Nim: 5023031057
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium dan virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma Herpesvirus (Pitriani, 2020). ISPA
yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme distruktur saluran napas
atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung,
faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis
(radang tenggorokan), laringitis dan influenza tanpa komplikasi.
3. Patofisiologi
ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air borne
disease). ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti virus, bakteri,
jamur, serta polutan yang ada di udara masuk dan mengendap di saluran
pernapasan sehingga menyebabkan pembengkakan mukosa dinding saluran
pernapasan dan saluran pernapasan tersebut menjadi sempit. Agen mengiritasi,
merusak, menjadikan kaku atau melambatkan gerak rambut getar (cilia)
sehingga cilia tidak dapat menyapu lender dan benda asing yang masuk di
saluran pernapasan. Pengendapan agen di mucociliary transport (saluran
penghasil mukosa) menimbulkan reaksi sekresi lender yang berlebihan
(hipersekresi). Bila hal itu terjadi pada anak-anak, kelebihan produksi lender
tersebut akan meleleh keluar hidung karena daya kerja mucociliary transport
sudah melampaui batas. Batuk dan lender yang keluar dari hidung itu
menandakan bahwa seseorang telah terkena ISPA. Seseorang yang terkena
ISPA bisa menularkan agen penyebab ISPA melalui transmisi kontak dan
transmisi droplet. Transmisi kontak melibatkan kontak langsung antar
penderita dengan orang sehat, seperti tangan yang terkontaminasi agen
penyebab ISPA. Transmisi droplet ditimbulkan dari percikan ludah penderita
saat batuk dan bersin di depan atau dekat dengan orang yang tidak menderita
ISPA. Droplet tersebut masuk melalui udara dan mengendap di mukosa mata,
mulut, hidung, dan tenggorokan orang yang tidak menderita ISPA. Agen yang
mengendap tersebut menjadikan orang tidak sakit ISPA menjadi sakit ISPA
(Noviantari, 2018).
5. Pemeriksaan diagnostic
1) Anamnesis
Pasien dengan ISPA dapat datang dengan keluhan seperti rhinorrhea,
kongesti nasal, bersin, nyeri tenggorok, batuk, demam, dan lemas. Keluhan
yang dialami dapat terjadi selama 3-14 hari.
Keluhan common cold biasanya terjadi 2-3 hari setelah inokulasi. Keluhan
yang sering terjadi pada common cold adalah rhinorrhea, kongesti nasal,
dan bersin-bersin. Sekret nasal dapat tidak berwarna, atau berwarna
keputihan sampai kehijauan. Namun, warna dan kekentalan sekret tidak
dapat membedakan patogen penyebab virus ataupun bakteri.
Apabila bakteri patogen menyerang daerah faring, dapat ditemukan adanya
keluhan nyeri tenggorok atau keluhan nyeri saat menelan.
Pada laringitis dapat ditemukan keluhan batuk, post nasal drip, dan sulit
bernapas.
Pada tonsilitis dapat ditemukan keluhan nyeri saat menelan, sulit bernapas,
dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam juga dapat terjadi terutama
pada anak-anak.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ISPA tidak terlalu berbeda antara jenis satu dengan
lainnya. Secara umum, temuan pemeriksaan fisik pada ISPA dapat berupa
eritema dan edema mukosa nasal, rhinorrhea, halitosis, dan demam.
Pada faringitis viral dapat ditemukan eritema, eksudat, mukus yang banyak
dan kental, vesikel atau ulkus palatum, rhinorrhea, limfadenopati, dan
terkadang disertai konjungtivitis. Tanda lain yang juga bisa ditemukan
adalah hipertrofi tonsil, demam, dan terkadang diare.
Pada pasien dengan rhinosinusitis dapat ditemukan nyeri tekan daerah
paranasal, post nasal drip, dan dapat disertai polip nasi. Pada epiglotitis
dapat ditemukan disfonia, tripod postur, dan tanda distres napas.
Menurut Pedoman IDSA (Infectious Disease Society of
America), beberapa tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan
adanya faringitis viral :
Conjunctivitis
Coryza
Batuk
Diare
Suara serak
Stomatitis ulseratif diskret
Exanthem viral
Sedangkan tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan adanya
infeksi Streptococcus grup A :
Nyeri tenggorokan mendadak
Usia 5 – 15 tahun
Demam
Nyeri kepala
Mual, muntah, atau nyeri perut
Inflamasi tonsilofaringeal
Patchy tonsillopharyngeal exudate
Petechiae palatum
Adenitis servikal anterior
Riwayat paparan terhadap faringitis Streptococcal
Ruam scarlatiniform
6. Penatalaksanaan medis
Adapun penatalaksanaan keperawatan dari ispa, yaitu:
1) Istirahat total
2) Peningkatan intake cairan, jika tidak ada kontra indikasi
3) Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai penyakit
4) Memberikan kompres hangat bila demam
5) Pencegahan infeksi lebih lanjut.
7. Rencana asuhan keperawatan
PPNI, T. S. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.