Anda di halaman 1dari 12

RESUME

PADA KLIEN DENGAN ENSEFALITIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

Mirna Yulianti K

Muhammad Abdul Ropik

Muhammad Jamhur Hidayat

Muhamad Rijal Taufiq

Riky Riswandi

S1 Keperawatan

STIKES KARSA HUSADA GARUT


A. PENGERTIAN

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering
dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan
oleh enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi
campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertusis.

Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam


mikroorganisme. Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai
selaput pembungkus otak sampai dengan medula spinalis (Smeltzer, 2002). Encephalitis
adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang menyebabkan infliltrasi limfositik yang kuat pada jaringa otak dan leptomeningen
menyebabkan edema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf
difusi (Anania, 2008).

B. ETIOLOGI

Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis, misalnya


bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab terpenting dan paling
sering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung ke otak atau reaksi radang
akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :

1.      Infeksi virus yang bersifat epidemic

2.      Infeksi virus yang bersifat sporadic

3.      Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.

C. PATOFISIOLOGI
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas dan saluran cerna, setelah
masuk kedalam tubuh, virus akan menyebar keseluruh tubuh dengan secara lokal: aliran
virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu, penyebaran
hematogen primer : virus masuk kedalam darah, kemudian menyebar keorgan dan
berkembang biak  diorgan tersebut dan menyebar melalui saraf : virus berkembang biak
dipermukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem persarafan.

Setelah terjadi penyebaran keotak, timbul manifestasi  klinis ensefalitis, Masa


Prodromal berlangsung selama 1 – 4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, sulit
mengunyah, suhu badan naik, muntah, kejang hingga penurunan kesadaran, paralisis, dan
afasia.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

1. Infeksi virus yang bersifat endemic


a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis,
Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring
summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-
vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti
infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

E. MANIFESTASI KLINIS

Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :

1. Panas badan meningkat.


2. Sakit kepala.
3. Muntah-muntah lethargi.
4. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
5. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
6. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

F. PENATALAKSANAAN

Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai


menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan adalah
mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka,
pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2000). Tata laksana yang dikerjakan
sebagai berikut :

1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis


biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang
sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam
bentuk infus selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S
(tergantung umur) dan pemberian oksigen. 
3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh
anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi
dalam 3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol
diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol,
melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian
sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk
waktu lama.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biakan
2. Pemeriksaan serologis
3. Pemeriksaan darah
4. Punksi lumbal
5. EEG
6. CT scan

H. KOMPLIKASI

Komplikasi pada ensefalitis berupa :

1. Retardasi mental
2. Iritabel
3. Gangguan motorik
4. Epilepsi
5. Emosi tidak stabil
6. Sulit tidur
7. Halusinasi
8. Enuresis
9. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

A. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

B. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
C. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang
lebih 1-4 hari, sakit kepala.

D. Riwayat penyakit dahulu


Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes
dll.  Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E, Coli, dll.

F. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP

G. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


1) Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air
besar di   WC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh).

2) Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

3) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan
Nutrisi

4) Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis karena
pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak
dapat dievaluasi  karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

6) Pola Aktivitas

 Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx


Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.

 Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan


gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi : bila
terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif
sesuai ROM Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan
gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke
jantung ,ginjal, mudah terInfeksi berat, aktifitas togosit turun, Hb
turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan

7) Pola Hubungan Dengan Peran


Interaksi dengan keluarga / orang lain  biasanya pada klien dengan
Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis
sampai koma.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum.
4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM
Terbatas.
6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah.
K. RENCANA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
.
1. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pertahanan teknik 1. menurunkan resiko px
infeksi b/d tindakan selama aseptic dan teknik terkena infeksi sekunder .
daya tahan 3x24 jam cuci tangan yang mengontrol penyebaran
terhadap diharapkan tidak tepat baik petugas Sumber infeksi, mencegah
infeksi turun. terjadi infeksi, atau pengunmjung. pemajaran pada individu
dengan kriteria Pantau dan batasi yang mengalami nfeksi
hasil : pengunjung. saluran nafas atas.
2. Pantau suhu secara 2. Deteksi dini tanda-tanda
Masa teratur dan tanda- infeksi merupakan indikasi
penyembuhan tanda klinis dari perkembangan
tepat waktu tanpa infeksi. Meningkosamia.
bukti penyebaran 3. Berikan antibiotika 3. Obat yang dipilih
infeksi. sesuai indikasi tergantung tipe infeksi dan
sensitivitas individu.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah 1. Perubahan tekanan CSS
perubahan tindakan selama baring dengan posisi mungkin merupakan potensi
perfusi 3x24 jam kepala datar dan adanya resiko herniasi
jaringan b/d keadaan pantau tanda vital batang otak yang
Hepofalemia membaik dengan sesuai indikasi setelah memerlukan tindakan medis
, anemia. kriteria hasil : dilakukan pungsi dengan segera.
1. Kesadaran lumbal. 2. Pengkajian kecenderungan
membaik. 2. Pantau/catat status adanya perubahan tingkat
2. Fungsi neurologis dengan kesadaran dan potensial
sensorik teratur dan bandingkan peningkatan TIK adalah
dan dengan keadaan sangat berguna dalam
motorik normalnya, seperti menentukan lokasi,
stabil. GCS. penyebaran/luasnya dan
3. TTV 3. Pantau tanda vital, perkembangan dari
normal. seperti tekanan darah. kerusakan serebral.
4. Sakit Catat serangan 3. Normalnya, autoregulasi
kepala dari/hipertensi sistolik mampu mempertahankan
berkurang yang terus-menerus aliran darah serebral dengan
atau tidak dan tekanan nadi yang konstan sebagai dampak
ada. melebar. adanya fluktuasi pada
4. Anjurkan keluarga tekanan darah sistemik.
untuk berbicara Kehilangan fungsi
dengan pasien jika autoregulasi mungkin
diperlukan. mengikuti kerusakan
5. Berikan obat sesuai vaskuler serebral local atau
indikasi, seperti : difus yang menimbulkan
steroid : peningkatan TIK. Fenomena
deksametason, ini dapat ditunjukkan oleh
metilprednison(medrol peningkatan TD sistemik
). yang bersamaan dengan
tekanan darah
diastolic(tekanan darah
yang melebar).
4. Mendengarkan suara yang
menyenangkan dari orang
terdekat/keluarga
tampaknya menimbulkan
pengaruh trelaksasi pada
beberapa pasien dan
mungkin akan dapat
menurunkan TIK.
5. Dapat menurunkan
permeabilitas kapiler untuk
membatasi pembentukan
edema serebral, dapat juga
menurunkan risiko
terjadinya”fenomena
rebound” ketika
menggunakan manitol.
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Berikan pengamanan 1. Melindungi px jika terjadi
terhadap tindakan selama pada pasien dengan kejang , pengganjal mulut
trauma b/d 3x24 jam tidak memberi agak lidah tidak tergigit.
aktivitas terjadi trauma. bantalan,penghalang Catatan: memasukkan
kejang tempat tidur tetapn pengganjal mulut hanya saat
umum. terpasang dan berikan mulut relaksasi.
pengganjal pada 2. Menurunkan resiko
mulut, jalan nafas terjatuh / trauma saat terjadi
tetap bebas. vertigo.
2. Pertahankan tirah 3. Merupakan indikasi untuk
baring dalam fase penanganan dan pencegahan
akut. kejang.
3. Berikan obat sesuai 4. Deteksi diri terjadi kejang
indikasi seperti agak dapat dilakukan
delantin, valum dsb. tindakan lanjutan.
4. Observasi tanda-
tanda vital.

4. Nyeri b/d Setelah dilakukan 1. Berikan lingkungan 1. Menurunkan reaksi terhadap


adanya tindakan selama yang tenang, ruangan stimulasi dari luar atau
proses 3x24 jam nyeri agak gelap sesuai sensitifitas pada cahaya dan
infeksi yang hilang dengan dengan indikasi. meningkatkan
ditandai kriteria hasil : 2. Letakkan kantung es istirahat/rileksasi.
dengan anak 1. Melaporkan pada kepala, pakaian 2. Meningkat kan
menangis, nyeri dingin diatas mata. vasokonstriksi,
gelisah. hilang/terko 3. Tingkat tirah baring, menumpulkan resepsi
ntrol bantulah kebutuhan sensorik yang selanjutnya
ditandai perawatan diri yang akan menurunkan nyeri.
dengan : penting. 3. Menurunkan gerakan yang
menunjukka 4. Dukung untuk dapat meningkatkan nyeri.
n postur menemukan posisi 4. Menurunkan iritasi
rileks dan yang nyaman sperti meningeal, resultan
mampu kepala agak tinggi ketidaknyamanan lebih
istirahat/tid sedikit pada lanjut.
ur dengan meningitis. 5. Dapat membatu
tepat 5. Berikan latihan merelaksasikan ketegangan
rentang gerak otot yang meningkatkan
aktif/pasif secara reduksi nyeri atau rasa tidak
tepat dan masase otot nyaman tersebut.
daerah leher dan 6. Mungkin diperlukan untuk
bahu. menghilangkan nyeri yang
6. Berikan analgetik berat, catatan : narkotik
seperti asetaminofen, mungkin merupakan kotra
kodein indikasi sehingga
menimbulkan
ketidakakuratan dalam
pemeriksaaan neurologis.
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji derajat 1. Pasien mampu mandiri
mobilitas b/d tindakan selama imobilisasi pasien (nilai 0), atau memerlukan
penurunan 3x24 jam pasien dengan menggunakan bantuan peralatan yang
kekuatan dapat mencapai skala ketergantungan minimal (nilai 1);
otot yang kembali atau (0-4). memerlukan bantuan
ditandai mempertahankan 2. Letakkan pasien pada sedang/dengan
dengan posisi fungsional posisi tertentu untuk pengawasan/diajarkan (nilai
ROM optimal yang menghindari 2); memerlukan
Terbatas. ditunjukkan oleh kerusakan karena bantuan/peralatan yang
tidak terdapatnya tekanan. Ubah posisi terus-menerus dan alat
kontraktur, pasien secara teratur khusus (nilai 3); tergantung
footdrop. dan buat sedikit secara total pada pemberi
Mempertahankan perubahan posisi asuhan (nilai 4).
/meningkatkan antara waktu 2. Perubahan posisi yang
kekuatan dan perubahan posisi teratur menyebabkan
fungsi umum. tersebut. penyebaran terhadap berat
Mempertahankan 3. Berikan/Bantu untuk badan dan meningkatkan
integritas kulit, melakukan rentang sirkulasi pada seluruh
fungsi kandung gerak. bagian tubuh. Jika ada
kemih dan usus. 4. Berikan matras paralysis atau keterbatasan
udara/air, terapi kognitif, pasien harus
kinetic sesuai dengan diubah posisinya secara
kebutuhan. teratur dan posisi dari
daerah yang sakit hanya
dalam jangka waktu yang
sangat terbatas.
3. Mempertahankan mobilisasi
dan fungsi sendi/posisi
normal ekstremitas dan
menurunkan terjadinya vena
yang statis.
4. Menyeinbangkan tekanan
jaringan, meningkatkan
sirkulasi, dan membantu
meningkatkan arus balik
vena untuk menurunkan
risiko terjadinya trauma
jaringan.
6. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat nutrisi, 1. Mengidentifikasi defisiensi
asupan tindakan selama makanan yang serta pemberian intervensi.
nutrisi 3x24 jam nutrisi disukai. 2. Perubahan antropometri
kurang dari klien adekuat 2. Kaji antropometri mengindikasikan perubahan
kebutuhan dengan kriteria setiap hari. status nutrisi.
tubuh hasil : 3. Berikan intake 3. Diet TKTP mineral dan
berhubungan 1. BB normal. makanan vitamin. vitamin dapat memenuhi
dengan mual 2. Nafsu 4. Tingkatkan frekuensi kebutuhan gizi bagi   klien.
muntah. makan makan. Berikan diet 4. Bila ada lesi oral, nyeri
meningkat. halus, rendah serat. dapat membatasi tipe
3. Tidak ada Hindari makan makanan yang dapat
tanda pedas/terlalu asam. ditoleransi klien.
malnutrisi. 5. Berikan anti 5. Stomatitis biasanya ada
jamur/pencuci mulut, pada PEM, untuk
anestetik jika meningkatkan
diperlukan. penyembuhan jaringan
6. Berikan suplemen mulut dan memudahkan
nutrisi, misalnya masukan diet.
ensure bila 6. Meningkatkan masukan
diindikasikan. protein dan kalori.
DAFTAR PUSTAKA

Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005


Anania, et all. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: Indeks.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta:
Media Hardy.

Anda mungkin juga menyukai