Anda di halaman 1dari 40

PRESENTASI KASUS

MENINGITIS
Disusun oleh:
Havidza Rivani
NIPP. 1913020027
 
Pembimbing:
dr. Gamasita, Sp.S

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD KOTA SALATIGA
2020
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. A
• Umur : 54 tahun
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Swasta
• Alamat : Perum Domas
• Tanggal Masuk : 10 Januari 2020
ANAMNESIS
Keluhan Utama RPS
Kepala terasa sakit dan pusing Pasien datang ke IGD RSUD
Salatiga dengan keluhan kepala
sangat sakit dan merasakan
pusing sejak 1 hari SMRS. Keluhan
disertai dengan mual dan muntah
sebanyak 3x/hari. Pasien
mengatakan sebelumnya dia ikut
gotong royong disekita rumah
selama 3 hari. Selama gotong
royong pasien merasakan kepala
terasa sakit dan demam.
RPD RPK

Keluarga pasien tidak ada


Pasien mengatakan keluhan yang memiliki keluhan yang
seperti ini baru pertama kali sama seperti pasien.
dirasakan. Pasien tidak Riwayat penyakit DM,
mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, stroke, alergi,
seperti darah tinggi maupun
diabetes dan sakit jantung pada
keluarga disangkal.
Riwayat Personal Sosial

- Tinggal bersama anak dan istri


- Merokok (+)
- Alkohol (-)
- Obat–obatan terlarang (-)
Kesan Umum Tampak sakit berat
Kesadaran Compos Mentis (GCS: E4V5M6) (IGD)
GCS: E4V5M6 (BANGSAL)

Vital Signs IGD BANGSAL

TD: 135/85 mmHg TD: 125/80 mmhg


HR: 97x/menit HR: 85x/menit

PEMERIKSAAN RR: 20x/menit RR: 18x/menit


S: 37,3oC S: 36,8oC
FISIK SpO2: 96% SpO2: 98%

Kepala dan Leher


Inspeksi Normocephal, wajah simetris, tidak ada jejas,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Palpasi Pembesaran limfonodi (-), trakea teraba di garis


tengah
Thorax  
Inspeksi Bentuk dada simetris, terdapat jejas bekas mastektomi mammae dextra

Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak paru, fremitus normal

Perkusi Sonor di seluruh lapang paru


Auskultasi Pulmo: suara kedua paru vesikuler
Ronkhi: -/- Wheezing: -/-
Cor: suara S1 dan S2 reguler
Abdomen  
Inspeksi Abdomen terlihat datar, tidak ada kelainan bentuk abdomen, jejas (-)

Auskultasi Bising usus (+) normal


Perkusi Timpani pada semua kuadran abdomen
Palpasi Defens muskular (-), nyeri tekan (-), ginjal, hepar dan lien tidak teraba

Genitalia  
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas  
Inspeksi Edema (-), jejas (-)
Palpasi Pitting edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Nervus
  Kanan Kiri
Kranialis
N. I Daya penghidu Baik Baik
Daya penglihatan Baik Baik
Status Neurologis N. II Penglihatan warna
Lapang pandang
Baik
Baik
Baik
Baik
Ptosis (-) (-)

Kesadaran : GCS E4V5M6 Gerakan mata ke medial (+) (+)

Nervus Cranialis :
Gerakan mata ke atas (+) (+)

Gerakan mata ke bawah (+) (+)


N. III
Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Reflek cahaya langsung (+) (+)

Nistagmus (-) (-)

Strabismus divergen (-) (-)

Gerakan mata ke lateral


(+) (+)
bawah
N. IV
Strabismus konvergen (-) (-)
Menggigit (+) (+) Arkus faring Baik
Membuka mulut (+) (+) Daya kecap lidah 1/3
N. V Sensibilitas muka (+) (+) Tidak dinilai
Refleks kornea (+) (+) N. IX belakang
Refleks muntah (+) (+)
Trismus (-) (-) Sengau (-) (-)
N. VI Gerakan mata ke lateral (+) (+) Cegukan (+) (+)

Kedipan mata (+) (+) Denyut nadi 85 85


Lipatan nasolabial (+) (+) N. X Arkus faring Normal
Mengerutkan dahi (+) (+) Bersuara Normal
Menutup mata (+) (+) Menelan Baik
N. VII Meringis (+) (+)
Memalingkan kepala (+) (+)
Menggembungkan pipi (+) (+)
N. XI Sikap bahu Baik Baik
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dinilai Mengangkat bahu (+) (+)
Atrofi otot bahu (-) (-)
Mendengar suara berbisik (+) (+) Sikap lidah Baik
Artikulasi Baik
N. Mendengar detik arloji (+) (+) N. Tremor lidah (-) (-)
VIII Tes Rinne Tidak dinilai XII Menjulurkan lidah Baik
Tes Schwabach Tidak dinilai Atrofi otot lidah (-) (-)
Tes Weber Tidak dinilai Fasikulasi lidah (-) (-)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik    
• Pergerakan (+) (+)
• Kekuatan
E • Tonus
5
Normal
5
Normal
K Sensibilitas    
S • Taktil (+) (+)
• Nyeri
T (+) (+)

R A Gerakan Involunteer    
• Tremor
T (-) (-)
E A
• Atetosis (-) (-)
• Chorea
M S • Tics
(-)
(-)
(-)
(-)
I Refleks fisiologis    
T • Biseps (+) (+)
• Triseps
A • Brachioradialis
(+)
(+)
(+)
(+)
S Refleks patologis    
• Tromner (-) (-)
• Hoffman (-) (-)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Motorik    
 Pergerakan (+) (+)
 Kekuatan 5 5
E  Tonus Normal Normal

K Sensibilitas
 Taktil
 
(+)
 
(+)
S  Nyeri (+) (+)

T B
Refleks fisiologis
 Patella
 
(+)
 
(+)
R A  Achilles (+) (+)
Refleks patologis
E W  Babinski
 
(+)
 
(+)
M A  Chaddock (+) (+)
 Schaefer
I H  Oppenheim
(-)
(-)
(-)
(+)
T  Rossolimo
 Mendel-Bechterew
(-)
(-)
(+)
(-)
A  Bing (-) (-)
 Gordon
S Tes lasegue
(-) (-)
(-) (-)
Tes patrick (-) (-)
Tes kontrapatik (-) (-)
Meningeal Sign

Kaku kuduk (+)


Kernig sign (-)
Lasegue sign (-)

Brudzinski I (-)

Brudzinski II (-)

Brudzinski III (-)

Brudziinski IV (-)
LABORATORIUM

Nilai Hitung Jenis


Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Eosinophil 3.8 2–4 %
Hematologi (8 Desember 2019)
Leukosit 10,5 4.5 - 11 ribu/ul Basophil 0.4 0–1 %

Eritrosit 4.9 4.5 – 6.5 juta/ul


Limfosit 27.8 25 – 60 %
Hemoglobin 13.8 13 – 18 gr/dL
Monosit 1.6 2–8 %
Hematokrit 45 40 – 52 vol%

MCV 82.1 85 – 100 Fl Neutrofil 80.4 50 – 70 %

MCH 29.4 28 – 31 Pg

MCHC 35.8 30 – 35 gr/dL

Trombosit 384 150 – 450 ribu/ul


LABORATORIUM

Kimia (8 Desember 2019)


GDS 98 < 140 mg/dL
Ureum 50 10 – 50 mg/dL
Creatinin 0.6 0.6 – 1.1 mg/dL
SGOT 35 < 37 U/I
SGPT 28 < 42 U/I
Imunoserologi
HbsAg Negatif Negatif
ASSESSMENT
Diagnosi •
Suspek Meningitis
s Klinis
Diagnosis •Meningen
Topis
Diagnosis • Meningitis bakteri
etiologi
PENATALAKSANAAN
Umum Medikamentosa

•IGD
•IVFD Asering 20 tpm
•Injeksi Ondansetron 4mg/8 jam
•Injeksi Omeprazole 40 mg
•Ketorolac 2x1
•Co Spesialis Saraf
•Bangsal
• Stabilisasi (ABC) •IVFD Asering 20 tpm
• Observasi vital signs •Injeksi Dexamethason 3x1gram
• Tirah baring •Injeksi Ketorolac 30mg 2x1
•Citicolin 2x500 mg
•Esperison HCL 1x1
•Nopres 20 mg 1-1-0
•Meloxicam 12,5 1-1-0
PROGNOSIS

Quo ad vitam • Ad bonam

Quo ad • Dubia ad bonam


functionam
Quo ad • Dubia ad bonam
sanationam
ANATOMI
MENINGITIS

• Meningitis adalah inflamasi pada jaringan meningen yang melapisi


jaringan otak dan medulla spinalis yang seringkali disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus atau jamur), atau disebabkan oleh iritasi bahan
kimia, perdarahan subaraknoid, keganasan atau kondisi lainnya (WHO
ETIOLOGI
1. Meningitis Serosa
- Mycobacterium Tuberkulosis
- Virus
2. Meningitis Purulenta (Bacterial)
EPIDEMIOLOGI
• Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosioekonomi rendah,
lingkungan yang padat
• Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis belt,
yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21
negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per
100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik.
• Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan
oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.
• Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan-2 tahun. Umumnya
terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens meningitis
bakterialis pada neonatus adalah sekitar 0.5 kasus per 1000 kelahiran hidup. Insidens
meningitis pada bayi berat lahir rendah tiga kali lebih tinggi dibandingkan bayi
dengan berat lahir normal.
FAKTOR RESIKO
• Faktor resiko terjadinya meningitis :2
• Usia, biasanya pada usia < 5 tahun dan > 50 tahun
• Imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh
• Diabetes melitus, insufisiensi renal atau kelenjar adrenal
• Infeksi HIV
• Anemia sel sabit dan splenektomi
• Alkoholisme, sirosis hepatis
• Riwayat kontak yang baru terjadi dengan pasien meningitis
• Riwayat Penyakit
• Ventriculoperitoneal shunt
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
GEJALA KLINIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• ANAMNESIS
- kejang, fotofobia, sakit kepala, anoreksia, mual muntah, demam
• PEMERIKSAAN FISIK:
- Reflek Patologis
- Pemeriksaan kaku kuduk
- Pemeriksaan tanda kernig
- Brudzinski 1
- Brudzinski 2
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan fungsi lumbal (keruh=Purulenta. Jernih=serosa)
- Pemeriksaan Lab darah (leukosit pada meningitis serosa dan purulenta
sama meningkat)
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
 Rawat di ICU atau di ruangan biasa dengan
pengawasan/observasi ketat.
 Monitoring: TTV dan cairan.

 Terapi cairan:
 Cairan rendah natrium:
 Glukosa 5-10% : NaCl 0,9% = 3:1
 Pantau kadar elektrolit (magnesium dan kalsium)
 Terapi untuk Meningitis bakterial:
 Antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak.
Contoh: rifampisin, kloramfenikol, dan golongan kuinolon.
 Pada anak dengan BB 10-20 kg, berikan Benzyl penisilin 8 juta
unit/hari.
 Pada anak dengan BB <10 kg, berikan Benzyl penisilin 4 juta unit/hari.
 Tambahan dosis ampisilin sebanyak 100-200 mg/kgBB.

 Terapi meningitis TB
 Berikan prednison 1-2mg/kgBB/hari selama 4 minggu lalu tappering
off selama 8 minggu.
 Terapi viral meningitis
 Berikan antiemetik seperti ondansentron dosis 0,1
mg/kgBB maksimal 4 mg/kgBB/12 jam.
 Terapi antiviral (asiklovir), diberikan secepatnya pada
infeksi HSV dosis 10-20 mg/kgBB/8 jam selama 14 hari

 Terapi meningitis jamur


 Meningitis akibat kriptokokus diberikan Flukonazol atau
amfoterisin B.
 Terapi suportif:
 Untuk kejang:
 Diazepam (0,25-0,5 mg maksimal 25 mg)
 Lorazepam (0,05-0,1 mg/kgBB maksimal 4 mg)
 Untuk mengontrol kejang:
 Fenitoin (15-20 mg/kgBB/IV maksimal 1 gr)
 Fenobarbital (10-20 mg/kgBB/IV maksimal 1 gr)
 Midazolam (0,1-0,2 mg/kgBB/5 menit IV dilanjutkan infus 0,05
mg/kgBB/jam maksimal 0,4 mg/kgBB/jam)
 Terapi suportif:
 Untuk demam:
 parasetamol (10-15mg/kgBB/dosis – 4-5 kali sehari)
 ibuprofen (5-10 mg/kgBB/ dosis – 3-4 kali sehari)
 Untuk edema cerebri:
 diuretik osmosis atau kortikosteroid
PROGNOSIS
 Semakin muda usia, semakin buruk prognosisnya.
 Pemberian antibiotik yang adekuat, akan
memberikan hasil prognosis yang baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai