Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN: FEBRIS DENGAN ISPA

Nama: Eka Putri Suratningsih

Nim: 5023031057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
TAHUN 2023/2024
1. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang
host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ini paling
banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok ini
adalah kelompok yang memiliki system kekebalan tubuh yang masi rentan
terhadap berbagai penyakit.
Infeksi saluran pernapasan (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih saluran pernapasan, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya seperti
sinus, rongga telinga Tengah, dan pleura.ISPA merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. ISPA yang berat jika masuk
kedalam jaringan paru paru akan menyebabkan Pneumonia.

2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium dan virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma Herpesvirus (Pitriani, 2020). ISPA
yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme distruktur saluran napas
atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung,
faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis
(radang tenggorokan), laringitis dan influenza tanpa komplikasi.

3. Patofisiologi
ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air borne
disease). ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti virus, bakteri,
jamur, serta polutan yang ada di udara masuk dan mengendap di saluran
pernapasan sehingga menyebabkan pembengkakan mukosa dinding saluran
pernapasan dan saluran pernapasan tersebut menjadi sempit. Agen mengiritasi,
merusak, menjadikan kaku atau melambatkan gerak rambut getar (cilia)
sehingga cilia tidak dapat menyapu lender dan benda asing yang masuk di
saluran pernapasan. Pengendapan agen di mucociliary transport (saluran
penghasil mukosa) menimbulkan reaksi sekresi lender yang berlebihan
(hipersekresi). Bila hal itu terjadi pada anak-anak, kelebihan produksi lender
tersebut akan meleleh keluar hidung karena daya kerja mucociliary transport
sudah melampaui batas. Batuk dan lender yang keluar dari hidung itu
menandakan bahwa seseorang telah terkena ISPA. Seseorang yang terkena
ISPA bisa menularkan agen penyebab ISPA melalui transmisi kontak dan
transmisi droplet. Transmisi kontak melibatkan kontak langsung antar
penderita dengan orang sehat, seperti tangan yang terkontaminasi agen
penyebab ISPA. Transmisi droplet ditimbulkan dari percikan ludah penderita
saat batuk dan bersin di depan atau dekat dengan orang yang tidak menderita
ISPA. Droplet tersebut masuk melalui udara dan mengendap di mukosa mata,
mulut, hidung, dan tenggorokan orang yang tidak menderita ISPA. Agen yang
mengendap tersebut menjadikan orang tidak sakit ISPA menjadi sakit ISPA
(Noviantari, 2018).

4. Manisfestasi klinik/ tanda dan gejala


Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat, yaitu dalam beberapa
jam sampai beberapa hari. Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan
bermacam macam tanda dan gejala. Tanda dan gejala ISPA seperti batuk,
kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam (Rosana,
2016).
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai berikut (Rosana,
2016):
a. Gejala dari ISPA ringan
Seorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada
waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
b. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih
untuk umur 2 -< 5 tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala -
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.

5. Pemeriksaan diagnostic
1) Anamnesis
Pasien dengan ISPA dapat datang dengan keluhan seperti rhinorrhea,
kongesti nasal, bersin, nyeri tenggorok, batuk, demam, dan lemas. Keluhan
yang dialami dapat terjadi selama 3-14 hari.
Keluhan common cold biasanya terjadi 2-3 hari setelah inokulasi. Keluhan
yang sering terjadi pada common cold adalah rhinorrhea, kongesti nasal,
dan bersin-bersin. Sekret nasal dapat tidak berwarna, atau berwarna
keputihan sampai kehijauan. Namun, warna dan kekentalan sekret tidak
dapat membedakan patogen penyebab virus ataupun bakteri.
Apabila bakteri patogen menyerang daerah faring, dapat ditemukan adanya
keluhan nyeri tenggorok atau keluhan nyeri saat menelan.
Pada laringitis dapat ditemukan keluhan batuk, post nasal drip, dan sulit
bernapas.
Pada tonsilitis dapat ditemukan keluhan nyeri saat menelan, sulit bernapas,
dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam juga dapat terjadi terutama
pada anak-anak.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ISPA tidak terlalu berbeda antara jenis satu dengan
lainnya. Secara umum, temuan pemeriksaan fisik pada ISPA dapat berupa
eritema dan edema mukosa nasal, rhinorrhea, halitosis, dan demam.
Pada faringitis viral dapat ditemukan eritema, eksudat, mukus yang banyak
dan kental, vesikel atau ulkus palatum, rhinorrhea, limfadenopati, dan
terkadang disertai konjungtivitis. Tanda lain yang juga bisa ditemukan
adalah hipertrofi tonsil, demam, dan terkadang diare.
Pada pasien dengan rhinosinusitis dapat ditemukan nyeri tekan daerah
paranasal, post nasal drip, dan dapat disertai polip nasi. Pada epiglotitis
dapat ditemukan disfonia, tripod postur, dan tanda distres napas.
Menurut Pedoman IDSA (Infectious Disease Society of
America), beberapa tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan
adanya faringitis viral :
 Conjunctivitis
 Coryza
 Batuk
 Diare
 Suara serak
 Stomatitis ulseratif diskret
 Exanthem viral
Sedangkan tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan adanya
infeksi Streptococcus grup A :
 Nyeri tenggorokan mendadak
 Usia 5 – 15 tahun
 Demam
 Nyeri kepala
 Mual, muntah, atau nyeri perut
 Inflamasi tonsilofaringeal
 Patchy tonsillopharyngeal exudate
 Petechiae palatum
 Adenitis servikal anterior
 Riwayat paparan terhadap faringitis Streptococcal
 Ruam scarlatiniform

6. Penatalaksanaan medis
Adapun penatalaksanaan keperawatan dari ispa, yaitu:
1) Istirahat total
2) Peningkatan intake cairan, jika tidak ada kontra indikasi
3) Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai penyakit
4) Memberikan kompres hangat bila demam
5) Pencegahan infeksi lebih lanjut.
7. Rencana asuhan keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


o
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
napas tidak efektif intervensi selama Observasi:
b.d sekresi yang 2x24 jam maka - Monitor pla napas
tertahan bersihan jalan napas ( frekuensi,
meningkat dengan kedalaman, usaha
kriteria hasil: napas)
- Batuk efektif - Monitor bunyi napas
mrningkat buatan( mengi,
- Produksi sputum wheezing, gurgling,
menurun ronkhi kering)
- Mengi menurun - Monitor sputum
- Wheezing (jumlah, warna,
menurun aroma)
- Dispnea menurun Terapeutik:
- Gelisah menurun - Posisikan semi
- Frekuensi napas fowler atau fowler
membaik - Berikan minum
- Pola napas hangat
membaik - Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Hipetermia b.d Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
proses penyakit intervensi selama Observasi:
2x24 jam maka - Identifikasi
termoregulasi penyebab
membaik dengan hipertermia
kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh
- Suhu tubuh - Monitor komplikasi
membaik hipertermia
- Suhu kulit Terapeutik
membaik - Ganti linen setiap
Tekanan darah hari atau lebih sering
membaik bila mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
Edukasi:
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena.
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
peningkatan intervensi selama Observasi:
paparan 2x24 jam maka - Monitor tanda dan
organisme tingkat infeksi gejala infeksi local
pathogen menurun, dengan sistemik
lingkungan kriteria hasil: Terapeutik:
- Kebersihan badan - Batasi jumla
meningkat pengunjung
- Nafsu makan - Cuci tangan sebelum
meningkat dan sesudah kontak
- Demam menurun dengan pasien dan
- Sputum berwarna lingkungan pasien
hijau menurun Edukasi:
kultur sputum - Jelaskaan tanda dan
membaik gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu.
Daftar Pustaka

Ahmad. (n.d.). Laporan Pendahuluan Ispa. studocu, p. 22.

Angghita, G. R. (n.d.). Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Alomedika, p. 1.

PPNI, T. S. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus


Pusat.

PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus


Pusat.

PPNI, T. S. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Smeltzer, S. C. (2022). Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


8. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi akut yang
9. melibatkan organ
saluran pernafasan
bagian atas dan saluran
pernafasan
10. bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA
11. akan menyerang host,
apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun.
12. Penyakit ISPA ini
paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima
tahun
13. karena pada
kelompok usia ini
adalah kelompok yang
memiliki sistem
14. kekebalan tubuh yang
masih rentan terhadap
berbagai penyakit.
15. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi akut yang
16. melibatkan organ
saluran pernafasan
bagian atas dan saluran
pernafasan
17. bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA
18. akan menyerang host,
apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun.
19. Penyakit ISPA ini
paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima
tahun
20. karena pada
kelompok usia ini
adalah kelompok yang
memiliki sistem
21. kekebalan tubuh yang
masih rentan terhadap
berbagai penyakit.
22. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi akut yang
23. melibatkan organ
saluran pernafasan
bagian atas dan saluran
pernafasan
24. bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA
25. akan menyerang host,
apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun.
26. Penyakit ISPA ini
paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima
tahun
27. karena pada
kelompok usia ini
adalah kelompok yang
memiliki sistem
28. kekebalan tubuh yang
masih rentan terhadap
berbagai penyakit.
29. nfeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi akut yang
30. melibatkan organ
saluran pernafasan
bagian atas dan saluran
pernafasan
31. bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA
32. akan menyerang host,
apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun.
33. Penyakit ISPA ini
paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima
tahun
34. karena pada
kelompok usia ini
adalah kelompok yang
memiliki sistem
35. kekebalan tubuh yang
masih rentan terhadap
berbagai penyakit
36. nfeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi akut yang
37. melibatkan organ
saluran pernafasan
bagian atas dan saluran
pernafasan
38. bagian bawah. Infeksi
ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA
39. akan menyerang host,
apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun.
40. Penyakit ISPA ini
paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima
tahun
41. karena pada
kelompok usia ini
adalah kelompok yang
memiliki sistem
42. kekebalan tubuh yang
masih rentan terhadap
berbagai penyakit

Anda mungkin juga menyukai