I. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan tentang pengertian ISPA, penyebab,
tanda dan gejala, pencegahan, penanganan ISPA, pasien diharapkan
dapat memahami tentang penyakit ISPA dan cara penanganannya.
V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab
VII. PENUTUP
Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
A. Materi (Lampiran)
1. Pengertian
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada
anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut
muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy, 2002: 153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli
beserta organ adneksa seperti simrs-sinus, rongga tengah dan pleura
ISPA secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari (Suryana, 2005:57).
2. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA berdasarkan hasil pemeriksaan dibedakan menjadi
dua golongan yaitu golongan umur dibawah 2 bulan, dan golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun.
a. Golongan umur dibawah 2 bulan
o Pneumonia
Yang dimaksud pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik
terdapat adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
frekuensi napas cepat (frekuensi pernafasan 60 kali permenit atau
lebih).
o Bukan Pneumonia
Yang dimaksud bukan pneumonia jika ditemukan penyakit batuk
pilek biasa, dan tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau tidak ditemukan napas cepat (frekuensi
pernafasan kurang dari 60 kali permenit).
o Bukan Pneumonia
Yang dimaksud bukan pneumonia adalah jika tidak ada napas
cepat, dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah, jadi
penderita hanya mengalami batuk pilek biasa.
3. Etiologi
Virus dan bakteri
Seperti virus influeuza sterptococcus, shapilococcus,
haemopilus influenzae.
Alergen spesifik
Alergi yang disebabkan oleh debu asap dan udara dingin atau
panas .
Perubahan cuaca dan lingkungan
Kondisi cuaca yang tidak baik seperti peralihan suhu panas ke
hujan dan lingkungan yang tidak bersih atau tercemar.
Aktifitas
Kondisi dimana anak memiliki kegiatan yang banyak tanpa
memperhatikan kondisi tubuh atau daya tahan tubuh yang dapat
menyebabkan anak-anak menderita ISPA.
Asupan gizi yang kurang.
5. Penularan
Penularan ISPA terutama melalui droplet (percikan air liur) yang
keluar saat penderita bersin, batuk, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat. Penularan juga dapat terjadi melalui
kontak atau kontaminasi tangan oleh sekret saluran pernapasan, hidung, dan
mulut penderita.
6. Pencegahan
Kegiatan atau jenis-jenis yang dapal dilakukan dalam mencegah
terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain :
a. Perbaikan peningkatan gizi
Penyusunan atau pengaturan menu
Cara pengolahan makanan
Variasi menu
b. Perbaikan dan santasi lingkungan
c. Pemeliharaan Kesehatan perorangan
d. Tindakan pencegahan pada bayi:
Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan terhadap
penyakit tertentu.
Perbanyak ASI eksklusif
Jauhkan dari penderita ISPA
7. Penanganan
Perawatan ISPA di rumah
a. Memberi makan
Pemberian makanan yang cukup dan bergizi untuk menghindari
penurunan berat badan yang akan rnengakibatkan malnutrisi. Berikan
makan sedikit-sedikit tapi sering dari biasanya, lebih-lebih jika anak
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu juga tetap diberikan.
b. Pemberian cairan atau minuman
Anak dengan infeksi saluran pernafasan dapat kehilangan cairan
lebih banyak dari biasanya terutama bila demam, menambah pemberian
minum atau cairan untuk menghindari dehidrasi. Dehidrasi akan
melemahkan anak dan dapat memperberat penyakitnya, pemberian
cairan akan membantu mengencerkan dahak,
c. Menjaga kelancaran pernafasan
Menjaga kelancaran pernafasan dengan cara mengajarkan anak
agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan.
d. Bersihkan hidung
Membersihkan hidung dengan memakai kain bersih yang lunak
untuk membersihkan lubang hidung,jika hidung tersumbat karena ingus
yang telah mengering, tetesilah dengan air garam untuk membasahinya.
e. Mengatasi panas
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan
paracetamol dan atau dengan kompres (bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk). Pemberian kompres dengan cara:
gunakan kain bersih celupkan pada air (air hangat kuku) peras
seperlunya, kemudian letakkan diatas dahi anak, lipat paha, lipat ketiak,
ulangi bila kan sudah dingin.
f. Istirahat
Berikan istirahat yang cukup karena dengan istirahat gejala bisa
berkurang.
g. Berikan obat batuk herbal
Jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diminum tiga kali sehari.
X. MATERI PEMBELAJARAN
Terlampir
XI. PROSES PENYULUHAN
b. Pembukaan
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan penyuluhan
b. Pelaksanaan.
Memberikan penjelasan tentang pengertian dari pendaftaran
diloket puskesmas banggai
Memberikan penjelasan tentang kelengkapan yang dibutuhkan
saat melakukan pendaftaran diloket puskesmas banggai
Memberikan penejelasan tentang prosedur pendaftaran diloket
puskesmas banggai
XIV. PENUTUP
Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian Dari Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah Pelayanan rutin Petugas untuk
menertibkan urutan pelayanan dan memudahkan mendapatkan
informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang tersedia
di Puskesmas.
Kunjungan lama
Apabila pasien sudah pernah berobat, Petugas menanyakan
kartu Tanda Berobat.
Petugas menanyakan identitas pasien yang akan berobat
Petugas menanyakan poli tujuan pasien.
Petugas mencatat identitas pasien di buku register
pendaftaran.
Petugas mengambil status pasien di ruang RM
Petugas mencari RM sesuai dengan identitas pasien yang
berobat
Petugas mengisi tanggal di form RM
Petugas mengisi umur agar bias ditentukan poli tujuan pasien
saat berobat
Apabila pasien baru, Petugas membuat RM yang baru sesuai
identitas pasien.
Petugas mengembalikan kartu tanda berobat.
Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu dipanggil
petugas meja kajian.
Petugas menyerahkan rekam medic ke unit terkait
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS (DM)
I. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan maka
masyarakat Mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga
yang sakit dalam hal perawatan pasien Diabetes Melitus (DM)/
pemenuhan diit) Untuk mencegah terjadinyakomplikasi lebih
lanjut.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan
kesehatan selama 30 menit Lansia Mampu:
1. Mengetahui pengertian DM
2. Mengetahui penyebab DM
3. Mengetahui tanda dan gejala DM
4. Mengetahui komplikasi DM
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes
Melitus (DM)
b. Pelaksanaan.
Menjelaskan pengertian DM
Menjelaskan penyebab DM
Menjelaskan tanda dan gejala DM
Menjelaskan komplikasi DM
Menjelaskan tentang penatalaksanaan pada pasien
DiabetesMelitus (DM)
VI. PENUTUP
Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya mengenai diabetes militia ( DM )
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Smeltzer,2002 : 1220)
2. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus:
1. Faktor keturunan
2. Gaya hidup
3. Obesitas/ kegemukan
4. Penuaan
5. Infeksi
3. Manifestasi Klinik
1. Adanya tanda-tanda klasik hiperglukemi
polidipsi (banyak minum)
poliuri (banyak kencing)
polipagi (banyak makan)
2. Kelemahan tubuh
3. Kesemutan/ rasa gatal
4. Gatal-gatal pada kulit
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh
4. Komplikasi
1. Gangguan pada mata
2. Gangguan pada syaraf
3. Gangguan pada pembuluh darah
4. Gangguan pada otak
5. Gangguan pada ginjal
5. Penanganan
Penanganan untuk menjegah terjadinya Dm adalah:
I. TUJUAN UMUM
Agar ibu hamil mengetahui lebih luas tentang keputihan
VII. PENUTUP
VII. Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada ibu ibu untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan klien/ibu dapat
mengerti dan memahami tentang penyakit campak.
Pelaksanaan
Pengertian campak.
Pengertian penyakit campak.
Penyebab dari penyakit campak.
Tanda dan gejala dari penyakit campak.
Komplikasi dari penyakit campak.
Cara penularan penyakit campak.
Cara pencegahan terhadap penyakit campak.
Cara pengobatan terhadap penyakit campak.
V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab
VII. PENUTUP
A. Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi
berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer
ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor
tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan mengenai campak. Di samping kepada penderita
campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien campak adalah definisi penyakit campak, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan
campak, pengelolaan campak secara umum, pencegahan dan
pengenalan komplikasi campak.
2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak
dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu diberikan pada
bayi berumur 9-15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz
vaccine yaitu vaksin hidup yang diolah menjadi lemah. Vaksin ini
diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak
boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak
diobati, penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai
vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella
(MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,
sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.
Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus
pada temperature antara 2oC-8oC atau ± 4oC, vaksin tersebut harus
dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau
bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam. Dimana imunisasi
ini terbagi atas 2 yaitu :
a. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif
pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat
dua macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus
campak hidup yang dilemahkan (tipe Edmonstone B); vaksin yang
berasal dari virus campak yang dimatikan (dalam larutan formalin
dicampur dengan garam alumunium). Namun sejak tahun1967, vaksin
yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan
lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat
menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Vaksin yang berasal
dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone
strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais
Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 0,5 ml, secara subkutan, namun dilaporkan bahwa
pemberian secara intramuskular mempunyai efektivitas yang sama.
Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
campak Jerman (vaksin MMR atau mumps, measles, rubella),
disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR,
dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan
pada usia 4-6 tahun. Vaksin campak sering dipakai bersama-sama
dengan vaksin rubela dan parotitis epidemika yang dilemahkan,
vaksin polio oral, difteri, tetanus, polio dan lain-lain. Laporan
beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada
umumnya aman dan tetap efektif.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan
serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan
plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak.
Campak dapat dicegah dengan Immune serum globulin (gamma
globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15 ml
dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin.
Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak
dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta
institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi,
maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk
mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan. Kontraindikasi
vaksin: reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan
imunodefisiensi (keganasan hematologi atau tumor padat),
imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang,
infeksi HIV dengan imunosupresi berat.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang
terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian
pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna
menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah 13 kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan
pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah
perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan
rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan
dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit
campak. Begitu pun dengan pelayanan kesehatan yang holistik dan
terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah
sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.
I. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Perawatan luka post SC,
diharapkan peserta penyuluhan dapat memahami tentang Perawatan
luka post SC
Pelaksanaan
o Menjelaskan tujuan perawatan luka
o Menjelaskan lat dan bahan perawatan luka
o Menjelaskan cara penatalaksanaan perawatan luka
o Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perawatan luka.
V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab
VII. PENUTUP
Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
Luka operasi merupakan luka bersih sehingga mudah untuk perawatannya, namun jika
salah dalam merawat, maka akan bisa berakibat fatal. Oleh karena itu pastikan Anda
tidak salah dalam merawat luka operasi.
TUJUAN
Kapas
NaCl 0,9%
Plester
AlKohol
Bengkok
Gunting
Betadin
PENATALAKSANAAN
Persiapan pasien
Idealnya kasa yang dipakai diganti kasa baru setiap satu minggu sekali. Tidak
terlalusering agar luka cepat kering, jika sering dibuka luka bisa menempel pada kasa
sehingga sulit untuk kering. Maka mintalah kepada keluarga Anda untuk membukanya
selama satuminggu sekali.2.
Usahan semaksimal mungkin agar luka tetap kering karena tempat lembab akan
menjadikan kuman cepat berkembang. Misalkan suhu kamar terlalu dingin dengan AC
yang membuat ruangan lembab. Bisa jadi luka anda pun ikut lembab. Hindari ruangan
lembab,dan atur suhu AC Anda.4.
Menjaga kebersihan
Agar luka operasi tidak terkena kotoran yang mengakibatkan cepat berkembangnya
kuman, maka kebersihan diri dan lingkungan sekitar Anda semaksimal mungkin
harusdijaga. Jauhkan luka dari kotoran, untuk itu seprei dan bantal harus selalu bersih dari
debu.5.
Jika Anda mau mandi atau aktifitas yang mengharuskan Anda bersentuhan denganair,
gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (opset) untuk melindungi lukabekas
operasi agar tidak terkena air. Upayakan agar luka tidak sampai basah, karena bias
mempercepat pertumbuhan kuman.6.
Makan dan minum sesuai dengan kebutuhan
Hidup sehat dengan minum air putih. Atur minum Anda dengan 8-9 gelas standar
perhari. Anggapan salah jika anda minum air putih bikin luka sulit mengering. Tidak
demikianhalnya, karena jika tubuh sehat luka akan cepat mengering dan sembuh. Hindari
makan makanan yang mengandung bahan kimia dan pedas.7.
Makanan bergizi terdapat pada sayuran hijau, lauk-pauk dan buah. Konsumsi sayur
hijau seperti bayam, sawi, kol dan sayur hijauh lainnya menjadi sumber makanan
bergizi.Untuk lauk pauk Anda bisa memilih daging, ayam, ikan, telur dan sejenisnya
I. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan
keluarga dapat memahami tentang TB paru.
M A T E R I “ Penyakit TB Paru “
!. PENGERTIAN
TBC/Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu kuman batang aerobik, tahan asam, dan
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.
2. PENYEBAB
a. Mycobacterium bovis
Penularannya scara peroral, misalnya minum susu yang mengandung basil
tuberkulosis yang biasanya Mycobacterium bovis.
b. Mycobacterium tuberculosis
Penularan melalui udara. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis :
1. herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara herediter.
2. jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada
masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan terinfeksi sangat tinggi karena diet yang tidak
adekuat.
4. keadaan stress : situasi yang penuh stres ( injuri, kurang nutrisi,
stres emosional, kelelahan kronik )
5. meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
6. anak yang mendapat terapi kortikosteroid lebih mudah terinfeksi.
7. nutrisi : status nutrisi yang kurang.
8. infeksi berulang, contoh : HIV, measles, dan pertusis.
9. tidak memenuhi aturan pengobatan.
Gejala umum : batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Pada TB paru anak terdapat pembesaran kelenjer limfe superfisialis.
I. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan
keluarga dapat memahami tentang stunting pada anak dan cara
mencegahnya.
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan keluarga
dapat memahami tentang stunting pada anak dan cara mencegahnya.
Menjelaskan tentang pengertian Stunting
Mengerti penyebab Stunting
Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting
Mengerti pengaruh stunting pada anak
Mengerti pencegahan stunting pada anak
Mengerti penanggulangan stunting pada anak
V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab
VII. PENUTUP
Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
1. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak
lain seusianya (MCN, 2009). Stunted ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan
gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
6. PENCEGAHAN
a. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat
badan secara teratur dan terus menerus
b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti
ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia
dibawah empat bulan
c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya
mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk
bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan
efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatan keterampilan dan kewirausahaan
d. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada
masyarakaat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi
yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan
kegiatan posyandu.
7. Penanggulangan
a. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak
janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan
periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan
gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari
selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang
dilahirkannya.
b. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan
masalah kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak
langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air
minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor
penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan,
politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.
c. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan
spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT,
pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan
inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A,
pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI.
Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti
penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan
kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll
d. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth
Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar
standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan
oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-
ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu
mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan
lingkungan.
e. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, meliputi :
1) Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik
dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan
yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus
atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu
diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.
Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90
tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2) Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja
(ASI Eksklusif)
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi
berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul
vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh
setiap rumah tangga.
Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang
berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan
lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit masyarakat
memahami dan dapat melakukan usaha peningkatan kesehatan pada
telinga, melakukan pertolongan pertama bila ada benda asing yang masuk
ke telinga, mengenal tanda-tanda atau bahaya kerusakan telinga.
b. Pelaksanaan.
Setelah diberikani penyuluhan diharapkan masyarakat dapat :
1. Mampu menjelaskan pengertian dari irigasi telinga
2. Mampu menjelaskan tujuan dari irigasi telinga
3. Mampu menjelaskan indikasi dari irigasi telinga
4. Mampu menjelaskan kontraindikasi irigasi telinga
5. Mampu menjelaskan cara kerja irigasi telinga
V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab
VII. PENUTUP
Proses Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya
Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi
Irigasi dari canalis auditorius eksterna umumnya dilakukan dengan
tujuan untuk membersihkan, walaupun pemberian cairan hangat dan antiseptik
kadang-kadang dilakukan. Irigasi biasanya dilakukan di RS. Menggunakan
peralatan steril sehingga mikroorganisme tidak akan masuk ke dalam telinga.
Normal saline pada suhu tubuh (37,00C atau 98,6 F) seringkali
digunakan untuk mengiritasi telinga. Perawat menggunakan termometer untuk
menjamin bahwa telinga jika membran tympani tidak rusak, dimana teknik
steril digunakan. Posisi kanalis auditorius eksterna bervariasi sesuai umur.
Pada anak dui bawah 3 tahun, mengarah ke atas, pada dewasa, canalis
auditorius eksterna berbentuk 5 sekitar 2,5 cm (1 in) panjangnya. Irigasi
telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan dalam telinga. (Suzanne
C Smeltzer. 2010)
B. Tujuan
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.
C. Indikasi :
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal
audiotory eksternal.
b. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal.
d. Untuk mengangkat sekresi inflamasi.(marwan, 2009)
D. Kontra Indikasi :
a. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder,
pembedahan, miringitomi).
b. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
c. Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan
muntah.
d. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran
(kacang), jangan diirigasi karena bahan-bahan yang mengembang dan sulit
dikeluarkan.
e. Klien dengan menggunakan pipa timpanotomi magnet dari logam dalm
telinganya
f. Sesudah operasi telinga
g. Bila ada perdarahan telinga
h. Hipersensitivitas
Kemungkinan Komplikasi :
a. Ruptur (pecah) pada membran tympani.Kehilangan pendengaran.
b. Trauma/injury kanal teling dalam.
c. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi,
kemudian ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperatur yang cocok
untuk mencegah berulangnya gejala.
Bahaya :
1. Infeksi Pecahnya gendang telinga.
2. Ruptur membran timpani.
3. Kehilangan pendengaran.
4. Trauma/injury kanal telinga dalam.
E. Obat Irigasi Telinga :
1. Diuretic
2. Obat kemoterapi
3. Antimalaria
4. Obat anti – imflamasi
5. Bahan kimia
6. Antibiotika Aminoglikosida
7. Antibiotika lain