Anda di halaman 1dari 166

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER (TC) BEDAH
RSUP. Dr. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ELSA
RAHMADANI
NIM : 143110213

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER (TC) BEDAH
RSUP. Dr. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

ELSA
RAHMADANI
NIM : 143110213

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Pada
Pasien Fraktur Di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah Rsup. Dr. Djamil
Padang Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, karna bantuan dan bimbingan
Ibu Hj. Efitra, S.Kp,M.Kep selaku pembimbing I serta dan Ibu Herwati, SKM.
M. Biomed selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Dan
tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes RI Padang.
2. Bapak Dr. dr. Yusirwan Yusuf Sp. B, Sp. BA (K), MARS selaku
pempinan RSUP. Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk
pengambilan data.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku ketua Program Studi
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal
penelitian.

Akhir kata saya berharap tuhan yang maha esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, 19 Juni 2017

Peneliti
POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah Juni 2017


Elsa Rahmadani

Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada


Pasien Fraktur Di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr. M.Djamil
Padang Tahun 2017

Isi : viii + 67 Halaman + 6 Tabel + 10 Lampiran

ABSTRAK

Istirahat dan tidur yang cukup akan membuat tubuh dapat berfungsi secara
optimal. Observasi yang ditemukan 10 pasien fraktur yang mengalami gangguan
tidur, dan hasil dokumentasi perawat hanya 2 pasien yang mengalami gangguan
pola tidur dan terdapat diagnosa keperawatan tentang diagnosa gangguan pola
tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di
ruang Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Waktu penelitian
bulan Januari sampai Juni 2017. Populasi adalah semua pasien yang mengalami
gangguan pola tidur. Besar sampel dua parisipan dengan teknik purpose sampling,
analisis dengan membandingkan dua partisipan dengan teori. Hasil penelitian
ditemukan pasien mengalami gangguan pola tidur, deprivasi tidur, dan insomnia.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pertisipan satu selama 12 hari dan
partisipan 6 hari, yaitu menilai kualitas tidur, manajemen nyeri, menciptakan
lingkungan yang nyaman dan menjaga kebersihan lingkungan pasien. Evaluasi
keperawatan yang didapatkan partisipan satu masih ditemukan masalah, dan
partisipan dua didapatkan peningkatan kebutuhan tidur dan gangguan tidur dapat
teratasi. Disarankan kepada perawat ruangan melalui Direktur RSUP Dr. M.
Djamil Padang agar melakukan penataan ruangan, memodifikasi ruangan dan
pengaturan ruangan, dan mengajarkan teknik relaksasi atau napas dalam.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Istirahat dan Tidur, Fraktur


Daftar Pustaka : 22 (2007-2017)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................... v
ABSTRAK............................................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1


A...Latar belakang........................................................................... 1
B...Rumusan masalah..................................................................... 6
C...Tujuan penelitian...................................................................... 6
D...Manfaat penelitian.................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 8


A...Konsep Istirahat dan Tidur
1....Pengertian Istirahat dan Tidur............................................. 8
2....Pengaturan Tidur................................................................. 8
3....Fisiologi Tidur.................................................................... 9
4....Perubahan Fisiologis Selama Tidur.................................... 14
5....Fungsi dan Tujuan Tidur..................................................... 14
6....Pola Tidur Normal .............................................................. 14
7....Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur......................... 15
8....Gangguan Masalah Kebutuhan Tidur................................. 17
9....Penatalaksanaan Gangguan Istirahat dan Tidur.................. 19
10..Gangguan Pola Tidur Pada Pasien Fraktur......................... 20

B...Konsep Asuhan Keperawatan Istirahat dan Tidur Pada Fraktur


1....Pengkajian .......................................................................... 21
2....Diagnosa Keperawatan ....................................................... 24
3....Intervensi Keperawatan...................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 36


A...Desain Penelitian ...................................................................... 36
B...Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36
C...Populasi dan Sampel ................................................................. 36
D...Alat/Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 37
E... Pengumpulan Data.................................................................... 38
F... Cara Pengumpulan Data........................................................... 39
G...Langka-langkah Pengumpulan Data......................................... 40
H...Rencana Analisa ....................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANKASUS

A...Hasil .......................................................................................... 41
B...Pembahasan Kasus.................................................................... 55

BAB V PENUTUP
A...Kesimpulan............................................................................... 63
B...Saran......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC...................................25

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan dengan gangguan kebutuhan istirahat dan


Tidur pada pasien fraktur pada partisipan.........................................42

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan dengan gangguan kebutuhan istirahat dan


Tidur pada pasien fraktur pada partisipan.........................................44
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan dengan gangguan kebutuhan istirahat dan
Tidur pada pasien fraktur pada partisipan.........................................45
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan dengan gangguan kebutuhan istirahat
dan Tidur pada pasien fraktur pada partisipan...................................51
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan dengan gangguan kebutuhan istirahat dan
Tidur pada pasien fraktur pada partisipan.........................................53
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Survey Awal

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6 Surat Izin Melakukan Penelitian RSUP. Dr.M.Djamil Padang

Lampiran 7 Surat Izin Selesai Penelitian RSUP. Dr.M.Djamil Padang

Lampiran 8 Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 10 Ghancart

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam
Teori Hierarki, kebutuhan dasar menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan,
minum), keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi (Wahyudi & Wahid,
2016).

Menurut Henderson teori keperawatan kebutuhan dasar manusia bertugas


untuk membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan
penyembuhannya, kemampuan individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa
bantuan seseorang memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang
dibutuhkan. Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson ada 14
kebutuhan dasar terdiri dari atas kebutuhan oksigen, kebutuhan nutrisi,
kebutuhan eliminasi, kebutuhan imobilisasi, kebutuhan istirahat dan tidur,
kebutuhan menghindari rasa nyeri, kebutuhan memilih cara berpakaian
dan melepas pakaian, kebutuhan mempertahankan suhu tubuh, kebutuhan
kebersihan diri, menghindari bahaya dari lingkungan, berkomunikasi yang
baik, beribadah menurut keyakinan, seksual. Salah satu dari kebutuhan
manusia sebagai syarat dasar yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk
memelihara kesehatan, kesejahteraan fisik dan psikis dengan memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur (Potter dan Perry, 2012).

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan
tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah.
Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali,
terkadang berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat (Ambarwati, 2014).

Tidur merupakan keadaan yang berulang-ulang, perubahan status


kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur dapat
dikarakteristikakan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran
yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon
terhadap stimulus ekternal. Hampir sepertiga dari waktu, kita gunakan
untuk istirahat dan tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa
tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari
(Ambarwati, 2014).

Pada keadaan sakit dan dirawat dirumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya sering kali terjadi dua hal yang berlawanan, Disatu sisi individu
yang sakit mengalami peningkatan kebutuhan tidur. Sementara disisi yang
lain pola tidur seseorang yang masuk dan dirawat dirumah sakit dapat
dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola tidur sebagai
akibat kecemasan yang kondisi sakitnya atau rutinitas rumah sakit (Potter
& Perry, 2012).

Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada
biasanya. Semua orang membutuhkan tidur untuk bertahan hidup,
memperbaiki sistem kekebalan. Durasi tidur setiap orang berbeda-beda
tergangung dari banyak faktor, termasuk umur. Bayi membutuhkan tidur
16 jam/hari, anak-anak membutuhkan 9 jam/hari, sedangkan orang dewasa
mayoritas 7-8 jam/hari. Kurang tidur pada seseorang dapat menciptakan
“utang tidur” yang menuntut tubuh agar utang dilunasi di hari selanjutnya
(Hananta, dkk, 2014).
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi
meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya tahan
tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. Dampak psikologis
meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Potter &Perry, 2012).

Gangguan tidur dapat terjadi pada 10-15% populasi umum dan 33-50%
pasien kanker. Gangguan tersebut dapat terjadi karena stress, penyakit,
penuaan atau efek mengonsumsi obat tertentu. Pada populasi umum,
kurang tidur dapat memengaruhi suasana hati dan kinerja seseorang
sepanjang hari, serta dapat meningkatkan resiko mengalami kecemasaan
dan depresi (Hananta, dkk, 2014). Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-
50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada
penderita penyakit cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian,
hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan terjadinya gangguan tidur
yang telah didiagnosis (Amir, 2007).

Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan


psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata
sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah
terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan
menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita
akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan sulit
berkonsentrasi. Pasien dengan gangguan istirahat dan tidur biasanya
terjadi gangguan pada psikologisnya, pasien memikirkan tentang penyakit
yang diderita salah satunya gangguan pada sistem pergerakan yang
mengakibatkan fraktur (Endang, 2007).

Fraktur merupakan terputusnya kontiunitas tulang, retak atau patahnya


tulang yang utuh karena trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan
luasnya trauma (Lukman & Nurna, 2009). Kekuatan atau sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi ini lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada
fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Price &
Wilson, 2012).

World Health Organization mencatat pada tahun 2014 terdapat 1,3 orang
mengalami kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Data Riskesdas tahun
2013 mencatat penyebab cedera terbanyak di Indonesia adalah jatuh
(40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Jenis cidera terbanyak
yaitu lecet (70,9%), luka robek (23,2%) dan fraktur (5,8%). Wilayah
Sumatra Barat berada pada urutan ketiga kejadian cidera terbanyak yang
disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor (49,5%) dan jatuh (33,2%).
Jenis cidera terbanyak yang dialami yaitu lecet atau memar (65,2%), luka
robek (25,3%), terkilir (37,2%) dan fraktur (7,3%). Data yang didapatkan
di RSUP. Dr. M. Djamil Padang selama bulan Januari sampai Desember
2016 terdapat 466 pasien yang dirawat dengan kasus fraktur. Kasus
terbanyak yaitu fraktur femur (20%), fraktur tibia (17%), fraktur clavikula
(7%), dan fraktur radius ulna (5%).

Penelitian Dwi & Handayani (2014) di Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojosari
Kabupaten Mojokerto dari 15 responden didapatkan bahwa responden
yang mengalami gangguan pola tidur pada pasien fraktur sebanyak 11
orang (73%), dan responden yang tidak mengalami gangguan pola tidur
sebanyak 4 orang (27%).

Penanganan gangguan istirahat tidur merupakan tujuan penting perawat.


Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka
perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang
mempengaruhi dan kebiasaan tidur klien. Klien membutuhkan pendekatan
individual yang berdasarkan kebiasaan pribadi mereka sendiri dan pola
tidur serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka (Ambarwati,
2014).

Perawat dapat melakukan intervensi secara mandiri maupun kaloboratif


untuk mengatasi istirahat dan tidur dapat menggunakan dua pendekatan
yaitu pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Pendekatan
farmakologis merupakan pendekatan kalaborasi antara dokter dengan
perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu untuk dapat
beristirahat dengan optimal. Sedangkan pendekatan non-formakologi
merupakan pendekatan untuk dapat beristirahat yang baik dengan
menggunakan pendekatan menghilangkan kecemasan, massage kutaneus
therapies dan nafas, stimulus dyaraf elektris transkutan, distraksi, imajinasi
terbimbing, hipnoterapi dan mengajarkan teknik nafas dalam (Brunner &
Suddart, 2013).

Survey awal yang dilakukan peneliti di ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 17 Januari 2017, peneliti
mendapatkan 10 orang pasien fraktur dan 8 orang pasien diantaranya yang
mengalami gangguan tidur. Pasien mengatakan sering terbangun tengah
malam, sulit untuk tidur dan tidur pendek, dan klien mengatakan penyebab
nyeri pada sisi tulang yang mengalami fraktur dan membuat pasien sering
terbangun dan sukar untuk kembali tidur, dan ketidak nyamanan aktivitas
bergerak (imobilisasi), dan selain faktor lingkungan rumah sakit itu sendiri.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan perawat ruangan di Trauma


Center (TC) Bedah, hasil wawancara perawat mengatakan bahwa masalah
yang terjadi pada pasien fraktur (terutama post operasi) adalah isirahat dan
tidur karena gangguan rasa nyaman (nyeri). Hasil dokumentasi status
pasien dari 10 status pasien yang mengalami fraktur 4 orang diataranya
perawat mengangkat diagnosa gangguan pola tidur. Penatalaksanan
istirahat dan tidur yang dilakukan selama ini adalah kalaborasi pemberian
obat analgesik. Selain dengan cara farrmakologi, perawat mengatakan ada
membatasi pengunjung dan perawat memberitahu kepada keluarga agar
tidak terlalu banyak berbicara saat klien berisitirahat dan perawat
mengajarkan teknik nafas dalam kepada pasien untuk mengurangi sakit
yang derita tapi tidak dimasukan dalam jadwal tindakan keperawatan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti untuk melakukan


penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Istirahat
dan Tidur pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah
Rsup. Dr. Djamil Padang”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana asuhan keperawatan
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan
Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang Tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien dengan fraktur di ruangan trauma center (TC) bedah RSUP. Dr.
Djamil Padang Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur pada pasien dengan Fraktur di Ruangan Trauma Center
(TC) Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan
Trauma Center Bedah RSUP. Dr. Djamil padang.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center
Bedah RSUP. Dr. Djamil padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center
Bedah RSUP. Dr. Djamil padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center Bedah RSUP. Dr.
Djamil padang.

D. Manfaat Penelitian
1. Kegiatan penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta
kemampuan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian khususnya
tentang asuhan keperawatan gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr.
Djamil Padang.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan


perbandingan oleh mahasiswa untuk penelitian selanjutnya dan dapat
dijadikan sebagai referensi akademi untuk pengembangan
pembelajaran prodi D-III Keperawatan Padang, terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan


menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi para perawat yang
barada di RSUP. Dr. Djamil Padang, terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur pada pasien dengan fraktur di Ruangan Trauma Center (TC)
Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS

A. Konsep Istirahat dan Tidur


1. Pengertian Istirahat dan Tidur
Menurut Hidayat (2009) istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya
tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi
juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Isirahat berarti berhenti
sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau
suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Sedangkan tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat


dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim,
memiliki kesadaran yang bervariasi terdapat perubahan proses fisiologis,
dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat,
2009).

Menurut Tarwoto & Wartonah (2011) istirahat adalah suatu keadaan


dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih
segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang kedua.

2. Pengaturan Tidur
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011) tidur merupakan aktivitas yang
melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler,
repirasi, dan muskuloskeletal (Robinson, 1993: Tarwoto & Wartonah,
2011). Tiap kejadian terebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan
elektoensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua


mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat otak untuk tidur atas diyakini mempunyai sel-sel khususnya dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
visual, auditori, nyeri, dan sensorik raba. Juga menerima stimulus dari
korteks serebri (emosi dan proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuro-neuro dalam RAS melepaskan


ketekomin, misalnya norepinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh
pelepasaan serum serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak
tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya
seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat
otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem
limbik seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan


berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS
menurun, pada saat iti BSR mengeluarkan serum serotinin (Tarwoto &
Wartonah, 2011).

3. Fisiologi Tidur
Menurut Saputa (2013) Aktivitas tidur berhubungan dengan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktivitas
tidur adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau
Reticular Acrivating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional
(BSR). RAS terdapat di batang otak bagian atas dan diyakini memiliki sel-
sel khusus yang dapat mempertahankan kewasapadaan serta kesadaran.
RAS juga diyakini dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, dan perabaan serta dapat menerima stimulus dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar
tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk
yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun atau terjaganya seseorang
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan
system limbik.
a. Ritme Sirkadian
Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang diatur oleh
hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam biologis.
Ritme sirkadian memengaruhu perilaku dan pola fungsi biologis utama,
misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon,
kemampuan sensorik, dan suasana hati (Saputra, 2013).

Pada manusia, ritme sirkaian dikendalikan oleh tubuh dan dipengaruhi


oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya, kegelapan, gravitasi, dan
faktor eksernal (misalnya aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan).
Ritme sirkadian menjadi sinkron jika individu memiliki pola tidur
sampai bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu individu akan
terjaga pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya paling tinggi atau
paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya
paling rendah (Saputra,2013).

b. Tahapan Tidur
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid eyemovement
(NREM) dan ropid eye movement (REM).
1) Tidur NREM
Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam system
pengaktifan retikularis. Tahap tidur ini disebut juga tidur gelombang
lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak bergerak dengan
sangat lambat.

Tidur NREM ditandai dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologis


tubuh termasuk juga metabolism, kerja otot dan tanda-tanda vital,
misalnya tekanan darah dan frekuensi napas. Hal ini yang juga
terjadi pada saat tidur NREM adalah pergerakan bola mata melambat
dan mimpi berkurang.
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap paling dangkal dari tidur dan merupakan
tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan
individu yang cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,
frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, seta mudah dibangunkan.
Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari
total tidur.
b) Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap tidur,
tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan tahap II ini
termasuk dalam tahap tidur ringan (light sleep). Pada tahap II, otot
mulai relaksasi, mata pada umumnya menetap, dan proses-proses di
dalam tubuh terus menurun yang ditandai dengan penurunan
denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, dan metabolism.
Tahap II normalnya berlangsung Selma 10-20 menit dan
merupakan 50-55% dari total tidur.
c) Tahap III
Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur
nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi otot
menyeluruh serta pelambatan denyut nadi, frekuensi napas, dan
proses tubuh yang lain. Pelambatan tersebut disebabkan oleh
dominasi system saraf parasimpatetik. Pada tahap III, individu
cenderung sulit dibangunkan. Tahap III berlangsung selama 15-30
menit dan merupakan 10% dari total tidur.
d) Tahap IV
Pada tahap IV, individu tidur semakin dalam atau delta sleep.
Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG
gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung, tekanan
darah, tonus otot, metabolism, dan suhu tubuh. Pada tahap ini,
individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Tahap ini
berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total
tidur (Saputra, 2013)

2) Tidur REM
Menurut Saputra (2013) tidur REM juga tidur paradoks. Tahapan ini
biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-
20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan biasanya
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM penting
untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini
juga berperan dalam proses belajar, memori, dan adaptasi.
a. Tidur REM ditandai dengan :
1. Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-
tiba.
2. Tonus otot sangat terdepresi dan menunjukan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas system pengaktivasi retikularis.
3. Sekresi lambung meningkat.
4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi
tidak teratur.
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
6. Mata cepat tertutup dan terbuka.
7. Metabolisme meningkat
b. Karakteristik Tidur REM
1. Mimpi yang bermacam-macam
2. Otot-otot kendor, gerakan otot tidak teratur
3. Penapasan : ireguler (tidak teratur) kadang dengan apnea
4. Nadi : cepat dan ireguler
5. Tekanan darah : meningkat
6. Gelombang otak EEG aktif
7. Siklus tidur sulit dibangunkan
8. Sekresi lambung meningkat
9. Gerakan mata cepat

3) Siklus Tidur
Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di dalamnya
terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan REM secara
berulang. Siklus tidur pada individu dapat diringkas sebagai berikut :
a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV ini
berlangsung selama 20 menit
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II
yang berlangsung selama 20 menit
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM ini
berlangsung selama 10 menit
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II
f. Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan
tidur REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan
setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur
(Saputra, 2013)

4. Perubahan Fisiologis Selama Tidur


Menurut Atoilah and Kusnadi (2013) perubahan fisiologis selama tidur
adalah :
a. Penurunan tekanan darah dan nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastro intestinal
d. Relaksasi otot-ott rangka
e. Basal Metabolism Rate (BMR) menurun 10-30%

5. Fungsi dan Tujuan Tidur


Menurut Hidayat (2009) fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak
diketahui akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru,
kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur
sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara
umum terdapat dua efek fisiologi dari tidur. Pertama, efek pada sistem
saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normaldan
keseimbangan di antara berbagai susunan saraf dan kedua, efek pada
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ
tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

Fungsi tidur terbagi dua yaitu, restorative : selama tidur seseorang akan
mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memperoses,
menyusun kembali, menyimpan dan menggunakannya untuk masa depan.
Sedangkan tingkah laku : tidur juga diyakini dapat menjaga keseimbangan
mental dan emosional serta kesehatan Atoilah and Kusnadi, 2013.

6. Pola Tidur Normal


Menurut Tarwoto dan Wartonah, 2011 pola tidur normal adalah :
a. Neonates sampai dengan 3 bulan
1) Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
2) Mudah berespons terhadap stimulus
3) Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
b. Bayi
1) Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
2) Usia 1 bulan sampai dengan 1tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
3) Tahap REM 20-30%
c. Toddler
1) Tidur 10-12 jam/hari
2) Tahap REM 25%
d. Prasekolah
1) Tidur 11 jam pada malam hari
2) tahap REM 20%
e. Usia Sekolah
1) Tidur 10 jam pada malam hari
2) Tahap REM 18,5%
f. Remaja
1) Tidur 8,5 jam pada malam hari
2) Tahap REM 20%
g. Dewasa Muda
1) Tidur 7-9 jam/hari
2) Tahap REM 20%
h. Usia Dewasa Pertengahan
1) Tidur lebih kurang 7 jam/hari
2) Tahap REM 20%
i. Usia Tua
1) Tidur lebih kurang 6 jam/hari
2) Tahap REM 20-25%
3) Tahap NREM IV menurun dan kadang-kadang absen
4) Sering terbangun pada malam hari

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernafasan seperti asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
persarafan (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana gaduh maka akan menghambat
tidurnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
c. Motovasi
Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk (Tarwoto dan Wartonah,
2011).
d. Latihan dan Kelelahan
Kelalahan dapat memperpendek periode pertama pertama dari tahap REM
(Tarwoto dan Wartonah, 2011). Kelatihan akibat aktivitas yang tinggi
dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi
yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terrlihat pada seorang yang telah
melakukan aktivitas dan mencapai kelelaha. Maka, orang tersebut akan
lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya
diperpendek (Hidayat, 2009).
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkinmeningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011).
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah (Tarwoto dan
Wartonah, 2011).
g. Obat-obatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah, 2011, ada beberapa jenis obat yang dapat
menimbulkan gangguan tidur antara lain :
1) Diuretik : menyebabkan insomnia
2) Antidepresan : menyupresi REM
3) Kafein : meningkatkan saraf simpatis
4) Beta-bloker : menimbulkan insomnia
5) Narkotika : menyupresi REM
h. Stress Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat keteganganjiwa.
Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis
mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur (Hidayat, 2009).
i. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur, protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,
karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang
dicerna. Demikian sebaiknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga
memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur (Hidayat,
2009).

8. Gangguan Masalah Kebutuhan Tidur


Gangguan tidur menurut Tarwoto dan Wartonah, 2011 ada enam yang
terganggu tidurnya adalah sebagai berikut :
a. Insomnia
Adalah ketidakamampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas
tidur. Tiga macam insomnia yaitu : insomnia inisial (initial insomnia)
adalah tidak adanya ketidakmampuan untuk tidur, insomnia intermiten
(intermittent insomnia) merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur karena sering terbangun dan insomnia terminal
(terminal insomnia) adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur
kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan,
dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
b. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver, dan metabolism.
c. Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang menggangu tidur anak seperti
samnohebalisme (tidur sambil berjlan).
d. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur
atau biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi
dua jenis yaitu : enuresa nocturnal, merupakan mengompol di waktu tidur
dan enuresa diurnal, mengompol pada saat bangun tidur. Enuresa nikturnal
umumnyamerupakan gangguan pada tidur NREM (Hidayat, 2009).
e. Narkolepsi
Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak
terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada say tidur sama
dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau
endoktrin.
f. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur bukan dianggap sebagi gangguan tidur, namum bila disertai
apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya
rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel,
adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode
apnea berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.
g. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
h. Sudden Infant Death Syndrom / SIDS
Gangguan ini dapat terjadi pada bayi 12 bulan pertama. Penyebabnya tidak
diketahui. Berbagai ahli berpendapat bahwa gangguan ini disebabkan oleh
system saraf tidak matang atau apnea saat tidur (Heriana, 2014).
i. Gangguan Pola Tidur Secara Umum
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan diman
individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan
kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, LJ, 1995 : Hidayat,
2009).
Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman
di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjugtiva merah, mata
perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau
mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan
transport oksigen, gangguan matabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh
obat, immobilitas, neri pada kaki, takut operasi, factor lingkungan yang
mengganggu, dan lain-lain (Hidayat, 2009).

9. Penatalaksanaan Gangguan Istirahat dan Tidur


Menurut Potter & Perry, 2012 dan Asmadi, 2008

a. Kontrol lingkungan disekitar rumah atau apabila pasien berada dirumah


sakit caranya yaitu tutup pintu kamar klien jika mungkin, diharapkan pintu
area kerja diunit tersebut ditutup, gunakan sepatu beralas karet, matikan
oksigen disamping tempat tidur apabila pasien memakai oksigen dan
peralatan lainnya, matika alarm, bunyi alat monitor, TV, radio dalam
kamar, kecuali jika klien menyukai musik yang lembut, hindari bunyi yang
keras.
b. Minum obat-obatan farmakologi yang disarankan oleh dokter.
c. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu.
d. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
e. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.
f. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak
pada waktu kesadaran penuh.
g. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
h. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur.
i. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur.
10. Gangguan Pola Tidur Pada Pasien Fraktur
Fraktur adalah terputusnmya kontiunitas tulang, retak atau patahnya tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman & Nurna, 2009).

Fraktur merupakan gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma.


Adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka
ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasai plasma dan
poliferasi menjadi edema lokal maka terjadi penumpukan di dalam tubuh.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan pola tidur akibat gangguan rasa nyaman (nyeri).
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan istirahat terganggu dan aktivitas gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Terjadinya ketidak nyamanan dan gangguan mobilitas fisik dapat
mengakibat terganggunya gangguan pola tidur. Selain itu fraktur terbuka atau
pemasangan pen, plat atau kawat terjadi pada luka operasi yang
mengakibatkan kecemasan yang timbul setelah terjadinya operasi dan dapat
mengakibatkan gangguan istirahat dan tidur tidak optimal. Selain rasa
kecemasan karna mobilitas fisik terganggu dan ketakutan akan terjadi sesuatu
terhadap diri karana kesulitan untuk berjalan dan sulit untuk melakukan
pekerjaan dan dapat mengangguan citra tubuh terhadap diri, sehingga harga
diri situasional terganggu dan mengakibatkan kehilangan tidur atau tidur
tidak adekuat (Sylvia, dalam Wijaya dkk , 2013).

B. Konsep Askep Teoritis Isirahat dan Tidur Pada Pasien Fraktur


Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan
secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul
Effendy dalam Wijaya, dkk. 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan istirahat dan tidur pada pasien freaktur
meliputi :
a. Identitas klien
Meliputri : nama, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tempat tanggal lahir, umur, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengalami fraktur terganggu istirahat dan tidur akibat
gangguan rasa nyaman dari fraktur, Implikasi pengkajian terganggu
istirahat dan tidur pada siang dan malam hari tergantung dengan nyeri
yang di rasakan saat aktivitas sedang dilakukan (Pottre and Perry,
2012).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya pasien dengan fraktur disebabkan oleh trauma atau
kecelakaan, degenerative dan patologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang menyebabkan gangguan
istirahat dan tidur akibat dari nyeri, bekak, kebiruan, pucat atau
perubahan warna kulit dan kesemutan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu biasanya gangguan pola tidur terganggu
sebelum klien mengalami terjadinya fraktur, dan biasanya tidak ada
riwayat kesehatan dahulu pada fraktur, kecuali ada fraktur patologis
seperti adanya diagnosa sebelumnya yaitu osteoporosis, kanker tulang,
arthritis dan lainnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga biasanya ada atau tidaknya keluarga yang mengalami
gangguan pola tidur dan ada atau tidaknya yang menderita dan
tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun atau menular,
dan diabetesmelitus, hipertensi, dan hemofilia, insomnia.
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada
personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB
dan BAK.
2) Pola nutrisi
Pada pasien fraktur biasanya tidak akan mengalami penurunan nafsu
makan.
3) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat akan mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur. Istirahat dan
tidur akan menggalami terganggu karna pola kognitif atau cara
berpikir pasien tidak mengalami terganggu.
4) Pola eliminasi
Kebiasaan miksi atau defikasi sehari-hari, kesulitan waktu defikasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defikasi
pada miksi pasien mengalami gangguan. Kebiasaan miksi atau
defikasi yang terganggu akan memperhambat istrirahat dan tidur
pasien.
5) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan yang
sisebabkan oleh fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu di
bantu oleh perawat atau keluarga.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan
dirinya, pasien takut cacat seumur hidup atau tidak dapat bekerja lagi.
7) Pola sensori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedang pada pola
kognitif atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.
8) Pola hubungan peran
Perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu
pasien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
9) Pola penanggulangan stress
Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan biasana
masalah dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.
10) Pola reproduksi seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan
mengalami gangguan pola seksual dan reproduksi, jika belum
berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dibagi atas dua, yaitu pemeriksaan umum
(status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan setempat (lokalis).
1) Sistem integumen
Terdapatnya erythema, suhu sekitar daerah trauma meningkat
bengkak, oedema, nyeri tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada benjolan.
3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, reflek
menelan positif, kadang ditemukan pembesaran kelenjer getah
bening.
4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupu
bentuk. Tidak ada lesi, simetris dan tidak ada oedema, wajah tampak
lesu.
5) Mata
Biasanya pada pasien dengan fraktur terjadi anemis, konjungtiva
kemerahan, mata kelihatan cekung, pupil isokor.
6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi.
7) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan pada
hidung, tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
9) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
10) Paru
Pada pemeriksaan paru didapatkan Inspeksi pada paru pernapasan
meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi pada paru pergerakan
sama atau simetris, fremitus raba sama. Perkusi di dapatkan pada
paru suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara, tambahan lainnya.
Dan pada Auskultasi pada paru terdapat suara nafas normal, tidak
ada wheezing atau tambahan lainya seperti stridor dan ronchi.
11) Jantung
Pada pemeriksaan jantung pada fraktur didapatkan Inspeksi pada
jantung tidak tampak ictus cordis, Palpasi pada jantung didapatkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba, dan pada pemeriksaan Auskultasi
pada jantung suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
12) Abdomen
Pada dilakukan pemeriksaan abdomen didapatkan Inspeksi pada
abdomen bentuk datar, simetris. Palpasi didapatkan tugor baik, tidak
ada defands muskuler, hepar tidak teraba. Perkusi didapatkan suara
thympani. Dan pada pemeriksaan auskultasi didapatkan perstaltik
usus normal 20 kali/menit.

13) Ekstremitas
Terdapat luka terbuka pada femur, perbedaan ukuran pada
ekstremitas bawah kiri dan kanan, teraba tulang yabg patah, terdapat
nyeri pada ekstremitas yang fraktur.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan Nanda International Diagnosa Keperawatan 2015-2017,
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada fraktur, kecemasan,
stress, lingkungan tidak menunjang.
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama
c. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
d. Ketakutan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur
e. Nyeri berhubungan dengan gangguan pola tidur, sukar tidur, tidak tidur
yang adekuat
f. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kehilangan tidur
g. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguan pola tidur adekuat,
lingkungan tidak menunjang.
h. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kehilangan tidur,
gangguan citra tubuh.

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan NANDA, NOC-NIC

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

1 Gangguan pola a. Sleep Enviromental


tidur 1) Waktu tidur tidak Management : Comfort
terganggu
2) Pola tidur tidak a) Aktivitas :
terganggu 1. Tentukan tujuan
Definisi: pasien dan
3) Kualitas tidur tidak
Gangguan kualitas terganggu keluarga untuk
dan kuantitas waktu 4) Kesulitan untuk pengelolaan
tidur akibat faktor tidur tidak terjadi lingkungan dan
eksternal. kenyamanan yang
optimum
b. Fatigue : Disruptive 2. Ciptakan
Effects lingkungan yang
Batasan 1) Tidak terjadi tenang dan
karakteristik : malaise, letargi mendukung
2) Penurunan energi 3. Berikan
a) Perubahan
tidak terjadi lingkungan yang
pola tidur
aman dan bersih
normal
4. Menyesuaikan
b) Penurunan c. Comfort Status : suhu ruangan
kemampuan Environment untuk yang paling
berfungsi 1) Suhu ruangan tidak nyaman bagi
c) Ketidakpuasa bermasalah pasien
an tidur 2) Lingkungan 5. Fasilitasi
d) Menyatakan kondusif untuk kenyamann
sering terjaga tidur pasien
e) Menyatakan 3) Lingkungan bersih,
tidak tertib
mengalami Sleep Enchancement
kesulitan
a) Aktivitas :
tidur
1. Tentukan pola
f) Menyatakan
aktifitas/ tidur
tidak merasa
pasien
cukup tidur
2. Tentukan efek
pengobatan
Faktor pasien terhadap
berhubungan pola tidur pasien
3. Monitor/catat
a) Kelembapan pola tidur, jumlah
lingkungan waktu tidur
sekitar pasien
b) Suhu 4. Monitoring pola
lingkungan tidur, dan catat
sekitar tanda fisik yang
c) Tanggung dapat
jawab mengganggu tidur
memberi 5. Bantu untuk
asuhan mengurangi
d) Perubahan situasi yang bisa
pajanan membuat pasien
terhadap stress sebelum
cahaya-gelap tidur
e) Gangguan 6. Diskusikan
(mis : untuk dengan pasien
tujuan dan keluarga
terapeutik, terkait teknik
pemantauan, meningkatkan
pemeriksaan kualitas tidur
laboratorium) 7. Sediakan pamflet
f) Kurang dengan informasi
control tidur tentang teknik
g) Kurang peningkatan tidur.
privasi
h) Pencahayaan
i) Bising
j) Bau gas
k) Restrain fisik
l) Teman tidur
m) Tidak
familiar
dengan
perabot tidur
2 Insomnia Tidur Manajemen
1. Jam tidur yang Lingkungan:
Definisi : gangguan diobservasi Kenyamanan
pada kuantitas dan 2. Pola tidur 1. Pertimbangan
kualitas tidur yang 3. Kualitas tidur penempatan pasien
mengambat fungsi 4. Efisiensi tidur di kamar dengan
5. Perasaan segar beberapa tempat
setelah tidur tidur (teman
Batasan 6. Tempat tidur yang sekamar dengan
Karakteristis nyaman masalah
7. Suhu ruangan yang lingkungan yang
1. Sering nyaman sama bila
membolos (mis, memungkinkan)
kerja, sekolah) 2. Sediakan kamar
2. Afek tampak Status Kenyamanan: terpisah jika
berubah Lingkungan terdapat preferensi
3. Tamapak 1. Lingkungan yang dan kebutuhan
kurang kondusif untuk pasien (dan
bergairah tidur keluarga) untuk
4. Mengatakan 2. Pencahayaan mendapatkan
perubahan alam ruangan ketenangan dan
perasaan 3. Tempat tidur yang istirahat, jika
5. Menyatakan nyaman memungkinkan
penurunan 3. Hindari gangguan
status kesehatan yang tidak perlu
Status Pernafasan:
6. Menyatakan dan berikan untuk
Ventilasi
penurunan waktu istirahat
1. Frekuensi
kualitas hidup 4. Ciptakan
pernafasan
7. Menyatakan lingkungan yang
2. Irama pernafasan
sulit konsentrasi tenang dan
8. Menyatakan mendukung
sulit tidur 5. Sediakan
9. Menyatakan lingkungan yang
sulit tidur aman dan bersih
nyenyak 6. Sesuaikan suhu
10. Menyatakan ruangan yang
kurang puas paling
tidur (saat ini) menyamankan
11. Menyatakan individu, jika
peningkatan memungkinkan
terjadi
kecelakaan
12. Menyatakan Peningkatan Tidur
kurang 1. Tentukan pola
bergairah tidur/aktivitas
13. Menyatakan pasien
sulit tidur 2. Tentukan efek dari
kembali setelah obat (yang
tidur terbangun dikonsumsi) pasien
14. Menyatakan terhadap pola tidur
gangguan tidur 3. Monitor/catat pola
yang berdampak tidur pasien dan
keesokan hari jumlah jam tidur
15. Menyatakan 4. Monitor pola tidur
bangun terlalu pasien dan kondisi
pagi fisik
5. Sesuaikan
lingkungan
Faktor (misalnya cahaya,
berhubungan kebisingan, suhu,
1. Pola aktivitas kasur, dan tempat
(mis, waktu, tidur) untuk
kuantititas) meningkatkan tidur
2. Ansietas 6. Ajarkan pasien
3. Depresi bagaimana
4. Factor melakukan
lingkungan relaksasi otot
(mis, kebisingan autogenik atau
lingkungan bentuk non
sekitar, farmakologi
pajangan lainnya untuk
terhadap memancing tidur.
cahaya/gelap,
suhu atau
kelembapan
sekitar, tatanan
yang tidak
pamiliar
5. Ketakutan
6. Tidur siang
terlalu lama
7. Perubahan
hormon terkait
jenis kelamin
8. Berduka
9. Gangguan pola
normal (mis,
berpergian,
kerja/sift)
10. Hygiene tidur
tidak adekuat
(saat ini)
11. Konsumsi
alcohol
12. Konsumsi
stimulan
13. Tidur terputus
14. Tanggung
jawab orang tua
15. Obat
16. Ketidak
nyamanan fisi
(mis, nyeri,
nafas pendek,
batuk, refluks
gastroesofagus,
mual,
inkontinensia/ur
egensi)
17. Stress (mis,
pola/kebiasaan.
Merenung
sebelum tidur)

3. Deprivasi tidur 1. Tidur 1. Manajemen


Lingkungan:
a. Jam tidur yang Kenyamanan
diobservasi
Definisi : periode b. Pola tidur a. Pertimbangan
panjang tanpa tidur c. Kualitas tidur penempatan
(“tidur ayam” yang d. Efisiensi tidur pasien di kamar
periodek dan alami e. Perasaan segar dengan beberapa
secara terus setelah tidur tempat tidur
menerus). f. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
g. Suhu ruangan lingkungan yang
Batas Karateristik yang nyaman sama bila
2. Status Kenyamanan: memungkinkan)
1. Konfusi akut Fisik
2. Agitasi b. Sediakan kamar
3. Ansietas a. Posisi yang terpisah jika
4. Apatis nyaman terdapat
5. Sering b. Intake makanan preferensi dan
memberontak c. Intake cairan kebutuhan pasien
6. Mengantuk d. Tingkat energy (dan keluarga)
disiang hari e. Kepatenan jalan untuk
7. Penurunan nafas mendapatkan
kemampuan ketenangan dan
berpungsi istirahat, jika
8. Keletihan
9. Fleeting memungkinkan
nystagmus
10. Halusinasi c. Hindari gangguan
11. Tremor tangan yang tidak perlu
12. Peningkatan dan berikan untuk
sensitivitas waktu istirahat
terhadap nyeri
d. Ciptakan
13. Ketidakmampua
lingkungan yang
n konsentrasi
tenang dan
14. Iritabilitas
mendukung
15. Letargi
16. Lesu e. Sediakan
17. Malise lingkungan yang
18. Gangguan aman dan bersih
perspsi (mis,
gangguan f. Sesuaikan suhu
sensasi tubuh, ruangan yang
waham, merasa paling
“melayang”) menyamankan
19. Gelisah individu, jika
20. Reaksi lamabt memungkinkan
21. Paranoia
sementara 2. Peningkatan Tidur
a. Tentukan pola
Faktor tidur/aktivitas
berhubungan pasien
b. Tentukan efek
1. Pergeserahan dari obat (yang
tahap tidur dikonsumsi)
terkait penuaan pasien terhadap
2. Demensia pola tidur
3. Paralisis tidur c. Monitor/catat
familial pola tidur pasien
4. Hipersomnolen dan jumlah jam
system saraf tidur
pusat idiopatik d. Monitor pola
5. Aktivitas di tidur pasien dan
siang hari tidak kondisi fisik
adekuat e. Sesuaikan
6. Norkolepsi lingkungan
7. Mimpi buruk (misalnya cahaya,
8. Peran sebagai kebisingan, suhu,
orang tua yang kasur, dan tempat
mengakibatkan tidur) untuk
tidak dapat tidur meningkatkan
9. Pergerakan tidur
ekstremitas f. Ajarkan pasien
periodic (mis, bagaimana
sindrom resah melakukan
kaki, mioklonus relaksasi otot
nocturnal) autogenik atau
10. Ketidaknyaman bentuk non
an lama )mis, farmakologi
fisik psikologis) lainnya untuk
11. Hygiene tidur memancing tidur.
selalu tidak
adekuat
12. Penggunan obat
atau suplemen
penahan kantuk
13. Apnea tidur
14. Enuresis terkait
tidur
15. Ereksi nyeri
terkait tidur
16. Terror tidur
17. Tidur berjalan
18. Sindrom
sundowner

4 Ketakutan Ketakutan Pengurangan


berhubungan dengan Kriteria hasil : Ketakutan
ketidakmampuan a. Tingkat ketakutan : a. Gunakan pendekatan
untuk tidur keparahan rasa takut, yang tenang
ketegangan atau b. Tetap dengan pasien
kegelisahan untuk meningkatan
b. Pengendalian diri keselamatan dan
terhadap ketakutan : mengurangi rasa takut
tindakan individu c. Mendorong kegiatan
untuk mengurangi atau kompetitif yang
menurukan perasaan sesuai
tidak mampu akibat d. Mendengarkan
rasa takut, ketegangan dengan penuh
atau kegelisahan perhatian
c. Mencari informasi e. Mencitapkan suasana
untuk menurunkan untuk menfasilitasi
ketakutan kepercayaan
d. Menghindari sumber f. Mendorong
ketakutan verbalisasi perasaan,
e. Menggunakan teknik persepsi dan
relaksasi untuk ketakutan
menurunkan ketakutan g. Mengidentifikasi
f. Memantau penurunan tingkat perubahan
durasi episode kecemasaan
g. Memantau lamanya h. Mendukung
waktu antara episode penggunaan
ketakutan mekanisme
h. Mempertahankan pertahanan yang
control terhadap sesuai
kehidupan i. Anjurkan pasien
i. Mengendalikan respon tentang penggunanan
ketakutan teknik relaksasi
j. Memberikan obat
untuk mengurangi
kecemasaan
k. Menilai tanda-tanda
verbal dan
kecemasaan
nonverbal

5 Nyeri berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri :


dengan gangguan Kriteria hasil :
pola tidur, sukar a. Mampu mengontrol a. Lakukan pengkajian
tidur, tidak tidur nyeri, (tahu nyeri secara
yang adekuat penyebab nyeri, komperhensif
mampu termasuk lokasi,
menggunakan teknik karakteristik, durasi,
nonfarmakologi frekuensi, kualitas, dan
untuk mengurangi faktor presipitasi.
nyeri, mencari b. Observasi reaksi
bantuan) nonverbal dari ketidak
b. Melaporkan bahwa nyamanan.
nyeri berkurang c. Gunakan teknik
dengan komunikasi terapeutik
menggunakan untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri
c. Mampu mengenali pasien.
nyeri d. Kontrol lingkungan
(skala,intensitas, yang dapat
frekuensi, dan tanda mempengaruhi nyeri
nyeri) seperti suhu ruangan,
d. Menyatakan rasa pencahayaan dan
nyaman setelah nyeri kebisingan.
berkurang. e. Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
f. Ajarkan teknik non
farmakologi.
Tingkatkan istirahat.
g. Kolaborasi dengan
dokter dalam emberian
analgetik.
Pemberian Analgesik :
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alargi
d. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
e. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.

6 Ketidakefektifan Pengambilan Pengambilan


koping berhubungan Keputusan Keputusan
dengan kehilangan Kriteria hasil : a. Menginformasikan
tidur a. Mengidentifikasi pola pasien alternative
koping yang efektif atau solusi lain
b. Mengungkapan secara penanganan
verbal tentang koping b. Memfasilitasi pasien
yang efektif untuk membuat
c. Mengatakan keputusan
penurunan stress c. Bantu pasien
d. Klien mengatakan mengidentifikasi
telah menerima keuntungan, kerugian
tentang keadaannya dari keadaan
e. Mampu mengedifikasi Role inhancement
strategi tentang a. Bantu pasien untuk
koping. identifikasi
bermacam-macam
nilai kehidupan
b. Bantu pasien
identifikasi stretegi
positif untuk
mengatur pola nilai
yang dimiliki
Coping enhancement
a. Anjurkan pasien
untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
b. Gunakan pendekatan
tenang dan
menyakinkan
c. Hindari pengambilan
keputusan pada saat
pasien berada dalam
stress berat
d. Berikan informasi
actual yang terkait
dengan diagnosis,
terapi dan prognosis
Acticipatory Gluidance

7 Gangguan rasa Kecemasan Penurunan Kecemasan


nyaman Kriteria hasil : a. Gunakan pendekatan
berhubungan dengan a. Mampu mengontrol yang menenangkan
gangguan pola tidur kecemasan b. Nyatakan dengan
adekuat, lingkungan b. Status lingkungan jelas harapan
tidak menunjang yang nyaman terhadap pelaku
c. Mengontrol nyeri pasien
d. Kualitas tidur dan c. Jelaskan semua
istirahat adekuat prosedur dan yang
e. Agresi pengendalian dirasakan selama
diri prosedur
f. Respon terhadap d. Pahami prespektif
pengobatan terhadap situasi stress
g. Control gejala e. Temani pasien untuk
h. Status kenyamanan memberikan
meningkat keamanan dan
i. Dapat mengontrol mengurangi takut
ketakutan f. Dengarkan dengan
j. Support social penuh perhatian
g. Identifikasi tingkat
kecemasan
h. Dorong untuk
mengungkapan
perasaan, ketakutan,
persepsi
i. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
j. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

8 Harga diri rendah Self esteem Self esteem


situasional situasional, low ebhancemen
berhubungan dengan Kriteria hasil : t
a. Tunjukkan rasa
kehilangan tidur, a. Adaptasi terhadap percaya diri terhadap
gangguan citra tubuh ketunadayaan fisik : kemampuan pasien
respon adaptif klien untuk mengatasi
terhadap tantangan situasi
fungsional penting b. Dorong pasien
akibat ketunadayaan mengidntifikasi
fisik kekuatan dirinya
b. Resolusi berduka : c. Ajarkan keterampilan
penyesuaian dengan perilaku yang positif
kehilangan aktual atau d. Dukung peningkatan
kehilangan yang akan tanggung jawab diri,
terjadi jika perlu
c. Penyesuaian e. Buat statement positif
psikososial, perubahan terhadap pasien
hidup : respon f. Monitor frekuensi
psikososial adaptiv komunikasi verbal
individu terhadap pasien yang negatif
perubahan bermakna g. Dukung pasien untuk
dalam hidup menerima tantangan
d. Menunjukkan baru
penilaian pribadi h. Kaji alasan-alasan
tentang harga diri untuk mengkritik atau
e. Mengungkapkan menyalahkan diri
penerimaan diri sendiri
komunikasi terbuka i. Kolaborasi dengan
f. Mengatakan tenaga kesehatan lain
optimisme tentang dan pelayanan
masa depan keagamaan
g. Menggunakan strategi
koping efektif. Body image
enhancement
counseling
Menggunakan proses
pertolongan interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau mendukung
koping, pemecahan
masalah
Coping Enhancement

Sumber: Nursing Outcomes Classification 2015, Nursing


Interventions Classification 2015

A. Desain Penelitian
B B III METODE
A PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dalam bentuk


memaparkan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan studi kasus. Studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien (Nursalam, 2011). Penelitian
mendeskripsikan atau menggambarkan asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien dengan fraktur di
ruangan trauma center (TC) bedah RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr. M.
Djamil Padang. Waktu penelitian dimulai bulan Januari sampai Juni 2017.
Waktu pengkajian studi kasus di mulai tanggal 18- 29 Mei 2017. Pada
partisipan 1 dilakukan selama 12 hari dan partisipan 2 dilakukan selama 6
hari dimulai tanggal 24-29 Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian adalah semua pasien fraktur
yang mengalami gangguan kebutuhan istirahat dan tidur di Ruangan
Trauma Center (TC) Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang. Populasi pasien
fraktur di RSUP Dr. M. Djamil padang didapatkan satu tahun terakhir 466
pasien pada bulan Januari sampai Desember 2017. Populasi saat penelitian
dimulai yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017 berjumlah 5 orang
pasien fraktur, 2 dari 5 pasien mengalami gangguan istirahat dan tidur.

2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik sampling merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,
sehingga jumlah sampel akan mewakili populasi (Hidayat, 2012).

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Dalam


penelitian ini sampel yang diambil 2 (dua) orang pasien fraktur yang
mengalami gangguan pola tidur dengan cara lotre sederhana pada bulan
Januari sampai Juni.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien dengan diagnosa medis fraktur yang mengalami
gangguan istirahat dan tidur.
2) Pasien bersedia diberikan asuhan keperawatan oleh peneliti.
3) Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif
4) Pasien fraktur dengan rawatan hari pertama

b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien fraktur yang mengalami penurunan kesadaran
2) Pasien fraktur yang dirawat kurang dari 5 hari

Semua kriteria inklusi pada penelitian ini terpenuhi dan tidak ada
partisipan yang dikeluarkan.

D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format
tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai
dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.
Menurut Dinarti, dkk (2009) pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan
terdiri dalam 5 tahap sebagai berikut:
1) Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, nama,
No.RM jenis kelamin, tempat tanggal lahir, status kawin, umur,
pendidikan, pekerjaan, alamat, alasan masuk, tanggal masuk, diagnose
medis.
2) Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf teratasinya masalah. Diagnosa
keperawatan disusun berdasarkan prioritas.
3) Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria evaluasi,
intervensi,
4) Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
5) Format evaluasi keperawatan

E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Menurut Keliat, dkk (2005) data primer adalah data yang langsung
didapat oleh pasien. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, seperti berikut ini :
1) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh pasien.
2) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarga.

b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta
dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh
peneliti berupa dokumentasi data pasien fraktur yang terganggu
istirahat dan tidur diperoleh dari Medical Record RSUP. Dr. Djamil
Padang.
2. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data
penelitian. Alat ukur pengumpulan data antara lain wawancara,
pengukuran dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topic tertentu. Wawancara dilakukan kepada pasien dan
keluarga secara jelas untuk mendapatkan informasi sekunder dengan
tepat. Dalam penelitian ini wawancara mendapatkan informasi
sekunder dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin
(Sugiyono, 2016). Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan data
tentang identitas pasien dan penanggung jawab, keluhan saat masuk
keluhan saat dikaji, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan pemeriksaan secara langsung kepada partisipan penelitian
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan
keadaan normal. Dalam metode pemeriksaan fisik ini, penelitian
melakukan pemeriksaan meliputi : keadaan umum partisipan dan
pemeriksaan head to toe pemeriksaan dilakukan dengan IPPA (Inpeksi,
Palpasi, Perkusi dan Auskultasi), dan pengukuran tekanan darah. Suhu,
nadi tinggi badan, berat badan, dan lain-lain.

c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun
Dokumentasi dapat berupa rekam medik hasil rumah sakit, kartu
stasus pasien (Supardi, 2013).
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Peneliti meminta surat rekomendasi ke RSUP. Dr. Djamil Padang.
c. Peneliti meminta izin ke Diklat RSUP. Dr. Djamil Padang.
d. Peneliti meminta izin ke Kepala Ruangan Trauma Center (TC)
Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang.
e. Peneliti mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada
responden.
f. Peneliti memberikan Informed Consent kepada responden dan
mendatangani Informed Consent tersebut untuk bersedia diberikan
asuhan keperawatan oleh peneliti.

G. Rencana Analisa
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada kedua pasien fraktur dengan gangguan
istirahat dan tidur. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa, merancanakan
tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan
dinarasikan dan melihat perbedaan antara partisipan 1 dengan partisipan 2,
kemudian dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan gangguan
istirahat dan tidur pada pasien fraktur. Analisa yang dilakukan adalah
untuk menentukan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Hasil
Pada bab ini peneliti membahas tentang proses asuhan keperawatan pada
partisipan 1 yang dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai 29 Mei Mei 2017
dan partisipan 2 yang dilakukan pada tanggal 24 Mei sampai 29 Mei 2017
di Ruangan Trauma Center (TC) Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Partisipan 1 Ny. Y dengan usia 42 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga,
sudah menikah, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, dengan
diagnosa medis Multifle Fraktur, penanggung jawab Ny. S bekerja sebagai
ibu rumah tangga, alamat Kuranji Padang, hubungan dengan pasien adik
ipar suami. Dan paritisipasn 2 Tn. M dengan usia 26 tahun, bekerja sebagai
swasta, belum menikah, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, dengan
diagnosa fraktur metatarsal digiti 1,2,3,4,5. Penangugung jawab Tn. P
bekerja perikanan, alamat Sipora Utara Mentawai, hubungan dengan pasien
orang tua.

Prinsip dari pembahasan ini dibuat dengan memperhatikan teori proses


keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan sampai
evaluasi keperawatan terhadap masalah yang muncul.

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan partisipan 1 dan partisipan 2 didapatkan
pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr. M. Djamil PadangPada Tahun 2017

Partisipan 1 Partisipan 2

Ny.Y datang dengan keluhan nyeri Tn.M datang dengan keluhan nyeri luka
luka terbuka di lengan kiri, kaki kanan robek pada kaki kanan dan sudah di
dan kiri. heating post trauma, luka sudah di
debridement.

Saat dilakukan pengkajian pada Saat dilakukan pengkajian tanggal 24


tanggal 18 Mei 2017, pasien Mei 2017, pasien mengatakan tidak
mengatakan tidur terganggu bisa beristirahat sakit pada jari-jari
disebabkan kesakitan di seluruh badan kaki, Tn.M mengatakan tidur pada
yang terkena fraktur. Ny.Y siang hari ± setengah jam dan malam
mengatakan tidur pada siang hari ± hari pasien mengatakan tidur 4 jam,
setengah jam dan malam hari pasien Tn.M tidak bisa tidur nyeri pada ujung
mengatakan tidur 3 jam, pasien tidak kaki, lingkungan ruangan yang panas,
bisa tidur seluruh tubuh mengalami dan kebisingan yang membuat tidur
kesakitan karana nyeri yang membuat terganggu pada pasien. Tn.M
tidur terganggu, dan pasien memikirkan penyakitnya yang
mengatakan tidak bisa tidur membuat tidak dapat bekerja dan
lingkungan yang panas. Pada siang berjalan kembali. Dan kebisingan dari
hari Ny.Y tidak bisa beristirahat pasien lain membuat istirahat Tn.M
keluarga selalu banyak mengunjungi terganggu.
pasien pada siang hari, dan kebisingan
dari pasien lain yang membuat pasien
tertambah terganggu dengan istirahat.

Ny.Y mengatakan baru pertama kali Tn.M mengatkan baru pertama kali
dirawat di rumah sakit, dan pasien dirawat di rumah sakit dan pasien
mengatakan tidak ada mempunyai mengatakan tidak ada mempunyai
riwayat sukar tidur dan insomnia, dan riwayat sukar tidur dan insomnia, klien
pasien memenuhi setiap hari tidur memenuhi setiap hari tidur sebelum
sebelum masuk rumah sakit. masuk rumah sakit.

Pola aktivitas sehari-hari, Pola aktivitas sehari-hari


istirahat/tidur saat sakit, siang : pasien istirahat/tidur : saat sakit : siang : ±
tidak bisa tidur siang, klien hanya tidur setengah jam, pasien tidak dapat tidur
± setengah jam sakit patah tulang yang pada siang hari sakit kaki yang
membuat pasien tidak nyaman untuk membuat pasien tidak nyaman untuk
istirahat, dan keluarga selalu banyak istirahat, selain nyeri pada kaki yang
mengunjungi pasien pada siang hari, membuat pasien tidak tidur kondisi
dan kebisingan dari pasien lain yang suhu ruangan membuat pasien
membuat pasien bertambah terganggu terganggu untuk istirahat. Pada saat
dengan istirahatnya. Pada malam hari malam hari pasien hanya tidur ± 3-4
pasien hanya tidur ± 2-3 jam, pasien jam, pasien sering terbangun sakit
sering terbangun akibat sakit akibat akibat nyeri patah tulangnya dan
nyeri patah tulangnya dan lingkungan terkadang malam tidak bisa tidur, dan
rumah sakit dengan suhu ruangan yang suhu ruangan yang membuat pasien
membuat pasien tidak dapat tidur tidak dapat tidur dengan adekuat, selain
dengan nyenyak. Saat aktivitas dan dengan suhu ruangan yang panas pasien
latihan pasien bekerja sebagai ibu juga tidak dapat tidur karna kebisingan
rumah tangga dan bisa melakukan pasien lain yang sering bertering
aktivitas seperti biasanya, sakit : membuat pasien tidak dapat tidur untuk
pasien tidak bisa menggerakan yang malam hari. Saat aktivitas dan latihan
semua tubuhnya patah, pasien hanya pasien bekerja sebagai swasta dan bisa
berbaring di atas tempat tidur dan melakukan aktivitas seperti biasanya,
aktivitas dibantu oleh keluarga. dan sakit pasien hanya berbaring di atas
tempat tidur dan aktivitas dibantu oleh
Hasil pemeriksaan fisik yang keluarga.
dilakukan pada pasien didapatkan data
tampak lemah, lelah, lesu, keletihan, Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan
gelisah, pucat, kecemasan dan pada pasien didapatkan data tampak
kesakitan, tanda-tanda vital, tekanan kondisi lemah, lelah, gelisah, pucat,
darah : 120/70 mmHg, nadi : 83 x/i, kecemasan dan kesakitan, tanda-tanda
pernafasan : 22 x/i, suhu : 36,7 0C. vital, tekanan darah 110/80 mmHg,
Mata kelihatan cekung, memiliki nadi : 86 x/i, pernafasan : 20 x/i, suhu :
kantong mata, mata memerah, ada 36,2 0C. Mata kelihatan cekung,
lingkaran hitam di mata. Ada luka memiliki kantong mata, mata memerah.
jahitan memar warna biru di kelopak Bibir terlihat pucat. Pada data
mata kiri dengan ukuran 2,5 cm. Bibir psikologis, pasien tampak gelisah,
terlihat pucat. Pada data psikologis, lemah, lelah, pucat, dan kesakitan,
pasien tampak lemah, gelisah, pucat, karana nyeri pada kaki, pasien tampak
dan kesakitan, karna nyeri yang meringis.
dialami, meringis.

Program pengobatan :Ceftriaxon 2X1 Program pengobatan :Ceftriaxone 2X1


gr, Leveploxaan 1X750, Ranitidin gr, Ranitidin 2X1, RL, Parasitamol
2X1, Tramadol 3X1, Ketorolac, RL, (kapan nyeri). Terpasang spalk di kakik
Parasitamol (kapan nyeri). Terpasang
spalk di kaki dan tangan

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil dari pengakajian yang dilakukan pada partisipan 1 dan partisipan 2


dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat DannTidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017

Partisipan 1 Partisipan 2

Diagnosa keperawatan selama pasien Diagnosa keperawatan selama pasien


dirawat oleh peneliti mulai tanggal 18- dirawat oleh peneliti mulai tanggal 24-
29 Mei 2017 ditemukan sebagai 29 Mei 2017 ditemukan sebagai
berikut : berikut :
1. Gangguan pola tidur
1. Gangguan pola tidur berhubungan suhu lingkungan
berhubungan dengan suhu sekitar
lingkungan sekitar ditandai oleh Ditandai oleh
Data subjektif : pasien mengatakan Data subjektif pasien mengatakan
sering terbangun tengah malam, sering terbangun tengah malam,
sulit untuk tidur, tidur pasien sulit untuk tidur dan tidur pasien
pendek, tidak puas tidur, pasien pendek, pasien mengatakan tidak
tidur hanya 3 jam dimalam, pasien puas tidur, tidur hanya 4 jam, suhu
mengatakan suhu ruagan panas, dan ruagan panas, dan kebisingan dari
kebisingan dari orang lain. orang lain.

Data objektif pasien tampak lesu, Data objektif pasien tampak lesu,
lemah, tamapk mengantuk, kurang lemah, kurang semangat, ada
semangat, ada kantung mata, mata kantung mata, kurang semangat,
kemerahan. tampak mengantuk.

2. Insomnia berhubungan dengan


2. Deprivasi tidur berhubungan ketidaknyamanan fisik (nyeri)
dengan ketidaknyamanan lama Ditandai oleh
(mis, fisik, psikologis) Data subjektif pasien mengatakan
Ditandai oleh sulit memulai tidur, selalu
Data subjektif pasien mengatakan memikirkan tentang penyakit yang
sulit untuk tidur, nyeri pada kaki dan dideritannya, takut tidak dapat
tangan, sering terbangun malam bekerja, kurang puas tidur, tidur
hari, pasien mengatakan takut tidak nyenyak, nyeri pada kaki
terhadap dirinya tidak bisa berjalan yang membuat sering terbangun
kembali. malam.
Data objektif pasien terlihat
pendiam pada wajah, ada lingkaran Data objektif pasien tampak
hitam sekeliling mata, tampak banyak diam, murung, kurang
meringis kesakitan, tampak lesu, semangat, lemas dan lesu, tampak
tampak lemas, dan tampak gelisah. mengantuk.

3. Insomnia berhubungan dengan 3. Deprivasi tidur berhubungan


ketidaknyamanan fisik (nyeri) dengan ketidaknyamanan lama
Ditandai oleh (mis, fisik, psikologi)
Data subjektif pasien mengatakan Ditandai oleh
sulit memulai tidur, cemas terhadap Data subjektif pasien mengatakan
penyakinya, takut tidak dapat sulit untuk tidur, kebisingan dari
berjalan, kurang puas tidur, tidur pasien lain, nyeri pada kaki yang
tidak nyenyak, nyeri pada kaki dan membuat pasien sering terbangun
tangan yang membuat pasien sering malam hari, pasien mengatakan
terbangun tengah malam. takut terhadap dirinya tidak bisa
bekerja kembali.
Data objektif pasien tampak banyak
diam, murung, kurang semangat, Data objektif terlihat pada wajah
tampak lesu dan lemas. pasien di sekeliling mata ada
lingkaran hitam, tampak meringis,
tampak gelisah.

3. Intervensi Keperawatan
Hasil dari data analisa dan diagnosa keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan
Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil PadangPada Tahun 2017

Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana keperawatan yang berkaitan Rencana keperawatan yang berkaitan
dengan diagnosa pasien adalah sebagai dengan diagnosa pasien adalah sebagai
berikut : berikut :
1. Gangguan pola tidur 1. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu berhubungan dengan suhu
lingkungan sekitar lingkungan sekitar
NOC : NOC :
a. Sleep a. Sleep
1) Waktu tidur tidak terganggu. 1. Waktu tidur tidak
2) Pola tidur tidak terganggu. terganggu.
3) Kualitas tidur tidak 2. Pola tidur tidak terganggu.
terganggu. 3. Kualitas tidur tidak
4) Kesulitan untuk tidur tidak terganggu.
terjadi. 4. Kesulitan untuk tidur tidak
5) Perasaan segar setelah tidur terjadi.
6) Tidur hanya sebentar 5. Perasaan segar setelah tidur
7) Tanda-tanda vital normal 6. Tidur hanya sebentar
b. Fatigue : Disruptivr Effects 7. Tanda-tanda vital normal
1) Tidak terjadi malaise, latargi. b. Fatigue : Disruptivr Effects
2) Penurunan energy tidak 1. Tidak terjadi malaise,
terjadi. latargi.
c. Comfort Status : Environment 2. Penurunan energy tidak
1) Suhu ruangan tidak terjadi.
bermasalah. c. Comfort Status : Environment
2) Lingkungan kondusif untuk 1. Suhu ruangan tidak
tidur. bermasalah.
3) Lingkungan bersih, tertib. 2. Lingkungan kondusif untuk
tidur.
NIC 3. Lingkungan bersih, tertib.
a. Sleep Enchancement
1) Tentukan pola aktifitas/ tidur NIC
pasien dan catat hubungan a. Sleep Enchancement
factor-faktor fisik (misalnya : 1. Tentukan pola aktifitas/
nyeri atau ketidaknyamanan) tidur pasien dan catat
atau factor-faktor psikologis hubungan factor-faktor fisik
yang dapat membantu pola (misalnya : nyeri atau
tidur pasien. ketidaknyamanan) atau
2) Tentukan efek pengobatan factor-faktor psikologis
pasien terhadap pola tidur yang dapat membantu pola
pasien. tidur pasien.
3) Monitor/catat pola tidur, 2. Tentukan efek pengobatan
jumlah waktu tidur pasien. pasien terhadap pola tidur
4) Monitoring pola tidur, dan pasien.
catat tanda fisik yang dapat 3. Monitor/catat pola tidur,
mengganggu tidur. jumlah waktu tidur pasien.
5) Bantu untuk mengurangi 4. Monitoring pola tidur, dan
situasi yang bisa membuat catat tanda fisik yang dapat
pasien stress sebelum tidur. mengganggu tidur.
6) Diskusikan dengan pasien 5. Bantu untuk mengurangi
dan keluarga terkait teknik situasi yang bisa membuat
meningkatkan kualitas tidur. pasien stress sebelum tidur.
7) Sediakan pamflet dengan 6. Diskusikan dengan pasien
informasi tentang teknik dan keluarga terkait teknik
peningkatan tidur. meningkatkan kualitas
b. Enviromental Management : tidur.
Comfort 7. Sediakan pamflet dengan
1) Tentukan tujuan pasien dan informasi tentang teknik
keluarga untuk pengelolaan peningkatan tidur.
lingkungan dan kenyamanan b. Enviromental Management :
yang optimum Comfort
2) Ciptakan lingkungan yang 1. Tentukan tujuan pasien dan
tenang dan mendukung keluarga untuk pengelolaan
3) Berikan lingkungan yang lingkungan dan
aman dan bersih. kenyamanan yang optimum
4) Menyesuaikan suhu ruangan 2. Ciptakan lingkungan yang
untuk yang paling nyaman tenang dan mendukung
bagi pasien. 3. Berikan lingkungan yang
5) Fasilitasi kenyamann pasien. aman dan bersih.
4. Menyesuaikan suhu
ruangan untuk yang paling
nyaman bagi pasien.
5. Fasilitasi kenyamann
pasien.

2. Deprivasi tidur berhubungan 2. Insomnia berhubungan dengan


dengan ketidaknyaman lama ketidaknyaman fisik (nyeri).
(misal: fisik, psikologis) NOC
NOC Setelah dilakukan intervensi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan kriteria hasil:
keperawatan dengan kriteria hasil: 1. Tidur
1. Tidur a. Jam tidur yang diobservasi
a. Jam tidur yang diobservasi b. Pola tidur
b. Pola tidur c. Kualitas tidur
c. Kualitas tidur d. Efisiensi tidur
d. Efisiensi tidur e. Perasaan segar setelah
e. Perasaan segar setelah tidur tidur
f. Tempat tidur yang nyaman f. Tempat tidur yang
g. Suhu ruangan yang nyaman nyaman
2. Status Kenyamanan: Fisik g. Suhu ruangan yang
a. Posisi yang nyaman nyaman
b. Intake makanan 2. Status Kenyamanan:
c. Intake cairan Lingkungan
d. Tingkat energi a. Lingkungan yang
e. Kepatenan jalan nafas kondusif untuk tidur
NIC b. Pencahayaan ruangan
1. Manajemen Lingkungan: c. Tempat tidur yang
Kenyamanan nyaman
a. Pertimbangan penempatan 3. Status Pernafasan: Ventilasi
pasien di kamar dengan a. Frekuensi pernafasan
beberapa tempat tidur b. Irama pernafasan
(teman sekamar dengan NIC
masalah lingkungan yang 1. Manajemen Lingkungan:
sama bila memungkinkan) Kenyamanan
b. Sediakan kamar terpisah a. Pertimbangan penempatan
jika terdapat preferensi dan pasien di kamar dengan
kebutuhan pasien (dan beberapa tempat tidur
keluarga) untuk (teman sekamar dengan
mendapatkan ketenangan masalah lingkungan yang
dan istirahat, jika sama bila memungkinkan)
memungkinkan b. Sediakan kamar terpisah
c. Hindari gangguan yang jika terdapat preferensi dan
tidak perlu dan berikan kebutuhan pasien (dan
untuk waktu istirahat keluarga) untuk
d. Ciptakan lingkungan yang mendapatkan ketenangan
tenang dan mendukung dan istirahat, jika
e. Sediakan lingkungan yang memungkinkan
aman dan bersih c. Hindari gangguan yang
f. Sesuaikan suhu ruangan tidak perlu dan berikan
yang paling menyamankan untuk waktu istirahat
individu, jika d. Ciptakan lingkungan yang
memungkinkan tenang dan mendukung
e. Sediakan lingkungan yang
2. Peningkatan Tidur aman dan bersih
a. Tentukan pola f. Sesuaikan suhu ruangan
tidur/aktivitas pasien yang paling menyamankan
b. Tentukan efek dari obat individu, jika
(yang dikonsumsi) pasien memungkinkan.
terhadap pola tidur
c. Monitor/catat pola tidur 2. Peningkatan Tidur
pasien dan jumlah jam tidur a. Tentukan pola
d. Monitor pola tidur pasien tidur/aktivitas pasien
dan kondisi fisik b. Tentukan efek dari obat
e. Sesuaikan lingkungan (yang dikonsumsi) pasien
(misalnya cahaya, terhadap pola tidur
kebisingan, suhu, kasur, c. Monitor/catat pola tidur
dan tempat tidur) untuk pasien dan jumlah jam tidur
meningkatkan tidur d. Monitor pola tidur pasien
f. Ajarkan pasien bagaimana dan kondisi fisik
melakukan relaksasi otot e. Sesuaikan lingkungan
autogenik atau bentuk non (misalnya cahaya,
farmakologi lainnya untuk kebisingan, suhu, kasur, dan
memancing tidur. tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
f. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan relaksasi otot
autogenik atau bentuk non
farmakologi lainnya untuk
memancing tidur.
3. Insomnia berhubungan dengan 3. Deprivasi tidur berhubungan
ketidaknyaman fisik (nyeri). dengan ketidaknyaman lama
NOC (misal: fisik, psikologis)
Setelah dilakukan intervensi
NOC
keperawatan dengan kriteria hasil:
Setelah dilakukan intervensi
1. Tidur
keperawatan dengan kriteria hasil:
a. Jam tidur yang diobservasi 1. Tidur
b. Pola tidur a. Jam tidur yang diobservasi
c. Kualitas tidur b. Pola tidur
d. Efisiensi tidur c. Kualitas tidur
e. Perasaan segar setelah tidur d. Efisiensi tidur
f. Tempat tidur yang nyaman e. Perasaan segar setelah tidur
g. Suhu ruangan yang nyaman f. Tempat tidur yang nyaman
2. Status Kenyamanan: g. Suhu ruangan yang nyaman
Lingkungan 2. Status Kenyamanan: Fisik
a. Lingkungan yang kondusif a. Posisi yang nyaman
untuk tidur
b. Intake makanan
b. Pencahayaan ruangan
c. Tempat tidur yang nyaman c. Intake cairan
3. Status Pernafasan: Ventilasi d. Tingkat energi
a. Frekuensi pernafasan e. Kepatenan jalan nafas
b. Irama pernafasan
NIC
NIC 1. Manajemen Lingkungan:
Kenyamanan
1. Manajemen Lingkungan:
a. Pertimbangan penempatan
Kenyamanan
a. Pertimbangan penempatan pasien di kamar dengan
pasien di kamar dengan beberapa tempat tidur
beberapa tempat tidur (teman sekamar dengan
(teman sekamar dengan masalah lingkungan yang
masalah lingkungan yang sama bila memungkinkan)
sama bila memungkinkan) b. Sediakan kamar terpisah
b. Sediakan kamar terpisah
jika terdapat preferensi dan
jika terdapat preferensi dan
kebutuhan pasien (dan kebutuhan pasien (dan
keluarga) untuk keluarga) untuk
mendapatkan ketenangan mendapatkan ketenangan
dan istirahat, jika dan istirahat, jika
memungkinkan memungkinkan
c. Hindari gangguan yang c. Hindari gangguan yang
tidak perlu dan berikan
tidak perlu dan berikan
untuk waktu istirahat
d. Ciptakan lingkungan yang untuk waktu istirahat
tenang dan mendukung d. Ciptakan lingkungan yang
e. Sediakan lingkungan yang tenang dan mendukung
aman dan bersih e. Sediakan lingkungan yang
f. Sesuaikan suhu ruangan aman dan bersih
yang paling menyamankan
f. Sesuaikan suhu ruangan
individu, jika
memungkinkan. yang paling menyamankan
individu, jika
2. Peningkatan Tidur memungkinkan
a. Tentukan pola tidur/aktivitas
pasien 2. Peningkatan Tidur
b. Tentukan efek dari obat a. Tentukan pola
(yang dikonsumsi) pasien tidur/aktivitas pasien
terhadap pola tidur b. Tentukan efek dari obat
c. Monitor/catat pola tidur
(yang dikonsumsi) pasien
pasien dan jumlah jam tidur
terhadap pola tidur
d. Monitor pola tidur pasien c. Monitor/catat pola tidur
dan kondisi fisik pasien dan jumlah jam tidur
e. Sesuaikan lingkungan d. Monitor pola tidur pasien
(misalnya cahaya,
dan kondisi fisik
kebisingan, suhu, kasur, dan
tempat tidur) untuk e. Sesuaikan lingkungan
meningkatkan tidur (misalnya cahaya,
f. Ajarkan pasien bagaimana kebisingan, suhu, kasur, dan
melakukan relaksasi otot tempat tidur) untuk
autogenik atau bentuk non meningkatkan tidur
farmakologi lainnya untuk f. Ajarkan pasien bagaimana
memancing tidur. melakukan relaksasi otot
autogenik atau bentuk non
farmakologi lainnya untuk
memancing tidur.

4. Implementasi Keperawatan
Hasil dari intervensi keperawatan pada partidipan 1 dan partisipan 2 didapatkan
pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan
Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017

Partisipan 1 Partisipan 2

Implementasi keperawatan dilakukan Implementasi keperawatan dilakukan


yang terkait dengan diagnosa pasien yang terkait dengan diagnosa pasien
adalah sebagai berikut : adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pola tidur 1. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu berhubungan dengan suhu
lingkungan sekitar lingkungan sekitar
Tindakan yang dilakukan tanggal Tindakan yang dilakukan tanggal
18-29 Mei 2017 yaitu : 24-29 Mei 2017 yaitu :
a. Mengobservasi skala nyeri a. Mengobservasi skala nyeri yang
yang membuat terganggu pola membuat terganggu pola tidur
tidur pasien pasien
b. Menanyakan efek pemberian b. Menanyakan efek pemberian
obat nyeri. obat nyeri.
c. Menanyakan kesulitan tidur c. Menanyakan kesulitan tidur
pasien pasien
d. Menyesuaikan suhu ruangan / d. Menyesuaikan suhu ruangan /
membawa kipas angin membawa kipas angin
e. Membatasi pengunjung. e. Membatasi pengunjung.
f. Menyampaikan kepada f. Menyampaikan kepada keluarga
keluarga tidak bicara saat tidak bicara saat pasien tidur
pasien tidur g. Mengatur cahaya ruangan
g. Mengatur cahaya ruangan sebelum tidur/ mematikan
sebelum tidur/ mematikan lampu.
lampu. h. Memberikan obat nyeri untuk
h. Memberikan obat nyeri untuk dapat pasien tidur, ranitidine 1
dapat pasien tidur, ranitidine 1 ampl.
ampl, tramadol, dan RL drip i. Mengajarkan teknik
ketorolac. relaksasi/nafas dalam.
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.

2. Deprivasi tidur berhubungan 2. Insomnia berhubungan dengan


dengan ketidaknyamanan lama ketidaknyamanan fisik (nyeri)
(mis : fisik, psikologi) Tindakan yang dilakukan tanggal
Tindakan yang dilakukan tanggal 24-29 Mei 2017 yaitu :
18-29 Mei 2017 yaitu : a. Menentukan skala nyeri yang
a. Menganti alat tenun yang membuat terganggu pola tidur
bersih untuk pasien pasien
b. Membatasi peralatan atau b. Membersihkan tempat tidur
barang-barang pasien yang pasien
tidak berkaitan dengan pasien c. Membatasi peralatan atau
c. Membatasi pengunjung barang- barang pasien yang
d. Memberikan suhu ruangan tidak berkaitan dengan pasien
yang nyaman/memberi tahu d. Menyampaikan kepada keluarga
kepada keluarga untuk tidak bicara dengan pasien saat
membuka ventilasi tidur
e. Menyampaikan kepada e. Memberikan obat ranitidine 1
keluarga tidak bicara dengan ampl.
pasien saat tidur f. Menanyakan efek pemberian
f. Memberikan obat ranitidin, obat nyeri, terhadap penurunan
tramadol, dan RL drip rasa nyeri untuk dapat istirahat
ketorolac. g. Mengajarkan teknik relaksasi/
g. Menanyakan efek pemberian relaksasi nafas dalam
obat nyeri, terhadap penurunan h. Membatasi pengunjung
rasa nyeri untuk dapat istirahat
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam

3. Insomnia berhubungan dengan 3. Deprivasi tidur berhubungan


ketidaknyamanan fisik (nyeri) dengan ketidaknyamanan lama
Tindakan yang dilakukan tanggal (mis : fisik, psikologi)
18-29 Mei 2017 yaitu : Tindakan yang dilakukan tanggal
a. Mengobservasi skala nyeri 24-29 Mei 2017 yaitu :
yang membuat terganggu pola a. Menganti alat tenun yang bersih
tidur pasien untuk pasien
b. Membersihkan tempat tidur b. Membatasi peralatan atau
pasien barang-barang pasien yang tidak
c. Membatasi peralatan atau berkaitan dengan pasien
barang-barang pasien yang c. Membatasi pengunjung
tidak berkaitan dengan pasien d. Memberikan suhu ruangan yang
d. Menyampaikan kepada nyaman/memberi tahu kepada
keluarga tidak bicara dengan keluarga untuk membawa kipas
pasien saat tidur angin
e. Memberikan obat ranitidin, e. Menyampaikan kepada keluarga
tramadol, dan RL drip tidak bicara dengan pasien saat
ketorolac. tidur
f. Menanyakan efek pemberian f. Memberikan obat ranitidine 1
obat nyeri, terhadap penurunan ampl.
rasa nyeri untuk dapat istirahat g. Menanyakan efek pemberian
g. Mengajarkan teknik relaksasi/ obat nyeri, terhadap penurunan
relaksasi nafas dalam. rasa nyeri untuk dapat istirahat.
h. Membatasi pengunjung h. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam.

5. Evaluasi Keperawatan
Hasil dari tindakan keperawatan pada partidipan 1 dan partisipan 2 didapatkan
hasil pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Pada Pasien Fraktur Di Ruang Trauma Center (TC) Bedah
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017

Partisipan 1 Partisipan 2

Evaluasi keperawatan yang dilakukan Evaluasi keperawatan yang dilakukan


pada pasien selama hari rawatan pada pasien selama hari rawatan
tanggal 18-29 Mei 2017 pada diagnosa tanggal 18-29 Mei 2017 pada diagnosa
pasien yaitu : pasien yaitu :
1. Gangguan pola tidur 1. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu berhubungan dengan suhu
lingkungan sekitar lingkungan sekitar
Evaluasi keperawatan setelah Evaluasi keperawatan setelah
dilakukan implementasi selama 12 dilakukan implementasi selama 6
hari masalah gangguan pola tidur hari masalah gangguan pola tidur
belum terpenuhi ditandai dengan sudah terpenuhi ditandai dengan
pasien mengatakan tidur tidak pasien mengatakan tidur sudah
nyenyak, sering terbangun tengah nyenyak, tidak sering terbangun
malam, tidur pendek, dan sulit tengah malam. Pasien tampak
untuk memulai tidur, mengatakan mengantuk lebih segar, tidak letih,
nyeri pada kaki dan tangan. Pasien ceria, dan tidak ada kantung mata,
tampak mengantuk, lesu, letih, tidak ada garis lingkaran hitam di
lelah, ada kantung mata. Hasil mata pasien sudah pulang. Hasil
analisa bahwa kebutuhan tidur analisa bahwa kebutuhan tidur
pasien belum terpenuhi, lanjutkan pasien terpenuhi, intervensi
intervensi. dihentikan.

2. Deprivasi tidur berhubungan 2. Insomnia berhubungan dengan


dengan ketidaknyamanan lama ketidaknyamanan fisik (nyeri)
(misal : fisik, psikologis) Evaluasi keperawatan setelah
Evaluasi keperawatan setelah dilakukan implementasi selama 6
dilakukan implementasi selama 12 hari masalah gangguan pola tidur
hari masalah gangguan pola tidur sudah terpenuhi ditandai dengan
belum terpenuhi ditandai dengan pasien mengatakan sudah bisa tidur
pasien mengatakan sering nyenyak, tidak sering terbangun
terbangun tengah malam, sulit tengah malam, nyeri sudah
untuk memulai tidur. Pasien berkurang, skala nyeri 3. Pasien
tampak mengantuk, tampak lesu, tampak mengantuk lebih segar, tidak
letih, lelah, ada kantung mata. letih, ceria, dan tidak ada kantung
Hasil analisa bahwa deprivasi tidur mata, tidak ada garis lingkaran
belum terpenuhi, lanjutkan hitam di mata pasien sudah pulang.
intervensi. Hasil analisa bahwa kebutuhan tidur
pasien terpenuhi, intervensi
dihentikan.

3. Insomnia berhubungan dengan 3. Deprivasi tidur berhubungan


ketidaknyamanan fisik dengan ketidaknyamanan lama
Evaluasi keperawatan setelah (mis : fisik, psikologis)
dilakukan implementasi selama 12 Evaluasi keperawatan setelah
hari masalah gangguan pola tidur dilakukan implementasi selama 6
belum terpenuhi ditandai dengan hari masalah gangguan pola tidur
pasien mengatakan sulit memulai sudah terpenuhi ditandai dengan
tidur, sering terbangun tengah pasien mengatakan sudah bisa tidur
malam, tidur pendek, sulit untuk nyenyak, tidak sering terbangun
memulai tidur, pasien mengatakan tengah malam Pasien tampak segar,
nyeri pada kaki dan tangan tidak letih, ceria, dan tidak ada
membuat tidak bisa tidur, skala kantung mata, tidak ada garis
nyeri 6. Pasien tamapk lesu, lingkaran hitam di mata. Hasil
tampak ada kantong mata, tampak analisa bahwa kebutuhan tidur
letih, tampak meringis dan gelisah. pasien terpenuhi, intervensi
Hasil analisa bahwa insomnia dihentikan.
belum terpenuhi, lanjutkan
intervensi.
B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian terkait masalah gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur ditemukan data bahwa partisipan 1 dan partisipan 2
datang kerumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu nyeri pada kaki,
kedua mengaggu pola tidur. Saat dilakukan pengakajian pada partsipan
1 didapatkan data bahwa tidak bisa tidur dikarenakan seluruh tubuh
mengalami kesakitan karana nyeri yang membuat tidur terganggu, dan
pasien mengatakan tidak bisa tidur lingkungan yang panas. Sedangkan
pada partisipan 2 didapatkan data bahwa pasien mengeluhkan tidak bisa
tidur nyeri pada ujung kaki, cemas terhadap dirinya yang tidak dapat
bekerja, lingkungan ruangan yang panas, dan kebisingan yang
membuat tidur terganggu pada pasien. Mata terlihat kemerahan,
mengantuk, ada lingkaran hitam di mata.

Perbedaan yang didapatkan antara partisipan 1 dan partisipan 2 adalah


nyeri yang mengganggu istirahat dan kecemasan yang terjadi pada
dirinya. Dimanan pada partisipan 1 mengeluhkan nyeri yang hebat pada
seluruh badan pasien yang membuat tidak bisa beristirahat dengan
nyenyak dan sering terbangun tenggah malam, sehingga susah untuk
memulai tidur kembali. Sedangkan partisipan 2 hampir sama dengan
partisipan 1 sama mengeluhkan nyeri pada kaki, tapi partisipan 1 lebih
banyak memikirkan penyakitnya yang tidak dapat bekrja kembali, yang
membuat pasien sulit untuk tidur dan sering terbangun tengah malam.

Penyakit dapat menyebabkan nyeri dan distress fisik yang dapat


menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu
tidur yang lebih banyak dari pada biasanya. Disimping itu, siklus
bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
Menurut Lukitaningsih, 2012 istirahat dan tidur pada muskuloskeletal
yang disebabkan oleh gangguan nyeri yang terjadi sepanjang waktu
yang lama sering mengakibatkan ketidakmampuan pasien untuk dapat
istirahat, dan aktivitas fisik membuat istirahat terganggu. Penyakit
dapat menyebabkan nyeri dan distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang
lebih banyak dari pada biasanya. Disamping itu, siklus bangun tidur
selama sakit juga dapat mengalami gangguan. Ansietas dan depresi
sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat
meningkatkan kadar norephinefrin darah melalui stimulasi sistem saraf
simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM
tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur. (Ambarwati,
2014). Pada kedua kasus gangguan istirahat dan tidur pasien fraktur
diatas dapat dilihat bahwa kedua memiliki maslah utama yang berbeda
yang membuat pola tidur terganggu yaitu pada kasus satu adalah
masalah nyeri dan yang kedua adalah masalah stress psikologi.

Pemeriksaan fisik pada partisipan 1 dilakukan tanggal 18 Mei 2017


didapatkan pasien terlihat lemah, lelah, lesu, keletihan, gelisah, pucat,
kecemasan dan kesakitan, tanda-tanda vital, tekanan darah : 120/70
mmHg, nadi : 83 x/i, pernafasan : 22 x/i, suhu : 36,7 0C. Mata kelihatan
cekung, memiliki kantong mata, mata memerah, ada lingkaran hitam
dibawah mata. Bibir terlihat pucat. Pada data psikologis, pasien tampak
lemah, gelisah, pucat, dan kesakitan, karna nyeri yang dialami, meringis.
Pada partisipan 2 dilakukan tanggal 24 Mei 2017 didapatkan pasien
terlihat lemah, lelah, gelisah, pucat, kecemasan dan kesakitan, tanda-
tanda vital, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 86 x/i, pernafasan : 20
x/i, suhu : 36,2 0C. Mata kelihatan cekung, memiliki kantong mata,
mata memerah. Wajah pucat, dan bibir terlihat pucat. Pada parisipan 1
ditemukan bahwa pasien tampak gelisah dan cemas, pasien ingin cepat
pulang kerumah, pasien mengatakan takut dengan keadaanya saat ini.
Pada partisipan 2 pasien tanpak cemas, pasien mengatakan takut dengan
penyakit yang dialaminya, cemas terhadap diri tidak dapat berjalan
kembali.

Rencana yang tindakan keperawatan untuk pasien pulang, perawat tidak


mementingkan kebutuhan istirahat pasien terhadap penyakit yang
membuat pasien tidak dapat beristirahat dengan nyenyak, dan
mengajarkan kepda pasien untuk selalu memulai tidur lebih cepat, dan
menghilangkan pikiran yang akan membuat pasien tidak dapat
beristirahat, dan mengajarkan teknik nafas dalam.

Stress, ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.


Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norephinefrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya
siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat
tidur. (Ambarwati, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis terhadap partisipan 1
dan partisipan 2 ditemukan masalah keperawatan yang muncul,
permasalahan atau diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan
1 dan partisipan 2 ditemukan masalah yang sama tapi yang
membedakanya pioritas dari diagnosa , padapartisipan 1 yaitu :
gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar,
deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik,
psikologis), dan insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
(nyeri). sedangkan pada partisipan 2 yaitu : gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, insomnia berhubungan
dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri), dan deprivasi tidur berhubungan
dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik, psikologis).
Menurut teori yang penulis temukan dalam berbagai sumber buku,
terdapat 8 diagnosa keperawatan (NANDA, 2015-2017), yang
ditemukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dengan fraktur yaitu : 1) gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri fraktur, 2) deprivasi tidur berhubungan
dengan ketidaknyamana lama, 3) insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik, 4) ketakutan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk tidur, 5) nyeri berhubungan dengan sukar tidur,
6) ketidakefektifan koping berhubungan dengan kehilangan tidur, 7)
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan lingkungan tidak
mendukung, 8) harga diri rendah situasional berhubungan dengan
kehilangan tidur.

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan yang sama antara kedua


partisipan. Dalam penegakan diagnosa keperawatan, peneliti melihat
kepda keluhan yang ditemukan pada kasus pasien, dan keluhan yang
muncul pada kedua partisipan menunjukan gejala yang sama. Gejala
yang muncul pada kedua partisipan menunjukan adanya permasalahan
pada gangguan pemenuhan kebutuhan istirahata dan tidur.

Setelah dilakuakn pengkajian keperawatan pada kedua partisipan


didapatkan masalha keperawatan yang pertama yaitu, gangguan pola
tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar ditandai dengan
nyeri pada kaki dan tangan, mata mengantuk, suhu lingkungan yang
panas. Masalah keperawatan kedua pada partisipan yaitu deprivasi tidur
berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik, psikologis)
ditandai dengan sering terbangun tengah malam, susah memulai tidur,
kebisingan dari pasien lain. Sedangkan masalah keperawatan yang
ketiga pada partisipan yaitu insomnia berhunguan dengan
ketidaknyamanan fisik (nyeri) ditandai dengan nyeri pada kaki dan
tangan, sudah memulai tidur, sering terbangun tengah malam, tidur
pendek, mata mengantuk, suhu ruangan yang panas, dan kebisingan
dari pasien lain.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperwatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari
Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC). Perencanan tindakan didasarkan pada tujuan
intervensi masalah keperawatan yaitu, gangguan pola tidur
berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, deprivasi tidur
berhubungan dengan ketidaknyaman lama (mis : fisik, psikologis), dan
insomnia berhubungan dengan ketidaknyaman fisik (nyeri).

Rencana tindakan yang dilakukan pad diagnosa gangguan pola tidur


berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar dengan tujuan
tercapainya pola tidur yang adekuat dengan kriteria hasil tentukan pola
akitifitas atau tidur pasien, mementukan efek pengobatan pasien
terhadap pola tidur pasien, monitor jumlah waktu tidur pasien,
membantu untuk mengurangi situasi yang bisa membuat pasien stress
sebelum tidur, ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman,
menyesuaikan suhu lingkungan yang bersih dan aman, fasilitasi
kenyaman pasien.

Rencan tindakan keperawatan untuk diagnosa deprivasi tidur


berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik, psikologis)
dengan tujuan tercapai tidur dengan nyanyak dengan kriteria hasil
pertimbangan penempatan pasien di kamar dengan beberapa tempat
tidur, hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan untuk waktu
istirahat, ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, mematikan
lampu, memberikan obat untuk menghilangkan faktor yang tidak bisa
membuat pasien tidur, ajarkan teknik nafas dalam.
Rencana keperawatan pada diagnosa insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik (nyeri) dengan tujuan bisa tidur lebiah adekuat
dengan kriteria hasil pertimbangan penempatan pasien di kamar dengan
beberapa tempat tidur, hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan
untuk waktu istirahat, ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman,
mematikan lampu, memberikan obat untuk menghilangkan faktor yang
tidak bisa membuat pasien tidur, ajarkan teknik nafas dalam.

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan tindakan yang
direncanakan. Penulis melakukan penelitian pada shift pagi, sore dan
malam. Implementasi yang dilakukan pada pasien memiliki hubungan
dengan pemecahan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur.

Dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan 1 dengan diagnosa


gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar
adalah manajemen nyeri yang menganggu tidur, menyesuaikan
lingkungan dengan kipas angin, membatasi pengunjung, mematikan
lampu saat tidur, membuka ventilasi agar suhu tidak panas, menganti
alat tenun pasien, memodifikasi ruangan dengam pengaturan ruangan,
dan melakukan penataan ruangan, monitor tanda-tanda vital mulai dari
tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh.

Tindakan keperawatan pada diagnosa deprivasi tidur berhubungan


dengan ketidaknyaman lama (mis : fisik, psikologis) adalah
mengobservasi skala nyeri, manajemen nyeri, mengajarkan teknik
relaksasi/napas dalam, pemabatasi peralatan barang yang menganggu
tidur pasien, membatasi pengunjung, memberikan obat ranitidine 1
ampl, tramadol, dan menyampaikan kepada keluarga tidak berbicara
saat pasien tidur, selalu motivasi pasien tidak terlalu memikirkan
penyakit yang diderita.
Tindakan keperawatan pada diagnosa insomnia berhubungan dengan
ketidaknyaman fisik (nyeri) adalah menajemen nyeri, mengkaji skala
nyeri, dan mengajarkan teknik nafas dalam, memberikan obat ranitidine
1 ampl, tramadol, dan drip RL ketorolac 1 ampl, memberikan efek obat
terhadap nyeri, membatsi pengunjung, dan membersihkan tempat tidur
pasien, menciptakan lingkungan dengan kipas adan dan membuka
ventilasi. Perawat ruangan mendokumentasikan tindakan pada
partisipan 1 tidak mengangkat diagnosa gangguan pola tidur pada
pasien

Dilakukan implementasi keperawatan pada partisipan 2 dengan


diagnosa keperawatan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan
dengan suhu lingkungan sekitar adalah manajemen nyeri yang
menganggu tidur, menyesuaikan lingkungan membuka ventilasi,
membatasi pengunjung, menganti alat tenun pasien, memodifikasi
ruangan dengam pengaturan ruangan, dan melakukan penataan ruangan,
monitor tanda-tanda vital mulai dari tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh.

Tindakan keperawatan pada diagnosa insomnia berhubungan dengan


ketidaknyaman fisik (nyeri) adalah menajemen nyeri, mengkaji skala
nyeri, dan mengajarkan teknik nafas dalam, memberikan obat ranitidine
1 ampl, memberikan efek obat terhadap nyeri, membatsi pengunjung,
menciptakan lingkungan dengan kipas adan dan membuka ventilasi,
mengalihkan kecemasan pasien dengan melakukan bicara, memberikan
penjelasan tentang penyakit yang diderita untuk menghilangkan rasa
cemas terhadap dirinya.
Tindakan keperawatan pada diagnosa deprivasi tidur berhubungan
dengan ketidaknyaman lama (mis : fisik, psikologis) adalah
mengobservasi skala nyeri, manajemen nyeri, mengajarkan teknik
relaksasi/napas dalam, pemabatasi peralatan barang yang menganggu
tidur pasien, dan menyampaikan kepada keluarga tidak berbicara saat
pasien tidur, selalu motivasi pasien tidak terlalu memikirkan penyakit
yang diderita. Pada partisipan 2 perawat ruangan mengdokumentasikan
dengan mengangkat diagnosa gangguan pola tidur pada pasien.

Perbedaan yang didapatkan antara partisipan 1 dan partisipan 2 adalah


nyeri yang menganggu istirahat tidur dan kecemasan. Pada partisipan 1
istirahat tidur terganggu karna nyeri, pasien mendapatkan obat
ranitidine 1 ampl, tramadol, dan RL drip ketorolac, dan perawat
ruangan tidak mengangakat gangguan pola tidur pada pasien,
sedangkan pada partisipan 2 pola tidur terganggu disebabkan nyeri pada
kaki dan kecemasan terhadap dirinya, pasien mendapatkan terapi obat
ranitidine 1 ampl, perawat ruangan mengangkat diagnosa gangguan
pola tidur.

Istirahat dan tidur merupakan status perubahan kesadaran ketika


persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Secara
umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan
emsional dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan
berarti tidak melakukaan aktivitas sama sekali terkadang berjalan-jalan
ditaman juga dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (Ambarwati,
2014).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang didapatkan partisipan 1 selama 12 hari dengan diagnosa
keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan
sekitar menunjukan bahwa, evaluasi pada pasrtisipan 1 belum dapat
teratasi, hal ini bisa dilihat pasien masih mengeluhakan tidak bisa tidur,
tidur pendek, sering terbangun tengah malam. Pasien masih terlihat lesu,
mengantuk, ada lingkaran hitam di mata, pasien banyak diam.

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan deprivasi tidur


berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik, psikologis)
belum dapat teratasi, hal ini dapat dilihat pasien masih mengeluhkan
cemas terhadap penyakitnya, dan sulit memulai tidur, tidur pendek,
suhu ruang yang panas, dan kebisingan dari pasien lain. Pasien terlihat
lesu, cemas, lelah, gelisah.

Evaluasi keperawatan diagnosa keperawatan insomnia berhubungan


dengan ketidanyaman fisik (nyeri) belum dapat teratasi, hal ini ditandai
dengan pasien masih nyeri pada seluruh badanya yang membuat pasien
tidak dapat beristirahat, sering terbangun tengah malam, tidak bisa tidur,
sulit memulai tidur, dan lingkunagan yang panas, pasien terlihat
meringis, gelisah, mengantuk dan lesu. pasien masih dirawat di rumah
sakit, belum menjalankan operasi.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan partisipan 2 selama 6 dengan


diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu
lingkungan sekitar sudah dapat teratasi, hal ini ditandai dengan pasien
bisa tidur nyenyak, mata tidak mengantuk, pasien tidur 6 jam. Pasien
terlihat segar, tidak mengantuk, lingkaran hitam sudah mulai
menghilang.

Evaluasi keperawatan dengan diagnosa keperawatan insomnia


berhubungan dengan ketidaknyaman fisik (nyeri) dapat teratasi dengan
hasil pasien tidak merasa nyeri, skala nyeri 3, pasien sudah bisa tidur
nyenyak dan tidak terbangun tengah malam, pasien tidur 6 jam, dan
pasien terlihat ceria, segar, dan tidak merasa gelisah.
Evaluasi keperawatan dengan diagnosa deprivasi tidur berhubungan
dengan ketidaknyaman lama (mis : fisik, psikologis ) sudah dapat
teratasi dengan baik, hal ini ditandai dengan pasien tidak mengelukan
mengantuk lagi, tidur sudah nyenyak, tidak ada garis lingkaran hitam di
mata, tapi pasien masih mengatakan takut terhadap dirinya yang akan
membuat pasien bekerja kembali. Pasien sudah pulang pada hari
rawatan ke 6. Tindakan yang dilakukan sebelum pasien pulang
mengajarkan tidur yang adekuat, memberi pengetahuan tentang yang
efektif dan adekuat, dan melatih cara teknik nafas dalam, dan berjalan
dengan pelan-pelan mengunakan tongkat, biasakan tidur pada waktunya,
dan membawa tenang saat nyeri terjadi yang membuat pasien terganggu
tidur.

Evaluasi yang dilakukan kepada partisipan 1 belum dapat teratasi ketiga


diagnosa keperawatan, dan pasien masih dirawat di rumah sakit dan
belum menjalankan tindakan operasi, dan bagi perawat ruangan agar
dapat memantau istirahat dan tidur pasien, memodifikasi ruangan untuk
dapat pasien istirahat dengan nyenyak. Sedangkan partisipan 2 sudah
dapat teratasi ketiga diagnosa keperawatan, pasien sudah pulang pada
hari rawatan keenam, dan perawat ruangan tidak mengajarkan rencana
tindak lanjut untuk mengkontrol ulang kerumah sakit, dan
membiasakan tidur pada waktunya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien


fraktur di Ruangan Trauma Center (TC) RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian dilakukan kepada kedua pastisipan menunjukan
adanya tanda dan gejala yang sama antara partisipan satu dan
partisipan dua, yaitu mengalami gangguan tidur, tidur tidak nyenyak,
sulit memulai tidur, cemas terhadap penyakit yang diderita, kebisingan
pasien lain, memiliki kantong mata dan ada garis hitam di mata, telihat
lesu dan kurang bersemangat, tampak mengantuk.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien partisipan satu yaitu,
gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar,
deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama (mis : fisik,
psikologis), dan diagnosa ketiga insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik (nyeri). dan partisipan dua yaitu gangguan pola
tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, insomnia
berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri), dan diagnosa
ketiga deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama
(mis : fisik, psikologis), karena kedua partisipan mengeluhkan susah
untuk tidur nyenyak, tidur pendek, sering terbangun tengah malam,
suhu ruangan yang panas, dan kebisingan diruangan.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang telah ada
berdasarkan dengan Nanda NIC-NOC.
4. Implementasi keperawatan mengacu kepada rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada partisipan
satu selama 12 hari mulai tanggal 18-29 Mei 2017, partisipan satu
mendapatkan terapi obat ranitidine 1 ampl, tramadol, dan RL drip
ketorolac, dan mengatur suhu ruangan dengan membuka ventilasi,
mematikan lampu saat tidur, membatsi pengunjung, dan mengajarkan
teknik relaksasi/nafas dalam sedangkan partisipan dua selama 6 hari
mulai tanggal 24-29 Mei 2017, mendapatkan terapi obat ranitidine 1
ampl, mengajarkan teknik relasksasi/nafas dalam, membatasi
pengunjung, dan memberi pengetahuan kepada pasien tentang
kebisingan diruangan, mengatur suhu ruangan dengan membuka
ventilasi. Kedua partisipan memiliki perbedaan respon pada kedua
partisipan tersebut yang mana partisipan satu terlihat lebih lambat
sedangkan partisipan dua terlihat lebih cepat.
5. Hasil evaluasi dari implementasi dilakukan keda partisipan satu selama
12 hari, belum teratasi gangguan istirahat dan tidurnya, pasien masih
dirawat d rumah sakit, dan partisipan dua dilakukan selama 6 hari,
pasien sudah bisa tidur nyenyak dan tidak mengantuk kembali, pasien
sudah pulang pada hari ke enam. Peneliti menyimpulkan bahwa stress
dan gangguan psikologis memiliki tingkat gangguan yang lebih sulit
diatasi masalah respiratori.

B. Saran
1. Bagi Perawat Ruangan RSUP Dr,M,Djamil Padang
Disarankan kepada ruangan melalui Direktur untuk memantau
diagnosa keperawatan, mengidentifikasi masalah kebutuhan tidur, dan
perawat dapat meningkatan pengakjian istirahat dan tidur, serta dapat
memodifikasi ruangan dengan pengaturan ruangan, serta melakukan
penataan ruangan yang nyaman, dan mengajarkan teknik relaksasi atau
teknik napas dalam.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam asuhan
keperawatan pada kasus gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

Ambawarti, Respati Fitri. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :


Dua Satria Offset

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. 2013.


Riset Kesehatan Dasar. Diakses tanggal 11 Januari 2017.
http://www.depkes.go.id/resources/general/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf

Budayani, Sri Satiti. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas


Tidur Penderita Asma Di Rsud Kabupaten Karanganyar. Diakses pada
tangal 6 Januari 2017.
http://digilib.stikessumahusada.ac.id/files/diak1/24/01-gdl- srisatitib-
1175-1-skripsi-8.pdf

Dwi, Binarti & Elita Wahyu Handayani. 2014. Hubungan Kecemasan Dengan
Gangguan Pola Tidur Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Femur Di
Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto. Diakses
pada tanggal 11 Januari 2017.
http://jurnal/dwibinat/elitawahyuhadayani- srisatib-2014

Fadliyah, N. 2014. Penatalaksanaan Post Fraktur 1/3 Distal Fibula Sinistra


Dengan Pemasangan Wire Di Rsud Sukoharjo. Diakses pada tanggal 10
Maret 2017. http://eprints.ums.ac.id/30916/2/BAB_I.pdf.

Hanta, linawati, dkk. 2014. Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Diakses pada tanggal 10 Januari 2017.
http://ww.google.co.id/url?url=http://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/damian
us/article/view/237/191.

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang


Selatan: Bina Rupa Aksara Publisher

Hidayat A. Azis Alimul, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, Barbara. 2008. Fundamentals of Nursing: concepts, process, and practice.


New Jersey : Berman Audrey.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika.
Mahadewi, Merry. 2014. Laporan Istirahat dan Tidur. Diakses pada tanggal 5
Januari 2017. http://merrycemoz.blogspot.co.id/2014/10/laporan-istirahat-
dan-tidur.html?m=1

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4, volume 2.
Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing. Mosby.st.Louis

Riandini, Isnu Lucky., dkk. 2015. Gambaran Luka Korban Kecelakaan Lalu
Lintas yang Dilakukan Pemeriksaan di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2017.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/283/270.

Saputra, Lyndon. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa Aksara


Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Triyono, Damas. 2014. Pengaruh Kualitas Tidur Terhadap Frekuensi Hear


Ratediobservasi Melalui Gambaran Ekg Pada Pasien Infark Moikard
Akut Di Ruang A5 Unit Perawatan Jantungrumah Sakit Umum Pusat Dr.
Kariadi Semarang. Diakses pada tanggal 10 Januari 2017.
https://www.scribd.com/doc/17736039/Proposal-Skripsi-Tidur-terhadap-
heart-rate-pasien-MI.

Wahyudi, Setiya Andri & Wahid, Abd. 2016 . Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.

Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : Trans Info Media.

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Jakarta :Nuha
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER (TC) BEDAH
RSUP. Dr. DJAMIL PADANG

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. Y
b. Umur : 42 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : IRT
h. Tanggal Masuk : 18 Mei 2017
i. Alamat : Kuranji Padang
j. Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2017
k. Diagnosa Medis : Multifle Fraktur
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
c. Alamat : Kuranji Padang
d. Hubungan : Asik ipar suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Ny. Y masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 7 Mei
2017 pukul 19.07 WIB, rujukan dari puskesmas kayu tanam.
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala post sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, klien ditemukan luka jahitan pada
dahi kanan, dagu, tungkai bawah kiri, pinggung, kaki kiri, luka
memar pada kelopok mata kiri, luka terbuka di lengan kiri atas,
lengan kiri bawah, pinggung kaki, tungkai bawah kanan, luka
lecet geser di lengan kiri, bawah, lengan kanan bawah, dada
kanan, perut kanan bawah, tungkai kiri atas lutut kanan, memar
di lengan bawah kanan.
2) Keluhan saat dikaji :
Pada saat dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017, pasien
terpasang spalk di tangan kanan, kaki kanan dan kiri, pasien
tampak lemah, gelisah, pucat, kecemasan kesakitan, dan nyeri,
pasien mengatakan tidurnya terganggu karna kesakitan di
seluruh badanya, di tangan dan kaki, perut dan di paha pasien
terdapat kebiruan. Pasien mengatakan tidur pada siang hari ±
15 menit dan malam hari tidur 3 jam, klien tidak bisa tidur
dikarenakan seluruh tubuhnya mengalami kesakitan yang
membuat tidurnya terganggu, dan pada siang hari klien tidak
bisa beristirahat dikarenakan nyeri yang membuat istirahat
klien terganggu dan selain nyeri yang membuat pasien tidak
bisa tidur karana keluarga selalu banyak mengunjungi pasien
pada siang hari yang membuat pasien tertambah terganggu
dengan istirahatnya.

b. Riwayat kesehatan dahulu :


Ny. Y mengatakan baru pertama kali dirawat di Rumah sakit, dan
pasien mengatakan tidak ada mempunyai riwayat sukar tidur dan
insomnia, klien memenuhi setiap hari tidur sebelum masuk rumah
sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Ny. Y mengatakan tidak ada anggota kelurga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien yaitu fraktur, tidak ada keluraga
yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung
coroner, dan ibu dari pasien menderita peenyakit diabetes mellitus
semenjak 5 tahun yang lalu, serta tidak ada keluarga yang
menderita penyakit menular, dan tidak ada keluarga yang memiliki
insomnia, atau sukar tidur.
4. Kebutuhan Dasar
1. Makan/minum
a. Makan
1) Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk.
2) Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan seperempat
porsi makan yang diberikan.
b. Minum
1) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari
2) Sakit
Minum ± 1500 c dalam sehari
2. Istirahat/tidur
a. Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 7-8 jam dalam sehari
b. Sakit
Siang : ± 15 menit dalam sehari, karna sakit patah tulang yang
membuat pasien tidak nyaman untuk istirahat, dan
keluarga selalu banyak mengunjungi pasien pada
siang hari yang membuat pasien tertambah terganggu
dengan istirahatnya.
Malam : ± 2-3 jam dalam sehari, pasien sering terbangun karna
sakit akibat nyeri patah tulangnya dan karna
lingkungan rumah sakit dengan suhu ruangan yang
membuat pasien tidak dapat tidur.
3. Eliminasi
a. BAB
1) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
2) Sakit
Pasien belum ada BAB sejak masuk rumah sakit
b. BAK
1) Sehat
Pasien BAK minimal 5-6 kali sehari
2) Sakit
Pasien BAK ± 2500 cc/hari dengan warna kuning pucat dan
konsentrasi lebih bening.
4. Aktivitas dan Latihan
a. Sehat
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya.
b. Sakit
Pasien lebih banyak diatas tempat tidur dan aktivitas dibantu
oleh keluarga.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Pasien dalam kondisi lemah, gelisah, kesadaran
pasien Compos Mentis, GCS : 15
b. TTV
1) TD : 120/70 mmHg
2) HR : 83 x/i
3) RR : 22 x/i
4) Suhu :36,7 0C
c. Kepala/Rambut
Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, bersih, rambut lebat,
tidak rontok.
d. Telinga
Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih, tidak ada
luka/bengkak, pendengaran baik.
e. Mata
Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, mata kering, mata kelihatan cekung, memiliki kantong
mata, mata memerah, dan reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
Ada luka jahitan memar warna biru di kelopak mata kiri dengan
ukuran 2,5 cm.
f. Hidung
Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
g. Mulut
Mukosa mulut lembab, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+). Bibir terlihat pucat. Pada dagu
terdapat luka yang telah dijahit sebanyak 2 simpul jahitan dengan
panjang 3 cm.
h. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+).
i. Thoraks
1) Paru
a) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi
dinding dada.
b) Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
c) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
d) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi.

2) Jantung
a) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
b) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, regular dan lambat.
c) Perkusi
Terdengar bunyi pekak
d) Auskultasi
Irama jantung irreguler
j. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi.
2) Auskultasi
Bising usus positif yaitu 7 x/i
3) Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
4) Perkusi
Bunyi timpani
k. Genitalia : Terpasang kateter, bersih.
l. Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas : Terpasang infus RL drip ketorolac 1
ampul, kulit kering, tidak ada edema, spalk di tangan kanan,
akral teraba hangat, CRT <2 detik.
2) Ekstremitas Bawah : Tidak ada edema, sianosis (+), terpasang
spalk di kaki kanan dan kiri, akral teraba hangat, CRT < 2 detik.

6. Data Psikologis
Pasien tampak lemah, gelisah, pucat, dan kesakitan, karna nyeri yang
dialami, selain itu pasien mengatakan ingin cepat operasi karana ia
tidak nyaman dengan kondisiny sekarang yang tidak bisa beraktivitas,
dan ia ingin merubah posisinya supaya bisa istirahat yang nyaman dan
tidak terganggu dan pasien mengatakan ia ingin cepat pulang karna ia
ingin bertemu dengan ibunda yang lagi sakit sekarang ini. Hubungan
pasien dengan keluarga sangat baik.
7. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
Pemeriksaan penunjang didapatkan foto polos terdapat patah tulang
lengan kanan terdapat patah tulang kasta, panggul terdapat patah
tulang kemaluan, tungkai kanan atas terdapat patah tulang paha,
tungkai bawah kanan terdapat patah tulang betis.

a. 7 mei 2017
Kadar hemoglobin : 8,5 g/dl, leukosit : 15,260 /mm, trombosit :
263.000 /mm, hematokrit : 26 %, glukosa sewaktu 230 mg/dl,
ureum darah : 28 mg/dl, kreatinin darah : 1,7 mg/dl, natrium : 139
mmol/l, kalium : 4,4 mmol/l, klorida serum : 109 mmol/l.
b. 8 mei 2017
Kadar hemoglobin : 10,0 g/dl, leukosit : 11.350 /mm, trombosit :
151.000 /mm, hematokrit : 30%.
c. 15 mei 2017
Kadar hemoglobin : 10,0 g/dl, leukosit : 11.350 /mm, trombosit :
151.000 /mm, hematokrit : 30%.
d. 28 Mei 2017
Kadar hemoglobin : 10,8 g/dl, leukosit : 5.300 /mm, trombosit :
420.00 /mm, hematokrit : 33 %.

8. Program Pengobatan
a. Ceftriaxon 2X1 gr
b. Leveploxaan 1X750
c. Ranitidin 2X1
d. Flumucyl 3X1
e. Tramadol 3X1
f. Ketorolac
g. RL
h. Prasitamol
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. Y


No. Mr : 97.79.37

No Data Dasar Etiologi Masalah


1 DS : Suhu lingkungan Gangguan pola
a. Pasien mengatakan sekitar tidur
sering terbangun tengah
malam.
b. Pasien mengatakan sulit
untuk tidur.
c. Pasien mengatakan tidur
pendek.
d. Pasien mengatakan tidur
hanya 3 jam dimalam
hari.
DO :
a. Pasien tamapk lesu
b. Pasien tampak lemah
c. Pasien tampak kurang
semngat
d. Ada kantung mata
e. Mata kemerahan
f. Wajah tegang
g. Tekanan darah 120/70
mmHg

2 DS : ketidaknyamanan Deprivasi tidur


a. Pasien mengatakan sulit
lama
untuk tidur karana suhu
ruangan panas.
b. Pasien mengatakan nyeri
pada kaki dan tangan
yang membuat pasien
sering terbangun malam
hari.
DO :
a. Pasien tampak gelisah
b. Pasien tampak meringis
c. Wajah pasien di
sekelilingnya ada
lingkaran hitam
d. Ada kantung mata
e. Tekanan darah 120/70
mmHg.
3 DS : ketidaknyamanan Insomnia
a. Pasien mengatakan sulit
fisik (nyeri)
memulai tidur karena
selalu memikirkan
tentang penyakit yang
dideritanya.
b. Pasien mengatakan takut
tidak bisa berjalan
kembali
DO :
a. Pasien tampak banyak
diam
b. Pasien tampak murung
c. Pasien tamapak kurang
semangat
d. Tekanan darah 120/70
mmHg.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y


No. Mr : 97.79.37

NO Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah


Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 Gangguan pola 18 Mei 2017 29 Mei 2017
tidur berhubungan
dengan suhu
lingkungan sekitar

2 Deprivasi tidur 18 Mei 2017 29 Mei 2017


berhubungan
dengan
ketidaknyaman
lama (misal: fisik,
psikologis)

3 Insomnia 18 Mei 2017 29 Mei 2017


berhubungan
dengan
ketidaknyaman
fisik (nyeri)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y


No. Mr : 97.79.37

Diagnosa Intervensi
N
keperawata
O NOC NIC
n
1 Gangguan g) Sleep Enviromental
pola tidur 1. Waktu tidur tidak Management :
berhubungan terganggu Comfort
dengan suhu 2. Pola tidur tidak b) Aktivitas :
lingkungan terganggu 1) Tentukan tujuan pasien
sekitar 3. Kualitas tidur tidak dan keluarga untuk
terganggu pengelolaan
4. Kesulitan untuk tidur lingkungan dan
tidak terjadi kenyamanan yang
optimum
h) Fatigue : Disruptive 2) Ciptakan lingkungan
Effects yang tenang dan
1. Tidak terjadi malaise, mendukung
letargi 3) Berikan lingkungan
2. Penurunan energi yang aman dan bersih
tidak terjadi 4) Menyesuaikan suhu
ruangan untuk yang
i) Comfort Status paling nyaman bagi
: Environment pasien
1. Suhu ruangan tidak 5) Fasilitasi kenyamann
bermasalah pasien
2. Lingkungan kondusif
untuk tidur Sleep Enchancement
3. Lingkungan bersih, b) Aktivitas :
tertib 8) Tentukan pola
aktifitas/ tidur pasien
9) Tentukan efek
pengobatan pasien
terhadap pola tidur
pasien
10) Monitor/catat pola
tidur, jumlah waktu
tidur pasien
11) Monitoring pola
tidur, dan catat tanda
fisik yang dapat
mengganggu tidur
12) Bantu untuk
mengurangi situasi
yang bisa membuat
pasien stress sebelum
tidur
13) Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
terkait teknik
meningkatkan kualitas
tidur
14) Sediakan pamflet
dengan informasi
tentang teknik
peningkatan tidur.
2 Deprivasi 3. Tidur 3. Manajemen
tidur h. Jam tidur yang Lingkungan:
berhubungan diobservasi Kenyamanan
dengan i. Pola tidur g. Pertimbangan
ketidaknyam j. Kualitas tidur penempatan
an lama k. Efisiensi tidur pasien di kamar
(misal: fisik, l. Perasaan segar dengan beberapa
psikologis) setelah tidur tempat tidur
m. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
n. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
4. Status h. Sediakan kamar
Kenyamanan: Fisik terpisah jika
f. Posisi yang terdapat
nyaman preferensi dan
g. Intake makanan kebutuhan pasien
h. Intake cairan (dan keluarga)
i. Tingkat energi untuk
j. Kepatenan jalan mendapatkan
nafas ketenangan dan
istirahat, jika
memungkinkan
i. Hindari
gangguan yang
tidak perlu dan
berikan untuk
waktu istirahat
j. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung
k. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
l. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan

4. Peningkatan Tidur
g. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
h. Tentukan efek
dari obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
i. Monitor/catat
pola tidur pasien
dan jumlah jam
tidur
j. Monitor pola
tidur pasien dan
kondisi fisik
k. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya
cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan
tempat tidur)
untuk
meningkatkan
tidur
l. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur
3 Insomnia 4. Tidur 4. Manajemen
berhubungan h. Jam tidur yang Lingkungan:
dengan diobservasi Kenyamanan
ketidaknyam i. Pola tidur g. Pertimbangan
an fisik j. Kualitas tidur penempatan
(nyeri) k. Efisiensi tidur pasien di kamar
l. Perasaan segar dengan beberapa
setelah tidur tempat tidur
m. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
n. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
5. Status h. Sediakan kamar
Kenyamanan: terpisah jika
Lingkungan terdapat preferensi
d. Lingkungan dan kebutuhan
yang kondusif pasien (dan
untuk tidur keluarga) untuk
e. Pencahayaan mendapatkan
ruangan ketenangan dan
f. Tempat tidur istirahat, jika
yang nyaman memungkinkan
i. Hindari gangguan
6. Status Pernafasan:
yang tidak perlu
Ventilasi
dan berikan untuk
c. Frekuensi
waktu istirahat
pernafasan
j. Ciptakan
d. Irama
lingkungan yang
pernafasan
tenang dan
mendukung
k. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
l. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
5. Peningkatan Tidur
g. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
h. Tentukan efek dari
obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
i. Monitor/catat pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidur
j. Monitor pola tidur
pasien dan kondisi
fisik
k. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan tempat
tidur) untuk
meningkatkan
tidur
l. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y


No. Mr : 97.79.37

Diagnosa
Hari/Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf
Keperawatan
Kamis, 18 Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 08.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
09.00 nyeri yang akan
Wib membuat pasien untuk
09.00 bisa beristirahat
Wib c. Menanyakan kesulitan
09.30 tidur pasien
Wib
d. Menyesuaikan suhu
10.00
ruangan.
Wib
e. Membatasi pengunjung
12.00 pasien.
f. Memberikan obat nyeri
Wib
untuk dapat pasien tidur,
13.00 ranitidine 1 ampl,
Wib tramadol, dan RL drip
14.00 ketorolac.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan
pasien
h. Mengatur cahaya
ruangan sebelum tidur/
mematikan lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Jumat , 19 Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017
berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 08.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
09.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
09.00 beristirahat
Wib c. Menanyakan kesulitan
09.30 tidur pasien
Wib d. Menyesuaikan suhu
10.00 ruangan.
Wib e. Membatasi pengunjung
pasien.
12.00 f. Memberikan obat nyeri
Wib untuk dapat pasien tidur,
ranitidine 1 ampl,
13.00 tramadol, dan RL drip
Wib ketorolac.
14.00 g. Menyampaikan kepada
Wib keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Sabtu, 20 Mei Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 08.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
09.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
09.00 beristirahat
Wib c. Menanyakan kesulitan
09.30 tidur pasien
Wib
d. Menyesuaikan suhu
10.00
ruangan.
Wib
e. Membatasi pengunjung
12.00 pasien.
f. Memberikan obat nyeri
Wib
untuk dapat pasien tidur,
13.00 ranitidine 1 ampl,
Wib tramadol, dan RL drip
14.00 ketorolac.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Minggu, 21 Gangguan 20.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 21.00 b. Menanyakan efek
lingkungan Wib pemberian obat nyeri,
sekitar terhadap penurunan pasa
22.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
22.00 c. Memberikan obat nyeri
Wib untuk dapat pasien tidur,
22.30 ranitidine 1 ampl,
Wib tramadol, dan RL drip
23.00
ketorolac.
Wib
d. Menanyakan kesulitan
23.00
tidur pasien
Wib
e. Menyesuaikan suhu
23.00 ruangan.
Wib f. Membatasi pengunjung
03.00 pasien.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Senin, 22 Mei Gangguan 14.30 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 15.00
lingkungan Wib b. Menanyakan efek
sekitar pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
17.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
18.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
19.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
20.00 tramadol, dan RL drip
Wib
ketorolac.
20.30
Wib d. Menanyakan kesulitan
21.00 tidur pasien
Wib e. Menyesuaikan suhu
ruangan.
21.00 f. Membatasi pengunjung
Wib pasien.
21.00 g. Menyampaikan kepada
Wib keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.

Selasa, 23 Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri


pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 09.00
lingkungan Wib b. Menanyakan efek
sekitar pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
10.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
10.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
11.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
12.30 tramadol, dan RL drip
Wib
ketorolac.
13.00
Wib d. Menanyakan kesulitan
tidur pasien
14.00 e. Menyesuaikan suhu
Wib ruangan.
14.00 f. Membatasi pengunjung
Wib
pasien.
g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Rabu, 24 Mei Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 09.00
lingkungan Wib b. Menanyakan efek
sekitar pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
10.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
10.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
11.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
12.30 tramadol, dan RL drip
Wib
ketorolac.
13.00
Wib d. Menanyakan kesulitan
14.00 tidur pasien
Wib e. Menyesuaikan suhu
ruangan.
14.00 f. Membatasi pengunjung
Wib
14.00 pasien.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
kamis, 25 Mei Gangguan 08.30 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 10.00
sekitar Wib b. Menanyakan efek
pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
10.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
11.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
11.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
12.00 tramadol, dan RL drip
Wib ketorolac.
12.00 d. Menanyakan kesulitan
Wib tidur pasien
e. Menyesuaikan suhu
13.00 ruangan.
Wib f. Membatasi pengunjung
13.30 pasien.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
jumat, 26 Gangguan 20.00 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 20.30
lingkungan Wib b. Menanyakan efek
sekitar pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
22.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
22.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
04.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
05.00 tramadol, dan RL drip
Wib
ketorolac.
05.30
Wib d. Menanyakan kesulitan
06.00 tidur pasien
Wib e. Menyesuaikan suhu
ruangan.
06.00 f. Membatasi pengunjung
Wib
06.00 pasien.
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.

sabtu, 27 Mei Gangguan 14.30 a. Menentukan skala nyeri


pola tidur Wib yang membuat terganggu
2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 15.00
lingkungan Wib b. Menanyakan efek
sekitar pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
16.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
beristirahat
17.00
Wib c. Memberikan obat nyeri
18.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
20.00 tramadol, dan RL drip
Wib ketorolac.
20.00 d. Menanyakan kesulitan
Wib tidur pasien
e. Menyesuaikan suhu
20.30 ruangan.
Wib f. Membatasi pengunjung
21.00
pasien.
Wib
g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Minggu, 28 Gangguan 14.30 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017
berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 15.00
b. Menanyakan kesulitan
lingkungan Wib
sekitar tidur pasien
17.00 c. Menanyakan efek
Wib pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
18.00 nyeri yang akan membuat
Wib pasien untuk bisa
19.00 beristirahat
Wib d. Memberikan obat nyeri
20.00
untuk dapat pasien tidur,
Wib
ranitidine 1 ampl,
20.30 tramadol, dan RL drip
Wib ketorolac.
e. Menyesuaikan suhu
21.00 ruangan.
Wib
21.00 f. Membatasi pengunjung
Wib pasien.
g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.
Senin, 29 Gangguan 08.30 a. Menentukan skala nyeri
pola tidur Wib yang membuat terganggu
Mei 2017 berhubungan pola tidur pasien
dengan suhu 10.00
lingkungan Wib b. Menanyakan kesulitan
sekitar 10.00 tidur pasien
Wib c. Menanyakan efek
pemberian obat nyeri,
terhadap penurunan pasa
11.00
nyeri yang akan membuat
Wib
pasien untuk bisa
11.00 beristirahat
Wib d. Memberikan obat nyeri
12.00 untuk dapat pasien tidur,
Wib ranitidine 1 ampl,
12.00
Wib tramadol, dan RL drip
ketorolac.
e. Menyesuaikan suhu
13.00 ruangan.
Wib f. Membatasi pengunjung
14.00
pasien.
Wib
g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara
untuk tidur dengan pasien
h. Mengatur cahaya ruangan
sebelum tidur/ mematikan
lampu
i. Mengajarkan teknik
relaksasi/nafas dalam.

Kamis Deprivasi tidur 08.00 i. Menganti alat tenun yang bersih


Wib untuk pasien
, 18 berhubungan 08.00 j. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 09.00 berkaitan dengan pasien
k. Membatasi pengunjung
an lama Wib l. Memberikan suhu ruangan yang
09.00 nyaman/memberi tahu kepada
(misal : fisik, Wib keluarga untuk membawa kipas
psikologis) angin
09.30 m. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
10.00 n. Memberikan obat ranitidin,
Wib
tramadol, dan RL drip ketorolac.
12.00
o. Menanyakan efek pemberian obat
Wib
nyeri, terhadap penurunan rasa
14.00 nyeri untuk dapat istirahat
Wib p. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
Jumat, Deprivasi tidur 08.00 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
19 berhubungan 08.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 09.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan suhu ruangan yang
09.00 nyaman/memberi tahu kepada
(misal : fisik, Wib keluarga untuk membawa kipas
psikologis) angin
09.30 e. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
10.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
12.00
g. Menanyakan efek pemberian obat
Wib
nyeri, terhadap penurunan rasa
nyeri untuk dapat istirahat
13.00
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib relaksasi nafas dalam
Sabtu, Deprivasi tidur 08.00 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
20 berhubungan 08.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 09.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan suhu ruangan yang
09.30 nyaman/memberi tahu kepada
(misal : fisik, Wib keluarga untuk membawa kipas
psikologis) angin
10.00 e. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
11.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
13.00
g. Menanyakan efek pemberian obat
Wib
nyeri, terhadap penurunan rasa
nyeri untuk dapat istirahat
14.00
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib
relaksasi nafas
Mingg Deprivasi tidur 20.00 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
u, 21 berhubungan 21.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 22.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan suhu ruangan yang
22.00 nyaman/memberi tahu kepada
(misal : fisik, Wib keluarga untuk membawa kipas
psikologis) angin
22.30 e. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
23.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
23.00
g. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan rasa
nyeri untuk dapat istirahat
05.00
Wib h. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas
Senin, Deprivasi tidur 14.30 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
22 berhubungan
15.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
2017 ketidaknyaman
16.00 c. Membatasi pengunjung
Wib d. Memberikan suhu ruangan yang
an lama 18.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
(misal : fisik,
angin
psikologis) 19.00 e. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
20.00 f. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan rasa
nyeri untuk dapat istirahat
21.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
21.00 h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib relaksasi nafas
Selasa, Deprivasi tidur 08.00 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
23 berhubungan 09.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 10.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan obat ranitidin,
11.00 tramadol, dan RL drip ketorolac.
(misal : fisik, Wib e. Menanyakan efek pemberian obat
psikologis) 12.00 nyeri, terhadap penurunan rasa
Wib nyeri untuk dapat istirahat
f. Memberikan suhu ruangan yang
13.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
14.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
14.00
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib
relaksasi nafas
Rabu, Deprivasi tidur 08.00 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
24 berhubungan 09.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 10.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan obat ranitidin,
10.00 tramadol, dan RL drip ketorolac.
(misal : fisik, Wib e. Menanyakan efek pemberian obat
psikologis) 11.00 nyeri, terhadap penurunan rasa
Wib nyeri untuk dapat istirahat
f. Memberikan suhu ruangan yang
12.30 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
14.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
14.00 h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib relaksasi nafas
Kamis Deprivasi tidur 08.30 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
, 25 berhubungan 10.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 11.00 berkaitan dengan pasien
c. Memberikan obat ranitidin,
an lama Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
11.00 d. Menanyakan efek pemberian obat
(misal : fisik, Wib nyeri, terhadap penurunan rasa
psikologis) nyeri untuk dapat istirahat
12.00 e. Membatasi pengunjung
Wib f. Memberikan suhu ruangan yang
12.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
13.00
g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib
tidak bicara dengan pasien saat
tidur
14.00
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib
relaksasi nafas
Juamt, Deprivasi tidur 20.00 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
26 berhubungan 22.00 b. Memberikan obat ranitidin,
Mei dengan Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
23.00 c. Menanyakan efek pemberian obat
2017 ketidaknyaman Wib
nyeri, terhadap penurunan rasa
an lama nyeri untuk dapat istirahat
05.00 d. Membatasi pengunjung
(misal : fisik, Wib e. Memberikan suhu ruangan yang
psikologis) 05.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
06.00 f. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib relaksasi nafas
Sabtu, Deprivasi tidur 14.30 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
27 berhubungan
15.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman berkaitan dengan pasien
17.00 c. Memberikan obat ranitidin,
an lama Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
(misal : fisik, 18.00 d. Membatasi pengunjung
Wib e. Menanyakan efek pemberian obat
psikologis) 19.00 nyeri, terhadap penurunan rasa
Wib nyeri untuk dapat istirahat
f. Memberikan suhu ruangan yang
20.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
20.30 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
21.00 h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib relaksasi nafas
Mingg Deprivasi tidur 14.30 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
u, 28 berhubungan 15.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 17.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan obat ranitidin,
18.00 tramadol, dan RL drip ketorolac.
(misal : fisik, Wib e. Menanyakan efek pemberian obat
psikologis) 20.00 nyeri, terhadap penurunan rasa
Wib nyeri untuk dapat istirahat
f. Memberikan suhu ruangan yang
20.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
21.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
tidur
21.00
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib
relaksasi nafas
Senin, Deprivasi tidur 08.30 a. Menganti alat tenun yang bersih
Wib untuk pasien
29 berhubungan 10.00 b. Membatasi peralatan atau barang -
Mei dengan Wib barang pasien yang tidak
2017 ketidaknyaman 10.00 berkaitan dengan pasien
c. Membatasi pengunjung
an lama Wib d. Memberikan obat ranitidin,
11.00 tramadol, dan RL drip ketorolac.
(misal : fisik, Wib e. Menanyakan efek pemberian obat
psikologis) 11.00 nyeri, terhadap penurunan rasa
Wib nyeri untuk dapat istirahat
f. Memberikan suhu ruangan yang
12.00 nyaman/memberi tahu kepada
Wib keluarga untuk membawa kipas
angin
12.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib
tidak bicara dengan pasien saat
tidur
13.00 h. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib relaksasi nafas

