Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIPDU Jombang
2020/2021
By kelompok 11
Anggota Kelompok 11 :
C
EVA NANDA AWWALIYAH 7318010
ELVIRA RAHMAWATI 7318023
LALU GUNAWAN 7318027
Devinisi Tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh C.tetani ditandai dengan kekakuan otot dan spasme
yang periodik dan berat.
Pelepasan mediator Regiditas otot pernapasan Disfungsi saraf otonom Spasme otot, regiditas otot
inflamasi
Penurunan ekspansi dada Peningkatan aktivitas Epistonus, kaku kuduk (+)
Beredar ke sistemik, kelenjar keringat
masuk ke SSP RR meningkat, PCH (+), Gangguan Mobilitas
penggunaan otot bantu Pengeluaran keringat/ Fisik
Merusak pusat pernapasan cairan tubuh meningkat
termostatis di Pola napas tidak
hipotalamus Intake (-), tekanan darah
efektif
menurun
Peningkatan suhu
Penurunan O2 peningkatan CO2 Hypovolemia
tubuh
Hipertemia Asidosis
Lanjutan
Penurunan kesadaran
4. Kejang tonik apabila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornus anterior
5. Rikus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas), sudut mulut tertarik
keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan
sering merupakan gejala dini
7. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang terjadi tekanan cairan di otak
Lanjutan
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus, ekstremitas inferior dalam
keadaan ekstensi, lengan kaku dan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula
intermitten diselingi dengan periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernafasan dan laring. Retensi
urine dapat terjadi karena spasme otot uretra. Fraktur kolumna vetebralis dapat pula
Pemeriksaan fisik ;
a. Identitas
b. Status Kesehatan Saat Ini 1. Keadaan umum
o Keluhan Utama a. Kesadaran
o Alasan Masuk Rumah Sakit Kesadaran klien biasaanya composmentis, pada
o Riwayat Penyakit Sekarang keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tetanus
e. Riwayat Pengobatan
f. Riwayat Psikososial
Lanjutan
b. Tanda-tanda vital
o Tekanan darah : biasanya tekanan darah pada pasien tetanus normal
o Nadi : penurunan denyut nadi
o RR : Frekuensi pernapasan pada pasien tetanus meningkat
o Suhu : peningkatan suhu tubuh lebih dari normal 38-40°C
c. Body System
o Sistem pernapasan ; terdapat batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
pernapasan dan peningkatan frekuensi pernapasan. thorax didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. bunyi napas tambahan seperti ronchi pada klien
dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun.
o Sistem kardiovaskuler; didapatkan syok hipovolemik yang sering terjadi pada klien
tetanus. TD biasanya normal, peningkatan heart rate, adanya anemis karena
hancurnya eritrosit
Lanjutan
d. Sistem persarafan
o Saraf I fungsi penciuman tidak ada kelainan.
o Saraf II ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
o Saraf III, IV mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
Respons kejang umum akibat stimulus rangsang cahaya perlu diperhatikan perawat
o Saraf V. Refleks masester meningkat. Mulut-mencucu seperti mulut ikan.
o Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
o Saraf VIII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
o Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
o Saraf XI Didapatkan kaku kuduk. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak).
o Saraf XII Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal
Lanjutan
e. Sistem motoric
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada tetanus tahap
lanjut mengalami perubahan.
f. Pemeriksaan refleks
pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosreum derajat refleks pada respons
normal
g. Gerakan involunter
Tidak diremukun adanya tremor, Tic, dan distonia. Kejang pada anak dengan tetanus
disertai peningkatan suhu nibuh yang tinggi karena area fokal kortikal yang peka.
h. Sistem sensorik
Perasa raba normal, perasa nyeri normal. Perasaan suhu normal, tidak ada peras
abnormal di permukaan tubuh
i. Sistem perkemihan
Adanya retensi urine karena kejang umum. Pada klien yang sering kejang sebaiknya
pengeluaran urine dengan menggunakan cateter
Lanjutan
j. Sistem pencernaan
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrisi pada klien tetanus menurun Karen anorexia dan adanya kejang,
kaku dinding perut (perut papan). Adanya spasme otot menyebabkan kesulitan BAB k.
K. Sistem Integumen
tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka yang menjadi kotor, karena
terjatuh di tempat yang kotor, dan terluka atau kecelakaan dan timbul luka yang
tertutup debu atau kotoran juga luka bakar dan patah tulang terbuka.
l. Sistem musculoskeletal
adanya kejang umum sehingga mengganggu mobilitas klien dan menurunkan aktivitas
sehari-hari. Perlu dikaji apabila klien mengalami patah tulang terbuka yang
memungkinkan masuknya clostridium tetani.
M. Sistem Endokrin
fungsi endokrin pada klien tetanus normal
N. Sistem reproduksi
tingkah laku seksual dan reproduksi normal
Lanjutan
O. Sistem pengindraan
Sistem pengindraan tidak ditemukan gangguan
P. Sistem imun
kemampuan sistem imunitas akan berkurang dalam mengenali toksin sebagai antigen.
Pola Napas Hipertermia
Tidak Efektif
Gangguan
Hypovole
2. Diagnosa mia Mobilitas
Fisik
Keperawatan
Perfusi
perifer
tidak
efektif
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
SLKI SIKI
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak terkontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Dx 2 Hipertermia b/d proses penyakit infeksi Clostridium Tetani.
SLKI SIKI
a. Termoregulasi a. Manajemen hipertermia
Ekspektasi - membaik Observasi
- Suhu tubuh 5 (membaik) - Identifikasi penyebab hipertermia
- Tekanan darah 5 (membaik) - Monitor suhu tubuh
- Kejang 1 (menurun) - Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Dx 3 Hypovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
SLKI SIKI
SLKI SIKI
Otot-otot Okular Otot wajah, laring, faring Otot rangka Otot pernapasan
Lanjutan
Gangguan levator Terganggu makan pd fase Kelemahan otot anggota Ekstensi paru tidak
palpebra oral maupun faringeal gerak maksimal
1. Class I Kelemahan otot okular dan Gangguan menutup mata, Otot lain masih
normal
2. Class II Kelemahan ringan pada otot selain okular, Otot okular meningkat
kelemahannya
3. Class IIa Mempengaruhi ekstrimitas, Sedikit mempengaruhi otot-otot
oropharyngeal
4. Class IIb Mempengaruhi otot-otot oropharyngeal dan pernapasan, Juga
mempengaruhi ekstrimitas
5. Class III Kelemahan sedang pada otot selain okuler, Meningkatnya kelemahan
pada otot okuler
6. Class IIIa Mempengaruhi ektrimitas , Sedikit mempengaruhi otot-otot
oropharyngeal
lanjutan
e. B5 (Bowel)
Mual muntah karena peningkatan asam lambung, nutrisi kurang karena anoreksia dan
adanya kejang (kaku dinding perut / perut papan). Sulit BAB karena spasme otot.
f. B6 (Bone)
Gangguan mobilitas dan aktivitas sehari-hari karena adanya kejang umum.
Pola Napas Resiko
Tidak Efektif Aspirasi
Intoleransi Ansietas
2. Diagnosa Aktivitas
Keperawatan
Resiko
Jatuh
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
SLKI SIKI
Edukasi
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi jika sesuai
- Anjurkan keluarga memberikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan atau
memonitor program aktivitas jika sesuai
Dx 4 Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi
SLKI SIKI