ELSA
RAHMADANI
NIM : 143110213
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
ELSA
RAHMADANI
NIM : 143110213
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Pada
Pasien Fraktur Di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah Rsup. Dr. Djamil
Padang Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, karna bantuan dan bimbingan
Ibu Hj. Efitra, S.Kp,M.Kep selaku pembimbing I serta dan Ibu Herwati, SKM.
M. Biomed selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Dan
tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada :
Akhir kata saya berharap tuhan yang maha esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, 19 Juni 2017
Peneliti
POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Istirahat dan tidur yang cukup akan membuat tubuh dapat berfungsi secara
optimal. Observasi yang ditemukan 10 pasien fraktur yang mengalami gangguan
tidur, dan hasil dokumentasi perawat hanya 2 pasien yang mengalami gangguan
pola tidur dan terdapat diagnosa keperawatan tentang diagnosa gangguan pola
tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di
ruang Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Waktu penelitian
bulan Januari sampai Juni 2017. Populasi adalah semua pasien yang mengalami
gangguan pola tidur. Besar sampel dua parisipan dengan teknik purpose sampling,
analisis dengan membandingkan dua partisipan dengan teori. Hasil penelitian
ditemukan pasien mengalami gangguan pola tidur, deprivasi tidur, dan insomnia.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pertisipan satu selama 12 hari dan
partisipan 6 hari, yaitu menilai kualitas tidur, manajemen nyeri, menciptakan
lingkungan yang nyaman dan menjaga kebersihan lingkungan pasien. Evaluasi
keperawatan yang didapatkan partisipan satu masih ditemukan masalah, dan
partisipan dua didapatkan peningkatan kebutuhan tidur dan gangguan tidur dapat
teratasi. Disarankan kepada perawat ruangan melalui Direktur RSUP Dr. M.
Djamil Padang agar melakukan penataan ruangan, memodifikasi ruangan dan
pengaturan ruangan, dan mengajarkan teknik relaksasi atau napas dalam.
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................... v
ABSTRAK............................................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
A...Hasil .......................................................................................... 41
B...Pembahasan Kasus.................................................................... 55
BAB V PENUTUP
A...Kesimpulan............................................................................... 63
B...Saran......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Lampiran 10 Ghancart
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan
tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah.
Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali,
terkadang berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat (Ambarwati, 2014).
Pada keadaan sakit dan dirawat dirumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya sering kali terjadi dua hal yang berlawanan, Disatu sisi individu
yang sakit mengalami peningkatan kebutuhan tidur. Sementara disisi yang
lain pola tidur seseorang yang masuk dan dirawat dirumah sakit dapat
dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola tidur sebagai
akibat kecemasan yang kondisi sakitnya atau rutinitas rumah sakit (Potter
& Perry, 2012).
Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada
biasanya. Semua orang membutuhkan tidur untuk bertahan hidup,
memperbaiki sistem kekebalan. Durasi tidur setiap orang berbeda-beda
tergangung dari banyak faktor, termasuk umur. Bayi membutuhkan tidur
16 jam/hari, anak-anak membutuhkan 9 jam/hari, sedangkan orang dewasa
mayoritas 7-8 jam/hari. Kurang tidur pada seseorang dapat menciptakan
“utang tidur” yang menuntut tubuh agar utang dilunasi di hari selanjutnya
(Hananta, dkk, 2014).
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi
meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya tahan
tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. Dampak psikologis
meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Potter &Perry, 2012).
Gangguan tidur dapat terjadi pada 10-15% populasi umum dan 33-50%
pasien kanker. Gangguan tersebut dapat terjadi karena stress, penyakit,
penuaan atau efek mengonsumsi obat tertentu. Pada populasi umum,
kurang tidur dapat memengaruhi suasana hati dan kinerja seseorang
sepanjang hari, serta dapat meningkatkan resiko mengalami kecemasaan
dan depresi (Hananta, dkk, 2014). Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-
50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada
penderita penyakit cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian,
hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan terjadinya gangguan tidur
yang telah didiagnosis (Amir, 2007).
World Health Organization mencatat pada tahun 2014 terdapat 1,3 orang
mengalami kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Data Riskesdas tahun
2013 mencatat penyebab cedera terbanyak di Indonesia adalah jatuh
(40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Jenis cidera terbanyak
yaitu lecet (70,9%), luka robek (23,2%) dan fraktur (5,8%). Wilayah
Sumatra Barat berada pada urutan ketiga kejadian cidera terbanyak yang
disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor (49,5%) dan jatuh (33,2%).
Jenis cidera terbanyak yang dialami yaitu lecet atau memar (65,2%), luka
robek (25,3%), terkilir (37,2%) dan fraktur (7,3%). Data yang didapatkan
di RSUP. Dr. M. Djamil Padang selama bulan Januari sampai Desember
2016 terdapat 466 pasien yang dirawat dengan kasus fraktur. Kasus
terbanyak yaitu fraktur femur (20%), fraktur tibia (17%), fraktur clavikula
(7%), dan fraktur radius ulna (5%).
Penelitian Dwi & Handayani (2014) di Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojosari
Kabupaten Mojokerto dari 15 responden didapatkan bahwa responden
yang mengalami gangguan pola tidur pada pasien fraktur sebanyak 11
orang (73%), dan responden yang tidak mengalami gangguan pola tidur
sebanyak 4 orang (27%).
Survey awal yang dilakukan peneliti di ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 17 Januari 2017, peneliti
mendapatkan 10 orang pasien fraktur dan 8 orang pasien diantaranya yang
mengalami gangguan tidur. Pasien mengatakan sering terbangun tengah
malam, sulit untuk tidur dan tidur pendek, dan klien mengatakan penyebab
nyeri pada sisi tulang yang mengalami fraktur dan membuat pasien sering
terbangun dan sukar untuk kembali tidur, dan ketidak nyamanan aktivitas
bergerak (imobilisasi), dan selain faktor lingkungan rumah sakit itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana asuhan keperawatan
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan
Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang Tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien dengan fraktur di ruangan trauma center (TC) bedah RSUP. Dr.
Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur pada pasien dengan Fraktur di Ruangan Trauma Center
(TC) Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan
Trauma Center Bedah RSUP. Dr. Djamil padang.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center
Bedah RSUP. Dr. Djamil padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center
Bedah RSUP. Dr. Djamil padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center Bedah RSUP. Dr.
Djamil padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegiatan penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta
kemampuan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian khususnya
tentang asuhan keperawatan gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr.
Djamil Padang.
2. Pengaturan Tidur
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011) tidur merupakan aktivitas yang
melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler,
repirasi, dan muskuloskeletal (Robinson, 1993: Tarwoto & Wartonah,
2011). Tiap kejadian terebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan
elektoensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
3. Fisiologi Tidur
Menurut Saputa (2013) Aktivitas tidur berhubungan dengan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktivitas
tidur adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau
Reticular Acrivating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional
(BSR). RAS terdapat di batang otak bagian atas dan diyakini memiliki sel-
sel khusus yang dapat mempertahankan kewasapadaan serta kesadaran.
RAS juga diyakini dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, dan perabaan serta dapat menerima stimulus dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar
tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk
yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun atau terjaganya seseorang
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan
system limbik.
a. Ritme Sirkadian
Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang diatur oleh
hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam biologis.
Ritme sirkadian memengaruhu perilaku dan pola fungsi biologis utama,
misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon,
kemampuan sensorik, dan suasana hati (Saputra, 2013).
b. Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid eyemovement
(NREM) dan ropid eye movement (REM).
1) Tidur NREM
Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam system
pengaktifan retikularis. Tahap tidur ini disebut juga tidur gelombang
lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak bergerak dengan
sangat lambat.
2) Tidur REM
Menurut Saputra (2013) tidur REM juga tidur paradoks. Tahapan ini
biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-
20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan biasanya
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM penting
untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini
juga berperan dalam proses belajar, memori, dan adaptasi.
a. Tidur REM ditandai dengan :
1. Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-
tiba.
2. Tonus otot sangat terdepresi dan menunjukan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas system pengaktivasi retikularis.
3. Sekresi lambung meningkat.
4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi
tidak teratur.
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
6. Mata cepat tertutup dan terbuka.
7. Metabolisme meningkat
b. Karakteristik Tidur REM
1. Mimpi yang bermacam-macam
2. Otot-otot kendor, gerakan otot tidak teratur
3. Penapasan : ireguler (tidak teratur) kadang dengan apnea
4. Nadi : cepat dan ireguler
5. Tekanan darah : meningkat
6. Gelombang otak EEG aktif
7. Siklus tidur sulit dibangunkan
8. Sekresi lambung meningkat
9. Gerakan mata cepat
3) Siklus Tidur
Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di dalamnya
terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan REM secara
berulang. Siklus tidur pada individu dapat diringkas sebagai berikut :
a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV ini
berlangsung selama 20 menit
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II
yang berlangsung selama 20 menit
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM ini
berlangsung selama 10 menit
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II
f. Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan
tidur REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan
setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur
(Saputra, 2013)
Fungsi tidur terbagi dua yaitu, restorative : selama tidur seseorang akan
mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memperoses,
menyusun kembali, menyimpan dan menggunakannya untuk masa depan.
Sedangkan tingkah laku : tidur juga diyakini dapat menjaga keseimbangan
mental dan emosional serta kesehatan Atoilah and Kusnadi, 2013.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan pola tidur akibat gangguan rasa nyaman (nyeri).
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan istirahat terganggu dan aktivitas gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Terjadinya ketidak nyamanan dan gangguan mobilitas fisik dapat
mengakibat terganggunya gangguan pola tidur. Selain itu fraktur terbuka atau
pemasangan pen, plat atau kawat terjadi pada luka operasi yang
mengakibatkan kecemasan yang timbul setelah terjadinya operasi dan dapat
mengakibatkan gangguan istirahat dan tidur tidak optimal. Selain rasa
kecemasan karna mobilitas fisik terganggu dan ketakutan akan terjadi sesuatu
terhadap diri karana kesulitan untuk berjalan dan sulit untuk melakukan
pekerjaan dan dapat mengangguan citra tubuh terhadap diri, sehingga harga
diri situasional terganggu dan mengakibatkan kehilangan tidur atau tidur
tidak adekuat (Sylvia, dalam Wijaya dkk , 2013).
13) Ekstremitas
Terdapat luka terbuka pada femur, perbedaan ukuran pada
ekstremitas bawah kiri dan kanan, teraba tulang yabg patah, terdapat
nyeri pada ekstremitas yang fraktur.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan NANDA, NOC-NIC
A. Desain Penelitian
B B III METODE
A PENELITIAN
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik sampling merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,
sehingga jumlah sampel akan mewakili populasi (Hidayat, 2012).
b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien fraktur yang mengalami penurunan kesadaran
2) Pasien fraktur yang dirawat kurang dari 5 hari
Semua kriteria inklusi pada penelitian ini terpenuhi dan tidak ada
partisipan yang dikeluarkan.
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Menurut Keliat, dkk (2005) data primer adalah data yang langsung
didapat oleh pasien. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, seperti berikut ini :
1) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh pasien.
2) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarga.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta
dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh
peneliti berupa dokumentasi data pasien fraktur yang terganggu
istirahat dan tidur diperoleh dari Medical Record RSUP. Dr. Djamil
Padang.
2. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian. Alat ukur pengumpulan data antara lain wawancara,
pengukuran dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topic tertentu. Wawancara dilakukan kepada pasien dan
keluarga secara jelas untuk mendapatkan informasi sekunder dengan
tepat. Dalam penelitian ini wawancara mendapatkan informasi
sekunder dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin
(Sugiyono, 2016). Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan data
tentang identitas pasien dan penanggung jawab, keluhan saat masuk
keluhan saat dikaji, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan penelitian
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan
keadaan normal. Dalam metode pemeriksaan fisik ini, penelitian
melakukan pemeriksaan meliputi : keadaan umum partisipan dan
pemeriksaan head to toe pemeriksaan dilakukan dengan IPPA (Inpeksi,
Palpasi, Perkusi dan Auskultasi), dan pengukuran tekanan darah. Suhu,
nadi tinggi badan, berat badan, dan lain-lain.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun
Dokumentasi dapat berupa rekam medik hasil rumah sakit, kartu
stasus pasien (Supardi, 2013).
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Peneliti meminta surat rekomendasi ke RSUP. Dr. Djamil Padang.
c. Peneliti meminta izin ke Diklat RSUP. Dr. Djamil Padang.
d. Peneliti meminta izin ke Kepala Ruangan Trauma Center (TC)
Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang.
e. Peneliti mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada
responden.
f. Peneliti memberikan Informed Consent kepada responden dan
mendatangani Informed Consent tersebut untuk bersedia diberikan
asuhan keperawatan oleh peneliti.
G. Rencana Analisa
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada kedua pasien fraktur dengan gangguan
istirahat dan tidur. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa, merancanakan
tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan
dinarasikan dan melihat perbedaan antara partisipan 1 dengan partisipan 2,
kemudian dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur. Analisa yang dilakukan adalah
untuk menentukan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Hasil
Pada bab ini peneliti membahas tentang proses asuhan keperawatan pada
partisipan 1 yang dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai 29 Mei Mei 2017
dan partisipan 2 yang dilakukan pada tanggal 24 Mei sampai 29 Mei 2017
di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Partisipan 1 Ny. Y dengan usia 42 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
sudah menikah, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, dengan
diagnosa medis Multifle Fraktur, penanggung jawab Ny. S bekerja sebagai
ibu rumah tangga, alamat Kuranji Padang, hubungan dengan pasien adik
ipar suami. Dan paritisipasn 2 Tn. M dengan usia 26 tahun, bekerja sebagai
swasta, belum menikah, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, dengan
diagnosa fraktur metatarsal digiti 1,2,3,4,5. Penangugung jawab Tn. P
bekerja perikanan, alamat Sipora Utara Mentawai, hubungan dengan pasien
orang tua.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr. M. Djamil PadangPada Tahun 2017
Partisipan 1 Partisipan 2
Ny.Y datang dengan keluhan nyeri Tn.M datang dengan keluhan nyeri luka
luka terbuka di lengan kiri, kaki kanan robek pada kaki kanan dan sudah di
dan kiri. heating post trauma, luka sudah di
debridement.
Ny.Y mengatakan baru pertama kali Tn.M mengatkan baru pertama kali
dirawat di rumah sakit, dan pasien dirawat di rumah sakit dan pasien
mengatakan tidak ada mempunyai mengatakan tidak ada mempunyai
riwayat sukar tidur dan insomnia, dan riwayat sukar tidur dan insomnia, klien
pasien memenuhi setiap hari tidur memenuhi setiap hari tidur sebelum
sebelum masuk rumah sakit. masuk rumah sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Data objektif pasien tampak lesu, Data objektif pasien tampak lesu,
lemah, tamapk mengantuk, kurang lemah, kurang semangat, ada
semangat, ada kantung mata, mata kantung mata, kurang semangat,
kemerahan. tampak mengantuk.
3. Intervensi Keperawatan
Hasil dari data analisa dan diagnosa keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan
Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil PadangPada Tahun 2017
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana keperawatan yang berkaitan Rencana keperawatan yang berkaitan
dengan diagnosa pasien adalah sebagai dengan diagnosa pasien adalah sebagai
berikut : berikut :
1. Gangguan pola tidur 1. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu berhubungan dengan suhu
lingkungan sekitar lingkungan sekitar
NOC : NOC :
a. Sleep a. Sleep
1) Waktu tidur tidak terganggu. 1. Waktu tidur tidak
2) Pola tidur tidak terganggu. terganggu.
3) Kualitas tidur tidak 2. Pola tidur tidak terganggu.
terganggu. 3. Kualitas tidur tidak
4) Kesulitan untuk tidur tidak terganggu.
terjadi. 4. Kesulitan untuk tidur tidak
5) Perasaan segar setelah tidur terjadi.
6) Tidur hanya sebentar 5. Perasaan segar setelah tidur
7) Tanda-tanda vital normal 6. Tidur hanya sebentar
b. Fatigue : Disruptivr Effects 7. Tanda-tanda vital normal
1) Tidak terjadi malaise, latargi. b. Fatigue : Disruptivr Effects
2) Penurunan energy tidak 1. Tidak terjadi malaise,
terjadi. latargi.
c. Comfort Status : Environment 2. Penurunan energy tidak
1) Suhu ruangan tidak terjadi.
bermasalah. c. Comfort Status : Environment
2) Lingkungan kondusif untuk 1. Suhu ruangan tidak
tidur. bermasalah.
3) Lingkungan bersih, tertib. 2. Lingkungan kondusif untuk
tidur.
NIC 3. Lingkungan bersih, tertib.
a. Sleep Enchancement
1) Tentukan pola aktifitas/ tidur NIC
pasien dan catat hubungan a. Sleep Enchancement
factor-faktor fisik (misalnya : 1. Tentukan pola aktifitas/
nyeri atau ketidaknyamanan) tidur pasien dan catat
atau factor-faktor psikologis hubungan factor-faktor fisik
yang dapat membantu pola (misalnya : nyeri atau
tidur pasien. ketidaknyamanan) atau
2) Tentukan efek pengobatan factor-faktor psikologis
pasien terhadap pola tidur yang dapat membantu pola
pasien. tidur pasien.
3) Monitor/catat pola tidur, 2. Tentukan efek pengobatan
jumlah waktu tidur pasien. pasien terhadap pola tidur
4) Monitoring pola tidur, dan pasien.
catat tanda fisik yang dapat 3. Monitor/catat pola tidur,
mengganggu tidur. jumlah waktu tidur pasien.
5) Bantu untuk mengurangi 4. Monitoring pola tidur, dan
situasi yang bisa membuat catat tanda fisik yang dapat
pasien stress sebelum tidur. mengganggu tidur.
6) Diskusikan dengan pasien 5. Bantu untuk mengurangi
dan keluarga terkait teknik situasi yang bisa membuat
meningkatkan kualitas tidur. pasien stress sebelum tidur.
7) Sediakan pamflet dengan 6. Diskusikan dengan pasien
informasi tentang teknik dan keluarga terkait teknik
peningkatan tidur. meningkatkan kualitas
b. Enviromental Management : tidur.
Comfort 7. Sediakan pamflet dengan
1) Tentukan tujuan pasien dan informasi tentang teknik
keluarga untuk pengelolaan peningkatan tidur.
lingkungan dan kenyamanan b. Enviromental Management :
yang optimum Comfort
2) Ciptakan lingkungan yang 1. Tentukan tujuan pasien dan
tenang dan mendukung keluarga untuk pengelolaan
3) Berikan lingkungan yang lingkungan dan
aman dan bersih. kenyamanan yang optimum
4) Menyesuaikan suhu ruangan 2. Ciptakan lingkungan yang
untuk yang paling nyaman tenang dan mendukung
bagi pasien. 3. Berikan lingkungan yang
5) Fasilitasi kenyamann pasien. aman dan bersih.
4. Menyesuaikan suhu
ruangan untuk yang paling
nyaman bagi pasien.
5. Fasilitasi kenyamann
pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Hasil dari intervensi keperawatan pada partidipan 1 dan partisipan 2 didapatkan
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan
Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017
Partisipan 1 Partisipan 2
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil dari tindakan keperawatan pada partidipan 1 dan partisipan 2 didapatkan
hasil pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017
Partisipan 1 Partisipan 2
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis terhadap partisipan 1
dan partisipan 2 ditemukan masalah keperawatan yang muncul,
permasalahan atau diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan
1 dan partisipan 2 ditemukan masalah yang sama tapi yang
membedakanya pioritas dari diagnosa , padapartisipan 1 yaitu :
gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar,
deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik,
psikologis), dan insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
(nyeri). sedangkan pada partisipan 2 yaitu : gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, insomnia berhubungan
dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri), dan deprivasi tidur berhubungan
dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik, psikologis).
Menurut teori yang penulis temukan dalam berbagai sumber buku,
terdapat 8 diagnosa keperawatan (NANDA, 2015-2017), yang
ditemukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dengan fraktur yaitu : 1) gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri fraktur, 2) deprivasi tidur berhubungan
dengan ketidaknyamana lama, 3) insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik, 4) ketakutan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk tidur, 5) nyeri berhubungan dengan sukar tidur,
6) ketidakefektifan koping berhubungan dengan kehilangan tidur, 7)
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan lingkungan tidak
mendukung, 8) harga diri rendah situasional berhubungan dengan
kehilangan tidur.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperwatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari
Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC). Perencanan tindakan didasarkan pada tujuan
intervensi masalah keperawatan yaitu, gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, deprivasi tidur
berhubungan dengan ketidaknyaman lama (mis : fisik, psikologis), dan
insomnia berhubungan dengan ketidaknyaman fisik (nyeri).
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan tindakan yang
direncanakan. Penulis melakukan penelitian pada shift pagi, sore dan
malam. Implementasi yang dilakukan pada pasien memiliki hubungan
dengan pemecahan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan partisipan 1 selama 12 hari dengan diagnosa
keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan
sekitar menunjukan bahwa, evaluasi pada pasrtisipan 1 belum dapat
teratasi, hal ini bisa dilihat pasien masih mengeluhakan tidak bisa tidur,
tidur pendek, sering terbangun tengah malam. Pasien masih terlihat lesu,
mengantuk, ada lingkaran hitam di mata, pasien banyak diam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Perawat Ruangan RSUP Dr,M,Djamil Padang
Disarankan kepada ruangan melalui Direktur untuk memantau
diagnosa keperawatan, mengidentifikasi masalah kebutuhan tidur, dan
perawat dapat meningkatan pengakjian istirahat dan tidur, serta dapat
memodifikasi ruangan dengan pengaturan ruangan, serta melakukan
penataan ruangan yang nyaman, dan mengajarkan teknik relaksasi atau
teknik napas dalam.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam asuhan
keperawatan pada kasus gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media
Dwi, Binarti & Elita Wahyu Handayani. 2014. Hubungan Kecemasan Dengan
Gangguan Pola Tidur Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Femur Di
Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto. Diakses
pada tanggal 11 Januari 2017.
http://jurnal/dwibinat/elitawahyuhadayani- srisatib-2014
Hanta, linawati, dkk. 2014. Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Diakses pada tanggal 10 Januari 2017.
http://ww.google.co.id/url?url=http://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/damian
us/article/view/237/191.
Hidayat A. Azis Alimul, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4, volume 2.
Jakarta : EGC.
Riandini, Isnu Lucky., dkk. 2015. Gambaran Luka Korban Kecelakaan Lalu
Lintas yang Dilakukan Pemeriksaan di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/283/270.
Wahyudi, Setiya Andri & Wahid, Abd. 2016 . Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Jakarta :Nuha
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER (TC) BEDAH
RSUP. Dr. DJAMIL PADANG
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. Y
b. Umur : 42 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : IRT
h. Tanggal Masuk : 18 Mei 2017
i. Alamat : Kuranji Padang
j. Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2017
k. Diagnosa Medis : Multifle Fraktur
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
c. Alamat : Kuranji Padang
d. Hubungan : Asik ipar suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Ny. Y masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 7 Mei
2017 pukul 19.07 WIB, rujukan dari puskesmas kayu tanam.
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala post sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, klien ditemukan luka jahitan pada
dahi kanan, dagu, tungkai bawah kiri, pinggung, kaki kiri, luka
memar pada kelopok mata kiri, luka terbuka di lengan kiri atas,
lengan kiri bawah, pinggung kaki, tungkai bawah kanan, luka
lecet geser di lengan kiri, bawah, lengan kanan bawah, dada
kanan, perut kanan bawah, tungkai kiri atas lutut kanan, memar
di lengan bawah kanan.
2) Keluhan saat dikaji :
Pada saat dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017, pasien
terpasang spalk di tangan kanan, kaki kanan dan kiri, pasien
tampak lemah, gelisah, pucat, kecemasan kesakitan, dan nyeri,
pasien mengatakan tidurnya terganggu karna kesakitan di
seluruh badanya, di tangan dan kaki, perut dan di paha pasien
terdapat kebiruan. Pasien mengatakan tidur pada siang hari ±
15 menit dan malam hari tidur 3 jam, klien tidak bisa tidur
dikarenakan seluruh tubuhnya mengalami kesakitan yang
membuat tidurnya terganggu, dan pada siang hari klien tidak
bisa beristirahat dikarenakan nyeri yang membuat istirahat
klien terganggu dan selain nyeri yang membuat pasien tidak
bisa tidur karana keluarga selalu banyak mengunjungi pasien
pada siang hari yang membuat pasien tertambah terganggu
dengan istirahatnya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Pasien dalam kondisi lemah, gelisah, kesadaran
pasien Compos Mentis, GCS : 15
b. TTV
1) TD : 120/70 mmHg
2) HR : 83 x/i
3) RR : 22 x/i
4) Suhu :36,7 0C
c. Kepala/Rambut
Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, bersih, rambut lebat,
tidak rontok.
d. Telinga
Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih, tidak ada
luka/bengkak, pendengaran baik.
e. Mata
Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, mata kering, mata kelihatan cekung, memiliki kantong
mata, mata memerah, dan reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
Ada luka jahitan memar warna biru di kelopak mata kiri dengan
ukuran 2,5 cm.
f. Hidung
Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
g. Mulut
Mukosa mulut lembab, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+). Bibir terlihat pucat. Pada dagu
terdapat luka yang telah dijahit sebanyak 2 simpul jahitan dengan
panjang 3 cm.
h. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+).
i. Thoraks
1) Paru
a) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi
dinding dada.
b) Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
c) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
d) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi.
2) Jantung
a) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
b) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, regular dan lambat.
c) Perkusi
Terdengar bunyi pekak
d) Auskultasi
Irama jantung irreguler
j. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi.
2) Auskultasi
Bising usus positif yaitu 7 x/i
3) Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
4) Perkusi
Bunyi timpani
k. Genitalia : Terpasang kateter, bersih.
l. Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas : Terpasang infus RL drip ketorolac 1
ampul, kulit kering, tidak ada edema, spalk di tangan kanan,
akral teraba hangat, CRT <2 detik.
2) Ekstremitas Bawah : Tidak ada edema, sianosis (+), terpasang
spalk di kaki kanan dan kiri, akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
6. Data Psikologis
Pasien tampak lemah, gelisah, pucat, dan kesakitan, karna nyeri yang
dialami, selain itu pasien mengatakan ingin cepat operasi karana ia
tidak nyaman dengan kondisiny sekarang yang tidak bisa beraktivitas,
dan ia ingin merubah posisinya supaya bisa istirahat yang nyaman dan
tidak terganggu dan pasien mengatakan ia ingin cepat pulang karna ia
ingin bertemu dengan ibunda yang lagi sakit sekarang ini. Hubungan
pasien dengan keluarga sangat baik.
7. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
Pemeriksaan penunjang didapatkan foto polos terdapat patah tulang
lengan kanan terdapat patah tulang kasta, panggul terdapat patah
tulang kemaluan, tungkai kanan atas terdapat patah tulang paha,
tungkai bawah kanan terdapat patah tulang betis.
a. 7 mei 2017
Kadar hemoglobin : 8,5 g/dl, leukosit : 15,260 /mm, trombosit :
263.000 /mm, hematokrit : 26 %, glukosa sewaktu 230 mg/dl,
ureum darah : 28 mg/dl, kreatinin darah : 1,7 mg/dl, natrium : 139
mmol/l, kalium : 4,4 mmol/l, klorida serum : 109 mmol/l.
b. 8 mei 2017
Kadar hemoglobin : 10,0 g/dl, leukosit : 11.350 /mm, trombosit :
151.000 /mm, hematokrit : 30%.
c. 15 mei 2017
Kadar hemoglobin : 10,0 g/dl, leukosit : 11.350 /mm, trombosit :
151.000 /mm, hematokrit : 30%.
d. 28 Mei 2017
Kadar hemoglobin : 10,8 g/dl, leukosit : 5.300 /mm, trombosit :
420.00 /mm, hematokrit : 33 %.
8. Program Pengobatan
a. Ceftriaxon 2X1 gr
b. Leveploxaan 1X750
c. Ranitidin 2X1
d. Flumucyl 3X1
e. Tramadol 3X1
f. Ketorolac
g. RL
h. Prasitamol
ANALISA DATA
Diagnosa Intervensi
N
keperawata
O NOC NIC
n
1 Gangguan g) Sleep Enviromental
pola tidur 1. Waktu tidur tidak Management :
berhubungan terganggu Comfort
dengan suhu 2. Pola tidur tidak b) Aktivitas :
lingkungan terganggu 1) Tentukan tujuan pasien
sekitar 3. Kualitas tidur tidak dan keluarga untuk
terganggu pengelolaan
4. Kesulitan untuk tidur lingkungan dan
tidak terjadi kenyamanan yang
optimum
h) Fatigue : Disruptive 2) Ciptakan lingkungan
Effects yang tenang dan
1. Tidak terjadi malaise, mendukung
letargi 3) Berikan lingkungan
2. Penurunan energi yang aman dan bersih
tidak terjadi 4) Menyesuaikan suhu
ruangan untuk yang
i) Comfort Status paling nyaman bagi
: Environment pasien
1. Suhu ruangan tidak 5) Fasilitasi kenyamann
bermasalah pasien
2. Lingkungan kondusif
untuk tidur Sleep Enchancement
3. Lingkungan bersih, b) Aktivitas :
tertib 8) Tentukan pola
aktifitas/ tidur pasien
9) Tentukan efek
pengobatan pasien
terhadap pola tidur
pasien
10) Monitor/catat pola
tidur, jumlah waktu
tidur pasien
11) Monitoring pola
tidur, dan catat tanda
fisik yang dapat
mengganggu tidur
12) Bantu untuk
mengurangi situasi
yang bisa membuat
pasien stress sebelum
tidur
13) Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
terkait teknik
meningkatkan kualitas
tidur
14) Sediakan pamflet
dengan informasi
tentang teknik
peningkatan tidur.
2 Deprivasi 3. Tidur 3. Manajemen
tidur h. Jam tidur yang Lingkungan:
berhubungan diobservasi Kenyamanan
dengan i. Pola tidur g. Pertimbangan
ketidaknyam j. Kualitas tidur penempatan
an lama k. Efisiensi tidur pasien di kamar
(misal: fisik, l. Perasaan segar dengan beberapa
psikologis) setelah tidur tempat tidur
m. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
n. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
4. Status h. Sediakan kamar
Kenyamanan: Fisik terpisah jika
f. Posisi yang terdapat
nyaman preferensi dan
g. Intake makanan kebutuhan pasien
h. Intake cairan (dan keluarga)
i. Tingkat energi untuk
j. Kepatenan jalan mendapatkan
nafas ketenangan dan
istirahat, jika
memungkinkan
i. Hindari
gangguan yang
tidak perlu dan
berikan untuk
waktu istirahat
j. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung
k. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
l. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
4. Peningkatan Tidur
g. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
h. Tentukan efek
dari obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
i. Monitor/catat
pola tidur pasien
dan jumlah jam
tidur
j. Monitor pola
tidur pasien dan
kondisi fisik
k. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya
cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan
tempat tidur)
untuk
meningkatkan
tidur
l. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur
3 Insomnia 4. Tidur 4. Manajemen
berhubungan h. Jam tidur yang Lingkungan:
dengan diobservasi Kenyamanan
ketidaknyam i. Pola tidur g. Pertimbangan
an fisik j. Kualitas tidur penempatan
(nyeri) k. Efisiensi tidur pasien di kamar
l. Perasaan segar dengan beberapa
setelah tidur tempat tidur
m. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
n. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
5. Status h. Sediakan kamar
Kenyamanan: terpisah jika
Lingkungan terdapat preferensi
d. Lingkungan dan kebutuhan
yang kondusif pasien (dan
untuk tidur keluarga) untuk
e. Pencahayaan mendapatkan
ruangan ketenangan dan
f. Tempat tidur istirahat, jika
yang nyaman memungkinkan
i. Hindari gangguan
6. Status Pernafasan:
yang tidak perlu
Ventilasi
dan berikan untuk
c. Frekuensi
waktu istirahat
pernafasan
j. Ciptakan
d. Irama
lingkungan yang
pernafasan
tenang dan
mendukung
k. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
l. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
5. Peningkatan Tidur
g. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
h. Tentukan efek dari
obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
i. Monitor/catat pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidur
j. Monitor pola tidur
pasien dan kondisi
fisik
k. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan tempat
tidur) untuk
meningkatkan
tidur
l. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Hari/Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Kamis, 18 Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 08.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
09.00 nyeri yang akan
Wib membuat pasien untuk
09.00 bisa beristirahat
Wib c. Menanyakan kesulitan
09.30 tidur pasien
Wib
d. Menyesuaikan suhu
10.00
ruangan.
Wib
e. Membatasi pengunjung
12.00 pasien.
f. Memberikan obat nyeri
Wib
untuk dapat pasien tidur,
13.00 ranitidine 1 ampl,
Wib tramadol, dan RL drip
14.00 ketorolac.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan
pasien
h. Mengatur cahaya
ruangan sebelum tidur/
mematikan lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Jumat , 19 Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017
berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 08.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
09.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
09.00 beristirahat
Wib c. Menanyakan kesulitan
09.30 tidur pasien
Wib d. Menyesuaikan suhu
10.00 ruangan.
Wib e. Membatasi pengunjung
pasien.
12.00 f. Memberikan obat nyeri
Wib untuk dapat pasien tidur,
ranitidine 1 ampl,
13.00 tramadol, dan RL drip
Wib ketorolac.
14.00 g. Menyampaikan kepada
Wib keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Sabtu, 20 Mei Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 08.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
09.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
09.00 beristirahat
Wib c. Menanyakan kesulitan
09.30 tidur pasien
Wib
d. Menyesuaikan suhu
10.00
ruangan.
Wib
e. Membatasi pengunjung
12.00 pasien.
f. Memberikan obat nyeri
Wib
untuk dapat pasien tidur,
13.00 ranitidine 1 ampl,
Wib tramadol, dan RL drip
14.00 ketorolac.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Minggu, 21 Gangguan 20.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 21.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
22.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
22.00 c. Memberikan obat nyeri
Wib untuk dapat pasien tidur,
22.30 ranitidine 1 ampl,
Wib tramadol, dan RL drip
23.00
ketorolac.
Wib
d. Menanyakan kesulitan
23.00
tidur pasien
Wib
e. Menyesuaikan suhu
23.00 ruangan.
Wib f. Membatasi pengunjung
03.00 pasien.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Senin, 22 Mei Gangguan 14.30 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 15.00
lingkungan Wib b. Menanyakan efek
sekitar pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
17.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
18.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
19.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
20.00 tramadol, dan RL drip
Wib
ketorolac.
20.30
Wib d. Menanyakan kesulitan
21.00 tidur pasien
Wib e. Menyesuaikan suhu
ruangan.
21.00 f. Membatasi pengunjung
Wib pasien.
21.00 g. Menyampaikan kepada
Wib keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
l. Nama : Tn. M
m. Umur : 26 tahun
n. Jenis Kelamin : Laki-laki
o. Status Kawin : Belum menikah
p. Agama : Islam
q. Pendidikan : SMA
r. Pekerjaan : Swasta
s. Tanggal Masuk : 24 Mei 2017
t. Alamat : Sipora Utara Mentawai
u. Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2017
v. Diagnosa Medis : Fraktur metatarsal digiti 1,2,3,4,5
pedis (D) post debridement
2. Identitas Penanggung Jawab
e. Nama : Tn. P
f. Pekerjaan : Berikan
g. Alamat : Sipora Utara Mentawai
h. Hubungan : orang tua
3. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Tn. M masuk ke RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tnggal 25
Mei 2017 pukul 00.22 WIB rujukan dari RSUD Mentawai.
Pasien datang dengan keluhan luka robek pada kaki kanan dan
sudah di heating post trauma, luka sudah di debridement,
awalnya pasien memotong rumput dan tiba-tiba terkena kaki.
2) Keluhan saat dikaji :
Pada saat dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017, pasien
terpasang spalk di kaki kiri, pasien tampak lemah, pucat, dan
kesakitan. Pasien mengatakan tidak bisa beristirahat
dikarenakan sakit pada jari-jari kaki, klien mengatakan tidur
malam hanya 4 jam.
5. Kebutuhan Dasar
5. Makan/minum
c. Makan
3) Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk.
4) Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan separoh porsi
makan yang diberikan.
d. Minum
3) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari
4) Sakit
Minum ± 1500 cc dalam sehari
6. Istirahat/tidur
c. Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 6-8 jam dalam
sehari
d. Sakit
Siang : ± setengah jam, pasien tidak dapat tidur pada siang hari
karna sakit kaki yang membuat pasien tidak nyaman
untuk istirahat, selain nyeri pada kaki yang membuat
pasien tidak tidur kondisi suhu ruangan membuat
pasien terganggu utuk istirahat.
7. Eliminasi
c. BAB
3) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
4) Sakit
Pasien belum ada BAB sejak masuk rumah sakit
d. BAK
3) Sehat
Pasien BAK minimal 5-6 kali sehari
4) Sakit
pasien BAK 4-5 kali sehari.
8. Aktivitas dan Latihan
c. Sehat
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya.
d. Sakit
Pasien bekerja sebagai swasta dan bekerja setiap harinya, sakit :
pasien tidak bisa banyak beraktivitas karan sakit pada patah
tulang pada ujung kaki, dank lien aktivitas di bantu oleh
keluarga.
6. Pemeriksaan Fisik
m. Keadaan Umum : Pasien dalam kondisi lemah, gelisah, kesadaran
pasien Compos Mentis, GCS : 15
n. TTV
5) TD : 110/80 mmHg
6) HR : 86 x/i
7) RR : 20 x/i
8) Suhu :36,2 0C
o. Kepala/Rambut
Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, bersih, rambut lebat,
tidak rontok.
p. Telinga
Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih, tidak ada
luka/bengkak, pendengaran baik.
q. Mata
simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, mata kering, mata kelihatan cekung, memiliki kantong
mata, mata memerah, dan reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
r. Hidung
Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
s. Mulut
Mukosa mulut lembab, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+). Bibir terlihat pucat. Pada dagu
terdapat luka yang telah dijahit sebanyak 2 simpul jahitan dengan
panjang 3 cm.
t. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+).
u. Thoraks
3) Paru
a) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi
dinding dada.
b) Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
c) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
d) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi.
4) Jantung
e) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
f) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, regular dan lambat.
g) Perkusi
Terdengar bunyi pekak
h) Auskultasi
Irama jantung irreguler
v. Abdomen
5) Inspeksi
Tidak luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi.
6) Auskultasi
Bising usus positif yaitu 7 x/i
7) Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
8) Perkusi
Bunyi timpani
w. Genitalia : Terpasang kateter, bersih.
x. Ekstremitas
3) Ekstremitas Atas : Terpasang infus RL 20 tetes x/menit, kulit
kering, tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT <2 detik.
4) Ekstremitas Bawah : Tidak ada edema, sianosis (+), terpasang
spalk di kaki kiri, akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
7. Data Psikologis
tampak gelisah, lemah, lelah, pucat, dan kesakitan, selain itu pasien
mengatakan ia ingin merubah posisinya supaya bisa istirahat yang
nyaman dan tidak terganggu, dan ia ingin cepat pulang dan bisa
bekerja lagi seperti biasanya.
8. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
25 Mei 2017 :
gula darah sewaktu : 145 mg/dl, ureum darah : 57 mg/dl, kreatinin
darah : 1.2 mg/dl, hemoglobin : 13,4 g/dl, leukosit : 10.150 /mm,
hematrokrit : 40 %, trombosit : 248 /mm.
9. Program Pengobatan
a. Ceftriaxone 2X1 gr
b. Ranitidin 2X1
c. RL
d. Prasitamol
e.
ANALISA DATA
DO :
1. pasien tampak lesu,
2. pasien tampak lemah
3. pasaien tampak kurang
semangat
4. Ada kantung mata
5. Tekanan darah 110/80
mmHg.
2 DS : ketidaknyamanan Insomnia
1. pasien mengatakan sulit fisik (nyeri)
memulai tidur karana selalu
memikirkan tentang penyakit
yang dideritannya
2. Pasien mengatakan takut
tidak dapat berjalan
3. Pasien mengatakan tidak
dapat bekerja.
DO :
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tamapk cemas
3. Pasien tidak percaya diri
4. Pasien tamapk khawatir
5. wajah tampak tegang.
6. pasien tampak banyak diam
7. pasien tampak murung
8. pasien tampak kurang
semangat dan lesu
9. tekanan darah 110/80
mmHg.
DO :
1. terlihat pada wajah pasien di
sekeliling mata ada
lingkaran hitam
2. tekanan darah 110/80
mmHg.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Intervensi
N
keperawata
O NOC NIC
n
1 Gangguan j) Sleep Enviromental
pola tidur 5. Waktu tidur tidak Management : Comfort
berhubungan terganggu c) Aktivitas :
dengan suhu 6. Pola tidur tidak 6) Tentukan tujuan pasien
lingkungan terganggu dan keluarga untuk
sekitar 7. Kualitas tidur tidak pengelolaan
terganggu lingkungan dan
8. Kesulitan untuk tidur kenyamanan yang
tidak terjadi optimum
7) Ciptakan lingkungan
k) Fatigue : Disruptive yang tenang dan
Effects mendukung
3. Tidak terjadi malaise, 8) Berikan lingkungan
letargi yang aman dan bersih
4. Penurunan energi 9) Menyesuaikan suhu
tidak terjadi ruangan untuk yang
paling nyaman bagi
l) Comfort Status pasien
: Environment 10) Fasilitasi kenyamann
4. Suhu ruangan tidak pasien
bermasalah
5. Lingkungan kondusif Sleep Enchancement
untuk tidur c) Aktivitas :
6. Lingkungan bersih, 15) Tentukan pola
tertib aktifitas/ tidur pasien
16) Tentukan efek
pengobatan pasien
terhadap pola tidur
pasien
17) Monitor/catat pola
tidur, jumlah waktu
tidur pasien
18) Monitoring pola
tidur, dan catat tanda
fisik yang dapat
mengganggu tidur
19) Bantu untuk
mengurangi situasi
yang bisa membuat
pasien stress sebelum
tidur
20) Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
terkait teknik
meningkatkan kualitas
tidur
21) Sediakan pamflet
dengan informasi
tentang teknik
peningkatan tidur.
2 Insomnia 7. Tidur 6. Manajemen
berhubungan o. Jam tidur yang Lingkungan:
dengan diobservasi Kenyamanan
ketidaknyam p. Pola tidur m. Pertimbangan
an fisik q. Kualitas tidur penempatan
(nyeri) r. Efisiensi tidur pasien di kamar
s. Perasaan segar dengan beberapa
setelah tidur tempat tidur
t. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
u. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
8. Status n. Sediakan kamar
Kenyamanan: terpisah jika
Lingkungan terdapat preferensi
g. Lingkungan dan kebutuhan
yang kondusif pasien (dan
untuk tidur keluarga) untuk
h. Pencahayaan mendapatkan
ruangan ketenangan dan
i. Tempat tidur istirahat, jika
yang nyaman memungkinkan
9. Status Pernafasan: o. Hindari gangguan
Ventilasi yang tidak perlu
e. Frekuensi dan berikan untuk
pernafasan waktu istirahat
f. Irama p. Ciptakan
pernafasan lingkungan yang
tenang dan
mendukung
q. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
r. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
7. Peningkatan Tidur
m. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
n. Tentukan efek dari
obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
o. Monitor/catat pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidur
p. Monitor pola tidur
pasien dan kondisi
fisik
q. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan tempat
tidur) untuk
meningkatkan
tidur
r. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur.
3 Deprivasi 5. Tidur 5. Manajemen
tidur o. Jam tidur yang Lingkungan:
berhubungan diobservasi Kenyamanan
dengan p. Pola tidur m. Pertimbangan
ketidaknyam q. Kualitas tidur penempatan
an lama r. Efisiensi tidur pasien di kamar
(misal: fisik, s. Perasaan segar dengan beberapa
psikologis) setelah tidur tempat tidur
t. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
u. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
6. Status n. Sediakan kamar
Kenyamanan: Fisik terpisah jika
k. Posisi yang terdapat
nyaman preferensi dan
l. Intake makanan kebutuhan pasien
m. Intake cairan (dan keluarga)
n. Tingkat energi untuk
o. Kepatenan jalan mendapatkan
nafas ketenangan dan
istirahat, jika
memungkinkan
o. Hindari
gangguan yang
tidak perlu dan
berikan untuk
waktu istirahat
p. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung
q. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
r. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
6. Peningkatan Tidur
m. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
n. Tentukan efek
dari obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
o. Monitor/catat
pola tidur pasien
dan jumlah jam
tidur
p. Monitor pola
tidur pasien dan
kondisi fisik
q. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya
cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan
tempat tidur)
untuk
meningkatkan
tidur
r. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Hari/T
Keperawat JAM Tindakan Keperawatan Paraf
anggal
an
Rabu, Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
24 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 08.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 09.00 c. Menyesuaikan suhu ruangan.
sekitar Wib d. Menyampaikan kepada keluarga
09.00 tidak bicara untuk tidur dengan
Wib pasien
e. Memberikan obat nyeri untuk
10.00 dapat pasien tidur, obat ranitidine
Wib 1 ampl
f. Menanyakan efek pemberian obat
10.30
nyeri, terhadap penurunan pasa
Wib nyeri yang akan membuat pasien
untuk bisa beristirahat
11.00
Wib g. Membatasi pengunjung pasien.
13.00 h. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
14.00 i. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
Kamis, Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
25 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 08.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 09.00 c. Menyesuaikan suhu ruangan.
sekitar Wib d. Menyampaikan kepada keluarga
09.00 tidak bicara untuk tidur dengan
Wib pasien
e. Memberikan obat nyeri untuk
10.00 dapat pasien tidur, obat ranitidine
Wib 1 ampl
f. Menanyakan efek pemberian obat
10.30
nyeri, terhadap penurunan pasa
Wib nyeri yang akan membuat pasien
untuk bisa beristirahat
11.00 g. Membatasi pengunjung pasien.
Wib h. Mengajarkan teknik
13.00 relaksasi/nafas dalam.
Wib i. Mengatur cahaya ruangan
14.00 sebelum tidur/ mematikan lampu
Wib
Jumat, Gangguan 21.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
26 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 21.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 22.00 c. Memberikan obat nyeri untuk
sekitar Wib dapat pasien tidur, obat ranitidine
1 ampl
22.30 d. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan pasa
nyeri yang akan membuat pasien
23.00 untuk bisa beristirahat
Wib e. Menyesuaikan suhu ruangan.
23.00
f. Mengatur cahaya ruangan
Wib
sebelum tidur/ mematikan lampu
06.00
g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib
tidak bicara untuk tidur dengan
06.00 pasien
Wib h. Membatasi pengunjung pasien.
06.00 i. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
Sabtu, Gangguan 14.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
27 Mei berhubunga pasien
201 n dengan 15.00 b. Menyampaikan kepada keluarga
suhu Wib tidak bicara untuk tidur dengan
lingkungan pasien
sekitar 16.00 c. Menanyakan kesulitan tidur
Wib pasien
17.00 d. Memberikan obat nyeri untuk
Wib dapat pasien tidur, obat ranitidine
1 ampl
17.00 e. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan pasa
nyeri yang akan membuat pasien
18.00
untuk bisa beristirahat
Wib
19.00 f. Membatasi pengunjung pasien.
Wib g. Menyesuaikan suhu ruangan.
20.00 h. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
i. Mengajarkan teknik
20.30 relaksasi/nafas dalam.
Wib
Minggu, Gangguan 14.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
28 Mei berhubunga
pasien
2017 n dengan 15.00 b. Menyampaikan kepada keluarga
suhu Wib tidak bicara untuk tidur dengan
lingkungan pasien
sekitar 16.00 c. Menanyakan kesulitan tidur
Wib pasien
17.00 d. Memberikan obat nyeri untuk
Wib dapat pasien tidur, obat ranitidine
1 ampl
17.00 e. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan pasa
nyeri yang akan membuat pasien
18.00
untuk bisa beristirahat
Wib
19.00 f. Membatasi pengunjung pasien.
Wib g. Menyesuaikan suhu ruangan.
20.00 h. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
20.30 i. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
Senin, Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
29 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 08.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 09.00 c. Menyesuaikan suhu ruangan.
sekitar Wib d. Menyampaikan kepada keluarga
09.00 tidak bicara untuk tidur dengan
Wib pasien
e. Memberikan obat nyeri untuk
10.00 dapat pasien tidur, obat ranitidine
Wib 1 ampl
f. Menanyakan efek pemberian obat
10.30
nyeri, terhadap penurunan pasa
Wib nyeri yang akan membuat pasien
untuk bisa beristirahat
11.00
g. Membatasi pengunjung pasien.
Wib
13.00 h. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
14.00 i. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
Rabu, Insomnia 08.00 i. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
24 Mei n dengan pasien
2017 ketidaknya 09.00 j. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
(nyeri) 09.00 k. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
l. Memberikan obat ranitidine 1
10.00 ampl.
Wib m. Menanyakan efek pemberian
11.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
n. Membatasi pengunjung
o. Menyampaikan kepada keluarga
11.30
tidak bicara dengan pasien saat
Wib
tidur
13.00
p. Mengajarkan teknik
Wib
relaksasi/relaksasi nafas dalam
14.00
Wib
Kamis, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
25 Mei n dengan pasien
2017 ketidaknya 09.00 b. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
(nyeri) 09.00 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
d. Memberikan obat ranitidine 1
10.00 ampl.
Wib e. Menanyakan efek pemberian
11.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
f. Membatasi pengunjung
g. Menyampaikan kepada keluarga
11.30
tidak bicara dengan pasien saat
Wib
tidur.
13.00
h. Mengajarkan teknik
Wib
relaksasi/relaksasi nafas dalam
14.00
Wib