Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS PADA AN.

DENGAN MENINGITIS SEROSA

NNN

Disusun Oleh :

WIDIATUN HASANAH

4003170009

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN A

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG


2019
1. Definisi
Meningitis adalah peradangan pada selap ut meningen (antara
selaput arachnoid dan piamater) dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai
jaringan otak dan medula spinalisyang superfisial.
Meningitis serosa adalah suatu peradangan yang ditandai dengan peningkatan
jumlahsel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksidalam cairan serebospinal.

2. Etiologi

Etiologi meningitis serosa bervariasi yaitu mikroorganisme seperti bakteri,


protozoa, jamur, riktesia atau yang paling sering virus.&elompok virus yang paling
sering adalah enterovirus (echo, coxsackie, polio), diikutioleh parotitis, herpes II,

koriomengitis limfositik dan adeno virus. yang termasuk arbovirusadalah virus adalah

virus yang transmisikan oleh kutu, mengioensefalitis, musim semi.

3. Patofisiologi

1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),


Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan

4. Manisfestasi kilik
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering )
2.Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b.Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu
sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler
diseminata

5. Gambar
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan
kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis
meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid
dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3.Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):


1.Sefalosporin generasi ketiga
2.Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3.Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:
1.Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau
fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2.Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3.Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati
edema serebri.
4.Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5.Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan
intravena.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah


putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa
jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
c)
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )

3.LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4.Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )

5.Elektrolit darah : Abnormal .

6.ESR/LED : meningkat pada meningitis

7.Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat


infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak


ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9.Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial

8.Asuhan Keperawatan

1.Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata


hematogen dari pathogen
2.Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
3.Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum, vertigo.
4. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
5.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan
6.Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

Intervensi keperawatan 1.

Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari
patogen.
Mandiri
a. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
b. Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
c. Pantau suhu secara teratur
d. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
e. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
f. Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau ) Kolaborasi
g. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
a.Tirah baring dengan posisi kepala datar.
b.Pantau status neurologis.
c. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
d.Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
e. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. Kolaborasi.
a.Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
b.Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
c.Pantau BGA.
d.Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen
3.Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum
vertigo.
Mandiri
a. Pantau adanya kejang
b. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas
buatan
c. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam,
venobarbital.
4. Nyeri (akut ) berhubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Mandiri.
a. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage
otot leher.
b. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
c. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
d. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
a. Berikan anal getik, asetaminofen, codein
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
a. Kaji derajat imobilisasi pasien.
b. Bantu latihan rentang gerak.
c. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
d.Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air
perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
e. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.

6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis


a. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan
proses pikir.
b. Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
c.Observasi respons perilaku.
d.Hilangkan suara bising yang berlebihan.
e.Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
f. Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
g. Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


a. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
b. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
d. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk
sumber penyokong.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa,
N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3.
Jakarta : EGC.
2. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
3. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
4. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

Anda mungkin juga menyukai