Kamis Insomnia 08.00 i. Menentukan skala nyeri yang


berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
, 18 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 09.00 j. Membersihkan tempat tidur
an fisik (nyeri) Wib pasien
2017 09.00 k. Membatasi peralatan atau
Wib barang-barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
10.00 l. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
m. Menyampaikan kepada keluarga
10.30 tidak bicara dengan pasien saat
Wib tidur
n. Menanyakan efek pemberian
11.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
o. Membatasi pengunjung
12.00
p. Mengajarkan teknik relaksasi/
Wib
relaksasi nafas dalam
13.00
Wib
Jumat, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
19 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 09.00 b. Membersihkan tempat tidur
an fisik (nyeri) Wib pasien
2017 09.00 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang-barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
10.00 d. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
e. Menanyakan efek pemberian
10.30 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
f. Membatasi pengunjung
11.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib
tidak bicara dengan pasien saat
12.00
tidur
Wib
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
13.30 relaksasi nafas dalam
Wib
Sabtu, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
20 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 09.00 b. Membersihkan tempat tidur
an fisik (nyeri) Wib pasien
2017 09.00 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang-barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
10.00 d. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
e. Menanyakan efek pemberian
10.30 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
f. Membatasi pengunjung
11.00 g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib
tidak bicara dengan pasien saat
12.00
tidur
Wib
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
13.30 relaksasi nafas dalam
Wib
Mingg Insomnia 20.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
u, 21
dengan pasien
Mei ketidaknyaman 21.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
22.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
22.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
23.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
23.00 tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
05.00
Wib
Senin, Insomnia 14.30 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
22 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 15.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
201
berkaitan dengan pasien
17.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
17.30 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
18.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
20.00
tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
20.30
Wib

Selasa, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang


berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
23
dengan pasien
Mei ketidaknyaman 09.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
10.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
10.30 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
11.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
12.00 tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
13.30
Wib
Rabu, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
24 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 09.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
10.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
10.30 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
11.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
12.00
tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
13.30
Wib
Kamis Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
, 25 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 09.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
10.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
10.30 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
11.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
12.00 tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
14.00
Wib
Jumat, Insomnia 20.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
26 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 21.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
22.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
22.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
22.30 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
23.00
tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
04.00
Wib
Sabtu, Insomnia 14.30 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
27 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 15.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
17.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
17.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
18.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
20.00
tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
21.00
Wib

Mingg Insomnia 14.30 a. Menentukan skala nyeri yang


berhubungan Wib membuat terganggu pola
u, 28
dengan tidur pasien
Mei ketidaknyaman 15.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
17.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
17.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
18.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
20.00 tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
21.00
Wib

Senin, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang


berhubungan Wib membuat terganggu pola tidur
29 dengan pasien
Mei ketidaknyaman 08.00 b. Membatasi peralatan atau
an fisik (nyeri) Wib barang-barang pasien yang tidak
2017
berkaitan dengan pasien
10.00 c. Memberikan obat ranitidin,
Wib tramadol, dan RL drip ketorolac.
d. Menanyakan efek pemberian
10.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Membatasi pengunjung
11.00 f. Menyampaikan kepada keluarga
Wib tidak bicara dengan pasien saat
13.00
tidur
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam
14.00
Wib
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. Y


No. Mr : 97.79.37

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf


Keperawatan
Kamis, 18 Gangguan pola tidur S : pasien masih mengatakan
berhubungan tidur tidak nyenyak, sering
Mei 2017
dengan suhu terbangun tengah malam,
lingkungan sekitar tidur pendek, dan sulit
untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 19 Mei Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan suhu tidur pendek, dan sulit
lingkungan sekitar untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 78 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 20 Mei Gangguan pola tidur S : pasien masih mengatakan
berhubungan tidur tidak nyenyak, sering
2017
dengan suhu terbangun tengah malam,
lingkungan sekitar tidur pendek, dan sulit
untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 21 Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017
dengan suhu pasien mengatakan, pasien
lingkungan sekitar mengatakan matanya
mengantuk, dan sulit untuk
memulai tidur, mengtakan
nyeri pada kaki dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 82 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin, 22 Mei Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan suhu pasien mengatakan, pasien
lingkungan sekitar mengatakan matanya
mengantuk, dan sulit untuk
memulai tidur, mengtakan
nyeri pada kaki dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 23 Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017 dengan suhu pasien mengatakan
lingkungan sekitar matanya mengantuk, dan
sulit untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 80 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Rabu, 24 Mei Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan suhu pasien mengatakan
lingkungan sekitar matanya mengantuk, dan
sulit untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan,
ada lingkaran hitam di
bawah mata. Terpasang
spalk di kaki dan tangan,
tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 78 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Kamis, 25 Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017
dengan suhu pasien mengatakan
lingkungan sekitar matanya mengantuk, dan
sulit untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan,
ada lingkaran hitam di
bawah mata. Terpasang
spalk di kaki dan tangan,
tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Jumat, 26 Mei Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan suhu pasien mengatakan
lingkungan sekitar matanya mengantuk, dan
sulit untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan,
ada lingkaran hitam di
bawah mata. Terpasang
spalk di kaki dan tangan,
tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Sabtu, 27 Mei Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan suhu pasien mengatakan
lingkungan sekitar matanya mengantuk, dan
sulit untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan,
ada lingkaran hitam di
bawah mata. Terpasang
spalk di kaki dan tangan,
tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Minggu, 28 Gangguan pola tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017
dengan suhu pasien mengatakan
lingkungan sekitar matanya mengantuk, dan
sulit untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan,
ada lingkaran hitam di
bawah mata. Terpasang
spalk di kaki dan tangan,
tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 82 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Senin, 29 Mei Gangguan pola tidur S : pasien masih mengatakan
berhubungan tidur tidak nyenyak, sering
2017
dengan suhu terbangun tengah malam,
lingkungan sekitar tidur pendek, dan sulit
untuk memulai tidur,
mengtakan nyeri pada kaki
dan tangan.
O : pasien tampak lesu, letih,
lelah, ada kantung mata,
tampak meringis kesakitan.
Terpasang spalk di kaki
dan tangan, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis, 18 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi
84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 19 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017 dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi
78 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 20 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi
84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 21 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi
84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin, 22 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017 dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi
84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 23 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi
80 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Rabu, 24 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi
78 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis, 25 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017 dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi
79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 26 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 120/90 mmHg, nadi
79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 27 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi
79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 28 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
Mei 2017 dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 110/80 mmHg, nadi
84x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin, 29 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan sering
berhubungan terbangun tengah malam,
2017
dengan sulit untuk memulai tidur,
ketidaknyamanan dan mengatakan nyeri pada
lama (misal : fisik, kaki dan tangan.
psikologis) O : pasien tampak tampak lesu,
letih, lelah, ada kantung
mata, tampak meringis dan
kesakitan. Terpasang spalk
di kaki dan tangan, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi
84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis, 18 Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
Mei 2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 19 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 78 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 20 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 21 Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
Mei 2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin, 22 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 23 Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
Mei 2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 80 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Rabu, 24 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 78 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis, 25 Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
Mei 2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat, 26 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 79 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 27 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu, 28 Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
Mei 2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin, 29 Mei Insomnia S : pasien mengatakan sulit
berhubungan memulai tidur, sering
2017
dengan terbangun tengah malam,
ketidaknyamanan tidur pendek, sulit untuk
fisik (nyeri) memulai tidur.
O : pasien tamapk lesu, tampak
ada kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 84 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : Intervensi dilanjutkan
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER (TC) BEDAH
RSUP. Dr. DJAMIL PADANG

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
l. Nama : Tn. M
m. Umur : 26 tahun
n. Jenis Kelamin : Laki-laki
o. Status Kawin : Belum menikah
p. Agama : Islam
q. Pendidikan : SMA
r. Pekerjaan : Swasta
s. Tanggal Masuk : 24 Mei 2017
t. Alamat : Sipora Utara Mentawai
u. Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2017
v. Diagnosa Medis : Fraktur metatarsal digiti 1,2,3,4,5
pedis (D) post debridement
2. Identitas Penanggung Jawab
e. Nama : Tn. P
f. Pekerjaan : Berikan
g. Alamat : Sipora Utara Mentawai
h. Hubungan : orang tua
3. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Tn. M masuk ke RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tnggal 25
Mei 2017 pukul 00.22 WIB rujukan dari RSUD Mentawai.
Pasien datang dengan keluhan luka robek pada kaki kanan dan
sudah di heating post trauma, luka sudah di debridement,
awalnya pasien memotong rumput dan tiba-tiba terkena kaki.
2) Keluhan saat dikaji :
Pada saat dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017, pasien
terpasang spalk di kaki kiri, pasien tampak lemah, pucat, dan
kesakitan. Pasien mengatakan tidak bisa beristirahat
dikarenakan sakit pada jari-jari kaki, klien mengatakan tidur
malam hanya 4 jam.

e. Riwayat kesehatan dahulu :


Tn. M mengatkan baru pertama kali dirawat di rumah sakit dan
pasien mengatakan tidak ada mempunyai riwayat sukar tidur dan
insomnia, klien memenuhi setiap hari tidur sebelum masuk rumah
sakit.

f. Riwayat kesehatan keluarga :


Tn. M pasien mengatakan tidak ada anggota kelurga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien yaitu fraktur, tidak ada keluraga
yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes
mellitus, jantung koroner, serta tidak ada keluarga yang menderita
penyakit menular, dan tidak ada keluarga yang memiliki insomnia,
atau sukar tidur.

5. Kebutuhan Dasar
5. Makan/minum
c. Makan
3) Sehat
Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk.
4) Sakit
Makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan separoh porsi
makan yang diberikan.
d. Minum
3) Sehat
Minum ± 1500 cc dalam sehari
4) Sakit
Minum ± 1500 cc dalam sehari
6. Istirahat/tidur
c. Sehat
Siang : 1-2 jam dalam sehari
Malam : 6-8 jam dalam
sehari
d. Sakit
Siang : ± setengah jam, pasien tidak dapat tidur pada siang hari
karna sakit kaki yang membuat pasien tidak nyaman
untuk istirahat, selain nyeri pada kaki yang membuat
pasien tidak tidur kondisi suhu ruangan membuat
pasien terganggu utuk istirahat.

Malam : ± 3-4 jam dalam sehari, pasien sering terbangun karna


sakit akibat nyeri patah tulangnya dan terkadang
malam tidak bisa tidur, dan suhu ruangan yang
membuat Tn. M tidak dapat tudur dengan adekuat,
selain dengan suhu ruangan yang panas pasien juga
tidak dapat tidur karna kebisingan pasien lain yang
sering bertering membuat Tn. M tidak dapat tidur
untuk malam hari.

7. Eliminasi
c. BAB
3) Sehat
Pasien biasanya BAB minimal 1 kali sehari
4) Sakit
Pasien belum ada BAB sejak masuk rumah sakit
d. BAK
3) Sehat
Pasien BAK minimal 5-6 kali sehari
4) Sakit
pasien BAK 4-5 kali sehari.
8. Aktivitas dan Latihan
c. Sehat
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya.
d. Sakit
Pasien bekerja sebagai swasta dan bekerja setiap harinya, sakit :
pasien tidak bisa banyak beraktivitas karan sakit pada patah
tulang pada ujung kaki, dank lien aktivitas di bantu oleh
keluarga.

6. Pemeriksaan Fisik
m. Keadaan Umum : Pasien dalam kondisi lemah, gelisah, kesadaran
pasien Compos Mentis, GCS : 15
n. TTV
5) TD : 110/80 mmHg
6) HR : 86 x/i
7) RR : 20 x/i
8) Suhu :36,2 0C
o. Kepala/Rambut
Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, bersih, rambut lebat,
tidak rontok.
p. Telinga
Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih, tidak ada
luka/bengkak, pendengaran baik.
q. Mata
simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, mata kering, mata kelihatan cekung, memiliki kantong
mata, mata memerah, dan reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
r. Hidung
Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
s. Mulut
Mukosa mulut lembab, sianosis (-), tidak ada pembesaran tonsil,
mulut bersih, reflek mengunyah (+). Bibir terlihat pucat. Pada dagu
terdapat luka yang telah dijahit sebanyak 2 simpul jahitan dengan
panjang 3 cm.
t. Leher
Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan (+).
u. Thoraks
3) Paru
a) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi
dinding dada.
b) Palpasi
Premitus kiri dan kanan sama, tidak ada teraba bengkak.
c) Perkusi
Bunyi perkusi sonor.
d) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler dan terdengar bunyi ronkhi.

4) Jantung
e) Inspeksi
Dada simetris, iktus kordis tidak terlihat
f) Palpasi
Iktus kordis teraba di RIC 5, teraba kuat, regular dan lambat.
g) Perkusi
Terdengar bunyi pekak
h) Auskultasi
Irama jantung irreguler

v. Abdomen
5) Inspeksi
Tidak luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi.
6) Auskultasi
Bising usus positif yaitu 7 x/i
7) Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
8) Perkusi
Bunyi timpani
w. Genitalia : Terpasang kateter, bersih.
x. Ekstremitas
3) Ekstremitas Atas : Terpasang infus RL 20 tetes x/menit, kulit
kering, tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT <2 detik.
4) Ekstremitas Bawah : Tidak ada edema, sianosis (+), terpasang
spalk di kaki kiri, akral teraba hangat, CRT < 2 detik.

7. Data Psikologis
tampak gelisah, lemah, lelah, pucat, dan kesakitan, selain itu pasien
mengatakan ia ingin merubah posisinya supaya bisa istirahat yang
nyaman dan tidak terganggu, dan ia ingin cepat pulang dan bisa
bekerja lagi seperti biasanya.

8. Data Penunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
25 Mei 2017 :
gula darah sewaktu : 145 mg/dl, ureum darah : 57 mg/dl, kreatinin
darah : 1.2 mg/dl, hemoglobin : 13,4 g/dl, leukosit : 10.150 /mm,
hematrokrit : 40 %, trombosit : 248 /mm.

9. Program Pengobatan
a. Ceftriaxone 2X1 gr
b. Ranitidin 2X1
c. RL
d. Prasitamol
e.
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. M


No. Mr : 97.95.90

No Data Dasar Etiologi Masalah


1 DS : Suhu lingkungan Gangguan pola
1. pasien mengatakan sering sekitar tidur
terbangun tengah malam
2. Pasien mengatakan sangat
lelah
3. Pasien mengatakan sulit
untuk tidur
4. Pasien mengatakan tidur
pendek
5. Keluarga pasien mengatakan
pasien tidur hanya 4 jam
dimalam hari.

DO :
1. pasien tampak lesu,
2. pasien tampak lemah
3. pasaien tampak kurang
semangat
4. Ada kantung mata
5. Tekanan darah 110/80
mmHg.
2 DS : ketidaknyamanan Insomnia
1. pasien mengatakan sulit fisik (nyeri)
memulai tidur karana selalu
memikirkan tentang penyakit
yang dideritannya
2. Pasien mengatakan takut
tidak dapat berjalan
3. Pasien mengatakan tidak
dapat bekerja.

DO :
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tamapk cemas
3. Pasien tidak percaya diri
4. Pasien tamapk khawatir
5. wajah tampak tegang.
6. pasien tampak banyak diam
7. pasien tampak murung
8. pasien tampak kurang
semangat dan lesu
9. tekanan darah 110/80
mmHg.

3 DS : ketidaknyamanan Deprivasi tidur


1. pasien mengatakan sulit lama
untuk tidur karana suhu
ruangan panas
2. pasien mengatakan
kebisingan dari pasien lain
3. pasien mengatakan nyeri
pada kaki dan tangan yang
membuat pasien sering
terbangun malam hari.

DO :
1. terlihat pada wajah pasien di
sekeliling mata ada
lingkaran hitam
2. tekanan darah 110/80
mmHg.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. M


No. Mr : 97.95.90

NO Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah


Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 Gangguan pola 24 Mei 2017 29 Mei 2017
tidur berhubungan
dengan suhu
lingkungan sekitar

2 Insomnia 24 Mei 2017 29 Mei 2017


berhubungan
dengan
ketidaknyaman
fisik (nyeri)

3 Deprivasi tidur 24 Mei 2017 29 Mei 2017


berhubungan
dengan
ketidaknyaman
lama (misal: fisik,
psikologis)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. M


No. Mr : 97.95.90

Diagnosa Intervensi
N
keperawata
O NOC NIC
n
1 Gangguan j) Sleep Enviromental
pola tidur 5. Waktu tidur tidak Management : Comfort
berhubungan terganggu c) Aktivitas :
dengan suhu 6. Pola tidur tidak 6) Tentukan tujuan pasien
lingkungan terganggu dan keluarga untuk
sekitar 7. Kualitas tidur tidak pengelolaan
terganggu lingkungan dan
8. Kesulitan untuk tidur kenyamanan yang
tidak terjadi optimum
7) Ciptakan lingkungan
k) Fatigue : Disruptive yang tenang dan
Effects mendukung
3. Tidak terjadi malaise, 8) Berikan lingkungan
letargi yang aman dan bersih
4. Penurunan energi 9) Menyesuaikan suhu
tidak terjadi ruangan untuk yang
paling nyaman bagi
l) Comfort Status pasien
: Environment 10) Fasilitasi kenyamann
4. Suhu ruangan tidak pasien
bermasalah
5. Lingkungan kondusif Sleep Enchancement
untuk tidur c) Aktivitas :
6. Lingkungan bersih, 15) Tentukan pola
tertib aktifitas/ tidur pasien
16) Tentukan efek
pengobatan pasien
terhadap pola tidur
pasien
17) Monitor/catat pola
tidur, jumlah waktu
tidur pasien
18) Monitoring pola
tidur, dan catat tanda
fisik yang dapat
mengganggu tidur
19) Bantu untuk
mengurangi situasi
yang bisa membuat
pasien stress sebelum
tidur
20) Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
terkait teknik
meningkatkan kualitas
tidur
21) Sediakan pamflet
dengan informasi
tentang teknik
peningkatan tidur.
2 Insomnia 7. Tidur 6. Manajemen
berhubungan o. Jam tidur yang Lingkungan:
dengan diobservasi Kenyamanan
ketidaknyam p. Pola tidur m. Pertimbangan
an fisik q. Kualitas tidur penempatan
(nyeri) r. Efisiensi tidur pasien di kamar
s. Perasaan segar dengan beberapa
setelah tidur tempat tidur
t. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
u. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
8. Status n. Sediakan kamar
Kenyamanan: terpisah jika
Lingkungan terdapat preferensi
g. Lingkungan dan kebutuhan
yang kondusif pasien (dan
untuk tidur keluarga) untuk
h. Pencahayaan mendapatkan
ruangan ketenangan dan
i. Tempat tidur istirahat, jika
yang nyaman memungkinkan
9. Status Pernafasan: o. Hindari gangguan
Ventilasi yang tidak perlu
e. Frekuensi dan berikan untuk
pernafasan waktu istirahat
f. Irama p. Ciptakan
pernafasan lingkungan yang
tenang dan
mendukung
q. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
r. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
7. Peningkatan Tidur
m. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
n. Tentukan efek dari
obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
o. Monitor/catat pola
tidur pasien dan
jumlah jam tidur
p. Monitor pola tidur
pasien dan kondisi
fisik
q. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan tempat
tidur) untuk
meningkatkan
tidur
r. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur.
3 Deprivasi 5. Tidur 5. Manajemen
tidur o. Jam tidur yang Lingkungan:
berhubungan diobservasi Kenyamanan
dengan p. Pola tidur m. Pertimbangan
ketidaknyam q. Kualitas tidur penempatan
an lama r. Efisiensi tidur pasien di kamar
(misal: fisik, s. Perasaan segar dengan beberapa
psikologis) setelah tidur tempat tidur
t. Tempat tidur (teman sekamar
yang nyaman dengan masalah
u. Suhu ruangan lingkungan yang
yang nyaman sama bila
memungkinkan)
6. Status n. Sediakan kamar
Kenyamanan: Fisik terpisah jika
k. Posisi yang terdapat
nyaman preferensi dan
l. Intake makanan kebutuhan pasien
m. Intake cairan (dan keluarga)
n. Tingkat energi untuk
o. Kepatenan jalan mendapatkan
nafas ketenangan dan
istirahat, jika
memungkinkan
o. Hindari
gangguan yang
tidak perlu dan
berikan untuk
waktu istirahat
p. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung
q. Sediakan
lingkungan yang
aman dan bersih
r. Sesuaikan suhu
ruangan yang
paling
menyamankan
individu, jika
memungkinkan
6. Peningkatan Tidur
m. Tentukan pola
tidur/aktivitas
pasien
n. Tentukan efek
dari obat (yang
dikonsumsi)
pasien terhadap
pola tidur
o. Monitor/catat
pola tidur pasien
dan jumlah jam
tidur
p. Monitor pola
tidur pasien dan
kondisi fisik
q. Sesuaikan
lingkungan
(misalnya
cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan
tempat tidur)
untuk
meningkatkan
tidur
r. Ajarkan pasien
bagaimana
melakukan
relaksasi otot
autogenik atau
bentuk non
farmakologi
lainnya untuk
memancing tidur
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. M


No. Mr : 97.95.90

Diagnosa
Hari/T
Keperawat JAM Tindakan Keperawatan Paraf
anggal
an
Rabu, Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
24 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 08.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 09.00 c. Menyesuaikan suhu ruangan.
sekitar Wib d. Menyampaikan kepada keluarga
09.00 tidak bicara untuk tidur dengan
Wib pasien
e. Memberikan obat nyeri untuk
10.00 dapat pasien tidur, obat ranitidine
Wib 1 ampl
f. Menanyakan efek pemberian obat
10.30
nyeri, terhadap penurunan pasa
Wib nyeri yang akan membuat pasien
untuk bisa beristirahat
11.00
Wib g. Membatasi pengunjung pasien.
13.00 h. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
14.00 i. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
Kamis, Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
25 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 08.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 09.00 c. Menyesuaikan suhu ruangan.
sekitar Wib d. Menyampaikan kepada keluarga
09.00 tidak bicara untuk tidur dengan
Wib pasien
e. Memberikan obat nyeri untuk
10.00 dapat pasien tidur, obat ranitidine
Wib 1 ampl
f. Menanyakan efek pemberian obat
10.30
nyeri, terhadap penurunan pasa
Wib nyeri yang akan membuat pasien
untuk bisa beristirahat
11.00 g. Membatasi pengunjung pasien.
Wib h. Mengajarkan teknik
13.00 relaksasi/nafas dalam.
Wib i. Mengatur cahaya ruangan
14.00 sebelum tidur/ mematikan lampu
Wib
Jumat, Gangguan 21.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
26 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 21.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 22.00 c. Memberikan obat nyeri untuk
sekitar Wib dapat pasien tidur, obat ranitidine
1 ampl
22.30 d. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan pasa
nyeri yang akan membuat pasien
23.00 untuk bisa beristirahat
Wib e. Menyesuaikan suhu ruangan.
23.00
f. Mengatur cahaya ruangan
Wib
sebelum tidur/ mematikan lampu
06.00
g. Menyampaikan kepada keluarga
Wib
tidak bicara untuk tidur dengan
06.00 pasien
Wib h. Membatasi pengunjung pasien.
06.00 i. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
Sabtu, Gangguan 14.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
27 Mei berhubunga pasien
201 n dengan 15.00 b. Menyampaikan kepada keluarga
suhu Wib tidak bicara untuk tidur dengan
lingkungan pasien
sekitar 16.00 c. Menanyakan kesulitan tidur
Wib pasien
17.00 d. Memberikan obat nyeri untuk
Wib dapat pasien tidur, obat ranitidine
1 ampl
17.00 e. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan pasa
nyeri yang akan membuat pasien
18.00
untuk bisa beristirahat
Wib
19.00 f. Membatasi pengunjung pasien.
Wib g. Menyesuaikan suhu ruangan.
20.00 h. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
i. Mengajarkan teknik
20.30 relaksasi/nafas dalam.
Wib
Minggu, Gangguan 14.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
28 Mei berhubunga
pasien
2017 n dengan 15.00 b. Menyampaikan kepada keluarga
suhu Wib tidak bicara untuk tidur dengan
lingkungan pasien
sekitar 16.00 c. Menanyakan kesulitan tidur
Wib pasien
17.00 d. Memberikan obat nyeri untuk
Wib dapat pasien tidur, obat ranitidine
1 ampl
17.00 e. Menanyakan efek pemberian obat
Wib nyeri, terhadap penurunan pasa
nyeri yang akan membuat pasien
18.00
untuk bisa beristirahat
Wib
19.00 f. Membatasi pengunjung pasien.
Wib g. Menyesuaikan suhu ruangan.
20.00 h. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
20.30 i. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
Senin, Gangguan 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
pola tidur Wib membuat terganggu pola tidur
29 Mei berhubunga pasien
2017 n dengan 08.00 b. Menanyakan kesulitan tidur
suhu Wib pasien
lingkungan 09.00 c. Menyesuaikan suhu ruangan.
sekitar Wib d. Menyampaikan kepada keluarga
09.00 tidak bicara untuk tidur dengan
Wib pasien
e. Memberikan obat nyeri untuk
10.00 dapat pasien tidur, obat ranitidine
Wib 1 ampl
f. Menanyakan efek pemberian obat
10.30
nyeri, terhadap penurunan pasa
Wib nyeri yang akan membuat pasien
untuk bisa beristirahat
11.00
g. Membatasi pengunjung pasien.
Wib
13.00 h. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/nafas dalam.
14.00 i. Mengatur cahaya ruangan
Wib sebelum tidur/ mematikan lampu
Rabu, Insomnia 08.00 i. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
24 Mei n dengan pasien
2017 ketidaknya 09.00 j. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
(nyeri) 09.00 k. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
l. Memberikan obat ranitidine 1
10.00 ampl.
Wib m. Menanyakan efek pemberian
11.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
n. Membatasi pengunjung
o. Menyampaikan kepada keluarga
11.30
tidak bicara dengan pasien saat
Wib
tidur
13.00
p. Mengajarkan teknik
Wib
relaksasi/relaksasi nafas dalam
14.00
Wib
Kamis, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
25 Mei n dengan pasien
2017 ketidaknya 09.00 b. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
(nyeri) 09.00 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
d. Memberikan obat ranitidine 1
10.00 ampl.
Wib e. Menanyakan efek pemberian
11.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
f. Membatasi pengunjung
g. Menyampaikan kepada keluarga
11.30
tidak bicara dengan pasien saat
Wib
tidur.
13.00
h. Mengajarkan teknik
Wib
relaksasi/relaksasi nafas dalam
14.00
Wib

Jumat, Insomnia 21.00 a. Menentukan skala nyeri yang


berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
26 Mei
n dengan pasien
2017 ketidaknya 21.30 b. Membatasi pengunjung
manan fisik Wib c. Memberikan obat ranitidine 1
(nyeri) 22.00 ampl.
Wib d. Menanyakan efek pemberian
23.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
e. Menyampaikan kepada keluarga
23.30 tidak bicara dengan pasien saat
Wib tidur.
f. Mengajarkan teknik
05.00 relaksasi/relaksasi nafas dalam
Wib
Sabtu, Insomnia 14.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
27 Mei n dengan pasien
2017 ketidaknya 14.00 b. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
(nyeri) 15.00 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
16.00 d. Membatasi pengunjung
Wib e. Memberikan obat ranitidine 1
17.30 ampl.
Wib f. Menanyakan efek pemberian
18.00
obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
g. Menyampaikan kepada keluarga
19.00
tidak bicara dengan pasien saat
Wib
tidur.
20.00 h. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/relaksasi nafas dalam
Minggu Insomnia 14.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
, 28 n dengan pasien
Mei ketidaknya 14.00 b. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
2017 (nyeri) 15.00 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
16.00 d. Membatasi pengunjung
Wib e. Memberikan obat ranitidine 1
17.30 ampl.
Wib f. Menanyakan efek pemberian
18.00 obat nyeri, terhadap penurunan
Wib rasa nyeri untuk dapat istirahat
g. Menyampaikan kepada keluarga
19.00
tidak bicara dengan pasien saat
Wib tidur.
h. Mengajarkan teknik
20.00 relaksasi/relaksasi nafas dalam
Wib
Senin, Insomnia 08.00 a. Menentukan skala nyeri yang
berhubunga Wib membuat terganggu pola tidur
29 Mei n dengan pasien
2017 ketidaknya 09.00 b. Membersihkan tempat tidur
manan fisik Wib pasien
(nyeri) 09.30 c. Membatasi peralatan atau
Wib barang- barang pasien yang tidak
berkaitan dengan pasien
10.00 d. Memberikan obat ranitidine 1
Wib ampl.
10.30 e. Menanyakan efek pemberian
Wib obat nyeri, terhadap penurunan
rasa nyeri untuk dapat istirahat
11.00
f. Membatasi pengunjung
Wib
g. Menyampaikan kepada keluarga
13.00
tidak bicara dengan pasien saat
Wib
tidur
14.00 h. Mengajarkan teknik
Wib relaksasi/relaksasi nafas dalam

Rabu, Deprivasi 08.00 i. Menganti alat tenun yang


Wib bersih untuk pasien
24 Mei tidur 09.00 j. Membatasi peralatan atau
2017 berhubunga Wib barang-barang pasien yang
n dengan tidak berkaitan dengan pasien
10.00 k. Memberikan obat ranitidine 1
ketidaknya Wib ampl.
10.30 l. Menanyakan efek pemberian
manan Wib obat nyeri, terhadap
lama penurunan rasa nyeri untuk
11.00 dapat istirahat
(misal : Wib m. Membatasi pengunjung
fisik, 11.30 n. Memberikan suhu ruangan
Wib yang nyaman/memberi tahu
psikologis)
kepada keluarga untuk
13.00 membawa kipas angin
Wib o. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara dengan
14.00
pasien saat tidur
Wib
p. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam.
Kamis, Deprivasi 08.00 a. Menganti alat tenun yang
Wib bersih untuk pasien
25 Mei tidur 09.00 b. Membatasi peralatan atau
2017 berhubunga Wib barang-barang pasien yang
n dengan tidak berkaitan dengan pasien
10.00 c. Memberikan obat ranitidine 1
ketidaknya Wib ampl.
10.30 d. Menanyakan efek pemberian
manan Wib obat nyeri, terhadap
lama penurunan rasa nyeri untuk
11.00 dapat istirahat
(misal : Wib e. Membatasi pengunjung
fisik, 11.30 f. Memberikan suhu ruangan
Wib yang nyaman/memberi tahu
psikologis)
kepada keluarga untuk
13.00
membawa kipas angin
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara dengan
14.00
pasien saat tidur.
Wib
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam.
Jumat, Deprivasi 21.00 a. Menganti alat tenun yang
Wib bersih untuk pasien
26 Mei tidur 21.00 b. Membatasi peralatan atau
2017 berhubunga Wib barang-barang pasien yang
n dengan tidak berkaitan dengan pasien
21.30 c. Membatasi pengunjung
ketidaknya Wib d. Memberikan obat ranitidine 1
22.00 ampl.
manan Wib e. Menanyakan efek pemberian
lama 22.30 obat nyeri, terhadap
Wib penurunan rasa nyeri untuk
(misal :
dapat istirahat
fisik, 23.00 f. Memberikan suhu ruangan
Wib yang nyaman/memberi tahu
psikologis)
kepada keluarga untuk
23.30 membawa kipas angin
Wib g. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara dengan
06.00
pasien saat tidur.
Wib
h. Mengajarkan teknik relaksasi/
relaksasi nafas dalam.
Sabtu, Deprivasi 15.00 a. Menganti alat tenun yang
Wib bersih untuk pasien
27 Mei tidur
15.00 b. Membatasi peralatan atau
2017 berhubunga Wib barang-barang pasien yang
tidak berkaitan dengan pasien
n dengan 16.00 c. Membatasi pengunjung
Wib d. Memberikan obat ranitidine 1
ketidaknya 17.00 ampl.
manan Wib e. Menanyakan efek pemberian
17.30 obat nyeri, terhadap
lama Wib penurunan rasa nyeri untuk
(misal : dapat istirahat
19.00 f. Memberikan suhu ruangan
fisik, Wib yang nyaman/memberi tahu
psikologis) kepada keluarga untuk
19.30 membawa kipas angin
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
20.00 relaksasi nafas dalam.
Wib h. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara dengan
pasien saat tidur.
Minggu Deprivasi 15.00 a. Menganti alat tenun yang
Wib bersih untuk pasien
, 28 Mei tidur 15.00 b. Membatasi peralatan atau
2017 berhubunga Wib barang-barang pasien yang
n dengan tidak berkaitan dengan pasien
16.00 c. Membatasi pengunjung
ketidaknya Wib d. Memberikan obat ranitidine 1
17.00 ampl.
manan Wib e. Menanyakan efek pemberian
lama 17.30 obat nyeri, terhadap
Wib penurunan rasa nyeri untuk
(misal :
dapat istirahat
fisik, 19.00 f. Memberikan suhu ruangan
Wib yang nyaman/memberi tahu
psikologis)
kepada keluarga untuk
19.30 membawa kipas angin
Wib
g. Mengajarkan teknik relaksasi/
20.00
relaksasi nafas dalam.
Wib
h. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara dengan
pasien saat tidur.
Senin, Deprivasi 08.00 a. Menganti alat tenun yang
Wib bersih untuk pasien
29 Mei tidur
09.00 b. Membatasi peralatan atau
2017 berhubunga Wib barang-barang pasien yang
n dengan tidak berkaitan dengan pasien
10.00 c. Memberikan obat ranitidine 1
ketidaknya Wib ampl.
manan 10.30 d. Menanyakan efek pemberian
Wib obat nyeri, terhadap
penurunan rasa nyeri untuk
lama 11.00 dapat istirahat
Wib e. Membatasi pengunjung
(misal : 13.00 f. Memberikan suhu ruangan
fisik, Wib yang nyaman/memberi tahu
psikologis) kepada keluarga untuk
14.00 membawa kipas angin
Wib g. Mengajarkan teknik relaksasi/
14.00 relaksasi nafas dalam.
Wib h. Menyampaikan kepada
keluarga tidak bicara dengan
pasien saat tidur.
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. M


No. Mr : 97.95.90

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf


Keperawatan
Rabu, 24 Mei Gangguan pola tidur S : pasien sudah tidak bisa
berhubungan dengan tidur nyenyak, sering
2017
suhu lingkungan terbangun tengah malam
sekitar O : pasien tampak lesu, tidak
letih, dan ada kantung
mata, ada garis lingkaran
hitam di mata, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi
80 x/i. Tampak lesu, letih,
dan ada kantung mata, ada
garis lingkaran hitam di
mata.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Kamis, 25 Gangguan pola tidur S : pasien sudah tidak bisa
berhubungan dengan tidur nyenyak, sering
Mei 2017
suhu lingkungan terbangun tengah malam
sekitar O : pasien tampak lesu, tidak
letih, dan ada kantung
mata, ada garis lingkaran
hitam di mata, tekanan
darah 110/80 mmHg, nadi
80 x/i. tamapk letih, dan
ada kantung mata, ada
garis lingkaran hitam di
mata.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Jumat, 26 Mei Gangguan pola tidur S : pasien sudah tidak bisa
berhubungan dengan tidur nyenyak, sering
2017
suhu lingkungan terbangun tengah malam
sekitar O : pasien tampak lesu, tidak
letih, dan ada kantung
mata, ada garis lingkaran
hitam di mata, tekanan
darah 120/70 mmHg, nadi
78 x/i. Tampak lesu, letih,
dan ada kantung mata, ada
garis lingkaran hitam di
mata.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Sabtu, 27 Mei Gangguan pola tidur S : pasien sudah tidak bisa
berhubungan dengan tidur nyenyak, sering
2017
suhu lingkungan terbangun tengah malam
sekitar O : pasien tampak lesu, tidak
letih, dan ada kantung
mata, ada garis lingkaran
hitam di mata, tekanan
darah 100/80 mmHg, nadi
82 x/i. letih, dan ada
kantung mata, ada garis
lingkaran hitam di mata.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Minggu, 28 Gangguan pola tidur S : pasien sudah tidak bisa
berhubungan dengan tidur nyenyak, sering
Mei 2017
suhu lingkungan terbangun tengah malam
sekitar O : pasien tampak lesu, tidak
letih, dan ada kantung
mata, ada garis lingkaran
hitam di mata, tekanan
darah 110/80 mmHg, nadi
81 x/i. tampak letih, dan
ada kantung mata, ada
garis lingkaran hitam di
mata.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
belum terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Senin, 29 Mei Gangguan pola tidur S : pasien sudah bisa tidur
berhubungan dengan nyenyak, tidak sering
2017
suhu lingkungan terbangun tengah malam
sekitar O : pasien tampak segar, tidak
letih, ceria, dan tidak ada
kantung mata, tidak ada
garis lingkaran hitam di
mata, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 85 x/i.
ak segar, tidak letih, ceria,
dan tidak ada kantung
mata, tidak ada garis
lingkaran hitam di mata,
tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 85 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
terpenuhi
P : intervensi dihentikan.
Rabu, 24 Mei Insomnia S: pasien mengatakan sulit
berhubungan dengan untuk memulai tidur,
2017
ketidaknyamanan pasien mengatakan, sering
fisik (nyeri) terbangun malam hari,
sulit memulai untuk tidur
O : pasien tampak lesu, ada
kantong mata, tampak
letih, tekanan darah 120/80
mmHg, 80 x/i
A : Hasil analisa bahwa
insomnia belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Kamis, 25 Insomnia S: pasien mengatakan sulit
berhubungan dengan untuk memulai tidur,
Mei 2017
ketidaknyamanan pasien mengatakan, sering
fisik (nyeri) terbangun malam hari,
sulit memulai untuk tidur
O : pasien tampak lesu dan
lemas ada kantong mata,
tampak letih, tekanan
darah 110/80 mmHg, 80
x/i
A : Hasil analisa bahwa
insomnia belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Jumat, 26 Mei Insomnia S: pasien mengatakan sulit
berhubungan dengan untuk memulai tidur,
2017
ketidaknyamanan pasien mengatakan, sering
fisik (nyeri) terbangun malam hari,
sulit memulai untuk tidur
O : pasien tampak lesu dan
lemas ada kantong mata,
tampak letih, tekanan
darah 120/80 mmHg, 78
x/i
A : Hasil analisa bahwa
insomnia belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Sabtu, 27 Mei Insomnia S: pasien mengatakan sulit
berhubungan dengan untuk memulai tidur,
2017
ketidaknyamanan pasien mengatakan, sering
fisik (nyeri) terbangun malam hari,
sulit memulai untuk tidur
O : pasien tampak lesu dan
lemas ada kantong mata,
tampak letih, tekanan
darah 100/80 mmHg, 82
x/i
A : Hasil analisa bahwa
insomnia belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Minggu, 28 Insomnia S: pasien mengatakan sulit
berhubungan dengan untuk memulai tidur,
Mei 2017
ketidaknyamanan pasien mengatakan, sering
fisik (nyeri) terbangun malam hari,
sulit memulai untuk tidur
O : pasien tampak lesu dan
lemas ada kantong mata,
tampak letih, tekanan
darah 110/80 mmHg, 81
x/i
A : Hasil analisa bahwa
insomnia belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Senin, 29 Mei Insomnia S: Pasien mengatakan tidur
berhubungan dengan nyenyak, mata sudah
2017
ketidaknyamanan berkurang mengantuk,
fisik (nyeri) badan terasa lebih segar
O : pasien tampak segar, tidak
ada kantong mata, ,
tekanan darah 120/80
mmHg, 85 x/i
A : Hasil analisa bahwa
insomnia belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan
Rabu, 24 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan takut
berhubungan dengan terhadap dirinya, pasien
2017
ketidaknyamanan mengatakan susah
lama (misal : fisik, memulai tidur, pasien
psikologis) mengatakan mengantuk.
O : pasien tampak lesu, letih
dan lelah, ada kantong
mata, tampak meringis dan
ketakutan, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 x/i
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Kamis, 25 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan takut
berhubungan dengan terhadap dirinya, pasien
Mei 2017
ketidaknyamanan mengatakan susah
lama (misal : fisik, memulai tidur, pasien
psikologis) mengatakan mengantuk.
O : pasien tampak lesu, letih
dan lelah, ada kantong
mata, tampak meringis dan
ketakutan, tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 80 x/i
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Jumat, 26 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan takut
berhubungan dengan terhadap dirinya, pasien
2017
ketidaknyamanan mengatakan susah
lama (misal : fisik, memulai tidur, pasien
psikologis) mengatakan mengantuk.
O : pasien tampak lesu, letih
dan lelah, ada kantong
mata, tampak meringis dan
ketakutan, tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 78 x/i
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Sabtu, 27 Mei Deprivasi tidur S : pasien mengatakan takut
berhubungan dengan terhadap dirinya, pasien
2017
ketidaknyamanan mengatakan susah
lama (misal : fisik, memulai tidur, pasien
psikologis) mengatakan mengantuk.
O : pasien tampak lesu, letih
dan lelah, ada kantong
mata, tampak meringis dan
ketakutan, tekanan darah
100/80 mmHg, nadi 82 x/i
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Minggu, 28 Deprivasi tidur S : pasien mengatakan takut
berhubungan dengan terhadap dirinya, pasien
Mei 2017
ketidaknyamanan mengatakan susah
lama (misal : fisik, memulai tidur, pasien
psikologis) mengatakan mengantuk.
O : pasien tampak lesu, letih
dan lelah, ada kantong
mata, tampak meringis dan
ketakutan, tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 81 x/i
A : Hasil analisa bahwa
deprivasi tidur belum
terpenuhi
P : intervensi dilanjutkan.
Senin, 29 Mei Deprivasi tidur S : pasien sudah bisa tidur
berhubungan dengan nyenyak, tidak sering
2017
ketidaknyamanan terbangun tengah malam
lama (misal : fisik, O : pasien tampak segar, tidak
psikologis) letih, ceria, dan tidak ada
kantung mata, tidak ada
garis lingkaran hitam di
mata, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 85 x/i.
A : Hasil analisa bahwa
kebutuhan tidur pasien
terpenuhi
P : intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai