Anda di halaman 1dari 53

PRESENTASI KASUS BESAR

KARSINOMA NASOFARING

Disusun Oleh:
Muhammad Farhan

Dokter Pendidik Klinis:


dr. Wawan Siswadi, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOESELO SLAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
Identitas Pasien
 Nama : Tn. J
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 48 tahun
 Alamat : Desa X, Slawi, Jawa Tengah
 Pekerjaan : Petani
 Nomor RM : 645529
Anamnesis
Keluhan Utama
 Nyeri seluruh kepala
 Hidung tersumbat dan berlendir disertai darah
 Penurunan pendengaran dan telinga berdenging
 Nyeri di leher
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Dr. Soeselo dengan penurunan kesadaran, dilalukan
alloanamnesis kepada istri pasien dan diketahui bahwa sebelum dating ke RS ada keluhan
menggigil, nyeri kepala 1 minggu dan kejang, pasien juga memiliki riwayat operasi kelenjar leher
1 bulan lalu. Setelah itu dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis penyaklit dalam dan di
dapatkan pasien mengalami penurunan kesadaran, CVD, syok hipovolemik dd sepsis. Pasien di
rawat inap di RS dan di rujukan kedokter THT-KL.
Pasien mengeluhkan adanya nyeri seluruh bagian kepala (hilang timbul) selama 2
minggu, nyeri dan benjolan di kedua bagian leher (kiri lebih berat), telinga berdenging dan
penurunan pendengaran pada kedua telinga (kiri lebih berat) dan riwayat keluar secret kuning
tidak berbau dari telinga kiri (1 bulan lalu), pasien menyangkal adanya vertigo.
Pasien juga mengelukan kedua hidungnya tersumbat, riwayat keluar lendir bercampur
darah dari kedua hidung, tidak terdapat nyeri hidung, pasien juga mengeluhkan sulit membuka
mulut dan menelan, suara serak, sesak nafas, dahat di tenggorokan kadang-kadang, riwayat sering
batuk pilek sebelumnya
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
• Operasi kelenjar leher 1 bulan lalu,
• Keluar secret kuning tidak berbau 1 bulan lalu,
• Suara serak sampai sulit mengeluarkan suara 2 bln lalu,
• Sering sakit gigi
• Sering batuk dan pilek
• DM (-)
• Hipertensi (-)
• Alergi makanan: kambing
• Alergi obat (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga


• Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik Status Lokalis
  Dextra Sinistra keterangan 
Telinga Daun Telinga Normotia Normotia  
Canalis auricularis Lapang, Lapang, hiperemis
  hiperemis (-), (-), edema (-)
  edema (-)  
     
Membran timpani Bulging, Intak, perforasi, Tidak
  perforasi, hiperemis, edema, dievaluasi 
  hiperemis, reflek cahaya
  edema,reflek
cahaya

Tragus pain (-) (-)  


Discharge (-) (+)
Serumen (-) (+)
 
Pemeriksaan Fisik Status Lokalis
Telinga
 Fungsional (Tes Pendengaran / Garpu Tala) :
 Tidak dilakukan pemeriksaan
 Audiometri
 Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung dan Sinus Paranasal

  Dextra Sinistra
Hidung luar Bentuk (normal), hiperemis (-), nyeri tekan (-), Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri
  deformitas (-) tekan (-), deformitas (-)
    
Cavum nasi Normal, mukosa pucat (-), hiperemis (-) Normal, mukosa pucat (-), hiperemis
  (-)
   
Discharge (-) (-)
Concha inferior Hipertrofi, mukosa hiperemis (tidak di evaluasi) Hipertrofi, mukosa hiperemis (tidak
   dievaluasi)
Meatus Nasi Media Mukosa hiperemis, sekret, massa berwarna putih Mukosa hiperemis, sekret, massa
mengkilat (tidak dievaluasi). berwarna putih mengkilat (tidak
dievaluasi).
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-) Deviasi (-), perdarahan (-)
Nyeri pada daerah    
 Sinus frontalis (-) (-)
 Sinus maksillaris (-) (-)
 Sinus (-) (-) 
sphenoidalis (-) (-)
 Sinus ethmoidalis    
Pemeriksaan Fisik Status Lokalis
Rongga Mulut dan Tenggorokan
 Inspeksi, Palpasi :
 Bibir : fissure (+)
 Gigi : tidak lengkap
 Lidah : dalam batas normal
 Uvula : dalam batas normal
 Mukosa : hiperemis (-), edema (-)
 Tonsil : T1-T1
 Laringoskopi Indirek : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Status Lokalis
KGB Servikal
 KGB : ditemukan massa pada kedua bagian leher
region 2 di region 3 sinistra, diregion 5 sinistra (post
operasi) dengan karakteristik:
 Ukuran: region 2 (sinistra: 1 cm, dextra : 1cm) region 3
sinistra : 2cm, region 5 (post operasi)
 Batas: tegas
 Mobilisasi: immobile
 Permukaan: licin, tidak rata
 Nyeri tekan: (-)
Pemeriksaan Penunjang yang Diusulkan
 Pemeriksaan radiologi :
 CT-Scan kepala tanpa kontras
 CT-Scan nasopharing irisan axial reformat sagittal-coronal tanpa dan
dengan kontras
 Biopsi nasofaring:
 Hasil Lab PA : Belum dilakukan pemeriksaan
 laboratorium:
 Darah lengkap
Diagnosis dan Diagnosis Banding
 Diagnosis kerja
 Tumor Nasofaring suspek Karsinoma Nasofaring WHO 3
stadium 2

 Diagnosis banding
 Angiofibroma nasofaring
 Kelainan hiperplastik nasofaring
Tatalaksana
Operasi
 Biopsi massa nasofaring

Planning
Kemoterapi dan Radioterapi ( bila dari hasil
biopsi ditemukan keganasan)
Prognosis
 Pada stadium dini pengobatan yang diberikan memberikan
hasil yang baik.
 Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45
%.
 Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor, seperti :
 Stadium yang lebih lanjut.
 Usia lebih dari 40 tahun
 Laki-laki dari pada perempuan
 Ras Cina dari pada ras kulit putih
 Adanya pembesaran kelenjar leher
 Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan tulang tengkorak
 Adanya metastasis jauh
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
 Nasofaring merupakan suatu ruang berstruktur tabung
berdinding muskuloskeletal dan berbentuk kuboid yang
berada di belakang rongga hidung dengan ukuran
panjang sekitar 3-4 cm, lebar 4 cm dan tinggi 4 cm
Anatomi
 Hubungan nasofaring terhadap beberapa organ disekitar:
 Pada dinding posterior terdapat jaringan adenoid yang meluas
ke arah kubah.
 Pada dinding lateral dan pada resesus faringeus terdapat fossa
Rosenmuller.
 Torus tubarius
 Koana posterior rongga hidung.
 Foramen kranial yang terletak berdekatan
 foramen jugularis yang dilalui nervus glosofaringeus, vagus, dan
asesorius spinalis
 foramen hipoglosus yang dilalui nervus hipoglosus.
 foramen laserum yang letaknya dekat dengan bagian lateral atap
nasofaring
 Batas-batas
 Pada bagian anterior adalah bagian akhir dari cavum nasalis
atau choanae.
 Pada bagian superior adalah dasar tulang tengkorak (basis
cranii) dari rongga sinus sfenoidales sampai dengan bagian
ujung atas clivus.
 Pada bagian posterior adalah clivus, jaringan mukosa dari
faring sampai palatum molle, serta vertebra cervical 1-2.
 Pada bagian inferior adalah sisi atas palatum molle (soft palate)
dan orofaring.
 Pada bagian lateral adalah parafaring, otot-otot mastikator
faring, tuba eustachius, torus tubarius dan fossa Rossenmuller
Definisi Karsinoma Nasofaring
 Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang
tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di
Fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.
 Merupakan tumor daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia.
 Diagnosis dini cukup sulit karena letaknya yang
tersembunyi.
Etiologi dan Epidemiologi
 Kaitan antara suatu kuman yang di sebut sebagai virus Epstein-
Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini.
 Insidens karsinoma nasofaring tertinggi di dunia dijumpai pada
penduduk daratan Cina bagian selatan, khususnya suku Kanton
di propinsi Guang Dong dengan angka rata-rata 30-50 /
100.000 penduduk per tahun.
 Penderita karsinoma nasofaring lebih sering dijumpai pada pria
dibanding pada wanita dengan rasio 2-3 : 1.
 Penyakit ini ditemukan terutama pada usia yang masih
produktif ( 30-60 tahun ), dengan usia terbanyak adalah 40-50
tahun.
Etiologi dan Epidemiologi
 Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin.
 Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
 Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap karsinogen, seperti :
 benzopyrenen
 benzoanthracene
 gas kimia
 asap industri
 asap kayu
 beberapa ekstrak tumbuhan
 Ras dan keturunan
 Radang kronis daerah nasofaring
 Profil HLA.
Manifestasi Klinik
 Gejala Klinik
 Gejala Dini
 Gejala telinga :
 Kataralis/sumbatan tuba eutachius.
 Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan
gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini.
 Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.
 Gejala Hidung
 Mimisan
 Sumbatan hidung
Manifestasi Klinik
 Gejala Klinik
 Gejala Lanjut
1. Pembesaran kelenjar limfe leher
2. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar.
3. Gejala akibat metastasis
Stadium
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor terbatas pada nasofaring, atau tumor meluas
ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa
perluasan ke parafaringeal
T2 Tumor dengan perluasan ke parafaringeal
T3 Tumor melibatkan struktur tulang dari basis kranii
dan atau sinus paranasal

T4 Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau


keterlibatan saraf kranial, hipofaring, orbita, atau
dengan perluasan ke fossa infratemporal /
masticator space

KGB regional (N)


NX KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak terdapat metastasis ke KGB regional
N1 Metastasis unilateral di KGB, 6 cm atau kurang di
atas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral di KGB, 6 cm atau kurang
dalam dimensi terbesar di atas fosa supraklavikula
N3 Metastasis di KGB, ukuran > 6 cm
N3a Ukuran >6cm
N3b Perluasan ke fosa supraklavikula

Metastasis Jauh (M)


MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
Stadium
Diagnosis
1. Anamnesis / pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan nasofaring
3. Biopsi nasofaring
4. Pemeriksaan Patologi Anatomi
5. Pemeriksaan radiologi
6. Pemeriksaan neurologi
7. Pemeriksaan serologi.
Anamnesis
 5 cardinal sign
 Gejala telinga
 Gejala hidung
 Gejala mata
 Benjolan di leher
 Gejala intrakranial
Gejala telinga
❖ Telinga gemrebeg
❖ Terasa tersumbat
❖ Kurang pendegaran ringan
❖ Ome / omsk berulang

 Patofisiologi :
 Oklusi tuba eustachius ec massa nasofaring
Gejala hidung
❖ Hidung tersumbat
❖ Epistaksis

 Patofisiologi :
 Sifat tumor yg rapuh dan mudah berdarah
Gejala mata
❖ Ptosis
❖ Strabismus konvergen

 Patofisiologi : infiltrasi ke foramen


 Laserum → paresis N.III, IV, VI
Benjolan di leher
 Pembesaran kelenjar limfe leher level II
atau III

 Patofisiologi : metastasis limfogen


Gejala intrakranial
❖ Nyeri kepala
❖ Gangguan menelan

 Patofisiologi : infiltasi tumor ke :


 Foramen laserum : N.III, IV, VI
 Foramen jugulare : N.IX, X, XI, XII
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan status generalis dan status lokalis THT-KL
 Pemeriksaan nasofaring beruparinoskopi posterior,
nasofaringoskop (fiber/rigit), dan laringoskopi
 Pemeriksaan nasoendoskopi
Pemeriksaan Fisik
 Rhinoskopi anterior
Pemeriksaan Fisik
 Rhinoskopi posterior
Pemeriksaan Fisik
 Rigid rhinofaringoskop
Massa nasofaring nasofaring kiri
kanan normal
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan radiologi konvisional foto tengkorak potongan
antero- postofor lateral, dan posisi waters tampak jaringan lunak di
daerah nasofaring. Pada foto dasar tengkorak ditemukan destruksi
atau erosi tulang daerah fosa serebia media.
 CT-Scan nasofaring
 Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya
metatasis
jauh.
 Pemeriksaan serologi, berupa pemeriksaan titer antibodi terhadap
virus Epsten-Barr ( EBV ) yaitu lgA anti VCA dan lgA anti EA.
 Biopsi nasofaring
 Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi
adanya metatasis.
CT-Scan
Tumor
nasofaring

CT Scan
Histopatologi
 Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous
Cell Carcinoma).
Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.
2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).
Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi
sel skuamosa tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup
jelas.
3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma).
Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang
vesikuler, berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada
umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas.
Tatalaksana
 Radioterapi
 Kemoterapi
 Kombinasi radioterapi + kemoterapi
 Terapi simtomatik
Tatalaksana
Edukasi terapi
Prognosis
 Angka bertahan hidup 5 tahun dari stadium awal sampai
stadium lanjut, yaitu 76,9% untuk stadium I, 56,0% untuk
stadium II, 38,4% untuk stadium III, dan hanya 16,4%
untuk stadium IV.

Anda mungkin juga menyukai