Anda di halaman 1dari 16

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Di indonesia, penyakit ensefalitis merupakan penyakit yang paling sering dialami anak
kecil. Sebagaimana yang kita tahu Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak
tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh
penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,
kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan
mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang.
Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot,
demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasienpasien dengan encephalitis.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i dapat menggambarkan secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan ensefalitis.
b. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan ensefalitis
b. Menentukan masalah keperawatan pada anak dengan ensefalitis
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada anak dengan ensefalitis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan pada anak
dengan ensefalitis

BAB II
1

LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Defenisi
Encephalitis adalah adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan
oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai

macam

mikroorganisme. Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan


oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen .
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus.
2. Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
a. Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer virus masuk ke dalam darah. Kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf virus berkembang biak di Permukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala
lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis,
Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

3. Gejala klinis

Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama


dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum
gejala berupa ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun.
Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi kenaikan suhu
yang mendadak, seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada anak besar,
menjerit pada anak kecil. Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor,
letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan
kadang-kadang kelumpuhan.
Manifestasi klinik ensefalitis bakterial, pada permulaan terdapat gejala yang
tidak khas seperti infeksi umum, kemudian timbul tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah-muntah, nafsu makan tidak ada,
demam, penglihatan kabur, kejang umum atau fokal dan kesadaran menurun.
Gejala defisit nervi kranialis, hemiparesis, refleks tendon meningkat, kaku kuduk,
afasia, hemianopia, nistagmus dan ataksia.
Penyebab kelainan neurologis (defisit neurologis) adalah invasi dan
perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak;
reaksi jaringan saraf terhadap antigen virus yang akan berakibat demielinisasi,
kerusakan vaskular, dan paravaskular; dan karena reaksi aktivasi virus neurotropik
yang bersifat laten.
Pada ensefalitis viral gejala-gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala
infeksi saluran nafas atas atau gastrointestinal selama beberapa hari kemudian
muncul tanda-tanda radang SSP seperti kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah,
lemah dan sukar tidur. Defisit neurologik yang timbul bergantung pada tempat
kerusakan. Selanjutnya kesadaran mulai menurun sampai koma, dapat terjadi

kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan kepribadian,


disorientasi, gangguan bicara dan gangguan mental.
Temuan-temuan klinis pada ensefalitis ditentukan oleh:
a. Berat dan lokalisasi anatomis susunan saraf yang terlihat
b. Patogenesitas agen yang menyerang
c. Kekebalan dan mekanisme reaktif lain penderita
4. Komplikasi
Gejala sisa maupun komplikasi karena ensefalitis dapat melibatkan :
a. Encephalitis

juga

dapat

terjadi

sebagai

komplikasi

campak,

gondongan(mumps) atau cacar.


b. Susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,
penglihatan dan pendengaran
c. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat
secara menetap
d. Defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid), hidrosefalus
maupun gangguan mental sering terjadi.
Komplikasi pada bayi biasanya berupa :
a.Hidrosefalus
b.
Epilepsi
c.Retardasi mental karena kerusakan SSP berat

5. Pemeriksaan diagnostik
a. Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu
membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi
limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih
dalam batas normal.
b. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat
bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran
EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan.

Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus
temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.
6. Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai
menghilangnya

gejala-gejala

neurologik.

Tujuan

penatalaksanaan

adalah

mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka,


pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2000).
Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis
biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang
sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk
infus selama 3 menit.
b. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S
(tergantung umur) dan pemberian oksigen.
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh
anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam
3 dosis.
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan
intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat
diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik,
0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak
toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
5

c. Riwayat penyakit sekarang


Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat
kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:
Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E, Coli,
dll.
f. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
g. Nodus Limfe
1) Palpasi nodus lemfe menggunakan bagian distal jari
2) Tekan dengan perlahan tapi tegas dengan gerakan melingkar
3) Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.
4) Submaksilaris: tundukkan kepala sedikit kebawah
5) Servikal: tengadahkan kepala sedikit keatas
6) Aksila: rilekskan lengan disamping tapi sedikit terabduksi
7) Inguinalis: tempatkan anak pada posisi terlentan
8) Normalnya nodus limfe tidak dapat dipalpasi atau sangat kecil, tidak ada
nyeri tekan, dapat digerakkan.
h. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
Keadaan umum: kondisi klien secara umum, keletihan, penambahan atau
penurunan berat badan, menggigil, kemampuian umum menjalankan
aktivitas, dll.
Antropometri
Tinggi badan/panjang badan
1) Panjang badan digunakan pada anak dibawah 36 bulan: tempatkan anak
telentang dengan kepala digaris tengah, pegang lutut dan dorong dengan
perlahan kearah meja agar kaki ekstensi penuh, ukur panjang badan anak
6

dari verteks (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki mengarah
keatas).
2) Tinggi badan digunakan untuk anak diatas 36 bulan: pengukuran
dilakukan dengan berdiri, lepaskan kaus kaki dan sepatu, minta anak
berdiri tegak, punggung tegak, kepala digaris tengah, mata melihat lurus
kedepan, ukur dari puncak kepala sampai permukaan berdiri.
3) Berat badan
Timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe platform,
lindung bayi dengan menempatkan tangan diatas tubuh untuk

mencegah jatuh.
Timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian dalam,

tanpa sepatu pada timbangan tegak.


Periksa skala timbangan sebelum digunakan.
Beri alas kain pada timbangan tipe platform.
4) Lingkar kepala
Ukur dengan kertas atau pita tembaga dari puncak alis mata dan pinna

telinga ketonjolan oksipital tengkorak


Pada saat lahir lingkar kepala melebihi lingkar dada 2-3 cm
Pada 1-2 tahun, limgkar kepla sama dengan lingkar dada
Selama masa anak-anak, lingkar dada melebihi lingkar kepala kira-

kira 5-7 cm.


5) Lingkar dada
Lingkar dada diukur menggunakan midline melingkari dada pada

garis puting susu.


Lakukan pengukuran selama masa inspirasi dan ekspirasi.
Lingkar lengan
Pengukuran lingkar lengan pada lengan kanan fleksi 90 0 pada siku,

tandai titik tengahnya antara akromion dan olekranon.


Pegang kertas atau pita ukur tembaga melingkari lengan atas pada
titik tengah

i.

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


1) Kebiasaan
7

Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang
air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
2) Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
3) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan
Nutrisi
4) Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis karena
pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak
dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

6) Pola Aktivitas
a)

Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx

b)

Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.


Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan
gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi
atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai

ROM Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi


buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung
,ginjal, mudah terInfeksi berat, aktifitas togosit turun, Hb turun,
punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan
7) Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan
Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis
sampai koma.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
c. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum.
d. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.

No

Hari

dx

tangg
al

Diagnose

Rancana tindakan
Tujuan dan kriteria intervensi

keperawatan

hasil

rasional

jam

Dx

Resiko

infeksi b/d daya


tahan
terhadap
turun

tinggi Tujuan: tidak

Pertahanan teknik

Deteksi dini tanda-

aseptic dan teknik

tanda infeksi

tubuh Kriteria hasil:Masa

cuci tangan yang

merupakan indikasi

infeksi penyembuhan tepat

tepat baik petugas

perkembangan

waktu tanpa bukti

atau pengunmjung.

Meningkosamia .

penyebaran infeksi

Pantau dan batasi

endogen

pengunjung.

terjadi infeksi

Obs. suhu secara


teratur dan tandatanda klinis dari
infeksi.

Berikan antibiotika

Obat yang dipilih

sesuai indikasi

tergantung tipe
infeksi dan
sensitivitas
individu

10

Resiko tinggi

Tujuan :

Pertahankan tirah

Perubahan tekanan

perubahan perfusi

mempertahankan

baring dengan posisi

CSS mungkin

jaringan b/d

tingkat kesadaran

kepala datar dan

merupakan potensi

Hepofalemia,

biasanya/membaik

pantau tanda vital

adanya resiko

anemia.

dan fungsi

sesuai indikasi

herniasi batang

sensorik/motorik.

setelah dilakukan

otak yang

Kriteria hasil :

pungsi lumbal

memerlukan

Mendemonstrasika

tindakan medis

n TTV stabil.

dengan segera.

Melaporkan tak

Pantau/catat status

adanya/menurunka

neurologis dengan

Pengkajian

n sakit kepala

teratur dan

kecenderungan

bandingkan dengan

adanya perubahan

keadaan normalnya,

tingkat kesadaran

seperti GCS.

dan potensial
peningkatan TIK
adalah sangat
berguna dalam
menentukan lokasi,
penyebaran/luasny
a dan
perkembangan dari
kerusakan serebral

11

Resiko tinggi

Tujuan : Tidak

Berikan

Melindungi px jika

terhadap trauma

terjadi trauma
Kriteria

pengamanan pada

terjadi kejang ,

pasien dengan

pengganjal mulut

memberi

agak lidah tidak

bantalan,penghalang

tergigit. Catatan:

tempat tidur tetapn

memasukkan

terpasang dan

pengganjal mulut

berikan pengganjal

hanya saat mulut

pada mulut, jalan

relaksasi.

b/d aktivitas kejang


hasil : Tidak
umum
mengalami kejang /
penyerta cedera lain

nafas tetap bebas.

gangguan asupan

Tujuan : klien akan

nutrisi kurang dari

menunjukkan

kebutuhan tubuh

pemenuhan nutrisi

berhubungan

adekuat dengan

Pertahankan tirah

Menurunkan resiko

baring dalam fase

terjatuh / trauma

akut.

saat terjadi vertigo.


Mengidentifikasi

Kaji riwayat nutrisi,


defisiensi serta
makanan yang
pemberian
disukai
intervensI
Kaji antropometri
dengan mual

Kriteria : BB dalam
setiap hari

muntah.

batas normal, nafsu

Perubahan

makan

antropometri
Berikan intake

baik/meningkat,

mengindikasikan
makanan TKTP,

tidak ditemukan

perubahan status
mineral atau vitamin

defisiensi nutrisi

nutrisi
Diet TKTP mineral
Tingkatkan
dan vitamin dapat
frekuensi makan.
12

Berikan diet halus,

memenuhi

rendah serat. Hindari kebutuhan gizi


makan pedas/terlalu

bagi klien

asam
Bila ada lesi oral,
nyeri dapat
membatasi tipe
makanan yang
dapat ditoleransi
klien
6. Penkes
Pengendalian vektor penyakit sulit dilakukan. Penyemprotan dengan
insektisida

dilakukan

penyemprotan

hanya

apabila

terjadi

bersifat

mengurangi

menghilangkan

epidemi,

namun

populasi

demikian

vektor,

sama

tidak
sekali.

Vaksin inaktif menggunakan formaldehyde sebagai bahan inaktifan pernah digunakan untuk
mengimmunisasi kuda terhadap virus EEE, WEE, dan VEE.
Dalam jumlah terbatas, immunisasi juga dapat dilakukan terhadap
para

pekerja

laboratorium.

Pencegahan

terhadap

virus

VEE

pernah

dilakukan dengan menggunakan vaksin aktif (live-attenuated vaccine) yang


dikenal sebagai TC-83. Vaksin tersebut digunakan untuk mengimmunisasi
tentara dan digunakan pada jutaan kuda sewaktu terjadi wabah VEE pada
kumn waktu 1969 1971. Vaksin aktif ini cukup aman diberikan pada kuda
yang sedang bunting.

13

BAB III
PENUTUP

14

A. Kesimpulan
Encephalitis adalah adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi
ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang
menyebabkan peradangan dari otak.
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,
kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan
mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang.
Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot,
demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien
dengan encephalitis.
B. Saran
Encephalitis ini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada penderita agar
peduli terhadap penyakitnya dengan konsultasikan kepada dokter jika terjadi gejala-gejala yang
tiba-tiba sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar. Untuk menghindari resiko
akibat penyakit ecephalitis, perlu adanya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari
virus-virus terutama virus yang menyebabkan encephalitis.

DAFTAR PUSTAKA
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit EGC.
15

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aesculapius
Ngastiah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A,(1998). Patofisiologi, jilid 2, penerbit EGC, Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai