Anda di halaman 1dari 38

FRAKTUR SEPTUM

NASI
DISUSUN OLEH : NUR IZZATI HUMAIRA
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. KG
• Umur : 6 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Kemusu, Boyolali
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
• Hidung tersumbat
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• An. KG datang ke poliklinik THT bersama ibunya dengan keluhan

hidung tersumbat sejak 3 hari yang lalu. Diketahui 3 hari yang lalu,

pasien terjatuh dan hidung pasien mengalami benturan pada batu.

Menurut ibunya, ketika pasien jatuh, hidung pasien mengalami


• Pasien belum pernah mengalami keluhan
perdarahan yang lumayan banyak. Kemudian pasien dibawa ke IGD serupa sebelumnya. Riwayat asma dan
oleh keluarga nya dan dilakukan foto rontgen Os. Nasal didapatkan alergi disangkal. Riwayat operasi tonsil 1
gambaran fraktur pada septum nasi. Pasien saat ini mengeluh nyeri tahun yang lalu.
pada daerah hidung, hidung tampak bengkak serta tersumbat. Pasien

tidak demam, suara tidak serak, dan tidak terasa gatal. Tidak ada

keluhan pada telinga.


RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA RIWAYAT PERSONAL SOSIAL

• Tidak ada keluarga yang mengalami hal • Pasien termasuk anak yang aktif.
serupa Pertumbuhan dan perkembangannya
sesuai usia.
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran Umum Kompos mentis (GCS E4V5M6) Cor  


Nadi : 80x/menit Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Vital Signs / Tanda-
Respirasi : 20x/menit Palpasi Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis
Tanda Vital
Suhu : 36,50C sinistra
Antropometri BB : 15,6 kg Perkusi Ukuran jantung dalam batas normal
Kepala dan Leher
Auskultasi Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada
Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Deviasi trakea (-)
bising ataupun suara tambahan jantung
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), Trakea teraba di garis tengah  
Pulmo  
Abdomen  
Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk
Inspeksi Cembung (-), jaringan parut (-), massa (-)
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus tidak ada
peningkatan maupun penurunan Auskultasi BU (+) N

Perkusi Sonor Palpasi Defens muscular (-),nyeri tekan (-), tidak teraba

Auskultasi Suara dasar vesikular (SDV) : +/+ (positif di lapang paru kanan massa.

dan kiri) Perkusi Timpani


Suara ronkhi: -/- Ekstremitas  
Wheezing : -/- Inspeksi Edema kaki (-)
Palpasi Akral hangat (+)
A. TELINGA

Bagian Auricula Dextra Sinistra


Normotia, Normotia
Auricula nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-) nyeri tragus (-)
STATUS LOKALIS Bengkak (-) Bengkak (-)

THT Pre auricular nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)


fistula (-) fistula (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Retro auricular
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Mastoid
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Canalis Auditorius Lapang, edema (-), Lapang, edema (-),
Eksternus hiperemis (-) hiperemis (-)
Intak Intak
Membran timpani Warna seperti mutiara Warna putih mutiara
Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)
Lain-lain Discharge (-), serumen (-) Discharge (-), serumen (-)
Bagian Hidung Luar
  Keterangan
Oedema dorsum nasi +
Jejas +
Krepitasi +
   
Bagian Hidung Dalam Dextra Sinistra
B. HIDUNG
Vestibulum nasi Normal Normal
Cavum nasi Menyempit Menyempit

Discharge + +
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Darah - -
Stolsel - -
Benda asing - -
Konka nasi inferior. Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi kearah kanan
Lidah Ulkus (-), Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, posisi di tengah

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T0 T0
C. TENGGOROKAN
Permukaan Rata Rata

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kripte Melebar (-) Melebar (-)


Detritus (-) (-)

DPP  Mukosa hiperemis (-), dinding rata, granular (-), coble


stone (-)
Tes Dextra Sinistra

D. PEMERIKSAAN GARPU TALA Rinne (+) (+)

Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen 2. Pemeriksaan laboratorium

• Foto Os Nasal

• Kesan : Fraktur Septum Nasi


DIAGNOSIS

• Fraktur Septum Nasi


PENATALAKSANAAN

• Dilakukan operasi reposisi FON


TINDAKAN PRE OPERASI

• Pasien di rawat inapkan untuk persiapan sebelum operasi


• Pemeriksaan laboratorium
• Pasien diminta puasa 6 jam sebelum tindakan operasi
• Pasien dikonsulkan kepada dokter anestesi
• Pasien diberi infus Ringer Laktat 12tpm, injeksi Cefotaxim 2x 250 mg, injeksi
Dexametason 2 x ¼ ampoule
TIDAKAN INTRA OPERASI

• Posisi pasien dalam keadaan terlentang, dan sudah diberikan General


Anestesi (GA)
• Melakukan asepsis dan antiseptik dengan betadine dan alkohol
• Pasangkan faryngeal pach
• Septum nasi diluruskan dengan cunam asch
• Pasang tampon ET
• Atasi perdarahan
• Faryngeal pach dilepas.
• Operasi selesai.
TINDAKAN PASCA OPERASI

• Instruksi post operasi


• Setelah tindakan operasi selesai kemudian pasien dipindahkan keruang pemulihan
• Setelah pasien sadar kemudian dikirim ke ruangan
• Awasi keadaan umum, vital sign dan tanda-tanda perdarahan
• Tidur dengan posisi miring
• Pasien disarankan untuk minum dingin atau es krim
• Pasien diberi infus Ringer Laktat 5 tpm, inj. Cefotaxim 2x250 mg, inj.
Dexamethason 2x ½ Ampul, inj. Asam Tranexamat 3x250 mg, inj. Paracetamol
3x250 mg.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI FRAKTUR OS. NASAL

• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi pada bagian tulang di
organ hidung.
ETIOLOGI

• Penyebab dari fraktur tulang hidung berkaitan dengan trauma langsung pada hidung atau muka.
Penyebab utama dari trauma dapat berupa :
• Cedera saat olahraga
• Akibat perkelahian
• Kecelaaan lalu lintas
• Terjatuh
• Masalah kelahiran
• Kadang dapat iatrogenik
PATOFISIOLOGI TRAUMA NASAL

• Trauma nasal yang dihasilkan dari suatu pukulan bervariasi tergantung pada :
(1) usia pasien yang sangat berpengaruh pada fleksibilitas jaringan dalam meredam energi
dari pukulan,
(2) besarnya tenaga pukulan,
(3) arah pukulan dimana akan menentukan bagian nasal yang rusak, dan
(4) kondisi dari obyek yang menyebabkan trauma nasal.
• Fraktur nasal dapat terbuka, tertutup atau keduanya. Penyebabnya pada daerah perkotaan oleh
karena perkelahian, kecelakaan kendaraan dan olah raga. Pada daerah pedesaan umumnya
karena kecelakaan kerja atau kecelakaan pertanian. Pola terjadinya fraktur nasal dibedakan
menurut arah trauma, meliputi : (1) trauma lateral (trauma dari arah samping), (2) trauma
sagital (trauma dari arah depan), dan (3) trauma inferior (trauma dari arah bawah).

• Trauma dari arah lateral paling sering terjadi dan bervariasi beratnya mulai dari fraktur
sederhana ipsilateral (simple-fracture) sampai kerusakan lengkap (complete-fracture) dari
tulang nasal disertai trauma jaringan lunak intranasal dan ekstranasal.
• Trauma dari arah depan energi rendah biasanya memecahkan septum lebih dahulu
sebelum menyebabkan trauma piramid nasal. Pada trauma dengan energi yang lebih besar
menyebabkan pemisahan nyata dari tulang nasal yang merupakan bagian dari fraktur
nasoorbital ethmoid kompleks.

• Trauma dari arah inferior yang tersering terjadi hancurnya spina pre-maksilaris – septum
kompleks. Trauma seperti ini menyebabkan fragmen yang satu masuk ke dalam fragmen
yang lain menyebabkan pemendekan hidung atau penyumbatan salah satu sisi jalan nafas.
KLASIFIKASI PATOLOGI TRAUMA NASAL

Fraktur hidung dapat dibedakan menurut :


• Lokasi : tulang nasal (os nasale), septum nasi, ala nasi, dan tulang rawan triangularis.
Arah datangnya trauma :
• Dari lateral : kekuatan terbatas dapat menyebabkan fraktur impresi dari salah satu tulang
nasal. Pukulan lebih besar mematahkan kedua belah tulang nasal dan septum nasi dengan
akibat terjadi deviasi yang tampak dari luar.
• Dari frontal : cederanya bisa terbatas hanya sampai bagian distal hidung atau kedua
tulang nasal bisa patah dengan akibat tulang hidung jadi pesek dan melebar. Bahkan
kerangka hidung luar dapat terdesak ke dalam dengan akibat cedera pada kompleks
etmoid.
• Datang dari arah kaudal : relatif jarang.
Jenis fraktur nasal meliputi :
• fraktur nasal sederhana,
• fraktur pada prosessus frontalis maksila,
• fraktur nasal dengan pergeseran kartilago nasi,
• fraktur dengan keluarnya kartilago septum dari sulkusnya di vomer,
• fraktur kominutiva pada vomer, dan
• fraktur pada tulang ethmoid sehingga CSS mengalir dari hidung. 1,13
GEJALA KLINIS

Tanda yang mendukung terjadinya fraktur tulang hidung dapat berupa :


• Depresi atau pergeseran tulang – tulang hidung.
• Terasa lembut saat menyentuh hidung.
• Adanya pembengkakan pada hidung atau muka.
• Memar pada hidung atau di bawah kelopak mata (black eye).
• Deformitas hidung.
• Keluarnya darah dari lubang hidung (epistaksis).
• Saat menyentuh hidung terasa krepitasi.
• Rasa nyeri dan kesulitan bernapas dari lubang hidung.
DIAGNOSIS

• Diagnosis fraktur tulang hidung dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan

pemeriksaan hidung bagian dalam dilakukan dengan rinoskopi anterior, biasanya

ditandai dengan pembengkakan mukosa hidung terdapatnya bekuan dan

kemungkinan ada robekan pada mukosa septum, hematoma septum, dislokasi atau

deviasi pada septum.

• Pemeriksaan penunjang berupa foto os nasal, bila perlu dapat dilakukan

pemindaian dengan CT scan yang berguna untuk melihat fraktur hidung dan

kemungkinan terdapatnya fraktur penyerta lainnya.

• Pasien harus selalu diperiksa terhadap adanya hematoma septum akibat fraktur,

bilamana tidak terdeteksi. Dan tidak dirawat dapat berlanjut menjadi abses,

dimana terjadi resorpsi kartilago septum dan deformitas hidung pelana ( saddle

nose ) yang berat.


PEMERIKSAAN FISIK

• Fraktur nasal ditandai dengan laserasi pada hidung, epistaksis akibat robeknya membran
mukosa. Jaringan lunak hidung akan nampak ekimosis dan udem yang terjadi dalam
waktu singkat.
• Deformitas hidung seperti deviasi septum atau depresi dorsum nasal yang sangat khas,
deformitas yang terjadi sebelum trauma sering menyebabkan kekeliruan pada trauma
baru. Pemeriksaan septum nasal sangatlah penting untuk menentukan antara deviasi
septum dan hematom septi, yang merupakan indikasi absolut untuk drainase bedah
segera.
• Pada pemeriksaan fisis dengan palpasi ditemukan krepitasi, teraba lekukan tulang hidung
dan tulang menjadi irregular. Pada pasien dengan hematom septi tampak area berwarna
putih mengkilat atau ungu yang nampak berubah-ubah pada satu atau kedua sisi septum
nasal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologis
• Jika tidak dicurigai adanya fraktur nasal komplikasi, radiografi jarang diindikasikan.
Karena pada kenyataannya kurang sensitif dan spesifik, sehingga hanya diindikasikan
jika ditemukan keraguan dalam mendiagnosa. Radiografi tidak mampu untuk
mengidentifikasi kelainan pada kartilago dan ahli klinis sering salah dalam
menginterpretasikan sutura normal sebagi fraktur yang disertai dengan pemindahan
posisi. Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis seperti rhinorrhea cerebrospinalis,
gangguan pergerakan ekstraokular atau maloklusi. CT-scan dapat diindikasikan untuk
menilai fraktur wajah atau mandibular.
PENATALAKSANAAN

• REPOSISI TERTUTUP
• Reposisi tertutup dikerjakan bila : (1) fraktur tulang hidung yang terjadi tipe unilateral
atau bilateral, dan (2) terjadinya fraktur kompleks nasal – septal yang disertai deviasi
nasal kurang dari setengah lebar nasal – bridge.
• Teknik Operasi (Reposisi Tertutup) :

• Terapi fraktur dan depresi tulang nasal meskipun ringan paling baik dikerjakan di ruang operasi.
Instrumen yang biasa digunakan untuk reposisi tertutup adalah elevator Boise atau Ballenger,
forcep Asch atau Walsham. Jarak antara tepi rongga hidung ke sudut nasofrontal diukur,
kemudian instrumen dimasukkan sampai batas kurang 1 cm dari pengukuran tadi. Fragmen yang
depresi diangkat dengan kuat ke arah berlawanan dari tenaga yang menyebabkan fraktur,
biasanya kearah antero-lateral. Forcep Asch atau Walsham digunakan dengan memasukkan
masing-masing ujung instrumen pada masing-masing lubang hidung, atau hanya menempatkan
satu ujung forcep pada lubang hidung di bawah tulang hidung dan ujung lainnya di atas kulit.
Jangan terlalu ditekan khususnya daerah tulang hidung yang tebal dekat sutura nasofrontal
karena daerah ini jarang terjadi fraktur dan dapat menyebabkan robekan mukosa dan perdarahan.
• Reposisi disempurnakan dengan melakukan pembentukan (molding) fragmen yang tersisa dengan menggunakan jari.

Pada kasus dislokasi tulang piramid bilateral, reposisi septum nasal yang tidak adekwat dapat menyebabkan reposisi

hidung dari sisi luar yang tidak memuaskan.

• Terdapat kasus fraktur dislokasi septal sesudah dilakukan reposisi tertutup tidak menghasilkan respon yang baik, hal

ini diperlukan pengangkatan mukoperikondrium dan reseksi segmental, sehingga fraktur tulang rawan yang saling

mengait dapat terlihat. Setiap fragmen tulang dan tulang rawan yang mati dibuang. Stabilisasi septum dengan splints

Silastic, pasang tampon pada tiap lubang hidung. Penutupan bagian luar dengan plester dan gips. Splints diangkat

pada hari ke-10. Dekongestan spray nasal dapat digunakan selama masa penyembuhan. Sebagai tampon dapat

digunakan sufratulle, tampon sendiri dicabut 3 – 5 hari paska reposisi. Splints dengan memakai gips kupu-kupu
• REPOSISI TERBUKA 6,8,
• Reposisi terbuka dipertimbangkan untuk dikerjakan bila : (1) telah terjadi fraktur septal
terbuka, (2) fraktur dislokasi luas tulang hidung dan septum nasal, (3) terjadinya dislokasi
fraktur septum kaudal, (4) deviasi piramid lebih dari setengah lebar nasal bridge, (5)
perubahan bentuk menetap setelah dilakukan reposisi tertutup, (6) karena reposisi
perubahan bentuk septal yang tidak adekuat, (7) terjadinya hematoma septal, (8)
kombinasi perubahan bentuk septal dan tulang rawan alar,serta (9) terjadinya fraktur
displace spina nasi anterior dan adanya riwayat operasi intranasal
KOMPLIKASI

Komplikasi Segera
• Komplikasi segera bersifat sementara, meliputi edema, ekimosis, epistaksis, hematoma,
infeksi dan kebocoran liquor.
Komplikasi Lambat
• Obstruksi jalan nafas, perubahan bentuk sekunder, perlekatan, fibrosis (pembentukan
jaringan ikat) atau kontraktur (pemendekan jaringan otot nasal) , hidung pelana, dan
perforasi septal merupakan komplikasi lambat dari fraktur nasal
Kondisi Emergensi :
• Keadaan emergensi dan penanganan yang harus dilakukan pada fraktur nasal, meliputi :
(1) terjadinya perdarahan hebat dapat dilakukan kauteterisasi, tampon atau ligasi
pembuluh darah, (2) terjadinya hematoma septal yang hebat dapat dilakukan incisi dan
drainase cepat oleh karena dapat menimbulkan destruksi jaringan dalam 48 jam, (3)
terjadinya kebocoran cairan serebrospinalis perlu konsultasi dengan bedah saraf, dan (4)
adanya gangguan penglihatan perlu konsultasi segera dengan bagian mata.
KESIMPULAN

• Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi pada bagian tulang di organ
hidung
• Fraktur os nasal yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah fraktur septum nasi.
• Gejala dan tanda fraktur nasal adalah perubahan bentuk, perdarahan, pembengkakan, nyeri,
krepitasi, dan obstruksi nasal.
• Adanya pergeseran (deviasi) bagian piramid nasal harus dicurigai terjadinya fraktur septal
nasal.
• Sebagian besar fraktur nasal dapat diterapi dengan reposisi tertutup, kecuali fraktur nasal yang
kompleks dengan pergeseran (deviasi) bagian nasal lebih dari setengah lebar nasal, akan
membutuhkan reposisi terbuka.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai