Anda di halaman 1dari 27

Anemia

Definisi

• Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang


rendah dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH)
Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak
memiliki jumlah sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan patofisiologi:
I. Kegagalan produksi sel darah merah:
A. Gangguan sel induk hematopoesis
 Anemia Aplastik
B. Gangguan sintesis DNA
 Anemia Megaloblastik
C. Gangguan sintesis Hemoglobin (Hb)
 Anemia Defisiensi Besi, Thalasemia
D. Gangguan sintesis eritropoetin
 Anemia karena GGK
E. Gangguan karena mekanisme lain:
 Anemia karena penyakit kronis,
 anemia sideroblastik
 Anemia karena infiltrasi sumsum tulang

II. Peningkatan destruksi sel darah merah:


 Anemia Hemolitik
III. Kehilangan darah (Blood Loss)
 Anemia karena perdarahan akut
Klasifikasi Anemia secara morfologi

1. Anemia Mikrositik Hipokromik

Anemia Normositik Normokromik


2.

Anemia Makrositik
3.
Perbandingan Anemia
Defisiensi Besi Hemolitik Vitamin B12 Asam Folat Aplastik

Definisi Kondisi dimana Suatu keadaan Anemia yang Anemia yang Gangguan hematopoisis yang
kandungan besi dimana kerusakan disebabkan oleh disebabkan oleh ditandai o/ ↓ produksi
tubuh total ↓ sel eritrosit yang kekurangan vitamin kekurangan eritroid, mieoloid,
dibawah kadar terjadi lebih awal. B12 asam folat megakariosit dalam sumsum
normal→ (Usia rata2 tulang
eritropoiesis ↓ → eritrosit: 110-120
pembentukan Hb ↓ hari)

Etiologi • Kebutuhan yg ↑ • Anemia • Asupan kurang • Asupan • Anemia aplastik herediter:


secara fisiologis hemolitik defek • Gangguan kurang 1. Sindrom Fanconi
• Kekurangan besi yg imun absorbsi • Gangguan 2. Diskeratosis kongenital
diserap • Anemia • Gangguan absorbsi 3. Trombositopenia
• Perdarahan hemolitik defek transport vit B12 • Kebutuhan ↑ amegakaryositik diwariskan
membran • Gangguan • Gangguan 4. Sindrom Shwachman-
metabolisme Vit metabolisme Diamond
B12 Asam Folat • Anemia aplastik didapat:
• ↑ ekskresi 1. Penggunaan obat
2. Senyawa benzene
3. Infeksi
Perbandingan Anemia
Defisiensi Besi Hemolitik Vitamin B12 Asam Folat Aplastik

Klasifikasi - Anemia hemolitik defek imun - - -


:
•Anemia hemolitik “warm
antibody”
•Anemia hemolitik “cold
antibody”
Anemia hemolitik defek
membran:
•Sferositosis heriditer
•Eliptositosis heriditer
•Stomatosis heriditer
•Paroksimal nocturnal
hemoglobinuria

Gejala Klinis Gejala Umum: pucat, Gejala Umum: Gejala Umum: pucat, Gejala Umum: pucat, Gejala Umum: Pucat,
iritabel, anoreksia, ↓ aktv Gejala Khas: ikterus, mudah lelah dan mudah lelah dan anoreksia, lemah,
kerja, ↓ daya tahan tubuh splenomegali dan anoreksia anoreksia, perdarahan palpitasi,
Gejala khas: disfagia,atrofi hepatomegali Gejala Khas: glositis, (kasus berat) Gejala Khas:
papil lidah, stomatitis gangguan neurologik Gejala Khas: iritabel, perdarahan dan tanda-
angular, dan kuku sendok (parestesia, defisit gagal mencapai BB tanda infeksi
(koilonychia). sensori, hipotonia, yang cukup dan diare
kejang, dll) pada kronis,
defisiensi vitamin B12
Perbandingan Anemia
Defisiensi Besi Hemolitik Vitamin B12 Asam Folat Aplastik

Pem. MCV ↓ Anemia Hemolitik defek MCV > 100 fL MCV > 100 fL Kadar Hb ↓
Penunjang Fe Serum ↓ imun: Anisositosis & Vit B12 < 100 pg/ml Ht ↓
TIBC ↑ Hb 3-9 g/dl poikilositosis ↓ MCV ↓
Saturasi Transferin ↓ Trombositopeni Retikulositopenia Fe dan Asam Folat Gambaran darah Tepi
FEP ↑ Kadar bilrubin indirek ↑ Morgologi normal/ ↑ : Pansitopenia,
Gambaran darah tepi megaloblastik (SDM) ↑ ekskresi asam limfositosis
Feritin Serum ↓ berupa sferositosis, Asam folat ↓ metilmalonik dlm
polikromasi, poikilositosis, Fe dan Vit B12 urin
sel eritrosit berinti normal / ↑ Pem. Tes schilling dgn
LDH ↑ radiolabeled B12
Anemia hemolitik defek absroption test
membran: menunjukkan
Sferositosis Herediter: Hb absorbsi kobalamin
normal/ ↓ sampai 6-10 rendah dan mjd
g/dl, Jumlah retikulosit ↑ normal stlh
sampai 6-20%, pemberian faktor
hiperbilirubinemia, MCV intrinsik lambung
normal, MCHC ↑, Tes
Coombs (-), Gambaran
darah tepi: polikromasi, sel
eritrosit sferosit lbh kecil
dgn hiperkromasi,
retikulosit ↑
Perbandingan Anemia
Defisiensi Besi Hemolitik Vitamin B12 Asam Folat Aplastik

Pem. MCV ↓ Eliptositosis herediter: MCV > 100 fL MCV > 100 fL Kadar Hb ↓
Penunjang Fe Serum ↓ Gambaran darah tepi Anisositosis & Vit B12 < 100 Ht ↓
TIBC ↑ eliptositosis, gambaran poikilositosis pg/ml ↓ MCV ↓
Saturasi Transferin ↓ mikrositik, sferositosis Retikulositopenia Fe dan Asam Folat Gambaran darah
dan poikilositosis, Morgologi normal/ ↑ Tepi :
FEP ↑ mungkin jg retikulosit, megaloblastik ↑ ekskresi asam Pansitopenia,
Feritin Serum ↓ dan eritrosit hiperplasi. (SDM) metilmalonik dlm limfositosis
Asam folat ↓ urin
Paroksismal nokturnal Fe dan Vit B12 Pem. Tes schilling
hemoglobinuria: normal / ↑ dgn radiolabeled
(+) asam serum (Ham) LDH ↑ B12 absroption
atau adanya (+) tes lisis test menunjukkan
sukrose. absorbsi
Flowcytometry (pilihan kobalamin rendah
diagnostik terbaik) dan mjd normal
stlh pemberian
faktor intrinsik
lambung
Perbandingan Anemia
Defisiensi Besi Hemolitik Vitamin B12 Asam Folat Aplastik

Diagnosis Berdasarkan jenis etiologi Anamnesis: gejala anemia, riwayat diet, riwayat Berdasarkan GK: panas,
1. Kadar Hb kurang dari normal operasi, riwayat pemakaian obat-obatan, pucat, perdarahan, tanpa
sesuai usia Pemfis: anemia, ikterus ringan, lemon yellow adanya organomegali,
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata- skin, glositis, stomatitis, purpura, neuropati. Gambaran darah tepi:
rata < 31% (N: 32-35%) Pem.penunjang: pemeriksaan kadar asam folat, pasitopenia dan limfositosis,
3. Kadar Fe Serum < 50Ug/dl (N: vitamin B12, tes schilling Diagnosis pasti: Biopsi
80-180 ug/dl) sumsum tulang
4. Saturasi transferrin < 15% (N:
20-50%)

Terapi • Pemberian preparat besi per Terapi berdasarkan 1 mg (iv) vit B12. Pemberian asam folat Pengobatan suportif:
oral (4-6 mg besi/ kgBB/hari, 2-3 penyakit Jika tjd perbaikan (0,5-1 mg/hari) iv or po. • Pengobatan terhadap
dosis/hari, selama 2 bulan stlh neurologis, Diberikan dalam beberapa infeksi
anemia) berikan lg 1mg bulan sampai terbentuk • Transfusi Darah (jika
(im) vit B12 populasi eritrosit normal. diperlukan)
• Pemberian preparat besi selama 2 minggu. Atau dilanjutkan selama 3- • Transplantasi sumsum
parenteral (Dosis besi (mg) — Terapi 4 minsampai terjadi tulang
BB(kg) x kadar Hb yang pemeliharaan perbaikan yg menetap dan
diinginkan (g/dl) x 2,5 seumur hidup 1 multivitamin (utk
• Transfusi darah (jarang mg /bulan. pemlharaan 0,2 mg asam
diperlukan) folat)

Prognosis Baik bila penyebab anemianya Prognosis berdasarkan Umumnya baik, kecuali bila ada komplikasi Prognosis bergantung pada
hanya karena kekurangan besi saja penyakit kardiovaskuler atau infeksi berat. gambaran sumsum tulang,
dan diketahui penyebabnya serta kadar Hb F, Jumlah
dilakukan penanganan yang granulosit,
adekuat.
Proses terjadinya anemia defisiensi zatbesi melalui 3 tahap yaitu:

• Stadium I: deplesi cadangan besi yang ditandai dengan penurunan


serum ferritin (<10-12μg/L) sedangkan pemeriksaan Hb dan zat besi
masih normal.
• Stadium II: defisiensi besi tanpa anemia terjadi bila cadangan besi
sudah habis maka kadar besi didalam serum akan menurun dan
kadar hemoglobin masih normal. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan penurunan serum iron(SI) dan saturasi transferrin,
sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat.
• Stadium III: anemia defisiensi besi ditandai dengan penurunan kadar
Hb, MCH, MCV, MCHC pada keadaan berat, Ht dan peningkatan kadar
free erythrocyte protoporphyrin (FEP).
Benzidine Test
Tujuan
• Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Metode
• Metode yang digunakan adalah metode benzidine test.
Prinsip
• Hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan
hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan
mengoksidasi zat warna tertentu yang menimbulkan perubahan
warna.
Alat
• Objek glass
• Pipet tetes Cara Kerja
• Pengaduk • Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
• Sampel feses ditetesi secukupnya pada objek glass,
Bahan • Ditambahkan sedikit bubuk benzidine, dan dicampur
• Sampel feses homogen,
• Ditambahkan 2 tetes asam cuka dan dicampur homogen,
• Bubuk benzidine
• Ditambahkan 2 tetes H2O2, dicampur homogen dan
• H2O2 diamati perubahan warnanya.
• Asam asetat 
Hasil Pengamatan
• Interpretasi Hasil :
• Hijau =+
• Hijau kebiruan = ++
• Biru = +++
• Biru pekat = ++++
Transfusi PRC
• transfusi PRC hampir selalu diindikasikan pada kadar Hb <7,0 g/dL, terutama
pada keadaan anemia akut.
• Transfusi juga dapat dilakukan pada kadar Hb 7,0-10,0 g/dL, bila ditemukan
hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.
• Pada bayi prematur, transfusi PRC diindikasikan apabila kadar Hb <7,0 g/dL.
• Pada keadaan infant respiratory distress syndrome (IRDS), transfusi diberikan
pada kadar Hb <12,0 g/dL untuk bayi yang membutuhkan oksigen, atau < 10.0
g/dL untuk bayi yang tidak membutuhkan oksigen.
• Pada bayi prematur dengan tanda anemia ringan transfusi diberikan bila kadar Hb <10,0
g/dL.
• Namun, apabila terjadi tanda dan gejala anemia berat transfusi PRC dapat diberikan
pada kadar Hb <12,0 g/dL.
• Pada bayi aterm di bawah usia 4 bulan, transfusi diberikan apabila terdapat manifestasi
klinis anemia serta kadar Hb <7,0 g/dL.
• Transfusi PRC juga dapat diberikan pada bayi dengan anemia perioperatif yang memiliki
kadar Hb < 10.0 g/ dL,
• Pada perdarahan akut yang melebihi 10% dari volume darah total yang tidak
menunjukkan respon terhadap terapi lain.
• Transfusi PRC juga diberikan pada pasien pasca operasi dengan tanda dan gejala anemia
dan kadar Hb <10,0 g/dL.
• Diberi pada pasien yang menderita penyakit kardiopulmonal berat dengan kadar Hb
<12,0 g/dL.
• Dosis transfusi PRC pada anak adalah 10-15 mL/kgBB/hari apabila Hb
>6,0 g/dL, sedangkan pada Hb <5,0 g/dL, transfusi PRC dapat
dilakukan dengan dosis 5 mL/kgBB dalam 1 jam pertama. Sisa darah
yang masih ada pada kantong dapat dihabiskan dalam 2-3 jam
selanjutnya, asalkan total darah yang diberikan tidak melebihi 10-15
mL/kgBB/hari.
• Dosis transfusi PRC pada neonatus 20 mL/ kgBB, dan disarankan untuk
menggunakan kantong pediatrik dengan kapasitas ±50 mL/kantong.
Pada anak, pemberian PRC 4 mL/kgBB dapat meningkatkan kadar Hb
sekitar 1 g/dL.
• Rumus untuk menghitung kebutuhan PRC adalah [DHb (target Hb –
Hb saat ini) x berat badan x 4], sementara kebutuhan per hari adalah
10-15 ml/kgBB/hari.
Reaksi Transfusi
• Berdasarkan tipe, reaksi transfusi dapat dibagi menjadi dua kategori,
• Reaksi transfusi imunologis, dibagi menjadi
• reaksi cepat, yang mencakup reaksi hemolitik akut, destruksi trombosit,
demam non-hemolitik, reaksi alergi, reaksi anafilaktik, serta transfusion­
related acute lung injury (TRALI).
• Reaksi lambat yang mencakup reaksi hemolitik lambat, aloantibodi, purpura
pasca-transfusi transfusion­associated graft versus host disease (TAGvHD).
• Reaksi transfusi non-imunologis, mencakup infeksi yang ditularkan melalui
darah, sepsis, transfusion­associated circulatory overload (TACO), dan
gangguan metabolik.
Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi transfusi dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori,
• Kategori I (reaksi ringan), berupa demam dengan suhu >38,0°C atau
kenaikan suhu 1-2°C dari suhu tubuh pra-transfusi, pruritus, ruam
ringan, transient urticaria, atau flushing.
• Kategori II (reaksi sedang), di samping demam dengan suhu tubuh
>39,0°C atau kenaikan suhu >2°C dari suhu tubuh pra-transfusi, disertai
menggigil, rasa kaku, mual/muntah, mialgia, angioedema, mengi,
urtikaria, serta ruam kulit, tanpa gangguan pada sirkulasi dan
pernapasan.
• Kategori III (reaksi berat), terjadi hipotensi atau gangguan sirkulasi,
sesak napas, mengi, stridor berat, serta anafilaksis.
Reaksi yang timbul setelah transfusi
Reaksi ringan (karena hipersensitivitas ringan)
• Tanda dan gejala:
• Ruam kulit yang gatal
• Tatalaksana:
• Lambatkan transfusi
• Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
• Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan
gejala setelah 30 menit
• Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang (lihat
bawah).
Reaksi sedang-berat (karena hipersensitivitas yang sedang, reaksi non-
hemolitik, pirogen atau kontaminasi bakteri)
• Tanda dan gejala:
• Urtikaria berat
• Kulit kemerahan (flushing)
• Demam > 38°C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
• Menggigil
• Gelisah
• Peningkatan detak jantung.
• Tatalaksana:
• Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
• Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
• Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman 100-102)
• Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah dari
• tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24 jam
• Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara perlahan dengan darah
baru dan amati dengan seksama
• Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
yang mengancam jiwa.
Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan syok
septik, kelebihan cairan atau anafilaksis)
• Tanda dan gejala:
• demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
• menggigil
• gelisah
• peningkatan detak jantung
• napas cepat
• urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
• perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
• bingung
• gangguan kesadaran.
• Tatalaksana
• stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
• jaga jalan napas anak dan beri oksigen
• beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan 10
000)
• tangani syok
• beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika
tersedia
• beri bronkodilator jika terjadi wheezing 
• jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan furosemid 1 mg/kgBB IV
• beri antibiotik untuk septisemia.
Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai