Anda di halaman 1dari 19

LEPTOSPIROSIS

Nur Izzati Humaira


1813020050
DEFINISI
 Leptospirosis merupakan penyakit infeksi akut yang
dapat menyerang manusia maupun hewan yang
disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan
sebagi zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa
menjangkiti manusia. penyakit hewan yang disebabkan
oleh beberapa bakteri dari golongan leptospira yang
berbentuk spiral kecil disebut spirochaeta.
ETIOLOGI
 Tersering menginfeksi manusia :
1. L. icterohaenorrhagica (tikus)
2. L. canicola (anjing)
3. L. pomona (sapi,babi)

 Genus leptospira terdiri atas


1. L. interrogans (patogen)
2. L. biflexa (non patogen / saprofit)
EPIDEMIOLOGI
 Di Indonesia, leptospirosis ditemukan di DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Barat
 Pada kejadian banjir besar di Jakarta tahun
2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus
leptospirosis dengan 20 kematian.
PENULARAN LEPTOSPIROSIS
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIK
LEPTOSPIROSIS
 Masa inkubasi antara 2 – 26 hari, biasanya 7 - 12 hari
dan rata-rata 10 hari .
 Gambaran klinis pada Leptospirosis:1,10
 Sering : Demam, menggigil, sakit kepala,
meningismus, anoreksia, mialgia, conjuctival
suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus,
hepatomegali, ruam kulit, fotophobi.
 Jarang : Pneumonitis, hemoptoe, delirium,
perdarahan, diare, edema, splenomegali, atralgia,
gagal ginjal, peroferal neuritis, pancreatitis, parotitis,
epididimytis, hematemesis, asites, miokarditis.
2 FASE PENYAKIT YANG KHAS
(BIFASIK)
1.Fase leptospiremi atau septikemia(4-7 hari)
 Fase ditemukannya leptospira dalam darah dan CSS
 Berlangsung secara tiba-tiba

Gejala awal
 Sakit kepala darah frontal

 Nyeri otot yang hebat pada paha, betis dan pinggang disertai

nyeri tekan.
 Demam tinggi + menggigil

 Mual dengan atau tanpa muntah disertai diare.

 25% kasus disertai penurunan kesadaran.

 Conjungtivitis dan fotophobia (hari ke 3-4)

 Rash pada kulit

 Splenomegali, hepatomegaly, dan limfadenopati (kadang-kadang)


 2. Fase Imun (minggu ke-2)
 Berlangsung 4-30 hari  antibody terdeteteksi
dalam sirkulasi/ mikroorganisme dapat diisolasi
dari urin.
 Muncul sebagai respon imun tubuh
 Gejala lebih bervariasi
 Demam dan myalgia tidak begitu menonjol
 Sekitar 77% pasien mengalami nyeri kepala hebat
yang tidak terkontrol.( tanda awal meningitis)
Menurut berat ringannya, leptospirosis dibagi menjadi
ringan (nonikterik) dan berat (ikterik).

 Leptospirosis ringan (non-ikterik)


 Timbul mendadak
 Virallike illness (demam, nyeri kepala, dan myalgia)
 Nyeri retro orbital dan fotofobia.
 nyeri perut dan diare
 Anoreksia
 limfadenopati, splenomegali,
 rash makulopapular,
 kelainan mata (uveitis, iridosiklitis),
 meningitis aseptik
 conjunctival suffusion (Khas)
 Leptospirosis ikterik (penyakit Weil)
 Indikator utama leptospirosis berat
 Gagal ginjal akut
Gambaran klinik
 Ikterus khas penyakit
 manifestasi perdarahan Weil

 demam dapat persisten  fase imun jadi


tidak jelas atau tampak overlapping dengan
fase leptospiremia
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik meliputi ;
 Pengukuran Suhu
 Tekanan darah
 Pemeriksaan Mata (inspeksi)

-Terdapat Conjungtiva Anemis.


-Terdapat Sclera Ikterik.
-Subconjungtival Injection.
 Pemeriksaan Hepar (perkusi dan palpasi)

-Teraba dua jari di bawah arcus costae,


bertepi tajam, lunak, nyeri tekan.
Pemeriksaan penunjang, antara lain :

Pemeriksaan secara langsung


 (kultur, mikroskopik, inokulasi hewan,
immunostaining, reaksi polimerase berantai)

 Pemeriksaan secara tidak langsung ( MAT,


ELISA, tes penyaring).

Golden standar pemeriksaan serologi adalah


MAT, suatu pemeriksaan aglutinasi secara
mikroskopik untuk mendeteksi titer antibodi
aglutinasi, dan dapat mengidentifikasi jenis
serovar.
PENATALAKSANAAN
INDIKASI REGIMEN DOSIS

Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 x 100 mg


Ampisilin atau 2 gr/ hari
amoksisilin

Leptospirosis Penisilin G 2 juta unit/6 jam (i.v)


sedang/berat Ceftrioxine 1 gram / hari (i.v)

Kemoprofilaksis Doksisiklin 100 mg 2x/ hari


selama 7 hari
Amoxicilin atau 2 gr/ hari selama 7
ampicillin hari
KOMPLIKASI
 Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4
dan ke 6 
 Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan
kematian. 
 Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung
membengkak dan gagal jantung yang dapat
mengikabatkan kematian mendadak. 
 Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak
nafas. 
 Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh
darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan,
ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva). 
 Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir
cacat dan lahir mati. 
PROGNOSIS DAN PENCEGAHAN
PROGNOSIS
 Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus
dengan ikterus, angka kematian 5% pada umur dibawah
30 tahun, dan pada usis lanjut mencapai 30-40%.

PENCEGAHAN
 PHBS
 Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar
terhindar dari tikus
 Mencuci tangan, dengan sabun sebelum dan sesudah
makan
 Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan
sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/
selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya
 Menjaga kebersihan lingkungan .
SEKIAN
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
 Guyton, Arthur C. Hall, Jhon E. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Ed 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007
 Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junquera : teks
& atlas. Ed 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2011
 Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai