Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Asuhan Keperawatan Anak


Lupus Eritematosus Sistemik (SLE/LES)

Dosen Pengampu : Ns. Armina,S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.An

Disusun Oleh:

Fadilla Shinta Dewi (201921044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURAHIM

JAMBI, Maret 2021


A. Definisi SLE
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit rematik autoimun
yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ
atau system dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibody dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.

B. Etiologi
Penyebab dari LES belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi
yang kompleks dan multifactorial antara bervariasi genetic dan factor
lingkungan :
1. Factor genetic
Kejadian LES yang lebih tinggi pada kembar monozigotik(25%)
dibandingkan dengan kembar dizigotik(3%), peningkatan frkeuensi LES
pada keluarga penderita LES dibandingkam dengan control sehat dan
peningkatan prevalensi LES pada kelompok etnik tertentu, menguatkan
dugaan bahwa factor genetic berperan dalam pathogenesis LES
2. Faktor hormonal
LES merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan.
Serangan pertama kali jarang terjadi pada usia prepubertas dan setelah
menopause.
3. Autoantibody
Antibody ini ditunjukkan kepada self molekul yang terdapat pada
nucleus, sitoplasma, permukaan sel dan juga tedapat molekul terlarut
seperti IgG dan factor koagulasi
4. Factor lingkungan
a) Faktor fisik/kimia
 amin aromatic
 hydrazine
 obat-obatan(prokainamid,
hidralazin,klorpromazin,isoniazid,fenitoin,penisilamin)
b) Faktor makanan
 konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
 L-canavanine (kuncup dari elfalfa)
c) Agen infeksi
 Retrovirus
 DNA bakteri/endotoksin

d) Hormone dan estrogen lingkungan ( environmental oestrogen )


 Terapi sulih(HRT), pil kontrasepsi oral
 Paparan estrogen prenatal
C. Patofisiologi
D. Pathway
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada keadaan
awal tidak dikenali sebagai LES.
Menurut American College of Rheumatology (ACR) ada 11 kriteria SLE dan
jika terdapat 4 kriteria maka diagnosis LES dapat di tegakkan
1. Ruam malar
2. Ruam discoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulserasi dimulut atau nasofaring
5. Arthritis
6. Serositis: yaitu pleuritis atau pericarditis
7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria >0,5 gr/hari atau adalah silinder sel
8. Kelainan neurologic, yaitu kejang – kejang atau psikosis
9. Kelainan hematologic, yaitu anemia hemolitik atau leukopenia atau
limfopenia atau trombositopenia
10. Kelainan imunologik yaitu sel LES positif atau anti DNA positif, atau anti
Sm positif atau tes serologic untuk sifilis yang positif palsu
11. Antibody antinuclear positif.

Kecurigaan akan penyakit LES bila dijumpai 2 atau lebih keterlibatan organ
seperti:

1. Gender wanita pada rentang usia reproduksi


2. Gejala konstitusional: Kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan
3. Muskuloskeletal: Nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (atralgia), myositis
4. Kulit: Ruam kupu – kupu (butterfly atau malar rsh), fotosensitfitas, SLEi
membran mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, uktikaria,
vaskulitis
5. Paru – paru: Pleurisy, hipertensi pulmonal, SLEi parenkhim paru
6. Jantung: Pericarditis, miokarditis, endocarditis
7. Ginjal: Hematuria, proteinuria, sindrom nefrotik
8. Gastrointestinal: Mual, muntah, nyeri abdomen
9. Retikulo-endo organomegali (limfadenopati, splenomegaly, hepatomegaly)
10. Hematologi: Anemia, leucopenia, dan trombositopenia
11. Neuropsikiatri: Psikosis, kejang, sindroma otak organic, myelitis tranfersa,
neuropati cranial dan perifer.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
 Leukopeni/limfopeni, Anemia, Trombositopenia, LED meningkat
2. Imunologi
 ANA (antibodi anti nuklear)
 Anti Bodi DNA untai ganda (ds DNA) meningkat
 Kadar komplemen C3 dan C4 menurun
 Tes CRP (C-reactive protein) positif
3. Fungsi ginjal
 Kreatinin serum meningkat
 Penurunan GFR
 Protein uri (>0,5 gram per 24 jam)
 Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
4. Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus
 APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma normal
5. Serologi VDRL (sifilis)
 Memberikan hasil positif palsu
6. Tes vital lupus
 Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit Ig dan M pada
persambungan dermo-epidermis pada kulit yang terlibat dan tidak.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang melibatkan
banyak ahli. Alat pemantau pengobatan pasien LES adalah evaluasi klinis dan
laboratoris yang sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta
menangani aktivitas penyakit.
Lupus adalah penyakit seumur hidup, karena nya pemantauan harus
dilakukan selamanya. Tujuan pengobatan LES adalah mengontrol manifestasi
penyakit, sehingga pasien dapat memilki kualitas hidup yang baik tanpa
eksarsebasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang dapat
menyebabkan kematian. Adapun obat – obatan yang dibutuhkan antara lain.
1. Antiinflamasi non – steroid ; untuk pengobatan simptomatik artalgia
nyeri sendi
2. Antimalarial ; diberikan untuk lupus discoid. Pemakaian jangka
panjang memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
3. Kortikosteroid; dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti
demam, dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu
minimal sebelum nefritis, SSP, dan anemia hemolitik.
4. Obat imunosupresan/sitostatika; imunosupresan diberikan pada SLE
dengan keterlibatan SSP, nefritis difus dan membranosa, anemia
hemolitik akut, dan kasus yang resisten terhadap pemberian
kortikosteroid.
5. Obat antihipertensi; atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan
agresif
6. Diet; restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian
besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang
diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah
lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati – hati dengan
suplemen makanan dan obat tradisional.
7. Aktivitas; pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olahraga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan
normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering
dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk
menghindar sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar sinar
matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproff
sunblock) setiap 2 jam.
8. Kalsium; semua pasien LES yang mengalami artritis serta
mendapatkan terapi prednisone berisiko untuk mengalami
osteopenia, karena nya memerlukan suplementasi kalsium.
9. Penatalaksaan infeksi; pengobatan segara bila ada infeksi terutama
infeksi bakteri. Setiap kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan
pielonefritis.

H. Komplikasi
Penyakit Penyerta:
1. Diabetes pregestasional
2. Thrombofilia
3. Hipertensi
4. Gagal ginjal
5. Hipertensi pulmonal

Komplikasi Kehamilan:

1. Preeklampsia
2. Persalinan preterm
3. Pertumbuhan janin terhambat
4. Eklampsia

Komplikasi Medis

1. Anemia
2. Thrombositopenia
3. Kejadian Trombotik-stroke,emboli paru,trombosis vena dalam
4. Infeksi-pneumonia,sindroma sepsis.

Asuhan Keperawatan
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE/LES)

A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan: riwayat kontrak dengan individu yang terinfeksi,
penyakit yang pernah diderita sebelumnya
2. Kaji adanya gejala panas yang naik dan dalam jangka waktu lama, batuk
yang hilang timbl, anoreksia, lesu, kurang napsu makan, hemoptysis
(Suriadi & Yuliana, 2010).
B. Diagnosa
1. Ketidaakefektifan pola nafas b.d ekspansi paru menurun, hiperventilasi,
ansietas
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Kerusakan intergritas kulit b.d lesi pada kulit

C. Intervensi

No Diagnose Tujuan Keperawatan dan


Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidaakefektifan NOC NIC
pola nafas b.d  Respiratory status: Airway Management
ekspansi paru ventilation - Buka jalan nafas, gunakan
menurun,  Respiratory ststuas: teknik Chin lift atau jwa
hiperventilasi, Airway patency trust bila perlu
ansietas  Vital sign status - Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil memaksimalkan ventilasi
 Mendemosntrasikan - Identifikasi pasien
batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
nafas yang bersih, tidak jalan nafas buatan
ada sianosis dan - Pasang mayo Bila perlu
ddyspneu (mampu - Lakukan fisioterapi dada
mengeluarkan sputum, jika perlu
mampu bernafas - Keluarkan sekret dengan
dengan mudah, ttidak batuk atau section.
ada pursed lips) - Auskultasi suara nafas,
 Menunjukkan jalan catat adanya suara
nafas yang paten ( klien tambahan
tidak merasa tercekik, - Melakukan scan pada
Irama nafas, frekuensi mayo
pernafasan dalam - Berikan bronkodilator
rentang normal, tidak Bila perlu
ada suara nafas - Berikan pelembab udara
abnormal) kasa basah NaCl lembab
 Tanda-tanda vital - Atur instake untuk cairan
dalam rentang normal mengoptimalkan
( tekanan darah, nadi, keseimbangan
pernafasan) - Monitor respirasi dan
status O2
Oxygen therapy
- Bersihkan mulut hidung
dan sekret trakea
- Pertahankan jalan nafas
yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Konservasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pada pasien
terhadap oksigenasi
- Vital monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring duduk atau
berdiri
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
- Monitor suara paru
- monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing
Triad ( tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan  Circulation status - Peripheral Sensation
perifer  Tissue perfusion: Management
cerebral ( manajemen sensasi
Kriteria hasil: perifer)
Mendemonstrasikan status - Monitor hanya daerah
sirkulasi yang ditandai dengan: tertentu yang hanya peka
 Tekanan sistol dan terhadap
diastol dalam rentang panas/dingin/tajam/tumpu
yang diharapkan l
 Tidak ada ortostatik - Monitor adanya paretese
hipertensi - Intruksikan keluarga
 Tidak ada tanda-tanda untuk observasi kulit jika
peningkatan tekanan ada isi atau laserasi
intrakranial (tidak lebih - Gunakan sarung tangan
dari 15 mmhg) untuk proteksi
 Mendemonstrasikan - Batasi gerakan pada
kemampuan kognitif kepala leher dan
yang ditandai dengan: punggung
 Berkomunikasi dengan - monitor kemampuan
jelas dan sesuai dengan BAB
kemampuan - Kolaborasi pemberian
 Menunjukkan analgetik
perhatian, konsentrasi - Monitor adanya
dan orientasi thrombophlebitis
 Memproses informasi - Diskusikan mengenai
 Membuat keputusan penyebab perubahan
dengan benar sensasi
 Menunjukkan fungsi
sensorimotorik kranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
3. Kerusakan NOC NIC
intergritas kulit b.d  Tissue integrity : skin Pressure Management
lesi pada kulit and mucous - Anjurkan pasien untuk
 Membranes menggunakan pakian
 Hemodyalis akses yang longgar
Kriteria hasil: - Hindari kerutan pada
 Integritas kulit yang tempat tidur
baik bias dipertahankan - Jaga kebersihan kulit agar
(sensasi, elastisitas, tetap bersih dan kering
temperature, hidrasi, - Mobilisasi pasien (ubah
pigmentasi) posisi pasien) setiap dua
 Perfusi jaringan baik jam sekali
 Menunjukkan - Monitor kulit akan
pemahaman dalam adanya kemerahan
proses perbaikan kulit - Oleskan lotion atau
dan mencegah minyak/baby oil pada
terjadinya sedera daerah yang tertekan
berulang - Monitor aktivitas dan
 Mampu melindungi mobilitas pasien
kulit dan - Monitor status nutrisi
mempertahankan pasien
kelembaban kulit dan - Memandikan pasien
perawatan alami dengan sabun dan air
hangat
Insision site care
- Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang ditutup dengan
jahitan, klip atau streples
- Monitor proses
kesembuhan area insisi
- Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
- Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
- Gunakan preparat
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad Ilham Aldika, Brahmana Askandar Tjokroprawiro dan Hendarto


Hendy.2020.Obstetri praktis dan komprehensif. Surabaya: Airlangga University
Press

Nuranif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NICNOC. Yogyakarta: MediAction

Suriadi dan Rita, Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Cv.Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai