berat.
Tidak ada pengelolaan konservatif untuk keadaan: terdapat
gejala utama eklamsia, edema paru, gangguan serebrovaskular,
oliguria atau gagal ginjal, kerusakan hati atau gangguan
hemopoetik, dan ditandai dengan adanya growth restriction
(hambatan pertumbuhan).
Pengobatan anemia hemolitik, peningkatan enzim hati, dan jumlah
trombosit yang rendah (sindrom HELLP) dengan steroid terbukti
meningkatkan beberapa marker atau tanda dari preeklampsia berat
tetapi tidak dapat memperbaiki keluaran ibu atau janin, sehingga
tetap diindikasikan untuk melakukan persalinan.
Kontrol tekanan darah, tekanan darah sistolik harus kurang dari 160
mmHg dan tekanan darah diastolik harus kurang dari 105-110
mmHg.
Mempertahankan kehamilan ketika sudah didiagnosis preeklampsia
berat hanya boleh dilakukan di rumah sakit pusat ketiga dengan
memberikan informed consent yang lengkap setelah konseling
dengan spesialis fetomaternal dan neonatologis.
eklampsia
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita eklampsia, yang
disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan post partum.
Eclampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Preeklampsia
yang disertai dengan tanda-tanda prodorma disebut sebagai
impending eclampsia atau imminent eclampsia.
Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Kejang tonik ini
segera disusul dengan kejang klonik. Dari mulut keluar air liur
berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-berak darah, wajah
dapat membengkak karena kongesti dan pada konjungtiva mata
disertai mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.
DIAGNOSIS
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan,
dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang terjadi
biasanya sudah berat.
Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol sehingga tanda
peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah. Terdapat kenaikan
tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan
abnormal.
Proteinuria.
Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukkan adanya suatu penyebab
fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin
hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang berat,
proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l.
Kenaikan berat badan.
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dan kenaikan berat badan yang
berlebihan merupakan tanda pertama preeclampsia, jika lebih dari 1 kg dalam
seminggu atau 3 kg dalam sebulan.
Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan
oleh retensi cairan
Nyeri kepala.
Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh
dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan
eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang pertama.
Nyeri epigastrium.
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas disebabkan oleh regangan kapsula
hepar akibat edema atau perdarahan.
Gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya pandangan yang sedikit
kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau total. Keadaan ini disebabkan oleh
vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie pada korteks oksipital.
Diagnosis Banding
Hipertensi kronik

Hipertensi kronik dengan superimpose preeklampsia

Hipertensi gestasional

Eklampsia

Epilepsi
Pencegahan
ANC
Kalsium
Anti trombotik
Diet makanan bergizi dan sehat tinggi protein dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan
berat badan yang tidak berlebihan.
Tirah baring
Tatalaksana
Preeklamsia Ringan
1. Tirah baring (miring) tidak total
2. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia
prenatal.
3. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif.
4. Dilakukan pemeriksaan lab: Hb, hematokrit, fungsi hati, fungsi ginjal, dan urin
lengkap.
Rawat inap:
Bila tidak ada perbaikan tekanan darah dan proteinuria selama 2 minggu.
Ada satu/ lebih gejala dan tanda preeklampsia berat
Selama di RS, lakukan:
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab.
Pemeriksaan kesejahteraan janin: USG, Doppler, dan NST.
Konsultasi ke bagian mata, jantung, dll
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
Sikap terhadap penyakit berupa pemberian terapi
medikamentosa
Sikap terhadap kehamilan
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
- Sikap terhadap kehamilan
a. Perawatan aktif
Indikasi Ibu :

Kegagalan terapi pada perawatan konservatif :

- Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang
persisten.
- Setelah 24 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan desakan darah
yang persisten

- Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia

- Gangguan fungsi hepar

- Gangguan fungsi ginjal

- Dicurigai terjadi solutio plasenta

- Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, perdarahan


Tatalaksana
Preeklamsia Berat
- Sikap terhadap kehamilan
a. Perawatan aktif
Indikasi Janin :

- Umur kehamilan lebih dari 37 minggu


- Adanya tanda-tanda gawat janin (bisa diketahui dari NST nonreaktif dan profil
biofisik abnormal)

- Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat berat (IUGR berat) berdasarkan


pemeriksaan USG
- Timbulnya oligohidramnion

Indikasi Laboratorium :
- Trombositopenia progresif yang menjurus ke Sindroma HELLP.
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
- O2 3 lpm

- Infus larutan ringer laktat

- Pemberian MgSO4
Pemberian melalui intravena secara kontinyu ( infus dengan
infusion pump)
Dosis awal : 4 gr ( 10 cc MgSO4 40%) dilarutkan ke dalam 100 cc

RL, diberikan selama 15-20 menit


Dosis maintenance : 10 gr dalam 500 cc cairan RL, dengan

kecepatan 1-2 gr/jam (20-30 tpm).


Pemberian melalui intramuskuler secara berkala
Dosis awal : 4 gr ( 20 cc MgSO4 20%) diberikan secara i.v dengan kecepatan
1 gr/menit
Dosis maintenance : selanjutnya diberikan MgSO4 4 gr ( 10 cc MgSO4 40%)
i.m setiap 4 jam. Tambahkan 1 cc lidokain 2% pada setiap pemberian i.m
untuk mengurangi perasaan nyeri dan panas.

Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO4 40% i.v
selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis
tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan
masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/kgbb/i.v perlahan-lahan.
Tatalaksana
Preeklamsia Berat
-Pemberian antihipertensi
Tekanan darah mulai dari 160/110 mmHg. Obat anti hipertensi yang dapat
digunakan antara lain nifedipin, nikardipin dan metildopa. Nifedipine
diberikan 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
-Pemberian diuretik
Diuretik tidak boleh diberikan pada pasien preeklampsia karena dapat
memperberat hipovolemia. Kecuali jika terbukti adanya edema paru,
edema anasarka dan payah jantung kongestif. Pasien dapat diberikan
injeksi furosemid 40 mg.
-Pemberian antasida A
Antasida dapat diberikan untuk menetralisir asam lambung (Angsar, 2010).
-Pemberian kortikosteroid
Kortikosteroid dapat diberikan jika terdapat indikasi darurat yang
mengharuskan kehamilan diakhiri pada usia 24 34 minggu.
Tatalaksana
Preeklamsia Berat

- Sikap terhadap kehamilan


a. Perawatan konservatif
Kehamilan tetap dipertahankan sehingga memenuhi syarat janin dapat
dilahirkan, meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa
mempengaruhi keselamatan ibu. Indikasinya pada kehamilan kurang
bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik (Sastrawinata, 2003).
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara aktif.
Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v. cukup i.m. saja
(MgSO4 40% 8 gr i.m.). Sebagai pengobatan untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang dapat diberikan (Sastrawinata, 2003):
Tatalaksana
Preeklamsia Berat

- Sikap terhadap kehamilan


a. Perawatan konservatif

Kehamilan tetap dipertahankan sehingga memenuhi syarat janin dapat dilahirkan,


meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu.
Indikasinya pada kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
a) Larutan sulfas magnesikus 40 % (4 gram) disuntikan IM pada bokong kiri dan kanan
sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik, reflek patella positif,
dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 kali per menit
b) klorpromazin 50 mg IM

c) diazepam 20 mg IM
Tatalaksana
Preeklamsia Berat

- Sikap terhadap kehamilan


Untuk penderita pre eklampsia diperlukan anestesi dan

sedativa lebih banyak dalam persalinan. Pada kala II, pada


penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan dalam otak lebih
besar, sehingga apabila syarat-syarat telah terpenuhi, hendaknya
persalinan diakhiri dengan cunam atau vakum. Pada gawat janin,
dalam kala I, dilakukan segera seksio sesarea; pada kala II
dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor vakum.
Tatalaksana
Eklampsia
-Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO4 40% i.v selama 2 menit,
sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gr hanya diberikan
sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5
mg/kgbb/i.v perlahan-lahan.
Perawatan pasien dengan serangan kejang :
- Pasien yang mengalami kejang-kejang secara berurutan ( status konvulsivus), diberikan

suntikan benzodiazepine 1 ampul (10 mg) i.v perlahan-lahan


- Bila pasien masih tetap kejang, beri suntikan ulangan benzodiazepine i.v setiap jam sampai

3x berturut-turut
- Selain benzodiazepine, berikan juga phenytoin ( untuk cegah kejang ulangan) dengan dosis

3x200 mg (2 kapsul) pada hari kedua dan 3x100 mg (1 kapsul) pada hari ketiga dst
- Apabila setelah pemberian benzodiazepine i.v 3x berturut-turut pasien masih kejang, maka

berikan tetes valium ( diazepam 50 mg/5 ampul dalam 250 cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan
20-25 tpm selama 2 hari.
Komplikasi
-Impending Eklampsia
Preeklampsia berat dapat mengarah menjadi impending
eclampsia dan menjadi eclampsia. Impending eclampsia
adalah gejala-gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai
gejala subyektif dan obyektif.
Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan
visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara
lain hiperreflexia, eksitasi motorik dan sianosis
Komplikasi
a.-Sindroma HELLP
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,

hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat


lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat kerusakan membran
eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia
(<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan
tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom (Manuaba, 2007).
a. Perdarahan otak

b. Gagal ginjal

c. Hipoalbuminemia

d. Ablatio retina
a. Edema paru

b. Solusio plasenta

c. Hipofibrinogenemia

d. Hemolisis

e. Prematuritas, IUGR dan kematian janin intrauterin

f. Komplikasi Lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejangkejang
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular cogulation)
Prognosis
Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian

ibu antara 9,8 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi,
yaitu 42,248,9%. Kematian ini disebabkan karena kurang
sempurnanya pengawasan antenatal, di samping itu penderita
eklampsia biasanya sering terlambat mendapat pertolongan. Kematian
ibu biasanya karena perdarahan otak, decompensatio cordis, oedem
paru, payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung. Sebab kematian bayi
karena prematuritas dan hipoksia intrauterin (Artikasari, 2008).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai