Anda di halaman 1dari 4

Manifestasi klinis

Infeksi dapat asimptomatik, tetapi pada 5-15% kasus dapat berat atau fatal. Masa
inkubasi leptospirosis 7-12 hari. Perjalanan penyakit secara klasik bifasik, yaitu fase
bakteremik akut diikuti fase imun. Manifestasi klinis leptospirosis secara umum terbagi
dua, yaitu penyakit anikterik bersifat self limited dissease dan penyakit ikterik (Penyakit
Weil) dengan tampilan lebih berat (Watt G, 2013).
- Leptospirosis Anikterik Fase akut dicirikan oleh demam awitan mendadak,
menggigil, nyeri kepala retroorbita, anoreksia, nyeri perut, mual, dan muntah.
Demam sering melebihi 40oC dan terdapat kekakuan. Terdapat juga mialgia dengan
karakteristik nyeri tekan betis, paha, abdomen, dan regio paraspinal (lumbosakral),
jika mengenai regio leher dan kuduk akan menyerupai meningitis. Nyeri tekan
abdomen dapat menyerupai akut abdomen. Pada kasus ringan demam akan
menghilang setelah 3-9 hari.

Injeksi konjungtiva biasanya muncul 2-3 hari setelah awitan demam dan melibatkan
konjungtiva bulbi. Tidak ada pus ataupun sekret serosa dan tidak ada perlengketan bulu mata
dan kelopak mata. Injeksi ringan sering terlewatkan (Gambar 1). Dapat pula ditemukan injeksi
faring, splenomegali, hepatomegali, limfadenopati, dan lesi kulit, namun jarang dan tidak jelas.
Sebagian besar pasien menjadi asimptomatik dalam 1 minggu. Setelah beberapa hari (2-3 hari),
pada beberapa pasien gejala kembali muncul, disebut fase kedua atau fase imun. Leptospira
hilang dari darah, cairan serebrospinal, dan jaringan, namun muncul di urin (leptospiruria).
Muncul antibodi IgM, karena itu disebut fase imun. Gejala utama fase ini adalah meningitis
pada 50% kasus, meskipun pleiositosis pada cairan serebrospinal dapat ditemukan pada 80-
90% pasien pada minggu kedua. Dapat terjadi pula neuritis optik dan neuropati perifer. Uveitis
biasanya merupakan manifestasi yang muncul belakangan, 4-8 bulan setelah awitan penyakit
(Edwards CN, 2010).

- Leptospirosis Ikterik (Penyakit Weil) Penyakit Weil merujuk pada leptospirosis


berat dan mengancam nyawa, dicirikan oleh ikterus, disfungsi ginjal, dan
perdarahan. Meskipun ikterus merupakan tanda utama, kematian bukan disebabkan
oleh gagal hati. Ikterus tampak pertama kali antara hari kelima hingga kesembilan,
intensitas maksimum 4 atau 5 hari kemudian dan terus berlanjut selama rata-rata 1
bulan. Mayoritas pasien memiliki hepatomegali dan nyeri ketok pada perkusi hati
menunjukkan penyakit masih aktif

Perdarahan kadang terjadi pada kasus anikterik tetapi paling sering pada penyakit
yang berat. Manifestasi perdarahan yang paling sering adalah purpura, petekie,
epistaksis, perdarahan gusi, dan hemoptisis minor. Kematian dapat terjadi akibat
perdarahan subaraknoid dan perdarahan masif saluran cerna. Adanya perdarahan
konjungtiva sangat berguna untuk diagnostik, dan jika disertai sklera ikterik dan injeksi
konjungtiva, merupakan

Tatalaksana

Medikamentosa

Terapi suportif dan dialysis

Kasus berat perlu dirawat di rumah sakit dengan perawatan suportif agresif dan
pengawasan ketat pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Peritoneal dialisis atau
hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal. Perawatan suportif yang baik dan dialisis
telah mengurangi mortalitas penyakit ini dalam beberapa tahun terakhir. Bila
protrombin terganggu dapat diberikan vitamin K.1

Sumber :
Terpstra WJ, Adler B, Ananyina B, AndreFontaine G, Ansdell V, Ashford DA, et al. Human
leptospirosis: guidance for diagnosis, surveillance and control. Geneva; World Health
Organization/ International Leptospirosis Society, 2003; p. 1-9; 21-3. 2.

Komplikasi

Meningitis aseptik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan, namun


dapat pula terjadi ensefalitis, mielitis, radikulitis, neuritis perifer (tidak biasa) pada minggu
kedua karena terjadinya reaksi hipersensitivitas. Komplikasi berat pada penderita
leptospirosis berat dapat berupa syok, perdarahan masif dan ARDS yang merupakan
penyebab utama kematian leptospirosis berat. Syok terjadi akibat perubahan homeostasis
tubuh yang berperan pada timbulnya kerusakan jaringan. Gagal ginjal, kerusakan hati,
perdarahan paru, vaskulitis dan ganguan jantung berupa miokarditis, perikarditis dan
aritmia jarang ditemukan walaupun umumnya sebagai penyebab kematian. Meskipun
jarang dapat ditemukan uveitis setelah 2 tahun timbul gejala leptospira.

Sumber :

Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro SR, Satara IH. Leptospirosis. In: Soedarma SP, Garna H,
Hadinegoro SR, Satara IH, editors. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed). Jakarta: Badan
penerbit IDAI, 2008; p. 364-9. 3.

Prognosis

Prognosis umumnya baik dan pasien dapat sembuh total dari leptospirosis. Pada
beberapa pasien, pemulihan dapat berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun.

Sumber :

Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro SR, Satara IH. Leptospirosis. In: Soedarma SP, Garna H,
Hadinegoro SR, Satara IH, editors. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed). Jakarta: Badan
penerbit IDAI, 2008; p. 364-9. 3.

Pencegahan

Pemberian doksisiklin 200 mg/minggu dapat memberikan pencegahan sekitar 95%


pada orang dewasa yang berisiko tinggi, namun profilaksis pada anak belum ditemukan.
Pengontrolan lingkungan rumah dan penggunaan alat pelindung diri terutama di daerah
endemik dapat memberikan pencegahan pada penduduk berisiko tinggi walaupun hanya
sedikit manfaatnya. Imunisasi hanya memberikan sedikit perlindungan karena terdapat
serotipe kuman yang berbeda.

Sumber :

Setadi B, Setiawan A, Effendi D. Leptospirosis. Sari pediatri. 2013;15: 163-7

Anda mungkin juga menyukai