Anda di halaman 1dari 20

Asuhan keperawatan anak

dengan ISPA
disusun oleh:
Bunga mahsa daffa/ 202027009
Maflikhatul efa /2020270010
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

Saluran nafas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmosfer dan kantong udara (alveolus).
Saluran pernafasan terdiri dari:
a. Hidung adalah gerbang utama keluar masuknya udara setiap kali Anda bernapas. Dinding dalam hidung
ditumbuhi rambut-rambut halus yang berfungsi menyaring kotoran dari udara yang Anda hirup.
b. Faring (tenggorokan bagian atas) adalah tabung di belakang mulut dan rongga hidung yang
menghubungkan keduanya ke saluran pernapasan lain, yaitu trakea.faring berfungsi menyalurkan aliran
udara dari hidung dan mulut untuk diteruskan ke trakea.
c. Laring adalah rumah bagi pita suara.Laring memiliki dua pita suara yang membuka saat kita bernapas dan
menutup untuk memproduksi suara.
d. Trakea atau batang tenggorokan adalah tabung berongga lebar yang menghubungkan laring (kotak suara)
ke bronkus paru-paru. Panjangnya sekitar 10 cm dan diameternya kurang dari 2,5 cm.
e. bagian-bagian dalam Paru-paru :
 Pleura adalah membran (selaput) tipis berlapis ganda yang melapisi paru-paru.
 Bronkus merupakan saluran udara yang memastikan udara masuk dengan baik dari trakeake alveolus.
Selain sebagai jalur masuk dan keluarnya udara, bronkus juga berfungsi mencegah infeksi.
 Bronkiolus berfungsi menyalurkan udara dari bronkuske alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
 Bronkiolus berfungsi menyalurkan udara dari bronkuske alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
PENGERTIAN ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit akut yang menyerang satu atau lenih dari
saluran pernafasan, mulai dari saluran pernafasan atas (hidung) sampai saluran pernafasan bawah
(alveoli) beserta jaringan adneksa lainnya seperti sinus- sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
yang mengenai jaringan paru-paru akan mengakibatkan ISPA berat dan dapat menjadi pneumonia.
Penyakit saluran pernafasan pada masa balita dan anak-anak dapat member kecacatan sampai pada
masa dewasa ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD).
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organism, namun yang terbanyak adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran nafas akut
(ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, tonsillitis, laryngitis.
KLASIFIKASI ISPA

ISPA diklasifikan kedalam bebrapa


kelompok diantaranya:

B. Untuk kelompok usia 2 bulan sampai <5


tahun:
 Bukan pneumonia, ditandai dengan batuk
A. Untuk kelompok usia <2 bulan: tetapi tidak menunjukan gejala peningkatan
 Pneumonia berat , ditandai dengan frekuensi pernafasan dan tidak menunjukan
adanya batuk atau sukar bernafas, adanya tarikan dinding dada bagian bawah
nafas cepat 60 kali atau lebih/menit kedalam.
atau tarikan kuat dinding dada bagian  Pneumonia berat, ditandai dengan adanya
bawah kedalam. batuk atau sukar bernafas, serta adanya
 Bukan pneumonia, ditandai dengan tarikan didnidng dada bagian bawah
adanya batuk atau sukar bernafas, kedalam chest indrawing.
tidak ada nafas cepat dan tidak ada  Pneumonia , ditandai dengan adanya batuk
tarikan dinding bagian bawah atau sukar bernafas, nafas cepat sebanyak
kedalam. 50 kali atau lebih/menit untuk usia 2 bulan
sampai <2 tahun, dan 40 kali atau
lebih/menit untuk usia 1 sampai <5 tahun.
ETIOLOGI ISPA

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, dan
riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh virus, sedanglan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga
menimbulkan bebrapa masalah dalam penanganannya.

ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara
lain Genus streptokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Borswtwlla dan Corynbacetrium.
Sedangkan virud penyebab ISPA antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Mikoplasma, Herpesvirus
FAKTOR RISIKO ISPA

A. Faktor intrinsic, meliputi:


B. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Umur, lebih rawan kepada anak – anak
1. Kepadatan tempat tinggal.
dibawah 5 tahun.
2. Polusi udara.
2. Jenis kelamin, wanita lebih rawan
3. Ventilasi , luas ventilasi adalah > 10%
terkena ISPA atas dan laki-laki
dari luas rumah, agar pertukaran O ₂
mengalami ISPA bawah dipengaruhi
tetap terjaga.
oleh perbedaan anatomi saluran
4. Asap rokok
pernapasan dan gaya hidup.
5. Penggunaan bahan bakar untuk
3. Status gizi, lebih rawan kepada anak-
memasak, menggunakan bahan bakar
anak yang mengalami malnutrisi.
biomassa (kayu, limbah kotoran dan
4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
hewan) meningkatan resiko ISPA atas
5. Status imunisasi.
pada anak-anak.
6. Pemberian iar susu ibu (ASI), lebih
6. Penggunaan obat nyamuk bakar.
rawan kepada bayi yang tidak diberikan
7. Faktor ibu baik pendidikan, umur,
ASI ekslusif.
maupun pengetahuan ibu.
7. Pemebrian vitamin
TANDA DAN GEJALA ISPA

B.Gejala dari ISPA sedang:


 Pernapasan lebih dari 50 kali/menit pada
A. Gejala dari ISPA ringan : seorang anak anak yang berumur kurang dari satu tahun
dinyatakan menderita ISPA ringan jika atau lebih dari 40 kali/menit pada anak
ditemukan salah satu atau lebih gejala- yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
gejala sebagai berikut: menghitung pernapasan ialah dengan
 Batuk.
menghitung jumlah tarikan nafas dalam
 Serak, yaitu anak bersuara parau pada
satu menit dengan menggerakkan tangan.
waktu mengeluarkan suara (misal pada  Suhu lebih dari 39℃ (diukur dengan
waktu berbicara atau menangis). termometer).
 Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau  Tenggorokan berwarna merah.
ingus dari hidung.  Timbul bercak-bercak merah pada kulit
 Panas atau demam, suhu badan lebih
menyerupai bercak campak.
dari 37℃ atau jika dahi anak diraba.  Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari
lubang telinga.
 Pernapasan berbunyi seperti mengorok
(mendengkur).
 Pernapasan berbunyi seperti menciut-ciut.
Lanjutan

C. Gejala dari ISPA berat :Seorang anak


dinyatakan ISPA berat jika dijumpai gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu
atau lebih gejala sebagai berikut:
 Bibir atau kulit membiru.
 Lubang hidung kembang kempis
(dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
 Anak tidak sadar atau kesadaran
menurun.
 Pernapasan berbunyi seperti orang
mengorok dan anak tampak gelisah.
 Sela iga tertarik ke dalam pada waktu
bernafas.
 Nadi lebih cepat dari 160 kali/menit atau
tidak teraba.
 Tenggorokan berwarna merah.
PATOFISIOLOGI ISPA

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika
refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi tersebut terjadi
kerusakan mekanisme mokosiloris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan
sehingga memudahkan infeksi baakteri-bakteri patogen patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas
seperti streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut.
Infeksi sekunder bakteri tersebut menyebabkan sekresi mukus berlebihan atau bertambah banyak dapat
menyumbat saluran napas dan juga dapat menyebabkan batuk yang produktif. Infeksi bakteri dapat dipermudah
dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu menyebutkan bahwa dengan adanya
suatu serangan infeksi virus pada saluran napas dapat menimbulkan gangguan gisi akut pada bayi dan anak
Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan
pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan
mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat
melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan
atas maupun bawah.
Pathway

Multi faktor
(bakteri, virus, mikroplasma)

Respon pada dinding bronkus←Peradangan pada saluran pernafasan→inflamasi saluran
↓ (faring/laring dan tonsil) ↓
bronkus menyempit ↓ bronkus
↓ kuman melepaskan endotoksin ↓
bronkopasme ↓ peningkatan sekret
↓ merangsang tubuh mengeluarkan ↓
Pola nafas tidak efektif zat pirogen oleh leukosit obstruksi jalan napas
↓ ↓
suhu tubuh meningkat bersihan jalan
↓ napas tidak efektif
hipertermi
Penatalaksanaan

B. Penatalaksanaan medis
Pemberian obat medis untuk
penyakit ISPA diberikan
A. Pencegahan berdasarkan simtomatik (sesuai C.Penatalaksanaan
ISPA dapat dicegah dengan dengan gejala yang muncul), keperawatan
berbagai cara yaitu: rajin sebab antibiotic tidak efektif Balita dengan ISPA dapat
mencuci tangan untuk infeksi virus. Antibiotic dilakukan penatalaksanaan
membersihkan permukaan efektif untuk mengobati infeksi keperawatan berupa istirahat
umum (meja, mainan anak, bakteri, membunuh total, peningkatan intake
gagangan pintu, dan fasilitas mikroorganismeatau cairan (jika tidak ada
kamar mandi dengan menghentikan reproduksi bakteri kontraindikasi), penyuluhan
desinfektan anti-bakteri), juga membantu system kesehatan sesuai penyakit,
hindarkan anak berkontak pertahanan alami tubuh untuk memberikan kompres hangat
langsung dengan orang yang mengeliminasi bakteri tersebut bila demam,dan pemberian
terinfeksi flu atau pilek, serta (Fernandez,2013) minum herbal jahe merah dan
jagalah kebersihan diri dan Penatalaksanaan medis lain madu untuk mengatasi batuk
lingkungan yaitu obat kusia (menurunkan balita akibat ISPA
nyeri tenggorokan), antihistamin
(menurunkan rinorhe), vitamin
C , dan vaksinasi
Pemeriksaan penunjang

CT Scan, pemeriksaan ini untuk melihat penebalan dinding nasal, penebalan


konka, dan penebalan mokusa yang menunjukan ISPA.
Pemeriksaan darah di laboratorium.
Pemeriksaan sputum, pemeriksaan ini untuk mengetahui organisme
penyebab penyakit.
Komplikasi

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)


PNEUMONIA
Otitis media akut (OMA)
RINOSINUNITIS Pneumonia adalah penyakit
adalah peradangan telinga
Rinosinusitis (RS) adalah infeksi akut yang mengenai
tengah dengan gejala dan
suatu kondisi peradangan jaringan paru-paru (alveoli),
tanda- tanda yang bersifat
yang melibatkan hidung dan dengan gejala batuk pilek
cepat dan singkat. Gejala dan
sinus paranasal. Secara klinis yang disertai sesak napas
tanda klinik lokal atau
RS adalah keadaan yang atau napas cepat. Penyakit
sistematik dapat terjadi secara
terjadi sebagai tanda dan ini mempunyai tingkat
lengkap atau sebagian, baik
gejala adanya peradangan kematian yang tinggi.
berupa otalgia, demam,
yang mengenai mukosa Secara klinis pada anak
gelisah, mual, muntah, diare,
rongga hidung dan sinus yang lebih tua selalu disertai
serta otore, apabila telah
paranasal batuk dan napas cepat dan
terjadi perforasi membrane
tarikan dinding kedalam.
timpani.
Lanjutan

EPISTAKSIS
Epiktasis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring
dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epiktasis bukan suatu penyakit.
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata yang
paling umum didunia.Penyakit ini bervariasi mulai dari hipermia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivis berat dengan banyak secret purulen kental.
 FARINGITIS
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi,
trauma, toksin, dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada
anak usia kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah
Asuhan keperawatan
Pengkajian
Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan
tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
e. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan
diagnose medis.
f. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk pilek serta panas, kesehatan
sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
g. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum (penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan
TTV), kulit, kepala dan leher, mulut, abdomen.
h. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda : kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB. Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk,
membrane mukosa pucat.
Diagnosa keperawatan

Pola nafas tidak efektif b/d deformitas dinding dada.


Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan.
1. Hipertermi b/d proses penyakit.
Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Pola nafas tidak Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola


efektif b/d deformitas dinding Setelah dilakukan tindakn kepatenan jalan napas
dada. keperawatan 3×24jam diharapkan Tindakan:
pola nafas kembali efektif. Observasi:
- Monitor pola napas
Kriteria hasil: - monitor bunyi napas tambahan
Frekuensi napas membaik - monitor sputum
Kedalaman napas membaik Terapeutik
Dispnea menurun - Pertahankan kepatenan
Jalan napas
- Posisikan semi fowler atau fowler
- berikan minum hangat
- lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi :
- ajarkan tehnik batuk efektif
- anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak terjadi kontraindikasi
Kolaborasi :
Pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
lanjutan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Tujuan : Melatih pasien untukmembersihkan
sekresi yang tertahan Setelah dilakukan tindakn laring,trakea,dan bronkiolus dari secret
keperawatan 3×24jam diharapkan atau benda asing dijalan napas
Observasi :
pola nafas kembali efektif.
-identifikasi kemampuan batuk
-monitor adanya retensi sputum
Kriteria hasil: -monitor tanda dan gejala infeksi saluran
Batuk efektif meningkat napas
Produksi sputum menurun Terapeutik
Pola napas membaik -atur posisi semi fowler atau fowler
-buang secret
Edukasi :
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
-anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung 4 detik
-anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
-anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke 3
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
lanjutan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Hipertermi b/d proses penyakit Tujuan : Mengelola peningkatan suhu tubuh


Setelah dilakukan tindakn Observasi :
keperawatan 3×24jam diharapkan - monitor suhu tubuh
suhu tubuh berada direntang normal - monitor kadar elektrolit
Terapeutik :
Kriteria hasil: - sediakan lingkungan yang dingin
- suhu tubuh membaik - longgarkan atau lepaskan pakaian
- suhu kulit membaik - basahi dan kipasi permukaan tubuh
- menggigil menurun - berikan cairan oral
- tekanan darah membaik - ganti linen setiap hari
- lakukan pendinginan eksternal
- hindari pemberian antipiretik
-berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
THANKS

Anda mungkin juga menyukai