NASI
DISUSUN OLEH : NUR IZZATI HUMAIRA
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. KG
• Umur : 6 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Kemusu, Boyolali
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
• Hidung tersumbat
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
hidung tersumbat sejak 3 hari yang lalu. Diketahui 3 hari yang lalu,
tidak demam, suara tidak serak, dan tidak terasa gatal. Tidak ada
• Tidak ada keluarga yang mengalami hal • Pasien termasuk anak yang aktif.
serupa Pertumbuhan dan perkembangannya
sesuai usia.
PEMERIKSAAN FISIK
Perkusi Sonor Palpasi Defens muscular (-),nyeri tekan (-), tidak teraba
Auskultasi Suara dasar vesikular (SDV) : +/+ (positif di lapang paru kanan massa.
Discharge + +
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Darah - -
Stolsel - -
Benda asing - -
Konka nasi inferior. Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi kearah kanan
Lidah Ulkus (-), Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, posisi di tengah
Ukuran T0 T0
C. TENGGOROKAN
Permukaan Rata Rata
• Foto Os Nasal
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi pada bagian tulang di
organ hidung.
ETIOLOGI
• Penyebab dari fraktur tulang hidung berkaitan dengan trauma langsung pada hidung atau muka.
Penyebab utama dari trauma dapat berupa :
• Cedera saat olahraga
• Akibat perkelahian
• Kecelaaan lalu lintas
• Terjatuh
• Masalah kelahiran
• Kadang dapat iatrogenik
PATOFISIOLOGI TRAUMA NASAL
• Trauma nasal yang dihasilkan dari suatu pukulan bervariasi tergantung pada :
(1) usia pasien yang sangat berpengaruh pada fleksibilitas jaringan dalam meredam energi
dari pukulan,
(2) besarnya tenaga pukulan,
(3) arah pukulan dimana akan menentukan bagian nasal yang rusak, dan
(4) kondisi dari obyek yang menyebabkan trauma nasal.
• Fraktur nasal dapat terbuka, tertutup atau keduanya. Penyebabnya pada daerah perkotaan oleh
karena perkelahian, kecelakaan kendaraan dan olah raga. Pada daerah pedesaan umumnya
karena kecelakaan kerja atau kecelakaan pertanian. Pola terjadinya fraktur nasal dibedakan
menurut arah trauma, meliputi : (1) trauma lateral (trauma dari arah samping), (2) trauma
sagital (trauma dari arah depan), dan (3) trauma inferior (trauma dari arah bawah).
• Trauma dari arah lateral paling sering terjadi dan bervariasi beratnya mulai dari fraktur
sederhana ipsilateral (simple-fracture) sampai kerusakan lengkap (complete-fracture) dari
tulang nasal disertai trauma jaringan lunak intranasal dan ekstranasal.
• Trauma dari arah depan energi rendah biasanya memecahkan septum lebih dahulu
sebelum menyebabkan trauma piramid nasal. Pada trauma dengan energi yang lebih besar
menyebabkan pemisahan nyata dari tulang nasal yang merupakan bagian dari fraktur
nasoorbital ethmoid kompleks.
• Trauma dari arah inferior yang tersering terjadi hancurnya spina pre-maksilaris – septum
kompleks. Trauma seperti ini menyebabkan fragmen yang satu masuk ke dalam fragmen
yang lain menyebabkan pemendekan hidung atau penyumbatan salah satu sisi jalan nafas.
KLASIFIKASI PATOLOGI TRAUMA NASAL
• Diagnosis fraktur tulang hidung dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan
kemungkinan ada robekan pada mukosa septum, hematoma septum, dislokasi atau
pemindaian dengan CT scan yang berguna untuk melihat fraktur hidung dan
• Pasien harus selalu diperiksa terhadap adanya hematoma septum akibat fraktur,
bilamana tidak terdeteksi. Dan tidak dirawat dapat berlanjut menjadi abses,
dimana terjadi resorpsi kartilago septum dan deformitas hidung pelana ( saddle
• Fraktur nasal ditandai dengan laserasi pada hidung, epistaksis akibat robeknya membran
mukosa. Jaringan lunak hidung akan nampak ekimosis dan udem yang terjadi dalam
waktu singkat.
• Deformitas hidung seperti deviasi septum atau depresi dorsum nasal yang sangat khas,
deformitas yang terjadi sebelum trauma sering menyebabkan kekeliruan pada trauma
baru. Pemeriksaan septum nasal sangatlah penting untuk menentukan antara deviasi
septum dan hematom septi, yang merupakan indikasi absolut untuk drainase bedah
segera.
• Pada pemeriksaan fisis dengan palpasi ditemukan krepitasi, teraba lekukan tulang hidung
dan tulang menjadi irregular. Pada pasien dengan hematom septi tampak area berwarna
putih mengkilat atau ungu yang nampak berubah-ubah pada satu atau kedua sisi septum
nasal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologis
• Jika tidak dicurigai adanya fraktur nasal komplikasi, radiografi jarang diindikasikan.
Karena pada kenyataannya kurang sensitif dan spesifik, sehingga hanya diindikasikan
jika ditemukan keraguan dalam mendiagnosa. Radiografi tidak mampu untuk
mengidentifikasi kelainan pada kartilago dan ahli klinis sering salah dalam
menginterpretasikan sutura normal sebagi fraktur yang disertai dengan pemindahan
posisi. Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis seperti rhinorrhea cerebrospinalis,
gangguan pergerakan ekstraokular atau maloklusi. CT-scan dapat diindikasikan untuk
menilai fraktur wajah atau mandibular.
PENATALAKSANAAN
• REPOSISI TERTUTUP
• Reposisi tertutup dikerjakan bila : (1) fraktur tulang hidung yang terjadi tipe unilateral
atau bilateral, dan (2) terjadinya fraktur kompleks nasal – septal yang disertai deviasi
nasal kurang dari setengah lebar nasal – bridge.
• Teknik Operasi (Reposisi Tertutup) :
• Terapi fraktur dan depresi tulang nasal meskipun ringan paling baik dikerjakan di ruang operasi.
Instrumen yang biasa digunakan untuk reposisi tertutup adalah elevator Boise atau Ballenger,
forcep Asch atau Walsham. Jarak antara tepi rongga hidung ke sudut nasofrontal diukur,
kemudian instrumen dimasukkan sampai batas kurang 1 cm dari pengukuran tadi. Fragmen yang
depresi diangkat dengan kuat ke arah berlawanan dari tenaga yang menyebabkan fraktur,
biasanya kearah antero-lateral. Forcep Asch atau Walsham digunakan dengan memasukkan
masing-masing ujung instrumen pada masing-masing lubang hidung, atau hanya menempatkan
satu ujung forcep pada lubang hidung di bawah tulang hidung dan ujung lainnya di atas kulit.
Jangan terlalu ditekan khususnya daerah tulang hidung yang tebal dekat sutura nasofrontal
karena daerah ini jarang terjadi fraktur dan dapat menyebabkan robekan mukosa dan perdarahan.
• Reposisi disempurnakan dengan melakukan pembentukan (molding) fragmen yang tersisa dengan menggunakan jari.
Pada kasus dislokasi tulang piramid bilateral, reposisi septum nasal yang tidak adekwat dapat menyebabkan reposisi
• Terdapat kasus fraktur dislokasi septal sesudah dilakukan reposisi tertutup tidak menghasilkan respon yang baik, hal
ini diperlukan pengangkatan mukoperikondrium dan reseksi segmental, sehingga fraktur tulang rawan yang saling
mengait dapat terlihat. Setiap fragmen tulang dan tulang rawan yang mati dibuang. Stabilisasi septum dengan splints
Silastic, pasang tampon pada tiap lubang hidung. Penutupan bagian luar dengan plester dan gips. Splints diangkat
pada hari ke-10. Dekongestan spray nasal dapat digunakan selama masa penyembuhan. Sebagai tampon dapat
digunakan sufratulle, tampon sendiri dicabut 3 – 5 hari paska reposisi. Splints dengan memakai gips kupu-kupu
• REPOSISI TERBUKA 6,8,
• Reposisi terbuka dipertimbangkan untuk dikerjakan bila : (1) telah terjadi fraktur septal
terbuka, (2) fraktur dislokasi luas tulang hidung dan septum nasal, (3) terjadinya dislokasi
fraktur septum kaudal, (4) deviasi piramid lebih dari setengah lebar nasal bridge, (5)
perubahan bentuk menetap setelah dilakukan reposisi tertutup, (6) karena reposisi
perubahan bentuk septal yang tidak adekuat, (7) terjadinya hematoma septal, (8)
kombinasi perubahan bentuk septal dan tulang rawan alar,serta (9) terjadinya fraktur
displace spina nasi anterior dan adanya riwayat operasi intranasal
KOMPLIKASI
Komplikasi Segera
• Komplikasi segera bersifat sementara, meliputi edema, ekimosis, epistaksis, hematoma,
infeksi dan kebocoran liquor.
Komplikasi Lambat
• Obstruksi jalan nafas, perubahan bentuk sekunder, perlekatan, fibrosis (pembentukan
jaringan ikat) atau kontraktur (pemendekan jaringan otot nasal) , hidung pelana, dan
perforasi septal merupakan komplikasi lambat dari fraktur nasal
Kondisi Emergensi :
• Keadaan emergensi dan penanganan yang harus dilakukan pada fraktur nasal, meliputi :
(1) terjadinya perdarahan hebat dapat dilakukan kauteterisasi, tampon atau ligasi
pembuluh darah, (2) terjadinya hematoma septal yang hebat dapat dilakukan incisi dan
drainase cepat oleh karena dapat menimbulkan destruksi jaringan dalam 48 jam, (3)
terjadinya kebocoran cairan serebrospinalis perlu konsultasi dengan bedah saraf, dan (4)
adanya gangguan penglihatan perlu konsultasi segera dengan bagian mata.
KESIMPULAN
• Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi pada bagian tulang di organ
hidung
• Fraktur os nasal yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah fraktur septum nasi.
• Gejala dan tanda fraktur nasal adalah perubahan bentuk, perdarahan, pembengkakan, nyeri,
krepitasi, dan obstruksi nasal.
• Adanya pergeseran (deviasi) bagian piramid nasal harus dicurigai terjadinya fraktur septal
nasal.
• Sebagian besar fraktur nasal dapat diterapi dengan reposisi tertutup, kecuali fraktur nasal yang
kompleks dengan pergeseran (deviasi) bagian nasal lebih dari setengah lebar nasal, akan
membutuhkan reposisi terbuka.
TERIMA KASIH