ENSEPALITIS
KEPERAWATAN ANAK DI RUANG KHANTIL
RSUD BANYUMAS
DI SUSUN OLEH :
RINA ARYANTI
2111040098
B. ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis,
misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab
terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.
Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :
a. Infeksi virus yang bersifat epidemic
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic
c. Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.
C. MANIFESTASI KLINIK
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis
adalah :
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
D. PATOFISIOLOGI
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas dan saluran cerna,
setelah masuk kedalam tubuh, virus akan menyebar keseluruh tubuh dengan
secara lokal: aliran virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ tertentu, penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah,
kemudian menyebar keorgan dan berkembang biak diorgan tersebut dan
menyebar melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lendir
dan menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran keotak, timbul manifestasi klinis ensefalitis,
Masa Prodromal berlangsung selama 1 – 4 hari ditandai dengan demam, sakit
kepala, sulit mengunyah, suhu badan naik, muntah, kejang hingga penurunan
kesadaran, paralisis, dan afasia.
E. PATHWAYS
F. PENATALAKSANAAN
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap
sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan
adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2010). Tata
laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis
biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika
kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV,
dalam bentuk infus selama 3 menit.
b. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 -
1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan
oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v
dibagi dalam 3 dosis.
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol
diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol,
melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua
bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6
jam untuk waktu lama.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Biakan
b. Pemeriksaan serologis
c. Pemeriksaan darah
d. Punksi lumbal
e. EEG
f. CT scan
H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motorik
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan
meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari,
pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,
telinga dan tenggorokan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus
contoh: Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus,
Streptococcus, E, Coli, dll.
f. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
g. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
1) Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan
buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan
(daerah kumuh)
2) Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
Intervensi :
a. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi
bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan
pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah
tidak tergigit. Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat
mulut relaksasi.
b. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
c. Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
d. Observasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan
lanjutan.
4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis,
gelisah.
Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan :
menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai
dengan indikasi
R/. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas
pada cahaya dan meningkatkan istirahat/rileksasi
b. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata
R/. Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan resepsi sensorik
yang selanjutnya akan menurunkan nyeri
c. Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
R/. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
d. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman sperti kepala agak
tinggi sedikit pada meningitis
R/. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih
lanjut
e. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase
otot daerah leher dan bahu.
R/. Dapat membatu merelaksasikan ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
f. Berikan analgetik seperti asetaminofen, kodein
R/. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat,
catatan : narkotik mungkin merupakan kotra indikasi sehingga
menimbulkan ketidakakuratan dalam pemeriksaaan neurologis
5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan
ROM terbatas.
Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional
optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi
umum. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Intervensi :
a. Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan (0-4)
R/. Pasien mampu mandiri (nilai 0), atau memerlukan bantuan
peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan sedang/
dengan pengawasan/diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan/
peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3); tergantung
secara total pada pemberi asuhan (nilai 4).
b. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan
karena tekanan. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit
perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut.
R/. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran
terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh
bagian tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan kognitif, pasien
harus diubah posisinya secara teratur dan posisi dari daerah yang
sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat terbatas.
c. Berikan/Bantu untuk melakukan rentang gerak
R/. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal
ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.