Anda di halaman 1dari 49

Herjuno Darpito

Nama
NomorRegistrasi
Usia
Status Perkawinan
Agama
Pendidikanterakhir
Pekerjaan
Alamat
Nama Klinik
TerdaftarSejak

: An. T
: 59-14-48
: 12 tahun
: Belum menikah
: Katolik
: SMP
: Pelajar
: Cengkareng Barat
: IGD RSUD Cengkareng
: 28 Februari 2016

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri


hebat diseluruh bagian perut sejak 2 hari
lalu.

pasien jaga mengeluh demam tinggi sekitar 7


hari smrs.
Demam naik saat sore ke malam hari dan
turun saat siang.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak
demam muncul.
Pasien belum BAB sejak 2 hari lalu.

Pasien sebelumnya berobat kedokter dan


diberikan obat 5 hari lalu, namun keluhan
tidak membaik.
Pasien berobat lagi ke klinik 2 hari lalu, dan
diberikan obat, namun obat tidak dapat
masuk.

Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

:tampak sakit berat


:compos mentis (GCS 15)
:100/60 mmHg
:118 kali/menit
:28 kali/menit
:39,1oC

Kepala
:dalam batas normal
Mata
:konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, pupil bulat, isokor (3mm/3mm),
refleks cahaya +/+
THT
:tidak didapatkan kelainan
Leher
: dalam batas normal
Thorax
:pergerakan dada simetris
Paru
:bunyi napas vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/- suara napas melemah pada
kedua basal paru

Jantung

: bunyi jantung I dan II


reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : tegang, bising usus (+) melemah,
nyeri tekan di seluruh regio
abdomen, nyeri lepas (+),defans
muskular (+)
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik,
nadi lemah

Utama
Peritonitis

et causa typhoid

Diagnosi banding
Ileus

paralitik
Perforasi gaster

Observasi KU dan Tanda Vital


Injeksi ranitidin 25mg dan ondansentron
2,5mg
Pasang IV line, RL 500cc
Oksigen nasal kanul 3 liter/menit
Laboratorium : H2TL, widal test, elektrolit

Pasien mengeluh nyeri di seluruh bagian


perut sejak 2 hari lalu.
sebelumnya mengeluh demam sejak 7 hari
SMRS
demam naik ketika sore dan malam, turun
saat siang hari
Kemungkinan : Demam typhoid dengan
komplikasi perforasi.
Perlu Pemeriksaan fisik dan Penunjang

Gejala klinis (nyeri di seluruh regio abdomen, demam naik


turun sebelumnya, tidak keluar bab 2 hari)
Abdomen tegang, nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), defans
muskular (+), bising usus (+) lemah
Pada radiologi terdapat udara bebas di subdiafragma
kanan
Gambaran psoas line buram atau menghilang

Peritonitis et causa typhoid fever

diagnosa Perforasi usus sudah bisa di tegakan


di IGD pada kasus ini, tetapi untuk kasus
perforasi et causa typhoid membutuhkan
pemeriksaan yg lebih lengkap di ruang
perawatan

1.

nyeri visceral
Terjadi bila ada rangsangan pada organ
atau struktur dalam rongga perut
diinterpretasikan sebagai nyeri tumpul,
hipertonik otot, sensasi terbakar dan tidak
terlokalisasi dengan baik
dipersarafi oleh sistem saraf otonom

2. Nyeri Parietal
Muncul karena rangsangan pada bagian yang
dipersarafi oleh saraf tepi somatis.
nyeri terasa tajam, mendadak, terlokalisasi
dengan baik dan seringkali bertambah buruk
dengan adanya gerakan atau getran.

Nyeri alih (refered pain)


Nyeri proyeksi
Hiperestesia
Nyeri kontinyu
Nyeri kolik
Nyeri iskemik
Nyeri pindah

peradangan yang disebabkan oleh infeksi


pada selaput organ perut (peritonieum)
Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse
riwayat akut atau kronik dan patogenesis
disebabkan oleh infeksi atau aseptik
suatu kegawat daruratan yang biasanya
disertai dengan bakterecemia atau sepsis

Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi


atau proses steril dalam abdomen melalui
perforasi dinding perut.
Penyebabnya bisa bervariasi dari ruptur
appendix, perforasi gaster sampai ruptur
kista ovarii
Hingga kini tindakan operatif merupakan
pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah
peritonitis

Peritonitis primer (Spontaneus)


Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ
peritoneal yang langsung dari rongga
peritoneum.contoh: SBP pada pasien gangguan
hepar kronis.

Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering
adalah perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon
(paling sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis,
volvulus, kanker serta strangulasi usus halus .

Peritonitis tertier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak
adekuat, superinfeksi kuman, dan akibat
tindakan operasi sebelumnya

Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut


usus halus yang disebabkan kuman S. Typhi.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung, sebagian lagi masuk keusus halus dan
mencapai jaringan limfoid plaque peyer di ileum.
perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada
penderita yang demam selama kurang lebih 2
minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan
malaise .

Nyeri abdomen
Anoreksia, mual, muntah dan demam
Facies Hipocrates
Syok

Tanda vital
Inspeksi
Adanya distensi dari abdomen.

Kebanyakan distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik

Auskultasi
Suara

usus dapat bervariasi dari yang bernada


tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai
hampir tidak terdengar suara bising usus pada
peritonitis berat dengan ileus

Perkusi
Hilangnya

pekak hepar merupakan tanda dari


adanya perforasi intestinal, hal ini menandakan
adanya udara bebas dalam cavum peritoneum.

Palpasi
Penemuan

yang paling penting adalah adanya


nyeri tekan yang menetap lebih dari satu titik.
Nyeri tekan lepas timbul akibat iritasi dari
peritoneum oleh suatu proses inflamasi

Laboratorium
Radiologi

Resusitasi cairan
Peradangan yang menyeluruh pada membran peritoneum
menyebabkan perpindahan cairan ekstraseluler ke dalam
cavum peritoneum dan ruang intersisial.
Larutan kristaloid dan koloid harus diberikan untuk
mengganti cairan yang hilang.
Transfusi PRC (Packed Red Cells) atau WB (Whole Blood)
jika terdapat anemia atau penurunan Ht.

Antibiotik
Oksigenasi atau ventilator
Intubasi, kateterisasi,monitor hemodinamik
Operatif
Kontrol

sepsis
Peritonial lavage
Peritonial drainage

Monitor intensif, bantuan ventilator, mutlak


dilakukan pada pasien yang tidak stabil.
Tujuannya untuk mencapai stabilitas
hemodinamik untuk perfusi organ-organ
vital.
Tingkat kesembuhan bervariasi tergantung
pada durasi dan keparahan peritonitis

Apendisitis
Pankreatitis
Gastroenteritis
Kolesistitis
Kehamilan ektopik terganggu

Widodo J. Demam tifoid. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam
AF, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna publishing; 2014

Lesser CF, Miller SI. Salmonellosis. Dalam: Longo DL, et al. Harrisons principles of internal
medicine. Edidi ke-18. New York: McGraw-Hill: 2012

Henry MM, Thompson JN, penyunting. Acute appendicitis. Dalam: Clinical surgery. Edisi ke-3.
Philadelphia: Elsevier Saunders;2012

Brown CV. Small bowel and colon perforation. Surgery Clinic North America. 2014 Apr:94(2): 471-5

De Jong, W., Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005,Edisi 3 Penerbit EGC, Jakarta; Hal.221239 ; 696.

Way. L. W., 2004, Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis & Treatment, 11th Ed., Maruzen,
USA.

Brian, J. 2011, Peritonitis and Abdominal


Sepsis.http://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#aw2aab6b2b4aa

Fauci et al, 2008, Harrisons Principal Of Internal Medicine Volume 1, McGraw Hill,Peritonitis
halaman 808-810, 1916-1917.

Cole et al. 1970. Cole and Zollinger Textbook of Surgery 9th Edition. AppeltonCentury Corp, Hal
784-795

Doherty, G.M., Current Diagnosis & Treatment. 2010, USA : McGraw Hill Company

Anda mungkin juga menyukai