Dosen Pengajar :
Ns. Julimar , S.Kep ., M.Kep
Eksotoksin
O2 di otak
Sistem pencernaan Sistem pernafasan
Kesadaran
Ketidakseimbangan nutrisi Ketidakefektifan
kurang dari kebutuhan jalan nafas
tubuh Gangguan perfusi jaringan
Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan
termoregulasi
Defisit pengetahuan
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktifitas
Pemeriksaan Penunjang
Add
Title
1. Hipertensi
2. Kelelahan
Add
Ti
3. Asfiksia tle
Add
Title
Pencegahan Tetanus
Add
1. Imunisasi tetanus Title
luka tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkenaa kaleng, atau luka yang
menjadi kotor; karena terjatuh di tempat yang kotor dan terluka atau kecelakaan dan timbul luka
yang tertutup debu/kotoran juga luka bakar dan patah tulang terbuka.
d. Pemeriksaan Fisik Body System
1. B1 (Breath)
a.Inspeksi
b.Palpasi
c.Perkusi
d.Auskultasi
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan syok hipovelemik
yang sering terjadi pada klien tetanus. TD biasnya normal,
peningkatan heart rate, adanya anemis karena adanya hancurnya
eritrosit.
3) B3 (Brain)
e. Kesadaran klien biasanya kompos mentis
f. Status mental
g. Pemeriksaan saraf kranial
h. Kekuatan otot
i. Pemeriksaan reflek
j. Gerakan involunter
k. Sistem sensori
4) B4 (Bladder)
Penurunan volume haluaran urin berhubungan dengan penurunan perpusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal. Adanya retensi urin karena kejang umum. Pada
klien yang sering kejang sebaiknya pengeluaran urine dengan menggunakan
kateter.
5) B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrisi pada klien tetanus menurun karena anoreksia dan adanya
kejang, kaku dinding perut (perut papan) merupakan tanda khas dari tetanus.
Adanya spasme otot menyebabkan kesulitan BAB.
6) B6 (Bone)
Adanya kejang umum sehingga mengganggu mobilitas klien dan menurunkan
aktivitas sehari-hari. Perlu dikaji apabila klien mengalami patah tulang terbuka
yang memungkinkan menjadi port de entrée kuman Clostridium tetani, sehingga
memerlukan perawatan luka yang optimal. Adanya kejang memberikan resiko
raktur pertibra pada bayi, ketegangan, dan spasme otot pada abdomen.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : 1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi 1. Membantu dan mengatasi
nafas berhubungan dengan obstruksi Respiration status (Ventilation) napas tambahan, perubahan komplikasi pontensial.
jalan nafas akibat peningkatan Airway patency irama dan kedalaman, Pengkajian fungsi pernapasan
produksi mukus penggunaan dengan interval
Setelah dilakukan asuhan otot-otot aksesori, warna, dan yang teratur adalah penting karena
keperawatan selama x24 jam, kekentalan sputum pernapasan yang
bersihan jalan napas kembali 2. Ajarkan cara batuk efektif tidak efektif dan adanya
efektif 3. Lakukan fisioterapi dada, kegagalan , karena adanya
Kriteria hasil: vibrasi dada kelemahan atau paralisa pada
1) secara subjektif sesak napas 4. Penuhi hidrasi cairan via otot –otot interkostal dan
(-), RR 16-20x/ menit oral seperti minum air diafragma yang berkembang
2) Tidak menggunakan otot putih dan pertahankan dengan cepat
bantu napas, retraksi ICS(- intake cairan 2500 ml/hari 2. Klien berada pada risiko
), ronkhi(-/-), mengi(-/) 5. Lakukan pengisapan tinggi bila tidak dapat batuk
3) Dapat mendemonstrasikan lendir/suction pada jalan efektif untuk membersihkan
cara batuk efektif. napas jalan napas dan mengalami
6. Berikan oksigen sesuai kesulitan dalam menelan,
kebutuhan yang dapat menyebabkan
aspirasi saliva, dan
mencetuskan gagal napas
akut
3. Terapi fisik dada membantu
meningkatkan batuk lebih
efektif
4. Pemenuhan cairan dapat
mengencerkan mucus yang
kental dan dapat membantu
pemenuhan cairan yang
banyak keluar dari tubuh
5. Pengisapan mungkin
diperlukan untuk
mempertahankan
kepateanan jalan napas
menjadi bersihn napas
6. Pemenuhan oksigen
terutama pada klien tetanus
dengan laju metabolism
yang tinggi
Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
berhubungan dengan Status pernafasan (0415) Status Airway Management Airway Management
hiperventilasi Pernafasan: ventilasi (0403) a. Kaji kepatenan jalan nafas a. Mengidentifikasi apakah
pasien terdapat obstruksi akibat adanya
Setelah dilakukan tidakan b. Auskultasi suara nafas, catat sekret pada jalan nafas pasien,
keperawatan selama 1x24 jam, pola adanya suara tambahan menjadi pedoman dalam
nafas kembali efektif Kriteria hasil: c. Posisikan pasien untuk menentukan intervensi
a. RR dalam batas normal (15- memaksimalkan ventilasi b. Obstruksi secret pada bronkus
20x/menit d. Monitor respirasi dan status akibat peningkatan produksi
b. Irama nafas normal O2 mucus sehingga menimbulkan
c. Tidak ada tanda sianosis e. Anjurkan klien untuk minum suara ronkhi
d. Pengembangan dada simetris air hangat c. Posisi pasien yang tepat akan
f. Kolaborasi dalam pemberian membantu udara yang keluar
obat bronkodilator dan masuk paru-paru berjalan
mukolitik optimal
d. Obstruksi pada bronkus dapat
menyebabkan penurunan
intake O2 saat inspirasi
sehingga tubuh mengalami
kekurangan O2
e. Air hangat mampu
membantu pengenceran
secret
f. Obat bronkodilator membantu
melebarkan jalan nafas pasien,
dan mukolitik dapat membantu
pengenceran sekret
Terapi oksigen (3320) Terapi Oksigen (3320)
a. Pertahankan kepatenan jalan a. Terapi oksigen tidak akan
nafas efektif jika terdapat hambatan
di jalan nafas
b. Monitor aliran oksigen b. Aliran oksigen yang terlalu
cepat justru akan
mengakibatkan keracunan
oksigen
c. Periksa perangkat c. Air dalam humidifier harus
pemberian oksigen terisi untuk mempertahankan
d. Monitor efektifitas terapi kelembapan mukosa hidung
oksigen d. Jika tidak memberikan
e. Berikan terapi oksigen dampak yang signifikan ,
melalui O2 nasal jika jumlah harus ditingkatkan
sianosis klien sudah e. Pemberian oksigen dapat
berkurang dan maintanance membantu mengembalikan pola
nafas menjadi normal
Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC: 1. Monitor frekuensi dan irama 1. pasien dengan tetanus
perifer berhubungan dengan suplai Perfusi Jaringan Perifer jantung mempunyai suara jantung
oksigen ke perifer inadekuat 2. Observasi perubahan status tambahan apabila ada
Setelah dilakukan tindakan mental komplikasi
keperawatan selama 3x24 jam 3. Observasi warna dan suhu 2. pasien dengan tetanus dapat
pasien menunjukkan perfusi kulit atau membran mukosa hipoksia dengan penurunan
jaringan membaik kreiteria hasil: 4. Ukur haluaran urin dan catat kesadaran
a. Daerah perifer hangat berat jenisnya 3. pasien dengan tetanus rentan
b. Tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasi : Berikan cairan mengalami penurunan perfusi
sianosis IV l sesuai indikasi
c. gambaran EKG tak menunjukan jaringan
perluasan infark 4. pasien dengan tetanus yang
berakibat pada gagal jantung
berisiko mengalami
d. RR 16-24 x/ menit 6. Pantau Pemeriksaan diagnostik kelebihan volume cairan dalam
e. tak terdapat clubbing finger atau dan laboratorium mis EKG, tubuhnya
f. kapiler refill 3-5 detik elektrolit, GDA ( Pa O2, Pa CO2 5. pasien dengan tetanus terjadi
g. nadi 60-100x / menit dan saturasi O2). Dan Pemberian ketidak keseimbangan cairan
h. TD 100-140 mmHg oksigen 6. pasien dengan tetanus
7. Ajarkan ROM mengalami perubahan
hemodinamik dan hasil EKG
yang abnormal
7. ROM dapat memperlancar
peredaran darah perifer
5. EVALUASI