Anda di halaman 1dari 7

Demam Tifoid

1.

Definisi Demam Tifoid


Demam tifoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi
pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, yang
biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Dewi Pudiastuti R, 2010).
Demam tifoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan
oleh Salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain
dari demam interik adalah demam paratifoid yang di sebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam
tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo. 2011)
Penularan demam tifoid terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar Salmonella
typhosa atau Salmonella paratyphosa yang terdapat didalam air, es, debu maupun benda lainnya.
Kuman tifoid dapat berasal dari karier demam tifoid yang merupakan sumber penularan yang
sukar diketahui karena mereka tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. (Soedarto, 2009)
Pada akhir minggu ke-2 sampai masuk minggu ke-3 merupakan masa yang berbahaya.
Pada miggu ke-2 atau lebih, sering timbul komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan
sampai berat bahkan kematian. Penyembuhannya adalah dengan terapi yang tepat. Tanpa terapi
yang tepat, penderita tidak akan selamat dari komplikasi demam tifoid (Dewi Pudiastuti R,
2010).
Menurut Dewi Pudiastuti R (2010), beberapa komplikasi yang sering terjadi pada demam

tifoid adalah sebagai berikut:


a.
Perdarahan usus dan perforasi
Perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu diwaspadai dari demam
1)
2)
3)
4)

tifoid yang muncul pada minggu ke-3. Perdarahan usus umumnya ditandai dengan :
Perut membesar
Keluhan nyeri perut
Nyeri pada perabaan
Perdarahan saluran cerna sehingga tampak daerah kehitaman yang keluar besama dengan tinja,

5)

dan
Terjadi syok

Perdarahan usus muncul keika ada luka diusus halus, sehingga membuat gejala seperti sakit
perut, mual, muntah, dan terjadi infeksi pada selaput perut (peritonitis). Semua itu memerlukan
perawatan medis yang segera.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Komplikasi yang jarang terjadi


Pneumonia
Infeksi ginjal atau kandung kemih
Pembengkakan dan peradangan pada otot antung (miocarditis)
Peradangan pankreas (pankreatitis)
Infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis)
Masalah psikiatrik seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikosis.
Komplikasi diluar usus. Terjadi kekurangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit. Perlu diberikan

8)
a)
b)
c)
2.

banyak cairan seperti air putih, teh manis, jus buah, atau susu.
Komplikasi dalam usus,
Panas tinggi sampai tidak sadar
Tinja berdarah karena terjadi luka diusus. Usus yang luka ini dapat pecah
Perut kembung
Penyebab
Menurut Dewi Pudiastuti R (2010), penyebab dari demam tifoid antara lain sebagai

a.

berikut:
Bekteri Salmonella typhi
Demam paratifoid juga dapat disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C, tanda dan
gejalanya mirip dengan demam tifoid namun lebih ringan. Bakteri ini hanya menginfeksi

manusia
b. Pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk
Infeksi dapat terjadi dengan meminum air yang telah tercemar bakteri Salmonella. infeksi juga
disebabkan oleh konsumsi makanan yang disiapkan oleh penderita demam tifoid yang tidak
mencuci tangan dengan baik setelah ke toilet.
c.
Makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Patofisiologi
Kuman masuk malalui mulut sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer) dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limfa, dan organ lainnya.

Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limfa, usus, dan kandung
empedu
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia pleks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus, minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks
player, pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar kelenjarkelenjar mesentrial dan limfa membesar.
Gejala demam di sebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan di
sebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi & Rita Yulianni, 2005)
5. Gejala
Umumnya perjalanan perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu pendek dan
jarang menetap lebih dari 2 minggu. Gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah
sebagai berikut (Dewi Pudiastuti R, 2010).
a.
Demam
Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Ciri-ciri demam yang khas
yaitu:
1) Demam dapat mencapai 39-40 C. Awalnya, demam hanya samar-samar saja, selanjutnya suhu
tubuh turun-naik, pada pagi hari lebih rendah atau normal sedangkan pada sore dan malam hari
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

lebih tinggi.
Intensitas demam akan semakin tinggi, yang disertai gejala lain seperti:
Mual dan muntah
Diare,
Sakit kepala,
Nyeri otot,
Insomnia,
Pegal, dan
anoreksia.

Pada anak, khusunya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang. Pada minggu ke-2
intensitas demam makin tinggi, kadang-kadang terus-menerus. Bila keadaan membaik maka
pada minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke3. Tipe demam menjadi tidak beraturan jika ada intervensi pengobatan atau komplikasi.
b.
1)
2)
3)
4)
c.

d.

Gangguan saluran pencernaan


Bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama
Bibir kering dan terkadang pecah-pecah
Sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah
Pada penderita anak, lebih sering mengalami diare.
Hepatosplenomegali
Hepatosplenomegali adalah hati dan atau limpa sering membesar. Hati terasa kenyal dan
nyeri bila ditekan
Gangguan kesadaran
Terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemui
kesadaran apatis. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih menonjol. Bila

gejala klinis berat, penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis.
e.
Bradikardia relatif dan gejala lain
Bradikardia relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan
frekuensi nadi. Patokannya adalah bahwa setiap peningkatan 1 C tidak diikuti peningkatan
frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam
tifoid adalah rose spot (bintik kemerahan pada kulit), yang biasanya di perut bagian atas jarang
6.

ditemukan pada anak.


Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Soedarto (2009), untuk menegakkan diagnosis demam tifoid, dapat di tentukan
melalui tiga dasar diagnosis, yaitu berdasar diagnosis klinis, diagnosis mikrobiologis, dan

diagnosis serologis.
a.
Diagnosis klinis
Gambaran klinis klasik yang sering ditemukan pada penderita demam tifoid dapat
dikelompokkan pada gejala yang terjadi pada minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga
dan minggu keempat.
1)
Minggu pertama

Demam tinggi lebih dari 40 C, nadi lemah bersifat dikrotik, denyut nadi bersifat dikrotik,
denyut nadi 80-100 kali permenit
2)
Minggu kedua
Suhu badan tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak kering mengkilat, denyut
3)

nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa teraba


Minggu ketiga
Keadaan penderita membaik jika suhu menurun, gejala dan keluhan berkurang. Sebaliknya
kesehatan penderita memburuk jika masih terjadi delirium, stupor, pergerakan otot yang terjadi
terus menerus, terjadi inkontinensia urine atau alvi. Selain itu tekanan perut meningkat, terjadi
meteorismus dan timpani, disertai nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps akhirnya

meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi miokardial toksik


Minggu keempat
Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami penyembuhan
b. Diagnosis mikrobiologis
Metode ini merupakan metode yang paling baik karena spesifik sifatnya. Pada minggu
4)

pertama dan minggu kedua biakan darah dan biakan sumsum tulang menunjukkan hasil positif,
sedangkan pada minggu ketiga dan keempat hasil biakan tinja dan biakan urine menunjukkan
c.

hasil positif kuat


Diagnosis serologis
Tujuan metode ini untuk memantau antibodi terhadap antigen O dan antigen H, dengan
menggunakan uji aglutinasi widal. Jika titer aglutinin 1/200 atau terjadi kenaikan titer lebih dari
4 kali, hal ini menunjukkan bahwa demam tifoid sedang berlangsung akut.
Penderita demam tifoid umunya juga menunjukkan gambaran hemoglobin yang rendah

dan leukopeni
7. Pengobatan Demam Tifoid
Menurut Dewi Pudiastuti R (2010), untuk meminimalisasi komplikasi dan mencegah
pencemaran dan/atau kontaminasi maka dilakukan pengobatan secara maksimal, yaitu dengan
a.

cara berikut.
Nutrisi
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan
harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Cairan parenteral diindikasikan pada

penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran, serta sulit makan. Diet harus
mengandung kalori dan protein yang cukup, rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah
perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita demam tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet
b.

cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.


Bed rest atau tirah baring
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi.

c.

Bila gejala klinis berat, penderita harus istirahat total.


Antibiotik
Antibiotik merupakan satu-satunya terapi yang efektif untuk demam tifoid. Contoh

d.

antibiotik adalah Kloramfenikol


Terapi simptomatik
Terapi ini dilakukan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni dengan pemberian
vitamin, antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan penderita terutama anak, dan antiemitik
bila penderita muntah hebat. Hal yang penting adalah penyediaan air minum yang bersih. Air

yang di gunakan untuk meminum dan dikonsumsi darus direbus dulu sampai mendidih.
8. Pencegahan
Menurut Dewi Pudiastuti R (2010), ada beberapa hal yang dapat mencegah timbulnya
a.

demam tifoid meliputi:


Vaksin typoid
Vaksin tyfoid diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan (booster)
setiap tiga tahun. Namun vaksin tidak boleh diberikan pada orang dengan keadaan yang
hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam, dan anak kecil dua tahun.
Vaksin tifoid di berikan ke anak umumnya adalah vaksin polisakarida dalam bentuk

injeksi. Vaksin tifoid ini harus diulang setiap tiga tahun sekali.
b. Air minum
Penggunaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan akan mampu mencegah demam
c.

tifoid
Menjaga kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, pembuangan sampah yang baik, dan

klorinasi air minum (Soedarto, 2009)


d.
Karier demam tifoid harus diobati dengan baik menggunakan ampisilin atau amoksisilin dan
probenesid (Soedarto, 2009)

Anda mungkin juga menyukai