Disusun Oleh :
Sebastiana Regita Kesnawarni
1913020028
Dosen Pembimbing:
dr. Nour H, Sp.U
ANATOMI
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang
berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin,
ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari
darah dan membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin.
• Filtrasi glomerulus
Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di
dalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat
dekat oleh kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari
glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Urine primer ini
mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea
dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam
amino masih diperlukan tubuh.
FISIOLOGI
• Reabsorpsi
Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali zat-zat
hasil filtrasi yang masih diperlukan tubuh misalnya
vitamin, glukosa & asam amino.
• Sekresi
Sekresi beberapa zat dari darah dikapiler ke filtrat
berupa ion K+, PO3-, keratin, obat-obatan dan senyawa
toksik terjadi di tubulus kontortus distal, lalu mengalir
ke duktus kolektifus akan terjadi reabsorpsi air dan ion
Na+ dipengaruhi oleh ADH & aldesteron dan
augmentasi ion K+ dan ion bikarbonat. Kemudian urine
ditampung di katung kemih, daya tampungnya 300 cc,
tekanan ke dinding katung menyebabkan ingin buang air
kencing.
DEFINISI
Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah sebuah
material solid yang terbentuk ketika zat atau
substansi Normal di urin menjadi sangat tinggi
konsentrasinya.
Berdasarkan anatomi dari ginjal, lokasi batu
ginjal biasanya khas dijumpai pada bagian pelvis
dan kaliks. Batu cenderung berukuran kecil
dengan rata-rata diameter 2-3 mm dan berbentuk
halus atau bergerigi.
Salah satu jenis batu ginjal berdasarkan letak
dan bentuk batunya adalah staghorn stone.
Staghorn stone adalah batu ginjal yang tercetak
mulai dari pelvis renalis sampai mengenai dua
atau lebih kaliks renalis, sehingga membentuk
gambaran seperti tanduk
Rusa.
EPIDEMIOLOGI
Teori supersaturasi
Teori inhibitor Teori kombinasi
Tingkat kejenuhan komponen Pada kondisi normal jumlah kalsium dan fosfat Batu terbentuk
pembentuk batu ginjal mendukung sudah melampui daya kelarutan, sehingga
terjadinya kristalisasi. Kristal yang karena kombinasi
diperlukan zat penghambat pengendapan.
menumpuk menyebabkan dari berbagai macam
Fosfat mukopolisakarida dan dipospat
terjadinya agresi kristal kemudian merupakan penghambatan pembentukan kristal. teori di atas .
timbul menjadi batu. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan
mudah terjadi pengendapan
Hematuria
02
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK PENUNJANG
ANAMNESIS
Keluhan dapat bervariasi, mulai dari tanpa keluhan, sakit pinggang ringan
01 hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine, dan anuria.
02 Keluhan dapat disertai dengan penyulit seperti demam dan tanda gagal ginjal.
Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit batu saluran kemih
03 seperti obesitas, hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit
usus atau pankreas
Riwayat pola makan juga ditanyakan sebagai predisposisi batu pada pasien,
04 antara lain asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah dan
sayur kurang, serta makanan tinggi purin yang berlebihan, jenis minuman yang
dikonsumsi, jumlah dan jenis protein yang dikonsumsi.
Riwayat pengobatan dan suplemen seperti probenesid, inhibitor protease,
05 inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin C, vitamin D, kalsium, dan inhibitor
karbonik anhidrase. Apabila pasien mengalami demam atau ginjal tunggal dan
diagnosisnya diragukan, maka perlu segera dilakukan pencitraan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Pencitraan rutin antara lain, foto polos abdomen (kidney-ureter bladder/KUB radiography).
Pemeriksaan foto polos dapat membedakan batu radiolusen dan radioopak serta berguna untuk
membandingkan saat follow-up
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
b. Pielografi Intra Vena dapat memberikan informasi mengenai anatomi dan fungsional,
mengidentifikasi ukuran yang tepat, lokasi batu, dan tingkat keparahan obstruksi.
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus 85% 35% 65% 45%
dengan batu yang ukuranya masih <5mm, dapat juga diberikan pada
pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif.
• Regimen MET (Medical Expulsive Therapy) berupa calcium channel
blocker untuk relaksasi otot polos uretra dan saluran urinari bagian
bawah.
• Pemberian diuretik dan peningkatan asupan minum
• Pemberian nifedipin atau agen alfa-blocker, seperti tamsulosin
• Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan parasetamol
dengan memperhatikan dosis dan efek samping obat merupakan obat
pilihan pertama pada pasien dengan nyeri kolik akut dan memiliki
efikasi lebih baik dibandingkan opioid
• Pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali selama 6 minggu untuk
menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
Prosedur untuk Pengangkatan Batu Ginjal secara Aktif
Indikasi adanya pengangkatan batu pada batu ginjal antara lain: 85% 35% 65% 45%
• Pertambahan ukuran batu
• Pasien risiko tinggi terjadinya pembentukan batu
• Obstruksi yang disebabkan oleh batu
• Infeksi saluran kemih
• Batu yang menimbulkan gejala seperti nyeri atau hematuria
• Ukuran batu >15 mm;
• Ukuran batu <15 mm jika observasi bukan merupakan pilihan terapi
• Preferensi pasien;
• Komorbiditas;
• Keadaan sosial pasien (misalnya, profesi dan traveling)
Prosedur untuk Pengangkatan Batu Ginjal secara Aktif