NNN
Disusun Oleh :
WIDIATUN HASANAH
4003170009
2. Etiologi
koriomengitis limfositik dan adeno virus. yang termasuk arbovirusadalah virus adalah
3. Patofisiologi
4. Manisfestasi kilik
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering )
2.Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b.Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu
sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler
diseminata
5. Gambar
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan
kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis
meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid
dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3.Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
Pengobatan simtomatis:
1.Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau
fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2.Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3.Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati
edema serebri.
4.Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5.Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan
intravena.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
4.Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
9.Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
8.Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan 1.
Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari
patogen.
Mandiri
a. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
b. Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
c. Pantau suhu secara teratur
d. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
e. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
f. Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau ) Kolaborasi
g. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
a.Tirah baring dengan posisi kepala datar.
b.Pantau status neurologis.
c. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
d.Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
e. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. Kolaborasi.
a.Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
b.Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
c.Pantau BGA.
d.Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen
3.Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum
vertigo.
Mandiri
a. Pantau adanya kejang
b. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas
buatan
c. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam,
venobarbital.
4. Nyeri (akut ) berhubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Mandiri.
a. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage
otot leher.
b. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
c. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
d. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
a. Berikan anal getik, asetaminofen, codein
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
a. Kaji derajat imobilisasi pasien.
b. Bantu latihan rentang gerak.
c. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
d.Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air
perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
e. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.