TINJAUAN PUSTAKA
5
6
pneumonianya. Oleh karena itu pneumonia pada balita dan terutama pada bayi, perlu
mendapat perhatian (Kepmenkes 2010).
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran
bernafas, nafas sesak atau penarikan di dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe
chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok
usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran
bernafas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak
7
b. Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
sianosis sentral dan dapat minum. frekuensi nafas > 50x/menit pada anak 2
bulan – 1 tahun dan > 40x/menit pada anak 1 – 5 tahun.
c. Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding
dada.
d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.
e. Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama
10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai,
biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi,
dan demam ringan.
Diagnosis pneumonia dipastikan dengan foto dada (X-ray) dan uji laboratorium,
namun pada tempat-tempat yang tidak mampu melaksanakannya, kasus dugaan
pneumonia dapat ditetapkan secara klinis dari gejala klinis yang ada. Pedoman untuk
temuan kasus pneumonia dari WHO telah ada sehingga dengan cara yang sederhana
dan mudah, pemberi pelayanan dapat berperan penting dalam mengenal secara dini
gejala pneumonia pada balita dan memberikan pengobatan secara tepat (Kepmenkes,
2010).
2. Anamnesis
a. Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak
purulen bahkan bisa berdarah
b. Sesak nafas
c. Demam
d. Kesulitan makan atau minum
e. Tampak lemah
f. Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
kelainan anatomi bronkus atau asma
12
3. Pemeriksaan Fisis
a. Penilaian keadaan umum anak, frekuensi nafas, dan nadi harus dilakukan
pada awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan
anak gelisah atau rewel.
b. Penilaian keadaan umum, antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan
makan/minum.
c. Gejala distres pernafasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk,
krepitasi,dan penurunan suara paru.
d. Demam dan sianosis.
e. Anak dibawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang
klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang di
proyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala pernafasaan tak
teratur dan hipopnea.
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan foto dada tidak di rekomendasikan secara rutin pada anak
dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan tanpa komplikasi.
b. Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia yang
dirawat inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan.
c. Pemeriksaan foto dada follow up hanya dilakukan bila didapatkan adanya
kolaps lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala
yang menetap atau memburuk, atau tidak respon terhadap antibiotik.
d. Pemeriksaan foto dada tidak dapat menidentifikasi agen penyebab.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakuan
untuk membantu menentukan pemberian antibiotik.
b. Pemeriksaan kultur dan pewarnaan gram sputum dengan kualitas yang
baik di rekomendasikan dalam tatalaksana anak dengan pneumonia yang
berat.
13
c. Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat jalan,
tetapi di rekomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi berat dan
pada setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia bakterial.
d. Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemerikasaan untuk
mendeteksi antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas
tersedia.
e. Jika ada efusi pleura, dilakukan fungsi cairan pleura dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri untuk
penegakkan diagnosis dan menentukan mulainya pemberian antibiotik.