Anda di halaman 1dari 40

Flu burung

KONSEP PENYAKIT Pertusis


& ASKEP
Tonsilitis
Penyakit Menular / Infeksi
Difteri
pada system Pernafasan

ARI PUTRA PRATAMA ( NIM : R011221027 )


ZULKIFLI                       ( NIM : R011221094 )
ARDI                              ( NIM : R011221078 )
Flu Burung Defi nisi Flu Burung
Av ia n i nfl u enz a a ta u leb ih di ke na l seb ag ai “fl u bu run g ”
a dal ah p enyak i t m enu la r ya ng di se bab ka n v i rus Av ia n
Infl u en za A den g a n s ubt y pe H 1 sa m pa i H1 6 da n N1 s am pa i
N 9.

Vir us in i m enye ra ng ber ba g ai je ni s un g g as , m e lip uti aya m ,


k al k un , un g g a s a i r, bur un g pe li ha raa n da n bur ung li a r .

cara penularan virus


Av i a n I nfl u e n z a A d a r i sp e s i e s un g g a s ke ma nu si a a nt a ra l a i n
me l a l ui ko nt a k l a ng su ng a t a u p un t i d a k l a ng su ng d e n g a n un g g a s
yan g s aki t t e rm a s uk a i r l i u r d a n t i nj a , u d a ra d a n a l a t-a l a t
pe t e r na kan yan g t e r kon t a m i na si d e n g a n v i r us av i a n i nfl u e n za
Penyebab fl u burung adalah virus AI dari

Etiologi Flu Famili Orthomyxoviridae. Virus

strain A ini dibedakan menurut tipe

Burung hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N)-nya

sehingga virus ini diklasifi kasikan menurut


sub tipenya, seperti H1N1 dan H2N1
Mekanisme 1. Virus→unggas liar→ungags domestik→manusia.

2. Virus→ unggas liar→unggas


penularan fl u domesti k→babi →manusia

burung pada 3. Virus→ unggas liar→unggas domestik→(dan Babi)


→manusia→manusi a.
manusia
Masa inkubasi infl uenza A (H5N1) hanya
48-72 jam, sehingga menjadi

masalah karena terlalu pendek


Manifestasi dibadingkan dengan waktu yang
diperlukan untuk
Klinis Flu membangkitkan respon imun protektif.
Sementara itu masa infeksius pada
Burung manusia

adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari


sesudah gejala timbul. Pada anak, masa

infeksius dapat sampai 21 hari.


Pe m er i k s a a n l a b o ra to r i u m

• Pe m e r i k s a a n l a b o ra t o r i u m i t u s e n d i r i d i b a g i m e n j a d i
p e m e r i k s a a n he ma t o l o g i k

• u n t u k m e l i h a t ke l a i na n a k i b a t v i r u s i nfl u e nz a A / H5 N 1 .
Ke d u a , p e me r i k s a a n u nt u k

Pemeriksaan • me l a c a k a d a t i d a k nya v i r u s av i a n i nfl ue n z a d a l a m t u b uh


s e s e o ra ng p e n d e r i t a ,

Penunjang • ya n g me l i p u t i p e me r i k s aa n s e r o l o g i k

Pe m er i k s a a n ra d i o l o g i k ( fo t o t h o ra k )
dan mikrobiologik

• Pe m e r i k s a a n ra d i o l o g i k d i l a k u k a n p a d a s e m ua p a s i e n
ya n g d i ra wa t d e ng a n

• d u g a a n av i a n i n fl u e nz a , ya ng d i b u a t s e r i a l un t u k
me l i h a t ke l a i n a n p a d a j a r i n g a n

• paru.
Patoflow
Flu Burung
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b /d
kerusakan jaringan paru

2. Hipertermia b /d infeksi sel epitel saluran nafas

3. Ketidakefektifan pola nafas b /dgangguan difusi


Diagnosa O2

4. Gangguan per tukaran gas b /d kerusakan


Keperawatan jaringan paru

5. Nyeri Akut b /d proses infl amasi saluran


Flu Burung pernafasan

6. Kekurangan Volume Cairan b /d terjadinya


evaporasi
Konsep penyakit &
ASKEP
Pertusis
Penyakit Menular / Infeksi
pada system Pernafasan
Pertusis adalah penyakit saluran pakut yang terutama

menyerang anak. Arti kata pertussis adalah batuk yang intensif

sehingga penyakit ini disebut batuk rejang, whooping cough,

Pengertian tussin Quinta, violent cough, atau “batuk 100 hari” karena

Pertusis sifat batuknya lama dan khas, Penyakit ini sudah ditemukan

sejak tahun 1578, meskipun keman penyebabnya sendiri baru

diketahui pada tahun 1908 oleh Bordet dan gengou.

(Widoyono, 2011).
 Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella pertusis
( Hemophilus Pertusis).
 Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak
bergerak, gram (-) negative dan didapatkan dengan
cara melakukan pengambilan usapan pada daerah
nasofaring pasien pertussis.
Etiologi  Ada spesies Bordetella lain yaitu :
 B. Parapertusis,
 B. Bronchiseptica dan virus-virus adeno tipe I, II, III dan
V yang menyebabkan suatu penyakit mirip pertussis
ringan.
 Bordetella pertussis merupakan agen etiologi terbesar
pertussis pada anak-anak yang tidak diimunisasikan.
 Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai
akibat pilek tanpa demam yang berlanjut
dengan suatu peningkatan jumlah serangan
batuk yang menjadi hebat dan paroksimal.
Patofisiologi  Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari,
tetapi kemudian lebih banyak batuk selama siang
hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam.
 Anak membuat susah untuk membersihkan jalan
nafas dari lendir dan apabila ini dipaksa keluar
maka diikuti dengan “rejan” yang khas dan sering
muntah.
Masa tunas rata-rata pertussis adalah 7 hari dan berkisar antara
6-20 hari. Pada umumnya penyakit berlangsung selama 6-8
minggu
Gejala-gejala sistemis pada umumnya terbagi dalam 3 stadium :
1) Stadium Kataralis (1-2 minggu atau lebih) Tanda / gejala :
 Gejala infeksi saluran nafas bagia atas dengan timbulnya rinore
Manifestasi  Batuk dan panas yang ringan

Klinis 

Anoreksia
Batuk timbul mula-mula malam, siang, dan menjadi semakin berat
 Secret banyak dan kental
 Konjungtiva kemerahan
 Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertussis
karena sering tidak dapat dibedakan dengan penyakit influenza
Stadium Spasmodik (2-4 minggu atau lebih) Tanda / gejala :
 Batuk hebat di tandai dengan whoop (tarikan nafas panjang dan
dalam, berbunyi melengking)
 Batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per hari
 Selama serangan muka menjadi merahatau sianosis, mata tampak
menonjol, lidah menjulur keluar
 Tampak gelisah dan berkeringat
Manifestasi  Dapat terjadi pendarahan subkonjungtiva dan epistaksis
 Akhir serangan sering kali memuntahkan lender atau sputum kental
Klinis  Pada serangan batuk, Nampak pelebaran pembuluh dara muka dan
leher
 Selama serangan, dapat sampat keluar kencing
 Sesudah serangan, anak terbaring kelelahan dan sesak nafas

Pada bayi dibawah umur 3 bulan, paroksimalitas dapat disertai atau


berakhir dengan apnea dan juga dapat terjadi aspiksia yang
berakibat fatal
Stadium Konvalesensi (2 minggu) Tanda / gejala
:
 Berhentinya whoop dan muntah-muntah
 Puncak serangan paroksimal berangsur-angsur
menurun
Manifestasi  Batuk masih menetap untuk beberapa waktu
dan akan hilang sekitar 2-3 minggu
Klinis  Ronki difus pada stadium spasmodic mulai
menghilang
 Infeksi semacam “commond cold” dapat
menimbulkan serangan
Patoflow
Pertusis
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan b/d
peningkatan produksi sputum
Diagnosa 2. Nyeri akut b/d fibrosis jaringan paru
Keperawatan
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
Konsep penyakit &
ASKEP
Tonsilitis
Penyakit Menular / Infeksi
pada system Pernafasan
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di
rongga faring. Tonsil menyaring dan melindungi saluran
pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi
organisme patogen dan berperan dalam pembentukan
antibodi.
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh bakteri atau kuman streptococcus beta
Pengertian hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan
pyogenes dan dapat disebabkan oleh virus. Faktor
predisposisi adanya rangsangan kronik (misalnya karena
merokok atau makanan), pengaruh cuaca, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat tidak higienis, mulut
yang tidak bersih. (Megantara, Imam, 2006).
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :
1. Tonsillitis akut, Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus,
streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga
disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis, Tonsil membengkak dan hiperemis,
permukaannya diliputi eksudatdiliputi bercak putih yang mengisi
kiptitonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel
yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisamakanan yang
tersangkut.
Klasifikasi 3. Tonsilitis Lakunaris, bila bercak yang berdekatan bersatu dan
mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Troat), Bila eksudat yang
menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan
berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsil Kronik, Tonsilitis yang berulang, faktor predisposisi :
rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
Tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup
A.
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adala infeksi
Etiologi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan
mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegaan
terhadap infeksi. Tonsil bila dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.
Menurut Megantara, Imam 2006, gejalanya berupa nyeri tenggorokan
(yang semangkin parah jika penderita menelan) nyeri sering kali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
Manifestasi 3. Sakit kepala
Klinis 4. Muntah
5. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
6. Tenggorokan terasa kering
7. Persafarafan bau
8. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak
rata, kriptus membesar dan terisi detritus
Pathway
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
Tonsilitis akut adalah :
1. Hipertermi b/d proses penyakit
Diagnosa 2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
Keperawatan 3. Risiko defisit nutrisi t/d ketidakmampuan menelan
makanan
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan
keperawatan
Intervensi Rasional
1. Hipertermi Tupan : Setelah dilakukan 1. Pantau 1. Menentukan intervensi
berhubungan tindakan keperawatan suhu tubuh anak selanjutnya.

dengan selama 3 hari hipertermi ( derajat dan pola ), 2. Suhu lingkungan


teratasi. perhatikan menggigil mempengaruhi suhu tubuh.
proses
Tupen : Setelah atau tidak. 3. Agar badan klien
dilakukan tindakan 2. Pantau terasa hangat.
keperawatan selama 1 suhu lingkungan. 4. Kompres hangat akan

Rencana
hari hipertermi 3. Batasi meringankan demam yang
berangsur–angsur teratasi. penggunaan linen, terjadi dan sebagai

Keperawatan Dengan criteria hasil :


Suhu badan turun.
pakaian
dikenakan klien.
yang
5.
kompensasi tubuh.
Cairan menurunkan
4. Berikan resiko deficit cairan.
kompres hangat. 6. Anti pireutik dapat
5. Berikan meringankan rasa sakit
cairan yang banyak yang ada.
( 1500 – 2000
cc/hari ).
6. Kolaboras
i pemberian
antipiretik.
2. Nyeri akut Tupan : Setelah dilakukan 1. K 1. Menentukan intervensi
berhubungan tindakan keperawatan aji Tanda-tanda Vital. selanjutnya.

dengan agen selama 7 hari Gangguan 2. Pa 2. Untuk menentukan nyeri


pola tidurteratasi. ntau nyeri klien (skala, klien.
pencedera
Tupen : Setelah dilakukan intensitas, kedalaman, P : Nyeri Q : Hilang
tindakan keperawatan frekuensi). timbul
selama 3 hari Gangguan 3. B R : Faring S : 2 (0 – 5 ).
pola tidur berangsu – erikan posisi yang T : Saat makan dan minum
angsur teratasi. Dengan nyaman. atau saat menelan.
kriteria hasil : 4. B 3. Posisi yang baik dapat
- Pola tidur teratur erikan tehnik relaksasi memberikan rasa nyaman.
dengan tarik nafas 4. Dengan relaksasi dapat
3. Risiko defisit Tupan : Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap hari. 1. Pengukuran BB untuk
nutrisi tindakan keperawatan 2. Berikan makanan menilai perkembagna dan

dibuktika selama 4 hari Nutrisi dalam keadaan hangat. terpenuhinya kebutuhan.


terpenuhi sesuai dengan 3. Berikan makanan 2. Makanan yang hangat
dengan
kebutuhan tubuh. dalam porsi sedikit membuat pembuluh darah
Tupen : Setelah dilakukan tapi sering sajikan melebar.
uan menelan
tindakan keperawatan makanan dalam bentuk 3. Makanan yang menarik
makanan
selama 2 hari kebutuhan yang menarik. bentuknya akan
nutrisi tubuh berangsur – 4. Tingkatkan menambah selera amakan
angsur teratasi. Dengan kenyamanan klien.
criteria hasil : lingkungan saat 4. Lingkungan yang bersih
- Nafsu makan makan. memberi rasa nyaman dan
meningkat 5. Kolaborasi pemberian meningkatkan. keinginan
- Kebutuhan tubuh vitamin penambah makan.
terpenuhi. nafsu makan. 5. Vitamin dapat
meningkatkan daya tahan
tubuh.
4. Intoleransi Tupan : Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat toleransi 1. Untuk melakukan
aktivitas tindakan keperawatan aktivitas klien. intervensi selanjutnya.

berhubungan selama 7 hari intoleransi 2. Observasi adanya 2. Kelelahan dapat


teratasi. kelelahan dalam mengakibatkan tingkat
dengan
Tupen :Setelah dilakukan melakukan aktifitas. aktivitas terbatas.
tindakan keperawatan 3. Monitor Tanda-tanda 3. Pemantauan TTV
selama 3 hari intoleransi Vital sebelum, selama untuk mengukur sejauh
aktivitas berangsu – dan sesudah mana perkembangan
angsur teratasi. Dengan melakukan aktifitas. kesehatan.
kriteria hasil : 4. Berikan lingkungan 4. Lingkungan yang
Klien beraktivitas dapat yang tenang. tenang dapat merilekskan
beraktivitas sesuai tingkat 5. Tingkatkan aktifitas tubuh.
toleransinya. sesuai toleransi klien 5. Melakukan aktivitas
dapat meningkatkan
ketahanan dalam
melakukan kegiatan.
5. Gangguan Tupan : Setelah dilakukan 1. Kaji ulang gangguan 1. Untuk menentukan
persepsi tindakan keperawatan pendengaran yang tingkat keparahan

sensori : selama 7 hari gangguan dialami klien. pendengaran.


persepsi sensori teratasi. 2. Lakukan irigasi telinga. 2. Irigasi dapat
pendengaran
Tupen : Setelah dilakukan 3. Berbicaralah dengan meningkatkan
berhubungan
tindakan keperawatan jelas dan pelan. pengeluaran kotorang
dengan
selama 3 hari gangguan 4. Gunakan papan tulis / (serumen).
persepsi sensori aktivitas kertas untuk 3. Untuk melatih
obstruksi berangsu – angsur berkomunikasi jika pendengaran.
pada tuba teratasi. Dengan kriteria terdapat kesulitan 4. Agar komunikasi dapat
eustakii. hasil : dalam berkomunikasi berjalan.
Klien dapat mendengar 5. Kolaborasi pemberian 5. Obat tetets telinga dapat
dengan normal. tetes telinga menyembuhkan
obstruksi dan
membersihkan serumen.
Difteri
Konsep penyakit &
ASKEP
Penyakit Menular / Infeksi
pada system Pernafasan
 Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi
secara lokal pada mukosa saluran pernapasan atau kulit,
yang disebabkan oleh basil gram positif Corynebacterium
diphteriae ditandai oleh terbentuknya eksudat yang
berbentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh
gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang
diproduksi oleh basil ini
Defenisi
 Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat
Difteri dicegah dengan imunisasi, dan disebabkan oleh bakteri
gram positif Corynebacterium diphteriae strain toksin yang
ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi
terutama pada selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung
dan juga pada kulit
Penyebab penyakit Difteri adalah Corynebacterium
dyphteriae. Bentuknya seperti palu (pembesaran ada salah
satu ujung, diameternya 0,11 mm dan panjangnya beberapa
mm

Epidemiologi Orang-orang yang beresiko tinggi terkena penyakit Difteri adalah:


& 1. Tidak mendapat imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap
Etiologi 2. Immunocompromized. Sosial ekonomi yang rendah seperti
populasi anak jalanan.
3. Pemakaian obat imunosupresif, penderita HIV, Diabetes
Melitus, pecandu alcohol dan narkotika
4. Tinggal pada tempat-tempat yang padat seperti rumah
tahananan, tempat penampungan
5. Sedang melakukan perjalanan (travel) ke daerah-daerah
yang sebelumnya merupakan daerah endemik Difteri
Menurut tingkat keparahannya, penyakit Difteri dibagi
atas tiga tingkat, yaitu;
1. Infeksi ringan, apabila pseudomembrane hanya
terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya
pilek dan nyeri waktu menelan
Klasifikasi 2. Infeksi sedang, apabila pseudomembrane telah
Difteri menyerang sampai faring dan laring sehingga
keadaan pasien terlihat lesu dan agak sesak
3. Infeksi berat, apabila terjadi sumbatan nafas yang
berat dan adanya gejala-gejala yang ditimbulkan
oleh eksotoksin seperti miokarditis, paralisis dan
nefritis
Manifestasi klinis Difteri bergantung pada lokasi infeksi, imunitas
penderitanya dan ada tidaknya toksin difteri yang beredar dalam sirkulasi
darah.
Masa inkubasi Difteri umumnya 2-5 hari (range 1-10 hari). Pada Difteri Kutan
adalah 7 hari sesudah infeksi primer pada kulit. Tanda dan gejala awal berupa:
1. Demam tidak tinggi (kurang dari 38,5°C)
Manifestasi 2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas
Klinis 3. Nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan suara parau
4. Persaan tidak enak, mual, muntah dan lesu
5. Sakit kepala
6. Ditemui adanya pseudomembrane putih/ keabu-abuan/ kehitaman di
tonsil. Faring atau laring yang tak mudah lepas dan berdarah apabila diangkat
7. Rinorea, berlendir kadang-kadang bercampur darah
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat muncul
antara lain:
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Nyeri akut
c. Hipertermi
d. Penurunan curah jantung
Diagnosa e. Kelebihan volume cairan
Keperawatan f. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
g. Hambatan komunikasi verbal
h. Defisien pengetahuan
i. Ansietas
j. Disfungsi proses keluarga
Ketidakefektifan pola nafas (00032)
3140 Majajemen jalan nafas
1. Kaji status pernafasan klien (bunyi nafas, adanya suara tambahan, kecepatan, irama
dan upaya nafas)
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semi fowler)
3. Ajarkan pasien tentang batuk efektif dan teknik relaksasi nafas dalam
4. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam
kepada anak-anak (mis: meniup gelembung, meniup kincir, peluit, harmonika, balon,
meniup layaknya pesta; buat lomba meniup dengan bola pimpong, meniup bulu)
5. Kelola pengobatan aerosol, nebulizer ultrasonik sebagaimana mestinya
6. Lakukan suction nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan lendir bila perlu
7. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik dan oksigen
Nyeri akut (00132)
1400 Manajemen nyeri
1. Kaji skala nyeri
2. Kaji nyeri komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan pencetus
3. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan apabila pasien tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti terapi music, Teknik relaksasi Guided imagery, terapi
bermain, terapi aktivitas
5. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
misalnya suhu ruangan, pencahayaan dan suara bising
6. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri jika memungkinkan
7. Kolaborasi pemberian anagesik
Hipertermia
1. Observasi tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan)
2. Pantau warna kulit, turgor kulit dan kelembaban membran mukosa
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
4. Longgarkan pakaian, lepaskan pakaian yang berlebihan
5. Berikan kompres air hangat
6. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan pasien
7. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
1100 Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
3. Monitor kalori dan asupan makanan
4. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
5. Berikan pilihan makanan sambal menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang
lebih sehat , jika diperlukan
6. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan (mis: bersih,
berventilasi, santai dan bebas dari bau yang menyengat)
7. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling cocok
untuk konsumsi secara optimal
8. Kolaborasi pemberian obat sebelum makan seperti analgesic, antiemetik bila perlu

Anda mungkin juga menyukai