Anda di halaman 1dari 49

KARSINOMA NASOFARING

Disusun Oleh:
Nama : Ani Kurnia
NIM : 1513010004
NIPP : 1913020036
 
 
 
Pembimbing:
dr. Yunie Wulandarri, Sp.THT-KL, M.Kes.
 
 
 
 
 
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD KOTA SALATIGA
2019
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kalisoka Kidul RT 18 RW 09, Tegalrejo, Tengaran,
Semarang
Tanggal Masuk : 19 November 2019
Keluhan Utama
Benjolan di leher kiri

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


 Tn. S datang ke poliklinik THT RSUD Salatiga dengan keluhan benjolan di leher kiri
yang berukuran cukup besar dan sudah dialami pasien sejak 3 bulan terakhir, pasien
merupakan rujukan dari RS Puri Asih Salatiga. Menurut pasien, awalnya benjolan dileher
kiri tersebut muncul pertama kali sekitar akhir bulan Januari namun berukuran sangat
kecil dan tidak menimbulkan keluhan, benjolan tersebut membesar sejak 3 bulan terakhir
dan sering menimbulkan keluhan seperti nyeri sehingga pasien merasa terganggu.

 Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain yang dirasakan, riwayat pernah mimisan
disangkal, pasien tidak mengeluh nyeri pada kedua telinga, tidak ada keluhan penurunan
pendengaran, tidak berdengung, hidung tidak tersumbat, tidak keluar lendir dan berdarah
serta tidak ada keluhan sakit kepala. Ada keluhan batuk, pilek, demam serta sariawan
namun segera sembuh setelah diberi obat, sehingga saat pasien datang ke poliklinik,
tidak terdapat keluhan lain.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Tn. S mengatakan belum pernah mengalami gejala serupa, riwayat operasi
disangkal, riwayat opname +/- 10 tahun yang lalu karena demam thypoid.
Riwayat terkena penyakit hipertensi, diabetes melitus dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus dan asma pada keluarga
disangkal.

Riwayat Personal Sosial (RPSos)


Pasien merupakan buruh serabutan, pasien perokok namun tidak pernah
mengkonsumsi alkohol. Pasien gemar mengkonsumsi ikan asin dan makanan
yang dibakar seperti sate dan ayam bakar. Pasien menggunakan asuransi BPJS.
•PEMERIKSAAN FISIK
21 November 2019
Status Generalisata

Kesan
Tampak sakit sedang
Umum

Kesadaran Kompos mentis (GCS E4V5M6)


BB 55 Kg
Tekanan Darah : 131/97 mmHg
Vital Signs /
Nadi : 90x/menit
Tanda-Tanda
Respirasi : 20x/menit
Vital
Suhu : 36,5 0C
Kepala dan Leher
Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), ptosis (-), trismus (-),
diplopia (-), parase lidah (-), deviasi trakea (-), benjolan (+) di leher
kiri.
Palpasi Benjolan (+) di leher kiri, nyeri (-), mobile (-), keras (+), ukuran 5x5
cm, teraba hangat (+), hiperemis (-), pus (-), darah (-).
trakea teraba di garis tengah
 
Pulmo
Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk

Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus tidak ada peningkatan maupun penurunan

Perkusi Sonor

Auskultasi Suara vesikular dasar (SDV) : (+/+) (positif di lapang paru kanan dan kiri)
Suara ronkhi: (-/-)
Wheezing : (-/-)
Cor
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat

Palpasi Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistra

Perkusi Ukuran jantung dalam batas normal

Auskultasi Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada bising ataupun suara tambahan jantung

Abdomen
Inspeksi Tidak tampak sikatriks

Auskultasi Peristaltik usus (+) normal

Palpasi Distensi (-), nyeri tekan (-) pada regio epigastrium dan umbilical.

Perkusi Timpani (+)

Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan


Ekstremitas
Inspeksi Tidak tampak petechie pada ekstremitas atas

Palpasi Akral hangat, pengisian kapiler normal.


STATUS LOKALIS
THT
1. PEMERIKSAAN TELINGA

Bagian Auricula Dextra Sinistra


Normotia Normotia
Auricula nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-) nyeri tragus (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Pre auricular nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
fistula (-) fistula (-)
Bengkak (-) Bengkak (+)
Retro auricular
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (+)
Bengkak (-) Bengkak (+)
Mastoid
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (+)
CAE Lapang
Intak Intak
Membran timpani Hiperemis Hiperemis
Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)
2. PEMERIKSAAN HIDUNG
Bagian Hidung Luar
  Dextra Sinistra
Bentuk Normal Normal
Inflamasi atau tumor - -
Nyeri tekan sinus - -

Deformitas atau septum deviasi - -

Bagian Hidung Dalam


Vestibulum nasi Normal Normal
Cavum nasi Lapang
Sekret - -
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Benda asing - -
Konka nasi inferior. Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi (-)
3. PEMERIKSAAN TENGGOROKAN

Lidah Ulkus (-), Stomatitis (+), Parase lidah (-),


Uvula Bentuk normal, posisi di tengah
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T2 T2
Permukaan Tidak Rata Tidak Rata
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kripte Melebar (-) Melebar (-)
Detritus (-) (-)
Faring  Mukosa hiperemis (-), dinding tidak rata, granular (-)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi      
ribu/ul
Leukosit 6,30 5,00 – 14,50

Eritrosit 4,86 3,7 – 5,70 juta/ul


Hemoglobin 14,7 10,7 – 14,7 gr/Dl
Hematokrit 41,4 31 – 43 vol%
MCV 85,1 72 – 88 Fl
MCH 30,2 23 – 31 Pg
MCHC 35,5 33 – 36 gr/dL
Trombosit 232 150 – 450 ribu/ul
PEMERIKSAAN
PT 12,0 11-18 Detik
PENUNJANG APTT 32,1 27-42 Detik
Hitung Jenis      
Eosinophil 2,3 1–5 %
Basophil 0,6 0–1 %
PEMERIKSAAN Limfosit 38,0 25 – 50 %
LABORATORIUM Monosit 5,7 1–6 %
Neutrofil 53,4 25 – 60 %
Imuno/Serologi      
Hbs Ag (Rapid) Negative Negative  
Kimia      
GDS 100 <140 mg/dL
Ureum 26 10-50  
Kreatinin 1,0 1,0-1,3  
SGOT 35 <37 U/I
SGPT 44 <42  
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PEMERIKSAANRADIOLOGI
CT SCAN DENGAN KONTRAS
Kesan :
- Deviasi Septum nasi kekiri
- Tak tampak massa sinonasal dan sinusitis para nasal
- Cenderung gambaran Ca Nasofarynx Dx/Sin dengan metastase KGB didaerah sub
angulus mandibula Dx/Sin
- Belum tampak gambaran metastasis ke tulang-tulang sekitarnya, os basis cranii
dan parenkim otak regio basal
- Tak tampak gambaran metastasis didaerah basal parenkhim otak
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PEMERIKSAAN
ENDOSKOPI
ASSESSMENT :
Limfadenopati colli sinistra susp. Karsinoma Nasofaring
PENATALAKSANAAN/PLANNING

Medikamentosa
Infus RL 20 tpm
Injeksi cefotaxime 2x200 mg

Plan
Opname untuk persiapan tindakan biopsi
Dilakukan biopsi jaringan nasofaring
Dilakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan hasil biopsi
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

Nasofaring
Nasofaring adalah ruang trapezoid di belakang koana yang berhubungan dengan orofaring dan terletak di
superior palatum molle. Ukuran nasofaring pada orang dewasa yaitu 4 cm tinggi, 4 cm lebar dan 3 cm pada
dimensi anteroposterior.

Bagian atap dan dinding posterior dibentuk oleh permukaan yang melandai dibatasi oleh basis sfenoid, basis
oksiput dan vertebra cervical I dan II. Dinding anterior nasofaring adalah daerah sempit jaringan lunak yang
merupakan batas koana posterior. Batas inferior nasofaring adalah palatum molle. Batas dinding lateral
merupakan fasia faringobasilar dan m. konstriktor faring superior.

Tuba Eustachius membelah dinding lateral ini, masuk dari telinga tengah ke nasofaring melalui celah di fasia
faringobasilar di daerah posterosuperior, tepat di atas batas superior muskulus konstriktor faring superior,
disebut fossa russenmuller (resessus faringeal). Fossa russenmuller merupakan tepi dinding posterosuperior
nasofaring, yang merupakan tempat asal munculnya sebagian besar KNF dan yang paling sensitif terhadap
penyebaran keganasan pada nasofaring.
Fossa russenmuller yang terletak di apeks dari ruang parafaring ini merupakan tempat menyatunya beberapa
fasia yang membagi ruang ini menjadi 3 kompartemen, yaitu :
1) kompartemen prestiloid, berisi a. maksilaris, n. lingualis dan n. alveolaris inferior;
2) kompartemen poststiloid, yang berisi sarung karotis; dan
3) kompartemen retrofaring, yang berisi kelenjar Rouviere.
Pembuluh darah arteri utama yang memperdarahi daerah nasofaring adalah arteri faringeal
asendens, arteri palatina asendens, arteri palatina desendens, dan cabang faringeal arteri
sfenopalatina. Semua pembuluh darah tersebut berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-
cabangnya. Pembuluh darah vena berada di bawah membran mukosa yang berhubungan dengan
pleksus pterigoid di daerah superior dan fasia posterior atau vena jugularis interna di bawahnya
Daerah nasofaring dipersarafi oleh pleksus faringeal yang terdapat di atas otot konstriktor faringeus
media. Pleksus faringeus terdiri dari serabut sensoris saraf glossofaringeus (IX), serabut motoris saraf
vagus (X) dan serabut saraf ganglion servikalis simpatikus. Sebagian besar saraf sensoris nasofaring
berasal dari saraf glossofaringeus, hanya daerah superior nasofaring dan anterior orifisuim tuba yang
mendapat persarafan sensoris dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang berasal dari cabang
maksila saraf trigeminus (V1)
Sistem limfatik

Nasofaring mempunyai pleksus submukosa limfatik yang luas. Kelompok pertama adalah kelompok
nodul pada daerah retrofaringeal yang terdapat pada ruang retrofaring antara dinding posterior
nasofaring, fasia faringobasilar dan fasia prevertebra. Pada dinding lateral terutama di daerah
tuba Eustachius paling kaya akan pembuluh limfe.

Aliran limfenya berjalan ke arah anterosuperior dan bermuara di kelenjar retrofaringeal atau ke
kelenjar yang paling proksimal dari masing-masing sisi rantai kelenjar spinal dan jugularis
interna, rantai kelenjar ini terletak di bawah otot sternokleidomastoid pada tiap prosessus
mastoid. Beberapa kelenjar dari rantai jugular letaknya sangat dekat denan saraf-saraf kranial
terakhir yaitu saraf IX,X,XI,XII. Metastase ke kelenjar limfe ini dapat terjadi sampai dengan 75%
penderita KNF, yang mana setengahnya datang dengan kelenjar limfe bilateral
Karsinoma Nasofaring
1. Definisi
Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan
belakang langit-langit rongga mulut. Karsinoma nasofaring merupakan kanker ganas yang
tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller pada nasofaring yang
merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel squamosa
(National Cancer Institude, 2016).
2. Epidemiologi

 Berdasarkan data IARC (International Agency for Research on Cancer) tahun 2002 ditemukan
sekitar 80,000 kasus baru KNF diseluruh dunia dan banyak ditemukan di negara Cina bagian
Selatan, Asia, Mediterania dan Alaska. Meskipun banyak ditemukan di negara dengan penduduk
non- Mongoloid, namun demikian di daerah Cina bagian selatan masih menduduki tempat
tertinggi, yaitu mencapai 2500 kasus baru per tahun atau prevalensi 39,84 per 100.000 penduduk
untuk propinsi Guangdong. Penduduk di provinsi Guang Dong ini hampir setiap hari mengkonsumsi
ikan yang diawetkan (diasap, diasin). Di dalam ikan yang diawetkan dijumpai substansi yang
bernama nitrosamine yang terbukti bersifat karsinogenik.
 Ras Mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya karsinoma nasofaring,
sehingga sering terjadi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam,
Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Ditemukan pula cukup banyak kasus di
Yunani, negara-negara Afrika Utara seperti Aljazair dan Tunisia, pada orang Eskimo di
Alaska dan Greenland yang diduga penyebabnya karena memakan makanan yang
diawetkan dengan nitrosamin pada musim dingin. (American Cancer Society, 2014)

 Di Indonesia dengan variasi etnis yang besar, KNF merupakan kanker ganas daerah
kepala dan leher yang paling banyak ditemukan, yaitu sebesar 60%. Insidennya hampir
merata di setiap daerah. Angka kejadian KNF di Indonesia cukup tinggi, yakni
4,7kasus/tahun/100.000 penduduk atau diperkirakan 7000 – 8000 kasus per tahun
diseluruh Indonesia
3. Etiologi dan Patogenesis

FAKTOR INTERNAL
kondisi-kondisi tertentu di dalam tubuh, seperti lemahnya sistem imun
tubuh dan kondisi genetik yang membuat tubuh rentan terhadap
beberapa jenis kanker.

FAKTOR EKSTERNAL
bahan kimia dan radiasi (karsinogen)
 Hampir semua sel KNF mengandung komponen dari virus Epstein-Barr (EBV), dan
kebanyakan orang dengan KNF memiliki bukti pernah terinfeksi oleh virus ini dalam darah
mereka. Hubungan antara infeksi EBV dan KNF sangat kompleks dan belum sepenuhnya
dipahami. Infeksi EBV saja tidak cukup untuk menyebabkan KNF. Faktor-faktor lain, seperti
gen seseorang, dapat mempengaruhi bagaimana tubuh menghadapi infeksi EBV, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi kontribusi EBV dalam perkembangan KNF.
Agar sebuah kanker bisa terjadi, maka sel-sel yang terkena zat karsinogen harus mengalami
dua tahapan, yaitu yang disebut sebagai tahap inisiasi dan tahap promosi.

Tahap inisiasi dari kanker biasanya terjadi secara cepat dan menimbulkan kerusakan secara
langsung dalam bentuk terjadinya mutasi pada DNA.

Mekanisme perbaikan DNA akan mencoba melakukan perbaikan tetapi bila mekanisme
tersebut gagal, maka kerusakan tersebut akan terbawa pada sel anak yang dihasilkan dari
proses pembelahan.

Dalam tahap promosi, akan terjadi perkembangbiakan pada sel yang rusak, dimana hal
tersebut biasanya terjadi ketika sel-sel yang mengalami mutasi tersebut terkena bahan yang
bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelahan secara cepat. Seringkali terdapat jeda
waktu yang cukup panjang diantara kedua tahapan tersebut. Tahap promosi tersebut
sebenarnya adalah sebuah tahap yang membutuhkan pengulangan agar sel yang rusak
tersebut mampu berkembang biak lebih lanjut menjadi kanker.
4. Faktor resiko

a. Faktor genetik
Karsinoma nasofaring tercatat sebagai keganasan yang jarang terjadi di sebagian besar populasi dunia. Namun,
keganasan ini tercatat sering terjadi di Cina selatan, Asia Tenggara, Kutub Utara, dan Timur Tengah / Afrika Utara.
Distribusi ras / etnis dan geografis khas pada KNF di seluruh dunia menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan sifat-
sifat genetik berkontribusi untuk perkembangan keganasan ini.

b. Infeksi Virus Eipstein-Barr (EBV)


Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang termasuk dalam famili Herpesvirus yang menginfeksi lebih dari 90 %
populasi manusia di seluruh dunia dan merupakan penyebab infeksi mononukleosis. Infeksi EBV berasosiasi dengan
beberapa penyakit keganasan jaringan limfoid dan epitel seperti limfoma Burkitt, limfoma sel T, Hodgkin disease,
karsinoma nasofaring (KNF), karsinoma mammae dan karsinoma gaster.
c. Diet
Beberapa penelitian juga menunjukkan, bahwa mengonsumsi ikan asin menjadi
salah satu faktor penyebab timbulnya kanker atau karsinoma nasofaring (KNF). Salah
satu zat yang terkandung dalam ikan asin yang disebut nitrosamin adalah faktor
penyebabnya. KNF ditemukan endemik di negara China selatan yang sebagian besar
penduduknya mengonsumsi ikan asin.

d.Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis
kayu tertentu, kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu, dan
kebiasaan makan makanan terlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel
dalam air minum dan makanan dengan mortalitas karsinoma nasofaring, sedangkan
adanya hubungan dengan keganasan lain tidak jelas.
5. Gejala Klinis
Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor masih terbatas
di nasofaring, yaitu:

Gejala Dini

Gejala Telinga:
 Kataralis/sumbatan tuba eutachius
Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan
gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini.

 Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.


Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba,
dimana rongga teliga tengah akan terisi cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin
banyak, sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat gangguan
pendengaran.
Gejala Hidung:

 Mimisan
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang,
jumlahnya sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah
jambu.
 Sumbatan hidung
Sumbutan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga
hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai
dengan gangguan penciuman dan adanya ingus kental.
 
Gejala Mata dan Saraf: diplopia, pandangan kabur dan gerakan bola mata terbatas.
Gejala Lanjut
Limfadenopati servikal
Tidak semua benjolan leher menandakan penyakit ini, yang khas jika
timbulnya di daerah samping leher, 3-5 cm di bawah daun telinga dan tidak
nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran kelenjar limfe, sebagai pertahanan
pertama sebelum sel tumor ke bagian tubuh yang lebih jauh. Selanjutnya sel-
sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di
bawahnya, kelenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan
ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi, pembesaran kelenjar limfe leher
merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter.
Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar.
Tumor dapat meluas ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke arah rongga tengkorak
dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak dan menyebabkan
gejala akibat kelumpuhan otak syaraf yang sering ditemukan ialah penglihatan dobel
(diplopia), rasa baal (mati rasa) di daerah wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan
lidah, bahu, leher dan gangguan pendengaran serta gangguan penciuman. Keluhan
lainnya dapat berupa sakit kepala hebat akibat penekanan tumor ke selaput otak, rahang
tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot rahang yang terkena tumor. Biasanya
kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi tubuh saja (unilateral) tetapi pada beberapa
kasus pernah ditemukan mengenai ke dua sisi tubuh.

Gejala akibat metastasis jauh


Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ
tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring.Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru.
Jika ini terjadi, menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk.
6. Stadium
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992).
T = Tumor primer
T0 - Tidak tampak tumor
T1 - Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja (lateral/posterosuperior/atap dan lain-
lain).
T2 - Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di dalam rongga
nasofaring.
T3 - Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring dsb)
T4 - Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau mengenai
saraf-saraf otak
TX - Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
N = Nodule (Pembesaran kelenjar getah bening regional)
N0 - Tidak ada pembesaran
N1 - Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat
N2 - Terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dan masih dapat di
gerakkan
N3 - Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral, maupun
bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar.
 
M = Metastasis
M0 - Tidak ada metastasis jauh
M1 - Terdapat Metastasis jauh
Stadium I :
T1 dan N0 dan M0
Stadium II :
T2 dan N0 dan M0
Stadium III :
T1/T2/T3 dan N1 dan M0 atau T3 dan N0 dan M0
Stadium IV :
T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan
N0/N1/N2/N3 dan M1

- Menurut American Joint Committee Cancer tahun 1988, tumor staging dari nasofaring
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tis : Karcinoma in situ
T1 : Tumor yang terdapat pada satu sisi dari nasofaring atau tumor yang tak dapat
dilihat, tetapi hanya dapat diketahui dari hasil biopsi
T2 : Tumor yang menyerang dua tempat, yaitu dinding posterosuperior dan dinding
lateral
T3 : Perluasan tumor sampai ke dalam rongga hidung atau orofaring
T4 : Tumor yang menjalar ke tengkorak kepala atau menyerang saraf kranial (atau
keduanya).
7. Diagnosis
Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu KNF, protokol di bawah ini
dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta stadium tumor :

Anamnesis dan pemeriksaan fisik (Pemeriksaan nasofaring dan neuro- oftalmologi)


Pemeriksaan penunjang (Biopsi, radiologi, dan serologi)
 
Hal-hal yang dapat ditanyakan pada anamnesis :
Gejala dini
Penyakit terdahulu ( peradangan pada THT )
Riwayat terdapatnya kanker dalam keluarga
Riwayat kontak dengan zat karsinogen
Lingkungan dan gaya hidup
 
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi/ palpasi: benjolan pada leher (lateral)
Massa di nasofaring (rinoskopi, laringoskopi)
Otoskopi, tes pendengaran
Pemeriksaan saraf cranial
Pemeriksaan Penunjang

-Pemeriksaan radiologi konvensional foto tengkorak potongan antero-


postoriolateral, dan posisi waters tampak jaringan lunak di daerah nasofaring.
Pada foto dasar tengkorak ditemukan destruksi atau erosi tulang daerah fosa
serebri media.

-CT-Scan leher dan kepala


Merupakan pemeriksaan yang paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor
dan perluasan tumor.Pada stadium dini terlihatasimetri torus tubarius dan
dinding posterior nasofaring. Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada
tidaknya metatasis jauh.

-Pemeriksaan serologi, berupa pemeriksaan titer antibodi terhadapvirus Epsten-


Barr ( EBV ) yaitu lg A anti VCA dan lg A anti EA.

-Pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaringbelum jelas


dengan pembesaran kelenjar leher yang diduga akibat metastasis KNF.
Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi nasofaring
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : dari hidung atau dari mulut.

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya ( blind biopsy ). Biopsi
melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui
hidung.Kemudian dengan kaca laring di lihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan
dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang
dimasukkan melalui mulut, masa tumor akan terlihat lebih jelas.
Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya metatasis.
8. Penatalaksanaan
1. Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam
penatalaksanaan karsinoma nasofaring. Penatalaksanaan pertama untuk
karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.

Syarat-sarat bagi penderita yang akan di radioterapi:


Keadaan umum baik
Hb> 10 g%
Leukosit> 3000/mm3
Trombosit> 90.000 mm3

Tujuan pre operatif terapi:


Mencegah metastasis ke perifer
Mengecilkan volume tumor sehingga menjadi operable
Perdarahan berkurang karena vaskularisasi tumor berkurang

Tujuan post operasi: Mengatasi sisa sel Ca


Kemoterapi
Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat
meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan
kambuh.

Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan
nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih
yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi. Nasofaringektomi merupakan
suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu
pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
Imunoterapi

Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring


adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring
dapat diberikan imunoterapi.
9. Prognosis
Prognosis pasien dengan KNF dapat sangat berbeda antara
subkelompok yang satu dengan subkelompok yang lain. Penelitian
tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi prognosis masih terus
berlangsung hingga saat ini. Kebanyakan faktor-faktor prognosis
bersifat genetik ataupun molekuler. klinik (pemeriksaan fisik maupun
penunjang).
Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45%.
Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor, seperti:

-Stadium yang lebih lanjut


-Usia lebih dari 40 tahun
-Ras Cina dari pada ras kulit putih
-Adanya pembesaran kelenjar leher
-Adanya kelumpuhan saraf otak
-Adanya kerusakan tulang tengkorak
-Adanya metastasis jauh
10. Komplikasi

tumor ganas nasofaring dapat menyebabkan penurunan pendengaran tipe


konduksi yang refersibel. Hal ini terjadi akibat pendesakan tumor primer
terhadap tuba Eustachius dan gangguan terhadap pergerakan otot levator
pelatini yang berfungsi untuk membuka tuba. Kedua hal diatas akan
menyebabkan terganggunya fungsi tuba.

Infiltrasi tumor melalui liang tuba eustachius dan masuk ke rongga telinga
tengah jarang sekali terjadi. Dengan radiasi, tumor akan mengecil atau
menghilang dan gangguan-gangguan diatas dapat pula berkurang atau
menghilang, sehingga pendengaran akan membaik kembali. Terlepas dari hal-
hal diatas, radiasi sendiri dapat juga menurunkan pendengaran, baik bertipe
konduksi maupun persepsi
11. Pencegahan

-Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta


usahakan agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.
-Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia,
asap industry, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi
lain yang dapat mengaktifkan virus Epstein bar.
-Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas,
atau makanan yang merangsang selaput lender.
-Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dengan risiko tinggi. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta
mengubah cara memasak makanan untuk mencegah kesan buruk yang
timbul dari bahan-bahan yang berbahaya. Dan juga melakukan tes
serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA bermanfaat dalam menemukan
karsinoma nasofaring lebih dini.
 
Pembahasan
Pasien datang Dilakukan cek lab
Tidak ada gejala
keluhan benjolan di dan pemeriksaan
penyerta lain
leher kiri endoskopi

Informed consent untuk Hasil ct scan kontras Sampel hasil biopsi di


program operasi biopsi sudah ada dan siap PA untuk mengetahui
dan ct scan kontras untuk di biopsi keganasan pada kasus

Dilakukan terapi
sesuai hasil PA
KESIMPULAN
 Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang
hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.

 Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang termasuk dalam famili Herpesvirus
yang menginfeksi lebih dari 90 % populasi manusia di seluruh dunia dan
merupakan penyebab infeksi mononukleosis. Infeksi EBV berasosiasi dengan
beberapa penyakit keganasan jaringan limfoid dan epitel seperti limfoma
Burkitt, limfoma sel T, Hodgkin disease, karsinoma nasofaring (KNF), karsinoma
mammae dan karsinoma gaster.

 Faktor resiko KNF antara lain : a. Jenis Kelamin laki-laki b. Ras Asia dan
Afrika Utara c. Umur 30 – 50 tahun d. Makanan yang diawetkan e. Infeksi Virus
Epstein-Barr f. Riwayat keluarga. g. Faktor Gen HLA (Human Leokcyte Antigen)
dan Genetik h. Merokok i. Minum Alkohol

 Terapi medik yang dapat digunakan untuk mengobati karsinoma nasofaring


ialah radioterapi, kemoterapi, dan terapi kombinasi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai