Anda di halaman 1dari 73

Rickettsioses; Viral infections of the central

nervous system; Arthropod-borne viral fevers and


viral haemorrhagic fevers ; Viral infections
characterized by skin and mucous membrane
lesions ;Viral hepatitis; Human immunodeficiency
virus [HIV] disease

Poltekes Kemkes Malang, 30 Oktober 2020


Basirun, AMd.PK, SKM
Rickettsioses

• Penyakit Rickettsia atau tifus adalah berbagai


penyakit yang disebabkan oleh bakteri familia
• Rickettsiae Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda,
khususnya kutu, tungau, dan caplak.
• Tiga jenis typhus utama adalah tifus epidemik, tifus
endemik, dan tifus belukar
• Termasuk dalam Rickettsioses adalah:
1. Typhus fever
2. Spotted fever [tick-borne rickettsioses]
3. Q fever
4. Other rickettsioses
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Pengertian Typhoid Fever
• Demam tifoid atau dikenal dengan sebutan tipes
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella typhi.
• Demam tifoid sendiri menyebar melalui
makanan dan air yang terkontaminasi atau
melalui kontak dekat dengan seseorang yang
terinfeksi. Simak penjelasan lengkap mengenai
penyebab tipes, gejala tipes, dan obat tipes di
bawah ini.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Penyebab Typhoid Fever
• Bakteri penyebab penyakit tipes ini ada dalam air atau
makanan yang kemudian menyebar ke orang lain
melalui jalur makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri.
• Seseorang yang terinfeksi penyakit tipes atau tifoid
dapat mencemari pasokan air di sekitarnya melalui tinja
yang mengandung konsentrasi tinggi dari bakteri
penyebab tipes.
• Kontaminasi pasokan air pada gilirannya akan
mencemari pasokan makanan. Bakteri dapat bertahan
selama berminggu-minggu dalam air atau limbah kering.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Gejala Typhoid Fever
• Masa inkubasi gejala tipes atau demam tifoid ini biasanya 1-2
minggu dengan durasi penyakit adalah sekitar 3-4 minggu.
Dua gejala tipes ringan yang utama adalah demam dan ruam.
Ruam yang memengaruhi penderita terdiri dari bintik-bintik
berwarna merah, terutama di leher dan perut.
• Gejala tipes lainnya, antara lain:
1. Nafsu makan yang buruk
2. Sakit kepala
3. Sakit dan nyeri di seluruh tubuh
4. Demam hingga 40 derajat Celsius
5. Lesu
6. Diare.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Diagnosis Typhoid Fever
• Setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi,
bakteri Salmonella menyerang usus kecil dan memasuki
aliran darah sementara.
• Sel darah putih membawa bakteri ke hati, limpa, dan sumsum
tulang.
• Kemudian bakteri berkembang biak di sel-sel organ tersebut
dan masuk ke aliran darah.
• Dokter mungkin mencurigai demam tifoid berdasarkan gejala
tipes dan riwayat kesehatan.
• Akan tetapi diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan
mengidentifikasi Salmonella typhi dalam kultur darah atau
cairan atau jaringan tubuh lainnya.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Diagnosis Typhoid Fever
• Sampel kecil darah, feses, urine, atau sumsum tulang Anda
ditempatkan pada media khusus yang mendorong
pertumbuhan bakteri, kemudian diperiksa di bawah mikroskop
untuk mengetahui adanya bakteri tifoid.
• Pemeriksaan sumsum tulang sering kali merupakan tes paling
sensitif untuk Salmonella typhi.
• Meskipun melakukan beberapa tes seperti di atas adalah cara
terbaik untuk mendiagnosis gejala tipes, ada pengujian lain
yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi dugaan infeksi
demam tifoid, seperti tes untuk mendeteksi antibodi terhadap
bakteri tifoid dalam darah atau tes yang memeriksa DNA tifoid
dalam darah.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Komplikasi Typhoid Fever
• Komplikasi yang disebabkan oleh demam tifoid biasanya
hanya terjadi pada orang yang belum diobati dengan
antibiotik yang sesuai atau tidak segera diobati ketika gejala
tipes muncul, antara lain:
1. Pendarahan Internal di Sistem Pencernaan, gejalanya
meliputi: Merasa lelah sepanjang waktu. Sesak napas. Kulit
pucat. Detak jantung yang tidak teratur. Muntah darah.
Kotoran berwarna sangat gelap.
2. Perforasi, Perforasi berpotensi menjadi komplikasi yang
sangat serius. Hal ini dikarenakan bakteri yang hidup dalam
sistem pencernaan dapat bergerak ke perut dan menginfeksi
lapisan perut (peritoneum). Kondisi ini dikenal sebagai
peritonitis.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Komplikasi Typhoid Fever
1. Perforasi, Peritonitis adalah keadaan darurat karena
jaringan peritoneum biasanya steril (bebas kuman). Tidak
seperti bagian tubuh lainnya, peritoneum tidak memiliki
mekanisme pertahanan bawaan untuk melawan infeksi.
Pada peritonitis, infeksi dapat dengan cepat menyebar ke
dalam darah (sepsis) sebelum menyebar ke organ lain. Hal
ini membawa risiko kegagalan banyak organ. Jika tidak
mendapatkan penanganan dengan benar, hal itu bisa
membahayakan nyawa. Gejala peritonitis yang paling
umum adalah nyeri perut mendadak dan semakin
memburuk dari waktu ke waktu.
Rickettsioses
(Typhoid Fever)
Pengobatan Typhoid Fever
• Satu-satunya obat tipes yang paling efektif adalah antibiotik. Antibiotik
yang paling umum digunakan adalah ciprofloxacin (untuk orang
dewasa yang tidak hamil) dan ceftriaxone.
• Selain antibiotik, penting untuk rehidrasi dengan minum air yang cukup.
• Dalam kasus yang lebih parah di mana usus telah berlubang, operasi
mungkin diperlukan. Seperti sejumlah penyakit bakteri lainnya, saat ini
ada kekhawatiran tentang meningkatnya resistensi antibiotik terhadap
S. typhi.
• Kondisi ini berdampak pada pilihan obat yang tersedia untuk mengobati
gejala tipes. Dalam beberapa tahun terakhir, tipes menjadi resisten
terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole dan ampicillin.
• Bahkan, ciprofloxacin juga mengalami kendala yang sama. Beberapa
penelitian telah menemukan tingkat resistensi Salmonella typhimurium
sekitar 35 persen.
Viral infections of the central nervous system
Pengertian
• Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
• Disebut “pusat” karena sistem tersebut sebagai pusat informasi dan
koordinasi seluruh tubuh.
• Infeksi sistem saraf pusat disebabkan oleh infeksi virus maupun
bakteri yang dapat menyerang meninges atau selaput pembungkus
otak (meningitis) atau otak (ensefalitis)
Viral infections of the central nervous system
Tanda dan Gejala
Gejala yang ditimbulkan infeksi sistem saraf pusat berbeda-beda
berdasarkan usia. Pada bayi, gejalanya termasuk:
1.Suhu tubuh terlalu tinggi atau rendah
2.Masalah makan (menolak makan)
3.Muntah
4.Rewel berlebihan atau menangis
5.Memukul bibir, mengunyah tanpa sadar, menatap ke arah yang
berbeda, kejang
6.Lesu
7.Jika meningitis (radang selaput otak) menjadi parah, bintik-bintik di
tulang tengkorak (disebut fontanel) dapat membengkak karena tekanan
di dalam tengkorak meningkat.
Viral infections of the central nervous system
Diagnosis
Untuk mendiagnosis infeksi sistem saraf pusat, pemeriksaan yang dapat
dilakukan berupa:

1.Pemeriksaan lumbal pungsi (spinal tap) dengan memasukkan jarum


ke dasar tulang belakang untuk mengambil sampel cairan serebrospinal
yang mengelilingi otak dan tulang belakang. Cairan diperiksa untuk
melihat jenis infeksi apa yang menyebabkan meningitis
2.Tes darah untuk melihat penyebab infeksi
3.Elektroensefalografi, pemeriksaan gelombang otak untuk
mendiagnosis ensefalitis yang disebabkan karena herpes virus
4.Tes pencitraan MRI atau CT scan mungkin dibutuhkan untuk
mengonfirmasi diagnosis
Viral infections of the central nervous system
Jenis Penyakit
1. Acute poliomyelitis
2. Atypical virus infections of central nervous system
3. Rabies
4. Mosquito-borne viral encephalitis
5. Tick-borne viral encephalitis
6. Other viral encephalitis, not elsewhere classified
7. Unspecified viral encephalitis
8. Viral meningitis
9. Other viral infections of central nervous system, not
elsewhere classified
10.Unspecified viral infection of central nervous system
Viral infections of the central nervous system
Acute poliomyelitis
• Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam
golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di
usus dan dikeluarkan melalui tinja.
• Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1
(Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon),
termasuk family Picornaviridae.
• Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan
kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari
sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
Viral infections of the central nervous system
Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi Acute poliomyelitis
• Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan
kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
• Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang
sangat ringan dan biasanya tidak dikenali.
• Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala,
muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
• Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam,
meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher
dan punggung terasa kaku dan sakit
2. Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan
lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
3. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit
berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan
bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
Viral infections of the central nervous system
Penegakan Diagnosis Acute Poliomyelitis
• Kasus AFP : semua anak kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid
(layuh), proses terjadi kelumpuhan secara akut (<14 hari), serta bukan disebabkan oleh ruda
paksa.
• Hot case adalah kasus-kasus yang sangat menyerupai polio yang ditemukan <6 bulan sejak
kelumpuhan dan spesimennya tidak adekuat perlu dilakukan pengambilan sample kontak.
Kategori hot case dibuat berdasarkan kondisi specimen yang tidak adekuat pada kasus yang
sangat menyerupai polio.
• Hot case cluster adalah 2 kasus AFP atau lebih, berada dalam satu lokasi (wilayah
epidemologi), beda waktu kelumpuhan satu dengan yang lainnya tidak lebih dari 1 bulan.
• VDPV (vaccine derived polio virus) adalah kasus polio (confirmed polio) yag disebabkan virus
polio vaksin yang telah bermutasi
• Kasus polio pasti (confirmed polio case) : kasus AFP yang pada hasil laboratorium tinjanya
ditemukan virus polio liar (VPL), cVDPV, atau hot case dengan salah satu specimen kontak
VPL/VDPN
• Kasus polio kompatibel : kasus polio yang tidak cukup bukti untuk diklasifikasikan sebagai
kasus non polio secara laboratoris (virologis) yang dikarenakan antara lain a) specimen tidak
adekuat dan terdapat paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah terjadinya
kelumpuhan, b) specimen tidak adekuat dan kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan
kunjungan ulang 60 hari. Kasus polio kompatibel hanya dapat ditetapkan oleh kelompok kerja
ahli surveilans AFP nasional berdasarkan kajian data/dokumen secara klinis atau epidemologis
maupun kunjungan lapangan.
Viral infections of the central nervous system
Pengertian Rabies

• Rabies atau yang dikenal juga dengan istilah “anjing


gila” adalah infeksi virus pada otak dan sistem saraf.
• Virus penyebab rabies ditularkan oleh anjing melalui
gigitan, cakaran, atau air liur. Namun, terdapat pula
hewan lain yang dapat membawa virus rabies dan
menularkannya ke manusia, seperti kucing, kera,
musang, bahkan kelinci.
• Pada kasus yang tergolong sangat jarang, penularan
virus rabies juga dapat terjadi dari manusia ke
manusia, melalui transplantasi organ.
Viral infections of the central nervous system
Gejala Rabies

Gejala rabies biasanya muncul sekitar 4-12 minggu


setelah pasien tergigit hewan yang terinfeksi. Gejala
awal yang muncul meliputi:
1.Demam
2.Otot melemah
3.Kesemutan
4.Sakit kepala
Terdapat gejala lanjutan yang dapat muncul pada
penderita rabies. Gejala lanjutan tersebut merupakan
penanda bahwa kondisi pasien semakin memburuk.
Viral infections of the central nervous system
Pengobatan Rabies

• Belum ada metode yang secara pasti dapat


mengatasi rabies yang telah menimbulkan gejala.
• Namun, penanganan rabies sudah dilakukan sejak
pasien tergigit hewan penular yang diduga membawa
virus rabies dan belum ada gejala yang muncul.
• Penanganan yang dilakukan dapat berupa pemberian
imunogulobin (serum) atau vaksin anti rabies.
• Pemberian serum atau vaksin bertujuan untuk
membantu tubuh dalam melawan virus penyebab
infeksi pada otak dan sistem saraf.
Viral infections of the central nervous system
Encephalitis
• Encephalitis adalah peradangan (inflamasi) pada
otak.
• Walaupun proses inflamasi ini paling sering
disebabkan oleh masuknya (infeksi) virus, namun
dapat juga disebabkan oleh bakteri, jamur atau
parasit yang menyerang otak.
• Paparan bahan kimia atau reaksi autoimun juga
dapat menyebabkan encephalitis (baca: ensefalitis).
Viral infections of the central nervous system
Penyebab Encephalitis
• Virus, seperti rabies, herpes, mumps, measles,
chickenpox, HIV, dan sebagainya
• Bakteri, seperti bakteri yang menyebabkan penyakit
sifilis dan tuberculosis
• Jamur, seperti paling sering disebabkan oleh candida
• Parasit, seperti toxoplasma
• Bahan kimia, seperti alcohol dan penggunaan obat-
obatan tertentu
• Penyakit autoimun, seperti : Rasmussen’s
encephalitis
• Kanker atau keganasan
Viral infections of the central nervous system
Meningitis
• Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen,
yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf
tulang belakang.
• Meningitis terkadang sulit dikenali, karena penyakit ini
memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam
dan sakit kepala.
• Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti
melemahnya sistem imun tubuh, juga dapat memicu
munculnya meningitis
• Semua golongan usia berpotensi terjangkit meningitis,
termasuk bayi. Apabila meningitis tidak ditangani dengan
tepat, kondisi ini dapat memburuk dan memicu komplikasi
seperti kejang dan gagal ginjal.
Viral infections of the central nervous system
Gejala dan Faktor Pemicu Meningitis
• Meski gejalanya awalnya mirip dengan flu, meningitis tetap
harus diwaspadai, karena juga dapat menimbulkan kejang
dan kaku pada leher.
• Pada bayi di bawah usia 2 tahun, meningitis umumnya
ditandai dengan memunculkan benjolan di kepala.
• Ada beberapa faktor yang dapat memicu meningitis, antara
lain:
1. Infeksi kuman.
2. Penyakit kanker dan lupus.
3. Efek samping obat dan operasi otak.
• Risiko terkena meningitis juga akan meningkat pada ibu
yang sedang hamil atau lupa menjalani imunisasi.
Arthropod-borne viral fevers and viral
haemorrhagic fevers
Pengertian DHF

• Demam dengue (dengue fever/DF) adalah demam akut


sebagai respon tubuh terhadap salah satu serotipe virus
dengue yang masuk kedalam aliran darah bersama air
liur nyamuk. Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan
oleh nyamuk bergenus Aedes.
• Respon tubuh terhadap virus dengue bermacam ragam
mulai dari asimptomatik, demam yang sembuh dengan
sendirinya, infeksi dengue yang parah seperti pada
demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic
fever/DHF), ataupun berlanjut sebagai dengue shock
syndrome (DSS).
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Pendahuluan

• Diagnosis ditegakkan dengan menanyakan riwayat


penyakit, tinggal atau berkunjung ke daerah endemik,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
• Seperti infeksi virus pada umumnya, DF bersifat self-
limiting disease, yaitu demam ini akan sembuh dengan
sendirinya dengan penanganan dan perawatan yang
baik serta kondisi tubuh yang cukup sehat untuk
melawan virus dengue ini. DF yang berlanjut menjadi
DHF memerlukan perawatan khusus di rumah sakit,
dengan tujuan menyembuhkan sakitnya dan mencegah
terjadinya DSS.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Patofisiologi
• Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai
dari gigitan nyamuk Aedes sp. Manusia adalah inang
(host) utama terhadap virus dengue.
• Nyamuk Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila
menggigit seseorang yang sedang mengalami viremia
virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk
virus dengue akan bereplikasi yang berlangsung selama
8─12 hari.
• Namun, proses replikasi ini tidak memengaruhi
keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini
akan mentransmisikan virus dengue jika dengan segera
menggigit manusia lainnya.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Patofisiologi
• Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang
membawa virus dengue, akan berstatus infeksius
selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam
peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva
nyamuk, lalu virus akan menginvasi leukosit dan
bereplikasi.
• Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang
bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala-gejala
seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Patofisiologi
• Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14
hari. Bila replikasi virus bertambah banyak, virus dapat
masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang.
• Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena
infeksi virus akan rusak sehingga mengakibatkan
menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi.
• Kekurangan trombosit ini akan mengganggu proses
pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan,
sehingga DF berlanjut menjadi DHF.
• Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-
5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan
melena.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Etiologi
• Etiologi demam dengue (dengue fever/DF) adalah virus
dengue dengan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
penularnya.
• Etimologi, kata dengue berasal dari bahasa Spanyol.
Kemungkinan kata ini diturunkan dari bahasa Swahili, Afrika
Timur, dinga, atau sebagai frasa Ka-dinga pepo, yang
melukiskan penyakit ini sebagai akibat dari roh jahat. Jaman
dahulu kala, para budak di Hindia barat, daerah Atlantik utara
samudera Karibia yang mengidap dengue dikatakan memiliki
postur dan cara berjalan seperti dandy sehingga kemudian
penyakit ini dikenal dengan istilah “dandy fever”. Seiring
dengan perkembangan dunia kedokteran istilah penyakit ini
berubah dari waktu ke waktu. Istilah dengue fever secara
umum mulai digunakan sejak tahun 1828
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Epidemologi
• Epidemiologi demam dengue (dengue fever/DF) cukup di Indonesia,
karena vektor pembawa dengue menyebar secara luas dan cepat
sehingga DF adalah salah satu masalah kesehatan utama di
Indonesia.
• Menurut WHO, dengue merupakan penyakit yang menjadi beban
kesehatan, ekonomi dan sosial pada populasi di daerah endemik.
Dalam 50 tahun terakhir, insidensi dengue telah meningkat 30 kali di
seluruh dunia. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
pembawa penyakit virus dengue adalah yang paling cepat ke
seluruh dunia, karena dapat hidup dan berkembang biak bukan
hanya pada daerah tropis tapi juga pada daerah subtropis. Di
samping itu, adanya urbanisasi yang tidak ditata dengan baik,
pertumbuhan populasi dunia, percepatan dan mudahnya mobilitas
penduduk melalui jalur udara, darat dan laut mengakibatkan
mudahnya pula perpindahan penyakit ini ke daerah lain
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Epidemologi
• DF mengenai semua orang. Tidak ada perbedaan jenis
kelamin, namun pernah dilaporkan bahwa beberapa kasus
demam berdarah dengue (dengue hemmorhagic fever/DHF)
dan dengue shock syndrome /DSS mengenai lebih banyak
pria daripada wanita.
• Anak-anak usia kurang dari 15 tahun yang terkena virus
dengue dan tinggal pada daerah endemik, secara tipikal
hanya mengalami demam biasa yang tidak spesifik, dan
sembuh dengan sendirinya.
• Prevalensi imunitas yang tinggi pada penduduk dewasa di
daerah endemik kemungkinan mencegah terjadinya wabah
pada anak-anak
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Epidemologi
• Sejak tahun 2000, sedikitnya 8 negara Asia yang tadinya bebas
penyakit ini, melaporkan wabah DHF. Pada tahun 2003, empat
negara Asia Tenggara melaporkan kasus dengue, salah satunya
adalah Indonesia.
• Wabah dengue sudah menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat di Indonesia, dan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Faktor musim tropis monsoon dan letak negara pada zona
khatulistiwa menjadikan nyamuk Aedes aegypti menyebar secara
luas dan cepat baik di kota maupun pedesaan. Situasi ini juga
memungkinkan penyebaran berbagai serotipe virus dengue.
• Vektor penular dengue telah tersebar secara global. Di Indonesia,
spesies Aedes aegypti adalah yang terbanyak, disusul oleh Aedes
albopictus. Beragam serotipe telah beredar di berbagai daerah di
Indonesia, namun serotipe 3 masih mendominasi dari masa ke masa
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
• Diagnosis demam dengue (dengue fever/DF) ditegakkan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
• Derajat diagnosis juga harus ditentukan, terutama pada
keadaan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang
merupakan bagian demam dengue yang paling
membutuhkan diagnosis akurat karena bersifat fatal dan
dapat mengancam nyawa
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Anamnesis
•Seseorang yang terkena infeksi dengue akan mempunyai
riwayat tinggal atau baru saja berkunjung ke daerah endemik.
Gejala biasanya muncul kurang dari 2 minggu setelah
seseorang berkunjung ke daerah endemis.
•Seseorang yang mengalami demam dengue (dengue fever/DF)
umumnya akan merasakan gejala prodromal, berupa menggigil
atau rasa kedinginan yang diikuti dengan demam yang berakhir
2-3 hari kemudian.
•Pada anak-anak berusia kurang dari 15 tahun akan muncul
demam yang tidak spesifik, yang kadang disertai ruam
makulopapular di kulit yang disebut sebagai eritema, dan wajah
kemerahan
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Gejala klasik DF adalah:
•Demam tinggi onset mendadak disertai menggigil
•Demam, dapat mencapai 41 Celcius dan berakhir sekitar 2-7
hari
•Pola demam klasik, yang lebih umum terjadi pada anak-anak,
dengan pola Saddleback fever, yaitu demam turun pada satu
hari kemudian meningkat
•Sakit kepala berat secara menyeluruh
•Mialgia pada punggung bawah dan ekstremitas [2,5,13]
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Gejala lain yang dapat menyertai adalah:
•Wajah kemerahan dan terasa sensitif
•Nyeri retro orbital
•Artralgia, biasanya pada lutut dan bahu
•Bercak kemerahan yang khas pada kulit berbentuk makular atau
makulopapular
•Ruam pada DF mulai timbul pada hari ke-3 dan menetap 2-3 hari
•Manifestasi perdarahan ringan, yang tampak pada kulit berupa petekia,
purpura, ekimosis
•Dapat pula terjadi perdarahan gusi, epistaksis, menorrhagia, hematuria
•Mual, muntah, diare
•Indra pengecap terganggu, anoreksia, lemah
•Sakit tenggorokan, dapat disertai batuk kering
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
• Bila pada hari ke 3-4 demam ada manifestasi perdarahan,
kemungkinan DF berlanjut menjadi demam berdarah
dengue (dengue hemmorhagic fever/DHF).
• Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari kemungkinan
bukan infeksi dengue. Demam secara tipikal akan mereda
seiring dengan berkurangnya virus dalam darah (viremia).
• Masa penyembuhan DF biasanya selama dua minggu,
tanpa sekuele.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Apabila terjadi Dengue Shock Syndrome (DSS), gejala
renjatan ditandai dengan:
•Kulit teraba lembab dan dingin
•Sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung,
jari-jari tangan dan kaki
•Penurunan tekanan darah
•Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam, atau saat
demam turun antara hari ke-3 dan hari ke-7 sakit.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Warning sign penting untuk diketahui pasien, keluarga pasien, dan
dokter untuk mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi pada
dengue fever. Warning sign yang harus diwaspadai adalah:
•Tidak ada perbaikan klinis atau perburukan keadaan pasien sebelum
atau saat perpindahan ke fase afebris atau pada perkembangan
penyakit
•Muntah persisten yang diikuti dengan kegagalan rehidrasi oral
•Nyeri perut yang berat
•Letargi atau gelisah, atau perubahan perilaku secara mendadak
•Perdarahan : epistaksis, feses berwarna gelap, darah menstruasi yang
sangat banyak, haemoglobinuria, ataupun hematouria
•Pusing berat
•Pucat dan ekstremitas yang teraba dingin
•Oliguria
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Warning sign penting untuk diketahui pasien, keluarga pasien, dan
dokter untuk mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi pada
dengue fever. Warning sign yang harus diwaspadai adalah:
•Tidak ada perbaikan klinis atau perburukan keadaan pasien sebelum
atau saat perpindahan ke fase afebris atau pada perkembangan
penyakit
•Muntah persisten yang diikuti dengan kegagalan rehidrasi oral
•Nyeri perut yang berat
•Letargi atau gelisah, atau perubahan perilaku secara mendadak
•Perdarahan : epistaksis, feses berwarna gelap, darah menstruasi yang
sangat banyak, haemoglobinuria, ataupun hematouria
•Pusing berat
•Pucat dan ekstremitas yang teraba dingin
•Oliguria
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Demam Dengue (DF)
Pada inspeksi biasanya akan tampak ruam kulit yang khas.
Uji tourniquet akan positif bila sudah mulai terjadi
manifestasi perdarahan berupa gusi berdarah, epistaksis,
hematemesis dan melena, atau menorrhagia. Manifestasi
neurologis sangat jarang terjadi tapi pernah dilaporkan
sebagai manifestasi infeksi dengue seperti kejang,
ensefalitis, ensefalopati, sindrom Guillain-Barre dan myelitis
transversa.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Demam Berdarah Dengue (DHF)
Tanda yang ditemukan pada demam berdarah dengue (dengue
hemmorhagic fever/DHF) kurang lebih mirip dengan DF, namun
sudah terjadi kebocoran plasma, sehingga apabila terjadi
perdarahan maka intensitasnya bisa lebih berat dibandingkan DF.
Dapat terjadi efusi peritoneal, efusi pleura, atau keduanya. Infeksi
konjungtiva dapat terjadi pada sebagian penderita DHF. Optik
neuropati juga dapat terjadi dan dapat menjadi gangguan
penglihatan permanen. Infeksi faring juga terjadi pada sebagian
besar penderita DHF. Limfadenopati generalisata juga pernah
dilaporkan terjadi. Ensefalopati sebagai komplikasi yang jarang,
yang bila terjadi akan bersamaan dengan terdapatnya edema
serebral, perdarahan intrakranial, anoksia, hiponatrenemia dan
kerusakan hati.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Dengue Shock Syndrome (DSS)
Hal yang membedakan dengue shock syndrome (DSS) dari bentuk
dengue lainnya adalah adanya tanda kegagalan sirkulasi, yang dapat
berupa :
•Hipotensi
•Bradikardia yang bersifat paradoksikal, atau takikardia disertai
hipovolemik shok
•Hepatomegal
•Hipotermia
•Nadi teraba lemah (< 20 mmHg)
•Terjadi penurunan perfusi perifer
•Kriteria dari WHO untuk fase-fase infeksi dengue tidak diikutsertakan di
sini, karena ketidakakuratan sistem klasifikasi tersebut secara klinis
pada anak-anak di Indonesia
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
•Pemeriksaan penunjang pada demam dengue (dengue fever/DF)
yang paling sederhana adalah pemeriksaan darah lengkap
(complete blood count/CBC). Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi DF dan mendeteksi adanya kebocoran plasma.
Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan adalah antigen
dengue non-structural protein 1 (NS-1 antigen), dan IgM anti
dengue.
•Pemeriksaan CBC direkomendasikan untuk dilakukan pada
pasien :
1.Pasien dengan demam untuk mendapatkan data dasar hematokrit,
leukosit, dan trombosit
2.Semua pasien dengan warning sign
3.Semua pasien dengan demam lebih dari 3 hari
4.Semua pasien dengan gangguan sirkulasi atau syok
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Demam Dengue
Pada pemeriksaan penunjang demam dengue (dengue fever/DF) dapat
ditemukan:
1.Trombositopenia dengan hitung trombosit < 100 x 10^9/L
2.NS1 (non-structural protein 1) antigen yang akan terdeteksi dalam serum
orang yang terinfeksi virus dengue di hari pertama demam hingga hari ke-18
3.IgM antibodi dengue yang positif sebagai tanda adanya infeksi akut.
Umumnya, IgM antibodi akan terdeteksi sekitar hari ke 5-10 sakit, kemudian
akan menurun kadarnya hingga hari ke-90.
4.IgG ELISA positif, sebagai tanda pernah terinfeksi dengue di masa lalu. IgG
akan terdeteksi negatif pada fase akut dengue. Kemudian bila menjadi positif
pada masa konvalesen menunjukan infeksi dengue primer. IgG yang positif
pada fase akut dengue, kemudian meningkat empat kali pada masa
konvalesen (minimal interval 7 hari) menunjukkan infeksi dengue yang
sekunder.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
5. Leukopenia. Leukopenia, bahkan kadang limfopenia, bisa ditemukan.
Suatu penelitian dengan menggunakan metode systematic review
mengungkapkan bahwa para penderita demam yang terinfeksi dengue
akan menunjukkan leukopenia, neutropenia dan trombositopenia yang
signifikan dibandingkan dengan para penderita demam dengan sebab lain.
6. Tes fungsi Hati. Kadar enzim SGOT (aspartat transaminase) dan SGPT
(alanin transaminase) akan meningkat ringan hingga moderat. Namun,
kadar enzim transaminase ini dapat meningkat sangat tinggi bila terdapat
hepatitis akut
7. Urinalisis dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat makro hematuria.
8. Pendeteksian genom virus sequences pada jaringan biopsi, sampel serum,
sampel cerebral spinal fluid (CSF) dengan menggunakan PCR (polymerase
chain reaction). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam suatu penelitian
(scientific research), dan tidak untuk diagnostik.
9. Pemeriksaan tes golongan darah dan crossmatching perlu dilakukan
sebagai persiapan jika penderita jatuh kedalam fase lanjut DHF dan DSS,
dan memerlukan transfusi darah.
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Demam Berdarah Dengue
Pada demam berdarah dengue (dengue hemmorhagic fever/DHF) biasanya
ditemukan:
1.Peningkatan kadar hematokrit
2.Hitung jenis trombosit kurang dari 100.000 sel/mikroL, terjadi sebelum masa
turunnya demam, dan sebagai onset dari syok.
3.Hipoproteinemia
4.Waktu protrombin yang memanjang
5.Waktu aktivasi parsial tromboplastin yang memanjang
6.Fibrinogen yang menurun
7.Jumlah produk fibrin yang meningkat
8.Pada pasien DHF umumnya terjadi hiponatremia
9.Terjadi penurunan kadar serum protein dan albumin intravascular.
10.Kadar albumin yang rendah sebagai tanda dari hemokonsentrasi
11.Pada kasus DHF analisa arterial gas darah perlu dilakukan untuk
mengevaluasi pH darah, oksigenasi dan ventilasi penderita
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Dengue Shock Syndrome
Pada dengue shock syndrome/DSS biasanya ditemukan:
1.Limfositosis dapat terjadi dengan gambaran atipikal limfosit, umumnya muncul
sebelum meredanya demam atau pertanda adanya syok
2.Hitung jenis trombosit kurang dari 100.000 sel/mikroL yang terjadi sebelum masa
turunnya demam, dan sebagai onset dari syok
3.Kadar hematokrit yang meningkat lebih dari 20% adalah sebagai tanda
hemokonsentrasi, ini juga menjadi tanda akan terjadinya syok
4.Terjadi penurunan kadar serum protein dan albumin intravaskular pada keadaan
DSS
5.Kadar albumin yang rendah sebagai tanda dari hemokonsentrasi
6.Umumnya dapat terjadi hiponatremia
7.Metabolik asidosis terjadi pada pasien DSS dan segera mungkin mesti dikoreksi
8.Peningkatan kadar blood urea nitrogen juga terjadi pada pasien DSS, namun
kerusakan ginjal akut jarang terjadi
9.Pada kasus DSS analisa arterial gas darah perlu dilakukan untuk mengevaluasi pH
darah, oksigenasi dan ventilasi penderita
10.Panel DIC (disseminated intravascular coagulation)
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
1.Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan untuk melihat
adanya komplikasi. Misalnya dengan melakukan rontgen thoraks,
maupun ultrasonography.
2.Pemeriksaan radiologi thoraks PA dapat dilakukan untuk melihat
apakah ada efusi pleura, namun rfusi pleura dalam volume yang
kecil bisa tidak tampak pada gambaran rontgen.
3.Efusi pleura yang tidak tampak pada pemeriksaan rontgen karena
volume yang sedikit, dapat terdeteksi dengan pemeriksaan
ultrasonography (USG). Selain itu, USG juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi adanya cairan dalam rongga dada dan abdomen,
efusi perikardial dan penebalan dinding kantong empedu.
Penebalan dinding kantong empedu ini sebagai tanda klinis
terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Tabel 1. Klasifikasi WHO untuk Infeksi Dengue

DF/DHF Grade Gejala dan Tanda Temuan


Laboratorium

DF Demam diserta dua gejala Leukopenia (WBC ≤


dari : 5000sel/mm3)Trombos
1.Sakit kepala itopenia (Platelet <
2.Nyeri retro-orbital 150.000 sel/mm3)
3.Myalgia
4.Athralgia Peningkatan
5.Ruam kulit hematokrit (5-
6.Manifestasi perdarahan 10%)Tanpa bukti
7.Tanpa bukti kebocoran kebocoran plasma
plasma
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Tabel 1. Klasifikasi WHO untuk Infeksi Dengue
DF/DHF Grade Gejala dan Tanda Temuan Laboratorium

DHF I Demam dan manifestasi perdarahan Trombositopenia


(torniquet test positif), disertai bukti (Platelet ≤ 100.000
kebocoran plasma sel/mm3)Peningkatan
hematokrit (≥ 20%)
II Seperti grade I dengan manifestasi Trombositopenia
perdarahan spontan (Platelet ≤ 100.000
sel/mm3)Peningkatan
hematokrit (≥ 20%)
III Seperti grade I atau II disertai dengan Trombositopenia
kegagalan sirkulasi (pulsasi lemah, (Platelet ≤ 100.000
hipotensi, gelisah) sel/mm3)Peningkatan
hematokrit (≥ 20%)
IV Seperti grade III disertai dengan gejala Trombositopenia
syok yang berat dengan tekanan darah (Platelet ≤ 100.000
dan pulsasi yang sulit dinilai sel/mm3)Peningkatan
hematokrit (≥ 20%)
DEMAM BERDARAH/DENGUE FEVER (DF)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam dengue (dengue fever/DF) karena bersifat
self-limited hanya membutuhkan rehidrasi dan antipiretik. Walau
demikian, jika kondisi memburuk, diperlukan monitoring dan
bahkan pasien terkadang perlu dimasukkan dalam ICU pada kondisi
dengue shock syndrome.

Demam Dengue
Pada awalnya demam dengue (dengue fever/DF) sukar dibedakan
dengan infeksi virus lainnya seperti flu umpamanya sehingga
kebanyakan orang akan mengobatinya sendiri di rumah, dengan
membeli obat-obatan yang dijual bebas untuk menurunkan demam
dan gejala lain yang dirasakan. Pasien yang terinfeksi virus dengue,
yang datang ke ruang gawat darurat, atau ke klinik praktek dokter
bisa jadi sudah dalam keadaan fase lanjut dari sekedar demam saja
HEPATITIS
• Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver.
Hepatitis bisa disebabkan oleh infeksi virus, bisa juga
disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti
kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika
disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular.
• Hepatitis ditandai dengan munculnya gejala berupa
demam, nyeri sendi, nyeri perut, dan penyakit kuning.
Hepatitis dapat bersifat akut (cepat dan tiba-tiba)
maupun kronis (perlahan dan bertahap). Jika tidak
ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan
komplikasi, seperti gagal hati, sirosis, atau kanker hati
(hepatocellular carcinoma).
Macam Jenis Hepatitis
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C
4. Hepatitis D
5. Hepatitis E
HEPATITIS A & B
1. Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis A (HAV). Hepatitis A ditularkan melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi
feses penderita hepatitis A yang mengandung
virus hepatitis A.
2. Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan
melalui kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat
menjadi sarana penularan hepatitis B adalah
darah, cairan vagina, dan air mani.
HEPATITIS C
3. Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga ditularkan
melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat
berhubungan seksual tanpa kondom atau
menggunakan jarum suntik bekas penderita
hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C,
bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati
jalan lahir ketika persalinan.
HEPATITIS D
4. Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan jenis
hepatitis yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat
serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang
biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya
hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah
dan cairan tubuh lainnya.
HEPATITIS E
5. Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah menular
pada lingkungan yang memiliki sanitasi yang
buruk. Salah satunya melalui kontaminasinya
pada sumber air.
Gejala Hepatitis
Pada tahap awal, penderita hepatitis biasanya tidak
merasakan gejala apa pun, sampai akhirnya
penyakit ini menyebabkan kerusakan dan gangguan
fungsi hati. Pada hepatitis yang disebabkan oleh
infeksi virus, gejala hepatitis akan muncul setelah
penderita melewati masa inkubasi. Masa inkubasi
tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda, yaitu sekitar
2 minggu sampai 6 bulan.
Gejala Hepatitis
Berikut adalah beberapa gejala umum yang muncul
pada penderita hepatitis:
Mual, Muntah, Demam, Kelelahan, Feses berwarna
pucat, Urine berwarna gelap, Nyeri perut, Nyeri
sendi, Kehilangan nafsu makan, Penurunan berat
badan, Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan
atau penyakit kuning
Diagnosis Hepatitis
Dokter akan menanyakan keluhan dan riwayat
kesehatan pasien dan keluarga. Setelah itu, dokter
akan melakukan pemeriksaan untuk mencari
perubahan warna pada kulit dan bagian putih mata
(sklera), serta melakukan penekanan di area perut
pasien untuk mendeteksi pembesaran hati dan nyeri
tekan pada perut sisi kanan atas.
Diagnosis Hepatitis
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan
pemeriksaan penunjang berupa:
1.Tes fungsi hati, untuk memeriksa kinerja hati dan mengetahui
jika ada masalah pada organ tersebut
2.Tes antibodi virus hepatitis, untuk menentukan keberadaan
antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV, serta
menentukan apakah hepatitis bersifat akut atau kronis
3.Pemindaian dengan USG perut, untuk mendeteksi kelainan
pada organ hati, seperti kerusakan hati, pembesaran hati, atau
tumor hati, serta untuk mendeteksi kelainan pada kandung
empedu
4.Biopsi hati, untuk menentukan penyebab kerusakan di
jaringan hati
Pengobatan Hepatitis
• Pengobatan hepatitis akan disesuaikan dengan jenis
hepatitis, tingkat keparahan infeksi, serta kondisi pasien.
• Hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya
jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
• Pengobatan hepatitis akibat infeksi virus bertujuan untuk
mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Secara umum, pengobatan yang dilakukan meliputi:
1. Pemberian obat interferon
2. Pemberian obat imunosupresan
3. Pemberian obat antivirus
4. Transplantasi hati
Pemberian Obat Interferon
• Meski beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa
sembuh dengan sendirinya, pemberian obat-obatan perlu
dilakukan ketika jumlah virus penyebab hepatitis cukup
banyak.
• Dokter akan memberikan obat interferon untuk
menghentikan penyebaran virus dan mencegahnya kambuh.
Obat ini biasanya diberikan melalui infus setiap minggu
selama 1 tahun.
Pemberian obat imunosupresan

• Untuk mengatasi hepatitis yang disebabkan oleh penyakit


autoimun, dokter dapat memberikan obat imunosupresan,
terutama golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan
budesonide.
• Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat
diberikan azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan
cyclosporin.
Pemberian obat antivirus

• Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau


hepatitis C yang kronis, dokter juga bisa memberikan obat
antivirus, seperti entecavir, famciclovir, lamivudine, ritonavir,
ribavirin, atau tenofovir.
• Obat-obatan ini bisa menghambat pertumbuhan dan
perkembangan virus dengan mekanisme yang berbeda-
beda..
Transplantasi hati

• Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat,


dokter mungkin akan menyarankan transplantasi hati atau
penggantian hati. Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis
yang rusak akan diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.
• Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan
hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan
dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari
selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.
• Selain itu, penderita hepatitis tidak boleh mengonsumsi alkohol,
terutama jika hepatitisnya disebabkan oleh konsumsi alkohol
berlebih. Jika penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan
tertentu, dokter akan melakukan penghentian atau penggantian
obat agar peradangan hati tidak semakin parah.
Komplikasi Hepatitis

Jika tidak ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan


berbagai komplikasi, seperti:

•Gagal hati,
•Sirosis, Sirosis adalah kondisi rusaknya organ hati akibat
terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut ini terbentuk akibat
penyakit liver yang berkepanjangan, misalnya karena infeksi virus
hepatitis atau kecanduan alkohol.
•Kanker hati, Kanker hati adalah kanker yang bermula dari organ
hati, dan bisa menyebar ke organ lain di tubuh. Kondisi ini terjadi
ketika sel-sel di dalam hati bermutasi dan membentuk tumor.
Pencegahan Hepatitis

Untuk menurunkan risiko terjadinya hepatitis dengan melakukan


beberapa langkah berikut:
•Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah
beraktivitas di luar ruangan dan sebelum makan.
•Lakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan
menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.
•Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi
atau handuk, termasuk juga peralatan makan.
•Jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi,
berolahraga secara teratur, dan beristirahat yang cukup.
•Jangan mengonsumsi alkohol dan NAPZA.
•Hindari mengonsumsi makanan yang belum dimasak hingga matang
dan air minum yang tidak terjamin kebersihannya.
•Lakukan vaksinasi hepatitis sesuai jadwal yang diberikan oleh
dokter.
Pencegahan Hepatitis

• Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat,


dokter mungkin akan menyarankan transplantasi hati atau
penggantian hati. Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis
yang rusak akan diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.
• Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan
hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan
dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari
selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.
• Selain itu, penderita hepatitis tidak boleh mengonsumsi alkohol,
terutama jika hepatitisnya disebabkan oleh konsumsi alkohol
berlebih. Jika penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan
tertentu, dokter akan melakukan penghentian atau penggantian
obat agar peradangan hati tidak semakin parah.
Good luck
Latihan Soal

1. Seorang anak umur 8 tahun,


Hasil Lab : Trombositopenia (Platelet ≤ 100.000
sel/mm3)Peningkatan hematokrit (≥ 20%)

Anda mungkin juga menyukai