Anda di halaman 1dari 18

Nama : Tasya Dresi Cania

Npm : 2110110141069

A24.4-A32.8

A24.4 Melioidosis, tidak dijelaskan


Melioidosis A24.4

A25 Rat-bite fevers-demam gigitan tikus

 PENYEBAB PENYAKIT
Demam gigitan tikus adalah infeksi serius yang disebabkan oleh dua jenis
bakteri, yaitu Streptobacillus moniliformis (yang menjadi penyebab RBF di
Amerika Utara) atau Spirillum minus (yang umum ditemukan di Asia. Orang
biasanya terinfeksi bakteri ini setelah melakukan kontak, seperti digigit atau
dicakar oleh hewan pengerat yang membawa bakteri tersebut.
 GEJALA
Gejala demam gigitan tikus bervariasi tergantung pada bakteri yang menjadi
penyebab penyakit tersebut:
1. Streptobacillus moniliformis memiliki masa inkubasi 3-10 hari. Masa
inkubasi adalah jeda waktu setelah terpapar bakteri hingga munculnya gejala.
Gejala demam gigitan tikus yang disebabkan streptobacillus bisa meliputi:
 Demam yang datang dan pergi selama beberapa minggu.
 Ruam di dekat gigitan tikus.
 Nyeri sendi dan otot, terutama di punggung bawah.
 Panas dingin.
 Mual.
 Muntah.
 Sakit tenggorokan.
2. Sementara demam gigitan tikus yang disebabkan oleh Spirillum minus bisa
sembuh sebelum gejalanya muncul. Gejalanya mungkin akan muncul dalam
waktu 1-3 minggu setelah terpapar bakteri tersebut, antara lain:
 Demam menggigil.
 Nyeri otot dan sendi.
 Sakit kepala.
 Sakit tenggorokan.
 Muntah.
 Peradangan dan muncul bisul di tempat gigitan.
 Ruam coklat atau ungu.
 Kelenjar getah bening yang keras atau lunak.
 PEMERIKSAAN
Diagnosis penyakit ini dapat dikonfirmasi dengan menemukan bakteri
penyebabnya melalui biakan darah atau cairan sendi. Selain itu dapat juga
dilakukan pemeriksaan terhadap contoh jaringan kulit atau kelenjar getah
bening dan pemeriksaan antibodi di dalam darah.
 TERAPI/PENGOBATAN
Pemberian antibiotik, seperti amoxicillin, penicillin, erythromycin, atau
doxycycline, untuk mengobati infeksi. Antibiotik ini dapat diberikan selama
7–10 hari.
 KOMPLIKASI
 Dapat mengakibatkan meningitis yang sangat berbahaya karena
menyerang organ otak. 
 Dapat mengalami hepatitis akibat infeksi tidak dapat dikendalikan.
Kuning pada mata dan kulit muncul akibat kerusakan hati. 
 Gangguan pada selaput di paru-paru yang menyebabkan kesulitan
bernapas. 
 Inflamasi di otot jantung yang menyebabkan jantung sulit bekerja
optimal. Gangguan pada jantung dapat memengaruhi suplai darah ke
seluruh tubuh dan meningkatkan serangan jantung. 
 KODE DAN JALAN

A25.0 Spirillosis
Spirillosis A25.0
A25.1 Streptobacillosis
Streptobacillosis A25.1
A25.9 Rat-bite fever, tidak dijelaskan
Fever
-rat-bite A25.9
A26 Erysipeloid

 PENYEBAB
Penyebabnya adalah bakteri Erysipelothrix rhusiopathiae. Bakteri ini
ditemukan pada ikan, burung, mamalia, dan kerang-kerangan. Manusia
biasanya terinfeksi melalui luka yang terjadi ketika mengolah produk-produk
binatang (misalnya daging, unggas, ikan, kerang-kerangan, tulang atau kulit
kerang).
 GEJALA
Berikut ini menunjukkan Erysipeloid:

 Lesi merah terang sampai ungu pada kulit


 Nyeri pada lesi kulit
 Kulit terbakar
 Demam ringan
 Panas dingin
 Rasa tidak enak
 Sakit kepala
 Nyeri sendi
 Penurunan berat badan

 PEMERIKSAAN

Uji lab dan prosedur berikut digunakan untuk mendeteksi Erysipeloid:

 Biopsi kulit: Untuk mendeteksi erysipeloid


 Tes darah: Untuk memeriksa bakteri dalam darah
 TERAPI/PENGOBATAN
Penyakit ini diobati dengan pemberian antibiotik. Jika infeksi sampai
mengenai persendian atau katup jantung, maka diperlukan pemberian
antibiotik melalui pembuluh darah dalam waktu yang lebih lama.
 KODE DAN JALAN

A26.0 Cutaneous erysipeloid; Erythema migrans


Erythema
-migrans A26.0

A26.7 Erysipelothrix sepsis


Sepsis
-Erysipelothrix (erysipeloid) (rhusiopathiae) A26.7

A26.8 Bentuk-bentuk lain erysipeloid


Erysipeloid
-specified NEC A26.8

A26.9 Erysipeloid, tidak dijelaskan


Erysipeloid A26.9

A27 Leptospirosis
 PENYEBAB
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang dibawa
oleh hewan. Leptospira dapat hidup selama beberapa tahun di ginjal hewan
tersebut tanpa menimbulkan gejala.

Beberapa hewan yang dapat menjadi sarana penyebaran bakteri Leptospira


adalah:

 Kuda
 Sapi
 Tikus

 GEJALA

Pada beberapa kasus, gejala leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun,
pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini muncul dalam 2 hari sampai 4
minggu setelah terpapar bakteri Leptospira.

Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap pasien dan awalnya sering
kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah.
Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain:

 Demam tinggi dan menggigil


 Sakit kepala
 Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
 Diare
 Mata merah
 Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah
 Sakit perut
 Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan

Keluhan di atas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian
kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap kedua, yang
disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang
disebabkan oleh infeksi.

Penyakit Weil dapat berkembang 1–3 hari setelah gejala leptospirosis muncul.
Keluhan yang muncul bervariasi, tergantung pada organ mana yang terinfeksi.
Gejala dan tanda pada penyakit Weil antara lain:

 Demam
 Penyakit kuning
 Sulit buang air kecil
 Pembengkakan pada tangan dan kaki
 Perdarahan, seperti mimisan atau batuk berdarah
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Jantung berdebar-debar
 Lemas dan keringat dingin
 Sakit kepala dan leher kaku

 PEMERIKSAAN

Untuk mendiagnosis leptospirosis, dokter akan menanyakan keluhan dan


gejala yang dialami pasien, serta riwayat penyakit pasien. Dokter juga akan
bertanya mengenai riwayat perjalanan, kondisi tempat tinggal pasien, dan
aktivitas yang dilakukan pasien selama 14 hari ke belakang.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan


beberapa tes penunjang untuk memastikan diagnosis dan mengetahui tingkat
keparahan leptospirosis. Tes penunjang tersebut antara lain:

 Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, dan kadar sel
darah putih
 Tes Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) atau rapid test,
untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh
 Polymerase Chain Reaction (PCR), untuk mendeteksi keberadaan
materi genetik bakteri Leptospira di dalam tubuh
 Tes aglutinasi mikroskopik (MAT), untuk mengonfirmasi keberadaan
antibodi yang secara spesifik terkait dengan bakteri Leptospira
 Pemindaian dengan CT Scan atau USG, untuk melihat kondisi organ
yang mungkin terkena dampak peradangan akibat infeksi leptospirosis
 Kultur darah dan urine, untuk memastikan keberadaan bakteri
Leptospira di dalam darah dan urine.

 TERAPI/PENGOBATAN

1. Pemberian obat-obatan

Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat-obatan untuk


meredakan gejala dan untuk mengatasi infeksi bakteri. Beberapa obat yang
akan diberikan adalah:

 Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline,


atau azithromycin
 Obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti paracetamol atau
ibuprofen

2. Perawatan di rumah sakit

Perawatan di rumah sakit dilakukan bila infeksi telah berkembang makin


parah dan menyerang organ (penyakit Weil). Pada kondisi ini, antibiotik akan
diberikan melalui infus.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa penanganan tambahan


berikut:

 Infus cairan, untuk mencegah dehidrasi pada penderita yang tidak bisa
minum banyak air
 Pemberian vitamin K, untuk mencegah perdarahan
 Pemasangan ventilator, jika pasien mengalami gagal napas
 Pemantauan terhadap kerja jantung
 Transfusi darah, jika terjadi perdarahan berat
 Hemodialisis atau cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal.

 KOMPLIKASI LEPTOSPIROSIS

Meski bisa sembuh dengan sendirinya, leptospirosis yang tidak diobati dengan
baik dapat mengakibatkan penyakit Weil. Komplikasi yang bisa terjadi akibat
penyakit Weil ini antara lain:

 Cedera ginjal akut


 Trombositopenia
 Perdarahan saluran cerna
 Perdarahan paru-paru
 Stroke hemoragik
 Gagal hati
 KODE DAN JALAN

A27.0 Leptospirosis icterohaemorrhagica


Leptospirosis
-icterohemorrhagica A27.0

A27.8 Bentuk-bentuk lain leptospirosis


Leptospirosis
-canicola A27.8
A27.9 Leptospirosis, tidak dijelaskan
Leptospirosis A27.9

A28 Penyakit bakteri zoonotik lain, not elsewhere classified


1. PASTEURELLOSIS
 PENYEBAB
Bakteri P. multocida menyebabkan penyakit pasteurellosis pada berbagai
ternak dan hewan liar.
 GEJALA
Gejalanya ditandai dengan infeksi lokal, pembengkakan pada pial, depresi,
kesulitan bernapas, hewan terlihat memutar leher ke satu sisi dan mengalami
kepincangan.
2. CAT-SCRATCH DISEASE
 PENYEBAB
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Bartonella henselae dan mikroorganisme
ini dapat ditemukan di seluruh dunia.
 GEJALA

Gejala awal dapat berupa munculnya papula (benjolan) berukuran kecil akan
terlihat selama beberapa hari setelah kejadian dicakar atau digigit. Benjolan
tersebut dinamakan “inoculation lesion”, yaitu ketika terdapat luka tempat
bakteri akan masuk ke dalam tubuh. Benjolan yang terjadi di kelenjar getah
bening terlihat seperti gigitan serangga dan setelah beberapa lama dapat
membengkak dan melunak.

Pembengkakan pada kelenjar getah bening ini paling sering ditemukan pada
area ketiak atau leher. Ukurannya sekitar 2-5 sentimeter dalam diameter dan
mungkin diikuti dengan pembengkakan yang lebih besar di bawah kulit. Area
kulit yang membengkak ini juga terasa hangat dan berwarna merah.

Lymphadenopathy atau pembengkakan pada kelenjar getah bening, khususnya


di ketiak, kepala dan leher, muncul sekitar 1-3 minggu setelah kejadian
cakaran. Pembengkakan ini biasanya hilang dalam waktu 2 sampai 4 bulan,
atau bahkan lebih lama. Beberapa gejala lainnya, seperti sakit kepala, sakit
pada persendian, lemah, kurang nafsu makan dan gejala flu dapat bertahan
beberapa minggu. 
Gejala lainnya dari cat scratch disease meliputi:

 Kelelahan.
 Sakit kepala.
 Demam ringan dengan suhu 37°C tetapi di bawah 38°C.
 Tubuh yang pegal-pegal.

Gejala cat scratch disease yang kurang umum meliputi:

 Kehilangan selera makan.


 Penurunan berat badan.
 Sakit tenggorokan.

 PEMERIKSAAN

Diagnosa cat scratch disease dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah


ataupun biopsi (pengambilan sampel) dari kelenjar getah bening yang
berkaitan. Pemeriksaan darah ini dapat melalui metode polymerase chain
reaction (PCR) untuk mendeteksi bakteri B. henselae di dalam tubuh.

 TERAPI/PENGOBATAN

Untuk meredakan rasa sakit, bisa mengonsumsi asetaminofen atau ibuprofen


agar masalahnya dapat teratasi.

3. YERSINIOSIS

 PENYEBAB

Yersiniosis adalah penyakit infeksi yang sebagian besar kasusnya disebabkan


oleh bakteri Yersinia enterocolitica dan beberapa kasus disebabkan oleh
Yersinia pseudotuberculosis. 

 GEJALA

 Demam 
 Mual, muntah
 Nyeri perut 
 Diare, seringkali disertai darah 
 PEMERIKSAAN
Yersiniosis biasanya didiagnosis dengan mendeteksi bakteri Yersinia
enterocolitica pada tinja orang yang terinfeksi melalui pemeriksaan kultur
bakteri. Pemeriksaan penunjang radiologis (seperti USG atau CT scan) dapat
diperlukan untuk menentukan apakah pasien menderita radang usus buntu
atau tidak.

 KODE DAN JALAN

A28.0 Pasteurellosis
Pasteurellosis A28.0

A28.1 Cat-scratch disease


Disease
-cat-scratch A28.1

A28.2 Extraintestinal yersiniosis


Yersiniosis
-extraintestinal A28.2

A28.8 Penyakit bakteri zoonotik lain yang dijelaskan, not elsewhere classified
Disease
-zoonotic, bacterial
--specified type NEC A28.8

A28.9 Penyakit bakteri zoonotik, tidak dijelaskan


Disease
-zoonotic, bacterial A28.9

A30 Leprosy (Hansen’s disease)


 PENYEBAB
Penyakit Kusta atau sering disebut juga dengan Penyakit Lepra merupakan
penyakit infeksi menular dan bersifat menahun yang disebabkan oleh kuman/
bakteri Mycobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, dan
dapat juga menyerang jaringan tubuh lain kecuali otak.
 GEJALA

Kusta dapat memengaruhi kulit dan saraf di luar otak dan sumsum tulang
belakang, yang disebut juga saraf perifer. Diketahui juga jika gejala dari
penyakit ini dapat menyerang mata dan jaringan tipis yang melapisi hidung
bagian dalam.Gejala utama kusta yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih
putih dan lesi di kulit berbentuk benjolan. Gejala ini tidak hilang setelah
beberapa minggu atau lebih. Lesi pada kulit ini juga disertai gejala kebas pada
bagian tersebut dan kelemahan otot.Kerusakan saraf yang terjadi dapat
menyebabkan seseorang kehilangan perasaan di lengan dan kaki, serta
kelemahan pada otot. Semakin dini diagnosis dari gejala kusta terdeteksi,
semakin cepat penanganan yang dilakukan agar tidak menimbulkan
komplikasi berbahaya.Selain itu, ada beberapa jenis kusta yang menimbulkan
gejala berbeda dan dapat memengaruhi bagaimana cara mengobatinya, yaitu:

1. Tuberkuloid

Jenis kusta yang paling ringan. Orang dengan tipe ini hanya memiliki satu
atau beberapa bercak datar berwarna pucat (kusta paucibacillary)
disingkat PB. Daerah kulit yang terkena bisa mati rasa karena kerusakan
saraf di bawahnya. Kusta tuberkuloid kurang menular dari jenis-jenis
lainnya.

2. Lepromatosa

Jenis kusta yang lebih parah. Pengidap kusta jenis ini akan memiliki
benjolan luas di kulit dan ruam (kusta multibasiler), mengalami mati rasa,
dan kelemahan otot. Selain itu, hidung, ginjal, dan organ reproduksi laki-
laki juga dapat terpengaruh. Kusta lepromatosa lebih menular dari kusta
tuberkuloid.

3. Borderline

Pada tipe ini, seseorang memiliki gejala gabungan dari kusta jenis
tuberkuloid dan jenis lepromatosa.

 PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di


beberapa tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya
bakteri Lepra.
 Pemeriksaan histopatologis bertujuan untuk melihat perubahan
jaringan dikarenakan infeksi.
 Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada
tubuh seseorang akibat infeksi.
 TERAPI/PENGOBATAN

Pengobatan kusta yang paling utama adalah untuk memutuskan mata rantai
penularan, menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan
pengidap, serta mencegah timbulnya kecacatan. Agar seseorang bisa sembuh
dan mencegah terjadinya resistensi, pengobatan yang dilakukan perlu
menggunakan kombinasi beberapa antibiotik.

Untuk mencegah kekambuhan, pengidap kusta diberikan kombinasi antibiotik


selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter akan menentukan antibiotik, dosis, dan
durasi penggunaannya berdasarkan jenis kusta yang menyerang. 

Terapi Multi-obat (Multidrug Therapy) adalah pengobatan umum yang


mampu mengobati kusta dengan kombinasi antibiotik.Berikut pemberian
antibiotik berdasarkan klasifikasi kusta yang menyerang:

 Kusta Pausibasiler: Pengidap kusta perlu minum dua antibiotik, seperti


dapson setiap hari dan rifampisin sebulan sekali.
 Kusta Multibasiler: Pengidap kusta perlu mengonsumsi antibiotik dapson
setiap hari dan rifampisin sebulan sekali dengan tambahan clofazimine
sebagai dosis harian. Seseorang perlu menjalani terapi multidrug selama
1-2 tahun agar sembuh.

Dokter juga dapat memberikan obat antiinflamasi untuk mengontrol nyeri


saraf dan kerusakan yang berhubungan dengan kusta. Beberapa obat
antiinflamasi ini bisa termasuk steroid.

Penanganan kusta sebenarnya tidak cuma melalui obat-obatan saja.


Penanganan penyakit ini juga bisa melalui tindakan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan bagi pengidap kusta, yaitu:

 Menormalkan fungsi saraf yang rusak.


 Memperbaiki bentuk tubuh pengidap yang cacat.
 Mengembalikan fungsi anggota tubuh.
 KODE DAN JALAN
A30.0 Indeterminate leprosy
Leprosy
-indeterminate (macular) (neuritic) A30.0

A30.1 Tuberculoid leprosy


Leprosy
-tuberculoid (major) (minor) A30.1

A30.2 Borderline leprosy


Leprosy
-borderline (infiltrated) (neuritic)
--tuberculoid A30.2

A30.3 Borderline leprosy


Leprosy
-borderline (infiltrated) (neuritic) A30.3

A30.4 Borderline lepromatous leprosy


Leprosy
-borderline (infiltrated) (neuritic)
--lepromatous A30.4

A30.5 Lepromatous leprosy


Leprosy
-lepromatous (diffuse) (infiltrated) (macular) (neuritic) (nodular) A30.5

A30.8 Bentuk lain leprosy


Leprosy
-specified type NEC A30.8
A30.9 Lepra, tidak dijelaskan
Leprosy A30.9

A31 Infeksi akibat mikobakteria lain


1. BURULI ULCER

 PENYEBAB
Ulkus buruli disebabkan oleh bakteri Mycobacterium ulcerans. Jenis ini
termasuk dalam famili mikroba yang juga menyebabkan tuberkulosis dan
lepra. Bakteri ini menghasilkan racun yang menghancurkan jaringan,
menyebabkan ulkus atau luka yang terbuka lebar, terutama pada lengan atau
kaki.
 GEJALA
Ulkus Buruli sering dimulai sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit di daerah
yang terpengaruh, yang biasanya daerah lengan, kaki, atau wajah. Kemudian
muncul bisul besar, biasanya pada lengan atau kaki.
 PEMERIKSAAN
Diagnosis laboratorium tukak Buruli dilakukan dengan metode mikroskopis
(pewarnaan menurut Tsil-Nielsen), bakteriologis dan PCR.

 TERAPI/PENGOBATAN

Pengobatan tukak Buruli pada tahap infiltrasi sebelum ulserasi adalah


pemberian antibiotik, terutama rifampisin, sebagai yang paling efektif untuk
semua mikobakteriosis. Dengan ulkus terbentuk, eksisi bedah cacat dengan
kemungkinan operasi plastik berikutnya menjadi metode pilihan. Secara
lahiriah, berbagai desinfektan dan agen pembersih dalam bentuk perban
diterapkan pada kerusakan ulseratif. Lesi nekrotik dieksisi, pada kasus lanjut,
amputasi anggota badan yang terkena mungkin diperlukan. Semakin dini
pengobatan ulu Buruli dimulai, semakin cepat jaringan parut dan dengan efek
penumpahan yang kurang.
 KODE DAN JALAN
A31.0 infeksi mikobakterium pada paru-paru
Infection, infected
-lung NEC
--atypical mycobacterium A31.0

A31.1 Infeksi mikobakterium pada kulit


Mycobacterium, mycobacterial (infection)
-atypical
--cutaneous A31.1

A31.8 Infeksi mikobakterium lainnya


Infection, infected
-mycobacterium, mycobacterial
--extrapulmonary systemic A31.8

A31.9 infeksi mikobakterium, tidak dijelaskan


Infection, infected
-mycobacterium, mycobacterial A31.9
A32 Listeriosis
 PENYEBAB
Penyebab Listeriosis adalah infeksi bakteri Listeria monocytogenes yang
merupakan “foodborne disease”, yaitu penyakit yang muncul akibat
masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh yang dihantarkan oleh
makanan.
 GEJALA

Jika mengalami infeksi listeria, pengidap akan mengalami sejumlah gejala,


termasuk:

 Demam.
 Panas dingin.
 Nyeri otot.
 Mual.
 Diare.

Gejala akan muncul beberapa hari setelah seseorang mengonsumsi makanan


yang sudah terkontaminasi. Namun, gejala juga bisa muncul dalam 30 hari
atau lebih. Jika infeksi sudah menyebar ke sistem saraf, gejalanya dapat
meliputi:

 Sakit kepala.
 Leher terasa kaku.
 Kebingungan atau perubahan kewaspadaan.
 Kehilangan keseimbangan.
 Kejang-kejang. 

Selama kehamilan, infeksi listeria kemungkinan hanya menyebabkan tanda


dan gejala ringan pada ibu. Namun, konsekuensinya bagi bayi bisa sangat
serius, seperti meninggal di dalam rahim atau mengalami infeksi yang
mengancam jiwa dalam beberapa hari setelah dilahirkan.

Gejala bisa tidak terlihat, tetapi berikut ini beberapa hal yang perlu ibu
perhatikan:

 Tidak mau diberi ASI.


 Sifat lekas marah dan terus menangis.
 Demam.
 Muntah-muntah. 
 Kesulitan bernapas.
 PEMERIKSAAN
Prosedur diagnosis dilakukan melalui isolasi dan identifikasi bakteri penyebab
penyakit. Spesimen untuk isolasi bakteri dilakukan menggunakan feses, cairan
serebrospinal atau darah saat terjadi septikemia. Sampel tersebut kemudian
teliti di laboratorium untuk memastikan.
 TERAPI/PENGOBATAN

Ada dua langkah umum yang dilakukan untuk mengatasi listeriosis. Berikut
ini keduanya:

 Pengobatan dengan antibiotik untuk pengidap penyakit invasif.


 Konsumsi banyak air putih untuk pengidap penyakit usus dengan
gejala diare.
 KODE DAN JALAN

A32.0 Listeriosis kulit


Listeriosis, listerellosis
-cutaneous A32.0

A32.1+ Meningitis and meningoencephalitis listeria


Meningitis
-in(due to)
--Listeria monocytogenes A32.1+ G01*

A32.7 Sepsis listeria


Sepsis
-Listeria monocytogenes A32.7

A32.8 Bentuk lain listeria


Listeriosis, listerellosis
-specified NEC A32.8

Anda mungkin juga menyukai