Anda di halaman 1dari 61

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Hari/ Tanggal : Sabtu, 24 April 2021
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Antrian Pkm Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Musdalifa dan Windasari.

I. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan tentang pengertian ISPA, penyebab,
tanda dan gejala, pencegahan, penanganan ISPA, pasien diharapkan
dapat memahami tentang penyakit ISPA dan cara penanganannya.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah dilakukan penyuluhan 1x 30 menit, keluarga mampu:
o Menjelaskan pengertian ISPA
o Menyebutkan penyebab ISPA
o Menyebutkan tanda dan gejala ISPA
o Menjelaskan pencegahan ISPA
o Menjelaskan penanganan ISPA

III. MATERI PEMBELAJARAN


Terlampir

IV. PROSES PENYULUHAN


a. Pembukaan
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan penyuluhan
b. Pelaksanaan.
 Menjelaskan pengertian dan klasifikasi ISPA
 Menjelaskan penyebab ISPA
 Menjelaskan tanda dan gejala ISPA
 Menjelaskan pencegahan ISPA
 Menjelaskan penanganan ISPA

V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab

VI. ALAT BANTU PENYULUHAN


Menggunakan Leaflet

VII. PENUTUP
Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
A. Materi (Lampiran)

1. Pengertian
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada
anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut
muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy, 2002: 153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
 Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
 Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli
beserta organ adneksa seperti simrs-sinus, rongga tengah dan pleura
ISPA secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
 Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari (Suryana, 2005:57).

2. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA berdasarkan hasil pemeriksaan dibedakan menjadi
dua golongan yaitu golongan umur dibawah 2 bulan, dan golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun.
a. Golongan umur dibawah 2 bulan
o Pneumonia
Yang dimaksud pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik
terdapat adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
frekuensi napas cepat (frekuensi pernafasan 60 kali permenit atau
lebih).
o Bukan Pneumonia
Yang dimaksud bukan pneumonia jika ditemukan penyakit batuk
pilek biasa, dan tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau tidak ditemukan napas cepat (frekuensi
pernafasan kurang dari 60 kali permenit).

b. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun


o Pneumonia
Yang dimaksud pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik
ditemukan nafas cepat dengan frekuensi pernafasan  50 kali per
menit atau lebih (usia 2 – 12 bulan), atau frekuensi pernafasan 40
kali per menit atau lebih (untuk usia 1 – 5 tahun).
o Pneumonia Berat
Yang dimaksud pneumonia berat jika ditemukan sesak nafas
dalam pemeriksaan fisik dan saat inspirasi adanya tarikan dinding
dada bagian bawah. Namun saat dilakukan pemeriksaan anak harus
dalam keadaan tenang, dan tidak menangis.

o Bukan Pneumonia
Yang dimaksud bukan pneumonia adalah jika tidak ada napas
cepat, dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah, jadi
penderita hanya mengalami batuk pilek biasa.

3. Etiologi
 Virus dan bakteri
Seperti virus influeuza sterptococcus, shapilococcus,
haemopilus influenzae.
 Alergen spesifik
Alergi yang disebabkan oleh debu asap dan udara dingin atau
panas .
 Perubahan cuaca dan lingkungan
Kondisi cuaca yang tidak baik seperti peralihan suhu panas ke
hujan dan lingkungan yang tidak bersih atau tercemar.
 Aktifitas
Kondisi dimana anak memiliki kegiatan yang banyak tanpa
memperhatikan kondisi tubuh atau daya tahan tubuh yang dapat
menyebabkan anak-anak menderita ISPA.
 Asupan gizi yang kurang.

4. Tanda dan Gejala


 Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang  dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC

 Gejala dari ISPA Sedang


Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu: untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5
tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 sampai
kurang dari 12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan sampai kurang dari 5 tahun.
b. Suhu lebih dari 39 O C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

 Gejala dari ISPA Berat


Seseorang  dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :
a.       Bibir atau kulit membiru
b.      Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c.       Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d.      Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e.       Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f.       Tenggorokan berwarna merah

5. Penularan
Penularan ISPA terutama melalui droplet  (percikan air liur) yang
keluar saat penderita bersin, batuk, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat. Penularan juga dapat terjadi melalui
kontak atau kontaminasi tangan oleh sekret saluran pernapasan, hidung, dan
mulut penderita.

6. Pencegahan
Kegiatan atau jenis-jenis yang dapal dilakukan dalam mencegah
terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain :
a. Perbaikan peningkatan gizi
 Penyusunan atau pengaturan menu
 Cara pengolahan makanan
 Variasi menu
b. Perbaikan dan santasi lingkungan
c. Pemeliharaan Kesehatan perorangan
d. Tindakan pencegahan pada bayi:
 Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan terhadap
penyakit tertentu.
 Perbanyak ASI eksklusif
 Jauhkan dari penderita ISPA

7. Penanganan
Perawatan ISPA di rumah
a. Memberi makan
Pemberian makanan yang cukup dan bergizi untuk menghindari
penurunan berat badan yang akan rnengakibatkan malnutrisi. Berikan
makan sedikit-sedikit tapi sering dari biasanya, lebih-lebih jika anak
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu juga tetap diberikan.
b. Pemberian cairan atau minuman
Anak dengan infeksi saluran pernafasan dapat kehilangan cairan
lebih banyak dari biasanya terutama bila demam, menambah pemberian
minum atau cairan untuk menghindari dehidrasi. Dehidrasi akan
melemahkan anak dan dapat memperberat penyakitnya, pemberian
cairan akan membantu mengencerkan dahak,
c. Menjaga kelancaran pernafasan
Menjaga kelancaran pernafasan dengan cara mengajarkan anak
agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan.
d. Bersihkan hidung
Membersihkan hidung dengan memakai kain bersih yang lunak
untuk membersihkan lubang hidung,jika hidung tersumbat karena ingus
yang telah mengering, tetesilah dengan air garam untuk membasahinya.
e. Mengatasi panas
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan
paracetamol dan atau dengan kompres (bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk). Pemberian kompres dengan cara:
gunakan kain bersih celupkan pada air (air hangat kuku) peras
seperlunya, kemudian letakkan diatas dahi anak, lipat paha, lipat ketiak,
ulangi bila kan sudah dingin.
f. Istirahat
Berikan istirahat yang cukup karena dengan istirahat gejala bisa
berkurang.
g. Berikan obat batuk herbal
Jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diminum tiga kali sehari.

Mengamati tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul seperti sesak nafas,


nafas cepat, anak tidak mampu minum, suhu tubuh tinggi, bila terjadi segera
bawa anak ke pelayanan kesehatan agar komplikasi tidak terjadi.
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Topik : Pendaftaran Pasien Diloket


Hari/ Tanggal : Sabtu, 13 Maret 2021
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Antrian Pkm Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Windasari, Meyfitriani, dan Musdalifa

VIII. TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan ini,diharapkan setiap masyarakat
yang berobat kepuskesmas banggai dapat mengetahui persyaratan yang
harus dilengkapi saat berobat kepuskesmas banggai,sehingga proses
pendaftaran berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan yang berlaku
dipusekesmas banggai saat ini.

IX. TUJUAN KHUSUS


1. Bagi Puskesmas
Pemberian pelayanan pendaftaran bagi pasien yang akan berobat
dapat terlaksana dengan baik,teratur,dan sesuai dengan standar
prosedur pelayanan puskesmas.
2. Bagi Pasien
Agar pasien dan pendamping pasien mendapatkan pelayanan
dengan baik,cepat, dan terarah sesuai dengan kondisi pasien.

X. MATERI PEMBELAJARAN
Terlampir
XI. PROSES PENYULUHAN
b. Pembukaan
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan penyuluhan

b. Pelaksanaan.
Memberikan penjelasan tentang pengertian dari pendaftaran
diloket puskesmas banggai
Memberikan penjelasan tentang kelengkapan yang dibutuhkan
saat melakukan pendaftaran diloket puskesmas banggai
Memberikan penejelasan tentang prosedur pendaftaran diloket
puskesmas banggai

XII. METODE PENYULUHAN


Ceramah
Tanya Jawab

XIII. ALAT BANTU PENYULUHAN


Menggunakan Poster

XIV. PENUTUP
Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
 MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian Dari Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah Pelayanan rutin Petugas untuk
menertibkan urutan pelayanan dan memudahkan mendapatkan
informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang tersedia
di Puskesmas.

II. Kelengkapan Yang Dibutuhkan Saat Melakukan Pendaftaran Diloket


Puskesmas Banggai
Katur tanda penduduk ( KTP ) jika pasien baru
Kartu beroabat jika pasien lama
Kartu Indonesia sehat ( KIS, BPJS )
Jika pasien umum dikenakan tarif Rp. 5000 biaya untuk kartu
beroabat

III. Prosedur Pendaftaran Diloket Puskesmas Banggai


Kunjungan baru
 Petugas mempersilakan Pasien mengambil nomor antrian
 Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut antri.
 Petugas menanyakan apakah pasien sudah pernah datang
berobat
 Petugas menanyakan apakah punya kartu BPJS kesehatan
 Apabila punya kartu BPJS kesehatan, Petugas meminta kartu
BPJS kesehatan
 Petugas mencatat identitas pasien sesuai dengan kartu BPJS
kesehatan di buku register loket
 Petugas menanyakan nama kepala keluarga, alamat lengkap
kepala keluarga.
 Petugas mencatat identitas Kepala keluarga ke dalam status
pasien
 Petugas membuat nomor kartu berobat sesuai kode desa
 Petugas menanyakan identitas pasien yang mau berobat
 Petugas mencatat identitas pasien yang mau berobat ke buku
register.
 Petugas mencatat identitas pasien ke dalam form Rekam
medis
 Petugas melengkapi form RM
 Petugas mengecap tanggal di form RM,
 Apabila peserta BPJS kesehatan Petugas menulis No
asuransi BPJS pada lembar RM
 Petugas menyerahkan Kartu Tanda Berobat kepada Pasien
 Petugas memberitahu kepada pasien bahwa kartu tanda
berobat berlaku seumur hidup,bila berobat kembali kartu
harap dibawah
 Petugas mempersilahkan pasien untuk mmenunggu ditempat
antrian menunggu dipanggil oleh petugas meja kajian.

Kunjungan lama
 Apabila pasien sudah pernah berobat, Petugas menanyakan
kartu Tanda Berobat.
 Petugas menanyakan identitas pasien yang akan berobat
 Petugas menanyakan poli tujuan pasien.
 Petugas mencatat identitas pasien di buku register
pendaftaran.
 Petugas mengambil status pasien di ruang RM
 Petugas mencari RM sesuai dengan identitas pasien yang
berobat
 Petugas mengisi tanggal di form RM
 Petugas mengisi umur agar bias ditentukan poli tujuan pasien
saat berobat
 Apabila pasien baru, Petugas membuat RM yang baru sesuai
identitas pasien.
 Petugas mengembalikan kartu tanda berobat.
 Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu dipanggil
petugas meja kajian.
 Petugas menyerahkan rekam medic ke unit terkait
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS (DM)

Topik : Diabetes Melitus (DM)


Hari/ Tanggal : Sabtu, 13 Maret 2021
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Antrian Pkm Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Nurfita Sari, Aisi ,Sulastri Madia

I. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan maka
masyarakat Mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga
yang sakit dalam hal perawatan pasien Diabetes Melitus (DM)/
pemenuhan diit) Untuk mencegah terjadinyakomplikasi lebih
lanjut.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan
kesehatan selama 30 menit Lansia Mampu:
1. Mengetahui pengertian DM
2. Mengetahui penyebab DM
3. Mengetahui tanda dan gejala DM
4. Mengetahui komplikasi DM
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada pasien Diabetes
Melitus (DM)

II. MATERI PEMBELAJARAN


Terlampir
III. PROSES PENYULUHAN
c. Pembukaan
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan penyuluhan

b. Pelaksanaan.
Menjelaskan pengertian DM
Menjelaskan penyebab DM
Menjelaskan tanda dan gejala DM
Menjelaskan komplikasi DM
Menjelaskan tentang penatalaksanaan pada pasien
DiabetesMelitus (DM)

IV. METODE PENYULUHAN


Ceramah
Tanya Jawab

V. ALAT BANTU PENYULUHAN


Menggunakan Poster

VI. PENUTUP
Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya mengenai diabetes militia ( DM )
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
 MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Smeltzer,2002 : 1220)

2. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus:
1. Faktor keturunan
2. Gaya hidup
3. Obesitas/ kegemukan
4. Penuaan
5. Infeksi

3. Manifestasi Klinik
1. Adanya tanda-tanda klasik hiperglukemi
 polidipsi (banyak minum)
 poliuri (banyak kencing)
 polipagi (banyak makan)
2. Kelemahan tubuh
3. Kesemutan/ rasa gatal
4. Gatal-gatal pada kulit
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh

4. Komplikasi
1. Gangguan pada mata
2. Gangguan pada syaraf
3. Gangguan pada pembuluh darah
4. Gangguan pada otak
5. Gangguan pada ginjal

5. Penanganan
Penanganan untuk menjegah terjadinya Dm adalah:

 Kontrol kadar gula darah yang teratur


 Olah raga yang teratur/ latihan gerak
 Minum obat secara teratur
 Makanan sesuai diit

6. Diit Pada Diabetes Melitus


Pemberian diit pada DM dengan memperhatikan prinsip 3 J yaitu:
 Jenis bahan Makanan
 Jadwal makanan
 Jumlah makanan
 Diit pada Dm adalah:
Tinggi karbohidrat, tinggi serat, rendah lemak,
rendah protein
Tujuan Pemberian Diit pada DM:
1. Mempertahankan kadar gula agar normal
2. Mempertahankan BB yang seimbang
3. Mencegah Komplikasi akut dan kronik

7. Makanan yang harus dihindari


Gula
Susu
Madu

8. Makanan yang mengandung karbohidrat yang boleh dimakan


Nasi
Kentang
Roti
Singkong

9. Bahan makanan yang mengandung protein hewani yang boleh


dimakan, seperti:
Ikan segar
Ayam
Telur Ayam
Udang

10. Bahan makanan yang mengandung protein nabati yang boleh


dimakan, seperti:
Tahu
Tempe
Kacang tanah
Kacang hijau
Kacang merah

11. Sayuran yang bebas dimakan


Kangkung
Tomat
Terong
Ketimun
Kol
Sawi
Gambas

12. Sayuran yang boleh dimakan tapi dibatasi:


Buncis
Daun singkong
Kacang panjang
Kembang Kol
Bayam

13. Buah yang bebas dimakan tanpa dibatasi


Jambu air
Jambu biji
Pepaya

14. Buah yang boleh dimakan tapi dibatasi


Pisang, kecuali pisang ambon dan pisang hijau
Jeruk
Mangga
Nanas

15. Buah yang tidak boleh dimakan, seperti;


Nangka
Durian
Sawo
Lecy
Apel merah
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
KEPUTIHAN TERHADAP IBU HAMIL

Topik : Keputihan terhadap ibu hamil


Hari/ Tanggal : Sabtu’13 maret 2021
Waktu : 30 Menit
Tempat : Puskesmas Banggai
Sasaran : Ibu hamil
Penyuluhan : Nurfita Sari, Aisi ,Sulastri Madia

I. TUJUAN UMUM
Agar ibu hamil mengetahui lebih luas tentang keputihan

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan;
 Memahami tentang keputihan
 Memahami akibat keputihan
 Memahami cara mencegah keputihan
 Dapat mengenal gejala keputihan
III. MATERI PEMBELAJARAN
Terlampir

IV. PROSES PENYULUHAN


 Memberikan salam
 Memperkenalkan diri
b. Pelaksanaan
 Memberikan penjelasan tentang keputihan
V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab

VI. ALAT BANTU PENYULUHAN


Menggunakan Poster

VII. PENUTUP
VII. Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada ibu ibu untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan

VIII. Menyimpulkan hasil penyuluhan


1. Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
 MATERI PENYULUHAN
Keputihan adalah kondisi ketika lendir atau cairan keluar dari
vagina.keputihan merupakan cara alami tubuh untuk menjaga
kebersihan dan kelembapan organ kewanitaan.
Gejala keputihan adalah
Keputihan yang tergolong normal akan terlihat dari cairan yang keluar
dengan tanda sebagai berikut;
 tidak berwarna atau berwarna putih
 tidak berbau
 meninggalkan bercak kekuninggan di celana dalam

Untuk keputihan yang tidak normal;


 cairan keputihan berbeda warna,berbau,atau tekstur dari
biasanya
 cairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanya
 Penyebap keputihan

Keputihan dapat disebapkan oleh proses normal tubuh maupun oleh


infeksi. Bahaya keputihan saat hamil akibat trikomoniasus adalah
meningkatkan risiko kelahiran premature,berat badan bayi rendah,dan
bayi rentan trinfeksi parasite tersebut saat laahir.
Cara mengatasi keputihan di rumah dengan perawatan sederhana;
 menjaga kebersihan vagina
 rutin ganti celana dalam
 rutin memeriksa ke dokter
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
IMUNISASI CAMPAK

Topik : Imunisasi Campak


Hari/ Tanggal : Sabtu, 20 maret 2021
Waktu : 40 Menit
Tempat : Puskesmas Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Nurfita Sari, Aisi ,Sulastri Madia

I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan klien/ibu dapat
mengerti dan memahami tentang penyakit campak.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan ini audiens/ibu dapat :
 Menjelaskan pengertian campak dengan bahasa sederhana.
 Menjelaskan pengertian penyakit campak dengan bahasa
sederhana.
 Menjelaskan penyebab dari penyakit campak.
 Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit campak.
 Apa saja komplikasi dari penyakit campak.
 Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit campak.
 Menjelaskan bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit
campak.
 Menjelaskan bagaimana cara pengobatan terhadap penyakit
campak.

III. MATERI PEMBELAJARAN
Terlampir

IV. PROSES PENYULUHAN


 Memberikan salam
 Memperkenalkan diri

 Pelaksanaan
 Pengertian campak.
 Pengertian penyakit campak.
 Penyebab dari penyakit campak.
 Tanda dan gejala dari penyakit campak.
 Komplikasi dari penyakit campak.
 Cara penularan penyakit campak.
 Cara pencegahan terhadap penyakit campak.
 Cara pengobatan terhadap penyakit campak.

V. METODE PENYULUHAN
 Ceramah
 Tanya Jawab

VI. ALAT BANTU PENYULUHAN


 Menggunakan Poster
 Satuan Acara Penyuluhan

VII. PENUTUP
A. Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan

B. Menyimpulkan hasil penyuluhan


 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
pada hari itu.
 LAMPIRAN MATERI PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK
I. Pengertian Campak
Pengertian campak menurut WHO adalah penyakit menular
dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari
atau lebih yang disertai panas 38oC atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah.

II. Pengertian Penyakit Campak


Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa
latin dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan
gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar)
atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, lemas, batuk,
konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata atau konjungtiva) dan
bintik merah di kulit (ruam kulit).

III. Penyebab Penyakit Campak


Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk
golongan paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu
virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan)
nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala
awal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan
selaput lendir.
Virus ini berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140
nm dan di bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri
dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA),
merupakan struktur heliks 5 nukleoprotein dari myxovirus. Selubung
luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di
selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

IV. Tanda dan Gejala Dari Penyakit Campak


Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu
berupa:
1. Panas badan
2. Nyeri tenggorokan
3. Hidung meler (coryza)
4. Batuk (cough)
5. Bercak koplik
6. Nyeri otot
7. Mata merah (conjunctivitis)
Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni:
 Stadium Kataral atau Prodormal
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu,
batuk-batuk dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang
timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi atau
daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak
Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum
pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini
menentukan suatu diagnosa pasti terhadap penyakit campak.
 Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena
panas tinggi, kadang-kadang anak kejang-kejang, disusul
timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3-7
hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di
daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar
keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan
muka bengkak.
 Stadium konvalensi atau penyembuhan
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas
kecoklatan yang disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama
akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai normal bila
tidak terjadi komplikasi.

V. Komplikasi Dari Penyakit Campak


Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya
penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi
infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan adalah terjadinya
komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita,
keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder seperti:
1. Otitis media akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus campak ke dalam
telinga tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase
prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan
sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media
purulenta.
2. Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang
terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah terjadinya ruam.
Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak dengan CFR
berkisar antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui
mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak
ke dalam otak.
3. Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus campak menyerang
epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang
paru-paru atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan
virus campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan
Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka
Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih
muda, anak dengan kurang kalori protein.
4. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita campak,
penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan
ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

VI. Cara Penularan Penyakit Campak


Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak,
yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut
maupun tenggorokan penderita morbili atau campak artinya,
seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di
tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam
kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari
sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara
meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak
usia pra sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah
kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
a. Bayi berumur lebih dari 1 tahun
b. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
c. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi
kedua.

VII. Cara Pencegahan Terhadap Penyakit Campak


a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya
faktor predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari
pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum
memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang
tinggi untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat
penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan
yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan
kesehatan, konseling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi
berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer
ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor
tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan mengenai campak. Di samping kepada penderita
campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien campak adalah definisi penyakit campak, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan
campak, pengelolaan campak secara umum, pencegahan dan
pengenalan komplikasi campak.
2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak
dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu diberikan pada
bayi berumur 9-15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz
vaccine yaitu vaksin hidup yang diolah menjadi lemah. Vaksin ini
diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak
boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak
diobati, penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai
vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella
(MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,
sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.
Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus
pada temperature antara 2oC-8oC atau ± 4oC, vaksin tersebut harus
dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau
bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam. Dimana imunisasi
ini terbagi atas 2 yaitu :
a. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif
pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat
dua macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus
campak hidup yang dilemahkan (tipe Edmonstone B); vaksin yang
berasal dari virus campak yang dimatikan (dalam larutan formalin
dicampur dengan garam alumunium). Namun sejak tahun1967, vaksin
yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan
lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat
menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Vaksin yang berasal
dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone
strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais
Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 0,5 ml, secara subkutan, namun dilaporkan bahwa
pemberian secara intramuskular mempunyai efektivitas yang sama.
Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
campak Jerman (vaksin MMR atau mumps, measles, rubella),
disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR,
dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan
pada usia 4-6 tahun. Vaksin campak sering dipakai bersama-sama
dengan vaksin rubela dan parotitis epidemika yang dilemahkan,
vaksin polio oral, difteri, tetanus, polio dan lain-lain. Laporan
beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada
umumnya aman dan tetap efektif.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan
serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan
plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak.
Campak dapat dicegah dengan Immune serum globulin (gamma
globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15 ml
dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin.
Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak
dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta
institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi,
maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk
mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan. Kontraindikasi
vaksin: reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan
imunodefisiensi (keganasan hematologi atau tumor padat),
imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang,
infeksi HIV dengan imunosupresi berat.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang
terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian
pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna
menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah 13 kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan
pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah
perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan
rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan
dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit
campak. Begitu pun dengan pelayanan kesehatan yang holistik dan
terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah
sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.

VIII. Cara Pengobatan Terhadap Penyakit Campak.


Penderita campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Sehingga
pengobatannya bersifat symptomatik, yaitu memperbaiki keadaan
umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dengan pemberian
vitamin A.
Cara pemberian vitamin A
1. Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita :
a. Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah
(200.000 SI) untuk balita
b. Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang
bersih
c. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan
tidak membuang sedikitpun isi kapsul.
d. Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung
1 kapsul untuk diminum
2. Cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas :
a. Diberikan segera setelah melahirkan dengan cara meminum
langsung 1 (satu) kapsul
b. Kemudian minum 1 (satu) kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama

Tempat pemberian vitamin A diberikan secara gratis di


sarana fasilitas pelayanan kesehatan, seperti : RS, Puskesmas,
Postu, polindes, praktek dokter/bidan swasta, posyandu,
sekolah, TK, dan PAUD.
Bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan
untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :
a. Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi
sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-
sulfametokzasol.
b. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾
kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping
pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu: Hidrokostison
100-200 mg/hari selama 3 -4 hari dan prednison 2
mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu, perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
c. Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang
dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan
sampai tiga hari demam reda.
d. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian
cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat
enteritis dengan dehidrasi.
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
PERAWATAN LUKA POST OP SC

Topik : Perawatan Luka Post Op Sc


Hari/ Tanggal : Sabtu, 27 maret 2021
Waktu : 40 Menit
Tempat : Puskesmas Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Nurfita Sari, Aisi ,Sulastri Madia

I. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Perawatan luka post SC,
diharapkan peserta penyuluhan dapat memahami tentang Perawatan
luka post SC

II. TUJUAN KHUSUS


a. Peserta mengerti tujuan perawatan luka
b. Peserta mengerti dan mampu melakukan cara perawatan luka
c. Peserta memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perawatan luka.

III. MATERI PEMBELAJARAN


Terlampir
IV. PROSES PENYULUHAN
 Memberikan salam
 Memperkenalkan diri

 Pelaksanaan
o Menjelaskan tujuan perawatan luka
o Menjelaskan lat dan bahan perawatan luka
o Menjelaskan cara penatalaksanaan perawatan luka
o Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perawatan luka.

V. METODE PENYULUHAN
 Ceramah
 Tanya Jawab

VI. ALAT BANTU PENYULUHAN


 Menggunakan Poster
 Satuan Acara Penyuluhan

VII. PENUTUP
 Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan

 Menyimpulkan hasil penyuluhan


 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
pada hari itu.
 LAMPIRAN MATERI PERAWATAN LUKA POST OP SC

PERAWATAN LUKA POST OPERASI CAESAR (SC)

 Luka operasi merupakan luka bersih sehingga mudah untuk perawatannya, namun jika
salah dalam merawat, maka akan bisa berakibat fatal. Oleh karena itu pastikan Anda
tidak salah dalam merawat luka operasi.

TUJUAN

1.Mencegah terjadinya infeksi

2.Membantu proses penyembuhan

3.Memberikan rasa nyaman

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Peralatan steril (dalam bak instrument)

 Sarung tangan steril


 Kasa steril
 Kapas lidi
 Kom kecil streril
Peralatan bersih

 Kapas
 NaCl 0,9%
 Plester
 AlKohol
 Bengkok
 Gunting
 Betadin
PENATALAKSANAAN

Persiapan pasien

 Posisikan pasien dengan senyaman mungkin


 Posisikan dengan semi fawler
Persiapan tempat

 Persiapakan tempat yang bersih dan nyaman


 Sebelum melakukan perawatan tutup tirai untuk menjaga pripasi

1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun

2. Keringkan dengan handuk bersih

3. MasukKan kasa dalam cairan NaCl 0,9 %, lalu diperas

4. Buka perban, buang perban kotor ke tempat bengkok.

5. Beri sedikit alkohol pada tangan agar tangan menjadi steril

6. Luka dibersihkan dengan kasa yang telah disediakan dari arah


dalam ke luar. Kasa digunakan setiap satu kali membersihkan. Jangan
menyentuh kasa yang akan ke luka

7. Luka dikeringkan dengan kasa kering

8. Tutup luka dengan menggunakan kasa kemudian plester

9. Cuci kembali tangan sesudah mengganti balutan.


HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PERAWATAN LUKA
 Setiap hari kasa harus di buka

 Idealnya kasa yang dipakai diganti kasa baru setiap satu minggu sekali. Tidak
terlalusering agar luka cepat kering, jika sering dibuka luka bisa menempel pada kasa
sehingga sulit untuk kering. Maka mintalah kepada keluarga Anda untuk membukanya
selama satuminggu sekali.2.

 Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa


Jika luka operasi keluar darah, maka segeralah untuk mengganti kasanya agar
tidak basah atau lembab oleh darah. Kerena darah merupakan kuman yang bisa cepat
menyebar keseluruh bagian luka.3.
 Jaga luka agar tak lembab

 Usahan semaksimal mungkin agar luka tetap kering karena tempat lembab akan
menjadikan kuman cepat berkembang. Misalkan suhu kamar terlalu dingin dengan AC
yang membuat ruangan lembab. Bisa jadi luka anda pun ikut lembab. Hindari ruangan
lembab,dan atur suhu AC Anda.4.

 Menjaga kebersihan

Agar luka operasi tidak terkena kotoran yang mengakibatkan cepat berkembangnya
kuman, maka kebersihan diri dan lingkungan sekitar Anda semaksimal mungkin
harusdijaga. Jauhkan luka dari kotoran, untuk itu seprei dan bantal harus selalu bersih dari
debu.5.

 Gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset)

 Jika Anda mau mandi atau aktifitas yang mengharuskan Anda bersentuhan denganair,
gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (opset) untuk melindungi lukabekas
operasi agar tidak terkena air. Upayakan agar luka tidak sampai basah, karena bias
mempercepat pertumbuhan kuman.6.
 Makan dan minum sesuai dengan kebutuhan

Hidup sehat dengan minum air putih. Atur minum Anda dengan 8-9 gelas standar
perhari. Anggapan salah jika anda minum air putih bikin luka sulit mengering. Tidak
demikianhalnya, karena jika tubuh sehat luka akan cepat mengering dan sembuh. Hindari
makan makanan yang mengandung bahan kimia dan pedas.7.

Makan makanan bergizi

Makanan bergizi terdapat pada sayuran hijau, lauk-pauk dan buah. Konsumsi sayur
hijau seperti bayam, sawi, kol dan sayur hijauh lainnya menjadi sumber makanan
bergizi.Untuk lauk pauk Anda bisa memilih daging, ayam, ikan, telur dan sejenisnya

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )


PENYAKIT TB PARU

Topik : Penyakit TB Paru


Hari/ Tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021
Waktu : 20 Menit
Tempat : Puskesmas Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Windasari, Meyfitriani, dan Musdalifa

I. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan
keluarga dapat memahami tentang TB paru.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan keluarga
dapat memahami tentang TB paru.
a. Menjelaskan pengertian pernyakit
b. Menyebutkan penyebab penyakit TB paru
c. Mengetahui cara pencegahan TB paru
d. Megetahui tanda dan gejala penyakit TB paru
e. Mengetahui cara perawatan penyakit TB paru

10. MATERI PEMBELAJARAN


Terlampir

11. PROSES PENYULUHAN


a. Pembukaan
 Memberikan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Pelaksanaan
o Menjelaskan pengertian pernyakit
o Menyebutkan penyebab penyakit TB paru
o Mengetahui cara pencegahan TB paru
o Megetahui tanda dan gejala penyakit TB paru
o Mengetahui cara perawatan penyakit TB paru

12. METODE PENYULUHAN


 Ceramah
 Tanya Jawab

13. ALAT BANTU PENYULUHAN


 Menggunakan Poster
 Satuan Acara Penyuluhan
14. PENUTUP
 Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan

 Menyimpulkan hasil penyuluhan


 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
pada hari itu.

 M A T E R I “ Penyakit TB Paru “

!. PENGERTIAN
TBC/Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu kuman batang aerobik, tahan asam, dan
dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.

2. PENYEBAB
a. Mycobacterium bovis
Penularannya scara peroral, misalnya minum susu yang mengandung basil
tuberkulosis yang biasanya Mycobacterium bovis.

b. Mycobacterium tuberculosis
Penularan melalui udara. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis :
1. herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara herediter.
2. jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada
masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan terinfeksi sangat tinggi karena diet yang tidak
adekuat.
4. keadaan stress : situasi yang penuh stres ( injuri, kurang nutrisi,
stres emosional, kelelahan kronik )
5. meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
6. anak yang mendapat terapi kortikosteroid lebih mudah terinfeksi.
7. nutrisi : status nutrisi yang kurang.
8. infeksi berulang, contoh : HIV, measles, dan pertusis.
9. tidak memenuhi aturan pengobatan.

TANDA DAN GEJALA

Gejala umum : batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Pada TB paru anak terdapat pembesaran kelenjer limfe superfisialis.

Gejala lain yang sering dijumpai :


a. dahak bercampur darah
b. batuk darah
c. sesak nafas dan rasa nyeri dada
d. badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan (malaise)
e. berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
f. demam meriang lebih dari sebulan
CARA PERAWATAN
 Pengobatan untuk individu dengan tuberkulosis aktif memerlukan waktu
lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat
bermutasi apabila terpajan antibiotik yang semula masih efektif. Saat ini,
terapi untuk pasien dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan
berlangsung paling kurang 9 bulan dan biasanya lebih lama. Apabila pasien
tidak berespons terhadap obat-obat tersebut, maka obat dan protokol
pengobatan lain akan dicoba.
 Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah
sebelumnya negatif biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi
basil total.
 Pengobatan terdiri atas 2 tahap yaitu tahap intensif yang berlangsung
selama 2 bulan dan tahap lanjutan yang berlangsung selama 4 – 6 bulan.
 Obatnya:
o Rifampisin dengan dosis 10 – 15 mg/KgBB/hari, 1 x
sehari selama 6 – 9 bulan.
o INH ( isoniazid ) 10 – 12 mg/KgBB/hari selama 18 – 24
bulan.
o Streptomisin 30 – 50 mg/KgBB/hari selama 1 tahun.
o PAS ( para-aminosalisilat ) 200 – 300 mg/KgBB/hari.
Obat inii jarang dipakai.
Kortikosteroid. Jika dalam bentuk prednison 1 – 3 mg/KgBB/hari, dan kortison 10
– 15 mg/KgBB/hari
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
STUNTING PADA ANAK

Topik : Stunting Pada Anak


Hari/ Tanggal : Sabtu, 24 April 2021
Waktu : 30 Menit
Tempat : Puskesmas Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Ananda Aisyah , Yesiana, Susi Utami.

I. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan
keluarga dapat memahami tentang stunting pada anak dan cara
mencegahnya.
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan agar pasien dan keluarga
dapat memahami tentang stunting pada anak dan cara mencegahnya.
 Menjelaskan tentang pengertian Stunting
 Mengerti penyebab Stunting
 Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting
 Mengerti pengaruh stunting pada anak
 Mengerti pencegahan stunting pada anak
 Mengerti penanggulangan stunting pada anak

III. MATERI PEMBELAJARAN


Terlampir

IV. PROSES PENYULUHAN


a. Pembukaan
 Memberikan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
b. Pelaksanaan
 Menjelaskan tentang pengertian Stunting
 Mengerti penyebab Stunting
 Mengerti tentang ciri anak dengan Stunting
 Mengerti pengaruh stunting pada anak
 Mengerti pencegahan stunting pada anak
 Mengerti penanggulangan stunting pada anak

V. METODE PENYULUHAN
 Ceramah
 Tanya Jawab

VI. ALAT BANTU PENYULUHAN


 Menggunakan Poster
 Satuan Acara Penyuluhan

VII. PENUTUP
 Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada ibu - ibu untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan

 Menyimpulkan hasil penyuluhan


 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
pada hari itu.

MATERI TENTANG “ STUNTING “

1. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak
lain seusianya (MCN, 2009). Stunted ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan
gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

2. Penyebab Stunting Pada Anak


Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak
merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-
kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses
terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2
tahun pertama kehidupan.
a. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
tidaklangsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan
janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi
akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
b. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang
berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu
makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini
semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang
akhirnya berpeluang terjadinya stunted
c. banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan oleh
masyarakat di lingkungannya. "Antara lain tak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya.
d. Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah
kemiskinan.
e. Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat
akan gizi. Namun kedua faktor ini masih belum menjadi faktor penyebab
utama kemiskinan.
f. Pemenuhan gizi yang kurang pada masyarakat dengan kemiskinan
merupakan salah satu biang kerok munculnya anak stunting. Karena pola
makan sering kali seiring dengan kondisi kesejahteraan. Konsumsi ikan
laut masyarakat masih rendah, padahal protein dan omega yang dikandung
sangat bermanfaat bagi anak. Sangat ironis memang, karena Indonesia
merupakan negara bahari.

3. CIRI-CIRI STUNTING PADA ANAK


a. Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/tertekan (lebih
pendiam, tidak banyak melakukan eye-contact) dibandingkan dengan anak
non-stunted jika ditempatkan dalam situasi penuh tekanan.
b. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting)
menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan memori belajar,
tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan gerak.
c. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun
decimal
d. Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis,
rambut ketiak, panjangnya testis dan volume testis
e. Wajah tampak lebih muda dari umurnya
f. Pertumbuhan gigi yang terlambat

4. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS


Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan
dan masurasi dalam keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi kongential,
KMK (kecil masa kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ (saluran
cerna, kaardiovaskular, organ pernafasan dan ginjal)

5. PENGARUH STUNTING PADA ANAK


Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan
pengaruhnya adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang
dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk
belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi
badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk
sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap
kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak.
Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat
lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang
berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup,
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan
mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted
terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat
dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat
melahirkan.

6. PENCEGAHAN
a. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat
badan secara teratur dan terus menerus
b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti
ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia
dibawah empat bulan
c. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya
mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk
bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan
efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatan keterampilan dan kewirausahaan
d. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada
masyarakaat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi
yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan
kegiatan posyandu.

7. Penanggulangan
a. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak
janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan
periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan
gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari
selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang
dilahirkannya.
b. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan
masalah kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak
langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air
minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor
penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan,
politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan,
teknologi, serta kependudukan.
c. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan
spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT,
pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan
inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A,
pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI.
Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti
penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan
kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll
d. Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth
Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar
standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan
oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-
ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu
mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan
lingkungan.
e. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, meliputi :
1) Pada ibu hamil
 Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik
dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan
yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus
atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu
diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.
 Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90
tablet selama kehamilan.
 Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2) Pada saat bayi lahir
 Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
 Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja
(ASI Eksklusif)
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
 Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi
berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul
vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh
setiap rumah tangga.

Dengan kata lain stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang
berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan
lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )


TENTANG GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI
(IRIGASI TELINGA)

Topik : Irigasi Telinga


Hari/ Tanggal : Juma’ad, 09 April 2021
Waktu : 20 Menit
Tempat : Ruang Antrian Pkm Banggai
Sasaran : Pasien Yang Berkunjung Dipuskesmas Banggai
Penyuluhan : Windasari, Meyfitriani, dan Musdalifa

I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit masyarakat
memahami dan dapat melakukan usaha peningkatan kesehatan pada
telinga, melakukan pertolongan pertama bila ada benda asing yang masuk
ke telinga, mengenal tanda-tanda atau bahaya kerusakan telinga.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikani penyuluhan diharapkan masyarakat dapat :
a. Mengetahui dan memahami tentang pengertian dari irigasi telinga
b. Mengetahui dan memahai tujuan dari irigasi telinga
c. Mengetahui dan memahai indikasi dari irigasi telinga
d. Mengetahui dan memahai kontraindikasi irigasi telinga
e. Mengetahui dan memahai cara kerja irigasi telinga

III. MATERI PEMBELAJARAN


Terlampir

IV. PROSES PENYULUHAN


a. Pembukaan
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan penyuluhan

b. Pelaksanaan.
Setelah diberikani penyuluhan diharapkan masyarakat dapat :
1. Mampu menjelaskan pengertian dari irigasi telinga
2. Mampu menjelaskan tujuan dari irigasi telinga
3. Mampu menjelaskan indikasi dari irigasi telinga
4. Mampu menjelaskan kontraindikasi irigasi telinga
5. Mampu menjelaskan cara kerja irigasi telinga

V. METODE PENYULUHAN
Ceramah
Tanya Jawab

VI. ALAT BANTU PENYULUHAN


Menggunakan Poster

VII. PENUTUP
Proses Tanya jawab
 Memberikan kesempatan kepada pasien dan pendamping
pasien untuk bertanya
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
 Menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang dilaksanakan

LAMPIRAN MATERI

A. Definisi
Irigasi dari canalis auditorius eksterna umumnya dilakukan dengan
tujuan untuk membersihkan, walaupun pemberian cairan hangat dan antiseptik
kadang-kadang dilakukan. Irigasi biasanya dilakukan di RS. Menggunakan
peralatan steril sehingga mikroorganisme tidak akan masuk ke dalam telinga.
Normal saline pada suhu tubuh (37,00C atau 98,6 F) seringkali
digunakan untuk mengiritasi telinga. Perawat menggunakan termometer untuk
menjamin bahwa telinga jika membran tympani tidak rusak, dimana teknik
steril digunakan. Posisi kanalis auditorius eksterna bervariasi sesuai umur.
Pada anak dui bawah 3 tahun, mengarah ke atas, pada dewasa, canalis
auditorius eksterna berbentuk 5 sekitar 2,5 cm (1 in) panjangnya. Irigasi
telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan dalam telinga. (Suzanne
C Smeltzer. 2010)

B. Tujuan
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.
C. Indikasi :
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal
audiotory eksternal.
b. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal.
d. Untuk mengangkat sekresi inflamasi.(marwan, 2009)

D. Kontra Indikasi :
a. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder,
pembedahan, miringitomi).
b. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
c. Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan
muntah.
d. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran
(kacang), jangan diirigasi karena bahan-bahan yang mengembang dan sulit
dikeluarkan.
e. Klien dengan menggunakan pipa timpanotomi magnet dari logam dalm
telinganya
f. Sesudah operasi telinga
g. Bila ada perdarahan telinga
h. Hipersensitivitas

Kemungkinan Komplikasi :
a. Ruptur (pecah) pada membran tympani.Kehilangan pendengaran.
b. Trauma/injury kanal teling dalam.
c. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi,
kemudian ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperatur yang cocok
untuk mencegah berulangnya gejala.
Bahaya :
1. Infeksi Pecahnya gendang telinga.
2. Ruptur membran timpani.
3. Kehilangan pendengaran.
4. Trauma/injury kanal telinga dalam.
E. Obat Irigasi Telinga :
1. Diuretic
2. Obat kemoterapi
3. Antimalaria
4. Obat anti – imflamasi
5. Bahan kimia
6. Antibiotika Aminoglikosida
7. Antibiotika lain

F. Prinsip Kerja dan Cara Kerja


Prinsip Kerja
Irigasi telinga dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-
cc (suntik 20-30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk
melampirkan lubang yang besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus)
untuk jarum suntik untuk arah lebih mudah fluida. Dengan menggunakan
metode ini, cairan yang disedot ke dalam jarum suntik dan disemprotkan ke
dalam liang telinga. Metode lain menggunakan larutan IV dan tubing, dengan
konektor irigasi telinga pakai yang pas dan ke atas telinga luar. Bila
menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus fluida oleh gravitasi ke
telinga untuk menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas harus
sekitar 6 inci (15 cm) atau kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan
tekanan fluida yang tepat.
Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak
harus diadakan kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi).
Ujung jarum suntik atau kateter irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke
telinga Jaringan telinga tidak boleh disentuh. Saluran telinga tidak boleh
tersumbat, atau solusi tidak akan dapat berlari kembali keluar dari telinga
Dengan lembut mengarahkan aliran larutan irigasi terhadap aspek atas dari
saluran telinga eksternal, perawat harus jarum suntik atau menjalankan dalam
cairan IV pada tingkat lambat, stabil, yang memungkinkan cairan untuk
melarikan diri keluar dari saluran telinga dan ke baskom. Jika menggunakan
alat PIK gigi, pengaturan terendah harus digunakan.. Mengerahkan terlalu
banyak tekanan dapat memaksa benda asing atau oklusi lilin lebih ke dalam
liang telinga. Cairan kembali kemudian harus diperiksa sebelum jarum suntik
diisi ulang-atau setelah 100cc cairan untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi
seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah objek lilin atau asing telah
mengguyur dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc cairan irigasi harus
digunakan untuk-dewasa 100cc untuk anak, atau seperti yang diperintahkan
oleh dokter. Prosedur ini harus terputus jika pasien mengeluh sakit atau
pusing. (Kozier & Erb. 2009)
Cara Kerja
 Persiapan Alat
1. Bengkok
2. Kom kecil
3. Kapas
4. Kassa
5. Nacl
6. Spuit 10 cc
7. Baki
8. Perlak dan pengalas
9. Handuk
10. Lidi kapas/cotton bud
11. Sarung tangan
12. Otoskop
13. Tetes telinga (Chloramfenicol)
14. Lampu depan
 Prosedur Kerja
1. Pra Interaksi
a) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b) Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, panggil klien dengan nama yang disenangi
b. Memperkenalkan nama perawat
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privasi klien dengan menutup sampiran
b. Mendekatkan alat dekat klien
c. Memposisikan klien duduk
d. Memasang perlak dan pengalas dibawah kepala klien
e. Memasang handuk diatas perlak dan pengalas
f. Mendekatkan bengkok
g. Memakai sarung tangan
h. Memeriksa telinga dg otoskop sebelum melakukan irigasi
i. Membersihkan telinga luar dengan cotton bud atau kapas
j. Mengisi spuit irigasi
k. Meminta klien untuk memegang bengkok
l. Menyuruh klien untuk miring pada telinga yang akan dilakukan
irigasi
m. Membersihkan telinga luar dengan cotton bud atau kapas
n. Mengisi spuit irigasi
o. Meminta klien untuk memegang bengkok
p. Menyuruh klien untuk miring pada telinga yang akan dilakukan
irigasi
q. Menarik aurikel ke atas dan keluarà telinga superior dan posterior
(dewasa), tarik aurikel posterior dan inferior (anak di atas 3
tahun)
r. Melakukan irigasi dengan perlahan untuk mengurangi
peningkatan tekanan
s. Melakukan irigasi secara bergantian pada kedua telinga
t. Setelah irigasi , inspeksi kanal telinga untuk melihat kemajuan
dari tindakan atau cek cairan irigasi yang keluar serumen atau
benda-benda asing
u. Mengulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan klien diantara
irigasi.
v. Mengeringkan telingan dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit
untuk absorbsi dari kemungkinan lembab
w. Meneteskan obat tetes telinga
x. Mengambil pengalas dan handuk
y. Merapikan klien
z. Membuka sarung tangan
4. Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Tindak Lanjut:
a. Kaji keberhasilan irigasi telinga.
b. Kaji rasa nyaman pasien.
c. Bersihkan peralatan.
Dokumentasi:
a. Tanggal dan waktu prosedur.
b. Tipe dan jumlah cairan.
c. Toleransi pasien terhadap prosedur.
d. Karakter cairan yang keluar.
e. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga.
5. Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Kanal telinga anak-anak lebih kecil.
2. Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang.
3. Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint untuk
menghindari pergerkan.
4. Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-
anak untuk menyentuh air atau mendengarkan suara air.

Anda mungkin juga menyukai