Anda di halaman 1dari 47

PRESENTASI KASUS

FRAKTUR OS NASAL
Oleh:
Lintang Suroya
1913020013
Pembimbing: dr. Trihana S, Sp.THT-KL, M.Kes
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 57 tahun

Jenis Kelamin : Laki laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Krasaksari 1/7, Koripan, Susukan, Semarang.

Tanggal Masuk : 17 Februari 2020


2
ANAMNESIS
Keluhan Utama
• Hidung Nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang


• Tn M datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan hidung nyeri. Nyeri dirasa di
bagian punggung hidung, dan sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Nyeri ini dirasa terus menerus,
punggu hidung juga dirasa agak bengkok ke kiri. Keluhan ini disertai hidung sebelah kiri tersumbat
sehingga pasien merasa sulit bernafas dan lebih sering bernafas melalui mulut. Pasien sebelumnya
sudah pernah berobat ke Rumah Sakit Caruban dan di rujuk ke RSUD Salatiga karena dicurigai
mengalami patah pada tulang hidung. Menurut pasien dan keluarga pasien rasa nyeri pada hidung ini
dirasakan setelah pasien mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal yang di alami bus pasien saat pergi
berziarah ke jawa timur dan pasien merasa hidungnya sempat membentur kursi depan. Riwayat
mimisan, pusing berputar dan berdenyut, mual muntah, keluar cairan bening dari hidung, nyeri di
bagian wajah lain, gangguan penghidu, dan gangguan pendengaran disangkal.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat asma, hipertensi,
diabetes meliitus, kolesterol tinggi, penyakit jantung dan alergi obat disangkal. Pasien
mengatakan belum pernah operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat hipertensi, diabetes melitus,
asma, dan alergi pada keluarga juga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


• Pasien merupakan seorang pekerja swasta. Pasien tidak merokok. Pasien memiliki BPJS,
namun dikarenakan hal ini merupakan kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jawa
timur sehingga BPJS belum bisa digunakan saat di RS Caruban, sehingga pasien
mengunakan jalur umum dan rujukan ke RSUD Salatiga pun menjadi pasien umum.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum Tampak sakit berat
Kesadaran Compos Mentis (GCS : E4V5M6)

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Vital Signs / Tanda- Nadi : 60x/menit
Tanda Vital Respirasi : 20x/menit
Saturasi O2: 98%
Suhu : 36,3 0C

Kepala dan Leher


Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), deviasi trakea (-)
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), Trakea teraba di garis tengah,
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax  
Pulmo  
Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk,
ginekomasti (-), spider navi (-)

Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus tidak ada
peningkatan maupun penurunan

Perkusi Sonor

Auskultasi Suara vesikular dasar (SDV) : (+/+)


Suara ronkhi: -/-
Wheezing : -/-
PEMERIKSAAN FISIK
Cor  
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis
Palpasi sinistra

Perkusi Ukuran jantung dalam batas normal

Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada


Auskultasi
bising ataupun suara tambahan jantung
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen  
Inspeksi Supel, Asites (-), caput medusa (-), striae (-), sikatriks (-)

Auskultasi Bising usus (+) normal

Palpasi Distensi (-), nyeri tekan (-)

Perkusi Timpani, batas paru-hepar dan paru-lien dalam batas normal

Ekstremitas  
Inspeksi Tidak tampak petechie pada ekstremitas atas
Palpasi Akral hangat, pengisian kapiler normal

Genitalia  
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS LOKALIS THT
Bagian Auricula Dextra Sinistra
Normotia, Normotia
Auricula nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-) nyeri tragus (-)

Bengkak (-) Bengkak (-)


Pre auricular nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
fistula (-) fistula (-)

Bengkak (-) Bengkak (-)


Retro auricular
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Mastoid
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Lapang Lapang
Intak Intak
Membran timpani Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)
Bagian Hidung Luar
  Dextra Sinistra

STATUS LOKALIS THT


Bentuk
Inflamasi atau tumor
Normal
(-)
Normal, jejas (+)
Jejas (+)
Nyeri tekan Hidung (+)
Krepitasi Hidung (+)
Deformitas (+) dominan pada hidung sinistra, Deviasi
Deformitas atau septum deviasi
septum ke arah kiri.
Nyeri tekan sinus - -
Bagian Hidung Dalam (Pemeriksaan Rinoskopi Anterior)
Vestibulum nasi Normal Normal
Cavum nasi Lapang Sempit
Sekret - -
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Benda asing - -
Konka nasi inferior. Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi (+) ke kiri
Pemeriksaan Rinoskopi Posterior Tidak dilakukan
Pemeriksaan Phalatal Phenomen Tidak dilakukan
Lidah Ulkus (-), Stomatitis (-)

STATUS LOKALIS THT


Uvula Bentuk normal, posisi di tengah

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T1 T1

Permukaan Tenag, rata Tenang, rata

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kripte Melebar (-) Melebar (-)

Detritus (-) (-)

Faring  Mukosa hiperemis (-), dinding tidak rata (-), granular (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

2. Pemeriksaan radiologi  rontgen os nasal


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi      
ribu/ul
Leukosit 7,67 5,00 – 14,50

Eritrosit 5,33 3,7 – 5,70 juta/ul

Hemoglobin 14,0 10,7 – 14,7 gr/Dl

Hematokrit 36,6 31 – 43 vol%

MCV 72,6 72 – 88 Fl

MCH 24,7 23 – 31 Pg

MCHC 36,5 33 – 36 gr/dL

Trombosit 195 150 – 450 ribu/ul


 
Golongan darah ABO O  

PT 14,8 11-18 Detik


13
APTT 39,0 27-42 Detik
Hitung Jenis

%
Eosinophil 0,5 1–5

%
Basophil 0,2 0–1

%
Limfosit 28,9 25 – 50

%
Monosit 3,6 1–6

%
Neutrofil 43,9 25 – 60

Imuno/Serologi 
 
Hbs Ag (Rapid) Negative Negative

 
Anti HIV Negative Negative 14
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Hasil (17/02/2020):
• Tak tampak soft tissue swelling
• Tampak diskontinuitas os nasal pars
inferior, aposisi dan alignment baik
• Tampak deviasi septum nasi ke sinistra
lk.7mm

Kesimpulan:
fraktur os nasal pars inferior, aposisi dan
alignment baik, deviasi septum nasi ke
sinistra
Gambar 1.2. foto rontgen os nasal PA dan Lateral
ASSESMENT

FRAKTUR OS NASAL

16
PENATALAKSANAAN/PLANNING

IGD 17-02-2020
• Infus RL 20 tpm
• Injeksi ketorolac 1 x 30 mg
• Program tindakan Reposisi Fraktur Os Nasal
(FON)
• Cek laboratorium pre-operative: Darah Rutin,
PTT, APTT, Golongan Darah, Ureum, Kreatinin,
Gula Darah Sewaktu, HbSAg, dan Anti HIV.
17
PENATALAKSANAAN/PLANNING

Tatalaksana 18-02-2020 Tatalaksana 19-20-2020


• Infus RL 20 tpm • Infus RL 20 tpm
• Injeksi ketorolac 3 x 30 mg • Injeksi methylprednisolon
• Injeksi Cefuroxime 1x 1 2x62,5 mg
gram 30 menit sebelum • Injeksi asam tranexamat
operasi 3x500mg
• Injeksi ranitidin 3x50 mg
• Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
18
PENATALAKSANAAN/PLANNING

Tatalaksana 20-02-2020 Tatalaksana 21-02-2020


• Infus RL 20 tpm • Infus RL 20 tpm
• Injeksi methylprednisolon • Injeksi methylprednisolon
2 x 62,5 mg 2 x 62,5 mg
• Injeksi asam tranexamat 2 • Injeksi asam tranexamat
x 500mg  stop
• Injeksi ranitidin 2 x 50 mg • Injeksi ranitidin 2 x 50 mg
• Injeksi ketorolac 2 x 30 • Injeksi ketorolac 2 x 30
mg mg 19
PENATALAKSANAAN/PLANNING

Tatalaksana 22-02-2020 Tatalaksana 23-02-2020


• Infus RL 20 tpm • Aff tampon hidung
• Injeksi methylprednisolon • BLPL
2 x 62,5 mg
• Injeksi ranitidin 2 x 50 mg
• Injeksi ketorolac 2 x 30
mg

20
Tinjauan Pustaka
Anatomi Hidung

22
Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya.

Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi pada bagian
tulang di organ hidung  mengakibatkan terhalangnya jalan pernafasan dan
deformitas pada hidung.

23
Epidemiologi
▰ kasus trauma terbanyak pada wajah dan merupakan kasus fraktur ketiga
terbanyak di seluruh tulang penyusun tubuh manusia
▰ 39%-45% dari seluruh fraktur maksilofasial
▰ Di Amerika Serikat, kejadian fraktur os nasal rata-rata 51.200 per tahun
merupakan fraktur ketiga paling sering ditemui
▰ Insiden meningkat pada umur 15-30 tahun, dan dihubungkan dengan
perkelahian dan cedera akibat olahraga, tiga kali lebih banyak terjadi pada
laki-laki
ETIOLOGI

Cedera saat Akibat Kecelaaan


olahraga perkelahian lalu lintas

Kadang dapat
Terjatuh
iatrogenik
PATOFISIOLOGI
Kekuatan yang
Fraktur
besar dari
kominutif
berbagai arah
Berupa Objek yang kecil
Kekuatan yang besar dari Penekanan
dengan kecepatan hidung
tinggi/
Fraktur nasal
ipsilateral,
tapideformitas S
Jenis fraktur
berbagai arah lateral objek besar
atau C, deformitas septum
kecepatan rendah
Kekuatan dari
Fraktur angulasi
lateral

Fraktur bilateral

kerangka kartilago dan fraktur apeks


Saddle nose
pertemuan antara nasi tipe depresi
Menyebabkan beberapa
Trauma anterior
kartilago lateral bagian tipe fraktur sesuai dengan
Fraktur kominutf
atas dengan tulang dan kekuatan dan arah
kekuatan dan arah
kartilago septum pada datangnya trauma
Trauma
krista inferior
maksilaris dislokasi septum
KLASIFIKASI

Fraktur os
nasal

Arah
Lokasi datangnya
trauma

tulang nasal tulang rawan


septum nasi, ala nasi, Lateral Frontal kaudal
(os nasale), triangularis.
KLASIFIKASI (berdasarkan jenis fraktur)

Fraktur nasal Fraktur nasal Fraktur nasal


sederhana bilateral kominunitiva

Fraktur tulang
Fraktur tulang
nasoorbitoetmoid
hidung terbuka
kompleks
KLASIFIKASI
Stranc dan Roberston Harrison

Tipe I : Fraktur ini menyebabkan terjadinya avulsi


Kelas I : Pada keadaan ini terdjadi fraktur depres
kartilago lateral atas, dislokasi posterior septum
hidung tanpa melibatkan septum nasi.
dan ala nasal.

Kelas II : Fraktur yang terjadi menyebabkan fraktur


Tipe II : Fraktur ini menyebabkan deviasi dorsum
komunitiva,sehingga deviasi semakin jelas.
nasi dan juga menyebabkan tulang hidung
Khasnya pada fraktur ini akan tampak gambaran
menjadi datar.
seperti huruf C.

Tipe III : Fraktur pada tulang hidung dan juga


Kelas III : Fraktur ini disebut juga fraktur naso
menyebabkan kerusakan pada mata dan struktur
orbito etmoidalis (NOE)
intrakranial.
Hwang Michael Murray
Tipe I : Fraktur sederhana tanpa Tipe I : Fraktur sederhana tanpa Tipe I : Cedera jaringan lunak
deviasi deviasi sekitar hidung

Tipe II : Fraktur sederhana + Tipe II : Fraktur sederhana dengan Tipe IIa : Fraktur sederhana
deviasi deviasi unilateral tanpa deviasi

Tipe IIb : Fraktur sederhana


IIA : Unilateral Tipe III : Fraktur communited
bilateral dengan deviasi

IIAs : Unilateral dengan fraktur Tipe IV : Deviasi tulang hidung dan Tipe III : Fraktur sederhana
septum nasi fraktur septum nasi , disertai deviasi

Tipe V : Fraktur kompleks nasal Tipe IV : Fraktur communited


IIB : Bilateral
dan septum nasi tertutup

IIBs : Bilateral dengan fraktur Tipe V : Fraktur communited


septum nasi terbuka atau fraktur tipe II-IV
disertai kebocoran cairan
serebrospinal, hematom septum
nasi, obstruksi jalan nafas,
Tipe III : Fraktur communited deviasi berat dan termasuk
fraktur Naso-orbito-etmoidalis.
MANIFESTASI KLINIS
Adanya Memar pada
Depresi atau
Terasa lembut saat pembengkakan hidung atau di
pergeseran tulang
menyentuh hidung. pada hidung atau bawah kelopak
hidung.
muka. mata (black eye).

Keluarnya darah Saat menyentuh Rasa nyeri dan


dari lubang hidung hidung terasa kesulitan bernapas
(epistaksis). krepitasi. dari lubang hidung.
MANIFESTASI KLINIS BERBAHAYA

Perdarahan yang
berlangsung lebih dari Keluar cairan berwarna
Cedera lain pada tubuh
beberapa menit pada bening dari lubang Kehilangan kesadaran
dan muka
satu atau kedua lubang hidung
hidung

Sakit kepala dan leher Penurunan indra Rasa kebas, baal ,atau
Muntah yang berulang
yang hebat penglihatan lemah pada lengan
Penegakkan Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Anamnesis Pemeriksaan fisik
diagnostik
• Ditemukan keluhan sesuai • Pasrikan jalan napas • Pemeriksaan Radiologi
manifestasi klinis pasien aman
• menentukan waktu trauma • laserasi pada hidung,
• menentukan arah dan • Epistaksis
besarnya kekuatan dari • ekimosis dan udem
benturan jaringan sekitar
• keluhan hidung • Deformitas hidung seperti
sebelumnya dan bentuk deviasi septum atau
hidung sebelumnya depresi dorsum nasal
• Krepitasi
• Pada pemeriksaan dalam
akan nampak bekuan
darah
DIAGNOSIS BANDING

fraktur fraktur
maksilofacial nasoethmoid
TATALAKSANA
Mengembalikan penampilan secara memuaskan
Tujuan
Penanganan Mengembalikan patensi jalan nafas hidung
Fraktur
Hidung: Menempatkan kembali septum pada garis tengah

Menjaga keutuhan rongga hidung

Mencegah sumbatan setelah operasi, perforasi septum,


retraksi kolumela, perubahan bentuk punggung hidung
Mencegah gangguan pertumbuhan hidung
TATALAKSANA KONSERVATIF
Pasien dengan perdarahan hebat, biasanya dikontrol dengan pemberian
vasokonstriktor topikal

Jika tidak berhasil bebat kasa tipis, kateterisasi balon

Antibiotik diberikan untuk mengurangi resiko infeksi, komplikasi dan kematian.

Analgetik berperan simptomatis untuk mengurangi nyeri dan memberikan rasa


nyaman
ALGORITMA
ALGORITMA
TATALAKSANA OPERATIF

▰ REPOSISI FRAKTUR HIDUNG ▰ REDUKSI TERTUTUP


TATALAKSANA OPERATIF
REDUKSI TERBUKA

operasi telah ditunda selama lebih dari 3 minggu setelah trauma.

Fraktur nasal berat yang meluas sampai ethmoid

manipulasi reduksi tertutup telah dilakukan dan gagal


KOMPLIKASI

Hematom Fraktur
septi dinding orbita

Fraktur
Fraktur
lamina
septum nasal
kribriformis
PROGNOSIS

Kebanyakan fraktur nasal tanpa disertai dengan perpindahan


posisi akan sembuh tanpa adanya kelainan kosmetik dan
fungsional. Dengan teknik reduksi terbuka dan tertutup akan
mengurangi kelainan kosmetik dan fungsional pada 70 % pasien.
PEMBAHASAN
43
PEMBAHASAN
Pada kasus ini fraktur os nasal yang dialami pasien dapat disebabkan oleh
trauma yang dialami pasien. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar daripada yang diabsorpsinya.5 Penyebab dari fraktur tulang hidung
berkaitan dengan trauma langsung pada hidung atau muka. Pada trauma muka
paling sering terjadi fraktur hidung.3 Hidung merupakan bagian wajah yang
paling sering mengalami trauma karena merupakan bagian yang berada paling
depan dari wajah dan paling menonjol sehingga kurang kuat menghadapi
tekanan dari luar.
Fraktur nasal lateral merupakan yang paling sering dijumpai pada
fraktur nasal. Fraktur nasal lateral akan menyebabkan penekanan pada
hidung ipsilateral yang biasanya meliputi setengah tulang hidung
bagian bawah, prosesus nasi maksilaris dan bagian tepi piriformis,
deformitas dorsum nasi bentuk C atau S, fraktur dinding medial os
maksila dan deformitas septum sehingga fraktur tulang hidung dapat
mengakibatkan nyeri pada daerah fraktur hingga terhalangnya jalan
pernafasan (hidung tersumbat).
Pada kasus ini pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan reposisi
hidung dan mendapatkan terapi awal berupa antibiotik injeksi
cefuroxime 1x1000 mg dari dokter spesiais THT sebagaI premedikasi
sebelum dilakukan tidakan operatif. Tindakan reposisi fraktur os nasal
dilakukan dengan metode Reduksi tertutup tindakan yang dianjurkan
pada fraktur hidung akut yang sederhana dan unilateral. Setelah
dilakukan reposisi nasal, dilakukan fiksasi dengan tampon antibiotik
sebagai fiksasi interna. Fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan
posisi fraktur setelah dilakukan reposisi. tampon antibiotik
dipertahankan selama 3-7 hari.

TERIMA KASIH

47

Anda mungkin juga menyukai