Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ANEMIA

Disusun oleh :

WARLAN SUHERLAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

HORIZON UNIVERSITY INDONESIA KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang 41316 TA 2022/2023


A. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)

atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel

darah merah dalam membawa oksigen.

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin

(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika

kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria,

maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang

memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%,

maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,

melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat

gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat

kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai

di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala

dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak

adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,

yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada

banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges,

Jakarta, 2002)

B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala :
a. Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin.
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

1. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/Dl < 6.5 g/dL

C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses
ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
E. TANDA DAN GEJALA
1. Lemah, letih, lesu dan lelah.
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi.
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada).
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang).
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP.
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)

F. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

G. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


a. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik

b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah

d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur


f. PTT : memanjang

g. LDH : mungkin meningkat

h. Asam urat serum : mungkin meningkat

i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan

mielomonositik

j. Copper serum : meningkat

k. Zink serum : menurun

l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat

keterlibatan.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitami
 n B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi
IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

I. Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian
a) Riwayat pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien mengatakan kepalanya saat ini
terasa pusing, badannya terasa lemas dan kadang – kadang merasa
ngantuk pada waktu siang hari.
2) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan yang nampak pada klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,
pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau
dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan
kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat
trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang
ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres
yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.
e) Hidung
Lakukan inspeksi bentuk hidung, adanya kelainan dan fungsi
olfaktori.

f) Mulut dan laring


Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid
serta adanya pembesaran vena jugularis.
h) Thorak
 Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi
pernafasan.
 Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus.
 Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
 Auskultasi.
Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi tambahan
nafas.
i) Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, dan
hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang
meningkat atau tidak.
j) Abdomen dan genitalia.
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta adanya tanda-tanda
kelainan yang lain. Inspeksi genitalia dan kaji adanya kelainan
yang timbul.
k) Ekstrimitas.
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan adanya tanda-tanda
sianosis.
J. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul:
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
No Dignosis Intervensi
1. Perfusi perifer tidak Manajemen sensasi Perifer
efektif (D.0009) Definsi
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola
Penurunan sirkulasi darah katidaknyamanan pada perubahan
pada level kapiler yang sensasi perifer
dapat menganggu Observasi
metabolisme tubuh - Identifikasi perubahan suhu
Gejala dan tanda mayor - Identifikasi penggunaan alat
Subjektif: (-) pengikat, prostesis, sepatu dan
Objektif : pakaian
- Pengisian kapiler >3 - Periksa perbedaan sensasi panas
detik atau dingin
- Nadi perifer - Periksa kemampuan
menurun atau tidak mengidentifikasi lokasi dan
teraba tekstur benda
- Akral teraba dingin - Monitor terjadinya parestesia,
- Warna kulit pucat jika perlu
- Turgor kulit - Monitor adanya tromboflebitis
menurun dan tromboemboli vena
Gejela dan tanda minor Terapeutik
Subjektif: - Hindari pemakaian benda – benda
- Parastesia yang berlebihan suhunya (terlalu
- Nyeri ekstremitas panas atau dingin)
(klaudikasi Edukasi
intermiten) - Anjurkan pengngunaan
Objektif : termometer untuk menguji suhu
- Edema - Anjurkan penggunaan sarung
- Penyembuhan luka tangan ternal saat memasak
lambat - Anjurkan memakai sepatu lembut
- Indeks ankle- dan bertumit rendah
bronchial <0,90
- Bruit femoral Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

2. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

No Diagnosis Intervensi

2. Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi (I. 05178)


(D.0056) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi
penggunaan energi untuk mengatasi
Ketidakcukupan energi
atau mencegah kelelahan dan
untuk melakukan aktivitas
mengoptimalkan proses pemulihan
sehari – hari
Obervasi
Gejala tanda mayor - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Subjektif : yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
- Mengeluh lelah
emosional
Objektif :
- Monitor pola dan jam tidur
- Frekuensi jantung - Monitor lokasi dan
meningkat >20% dari ketidaknyamanan selama
kondisi istirahat melakukan aktivitas

Gejala tanda minor Terapeutik


- Sediakan lingkungan nyaman dan
Subjektif :
rendah stimulus (mis, cahaya,suara
- Dispnea saat/setelah kunjungan)
aktivitas - Lakukan latihan rentang gerak
- Merasa tidak nyaman pasif dan aktif
setelah beraktivitas - Berikan aktivitas distraksi yang
- Merasa lemah menenangkan
Objektif : - Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
- Tekanan darah berubah
atau berjalan
>20% dari kondisi
Edukasi
istirahat
- Anjurkan tirah baring
- Gambaran EKG
- Anjurkan melakukan aktivitas
menunjukkan aritmia
secara bertahap
saat/setelah aktivitas
- Anjurkan mengubungi perawatan
- Gambaran EKG
jika tanda dan gejala kelelahan
menunjukkan iskemia
tidak berkurang
- Sianosis
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC.

Marlyn E. Doenges, 2010. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. DPP PPNI.

Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai