Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENSEFALITIS

Dosen Pengampu : Fatma Sayekti Ruffaida S.Kep.Ns.

Di Susun Oleh :

Nur Wasilatul Kauniyah

Alif Diana Fitri

Astika Restikawati

Rini Tefbana

Ibnu Teguh Pratama

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2016
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena ridho
dan kehendak-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan Judul Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Ensefalitis dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
II yang diampu oleh Fatma S. Ruffaida S.Kep.Ns. pada pendidikan program
Keperawatan S1.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan beberapa kesulitan
dalam penulisan dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, Namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena itu kami mohon arahan, saran dan kritik yang sifatnya
menyempurnakan makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi kita semua.Amin Ya Rabbal Alamin.
Kediri, Oktober 2016

penulis
BAB 1

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Ensefalitis adalah infeksi intrakranial dapat melibatkan jaringan otak atau
lapisan yang menutupi otak. Hal ini dapat berupa bakteri, virus dan jamur dan
hasilnya atau penyembuhannya dapat komplit (sembuh total) sampai pada
menimbulkan penurunan neurologis.

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikro organisme lain yang non purulent.

2. Etiologi
berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya
bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik.
Dalam hal ini penyebab terjadinya ensefalitis yaitu:
a. Berupa bakteri (LDH serum meningkat)
b. Virus
c. Jamur

3. Klasifikasi yang di ajukan oleh robin ialah :


1. Infeksi virus yang bersifat epidemik
a) Golongan enterovirus : poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO
b) Golongan virus ARBO : western equine encephalitis, st. Louis
encephalitis, eastern equine encephalitis, japanese B encephalitis,
russian spring summer encephalitis, murray valley enchepalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : rabies, herpes simpleks, herpes zoster,
limfogranuloma, mumps, lymphocytic choriomeningitis dan jenis lain yang
di anggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca-varisela, pascarubela,
pascavaksinia, pasca-mononukleosis infeksious dan jenis jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
Meskipun di indonesia secara klinis dikenal banyak kasus ensefalitis tetapi baru
japanese B encephalitis yang ditemukan.

4. Patofisiologi
Virus dapat masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan
saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara :

1. Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan


atau organ tubuh
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah
kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang di daerah
pertama kali masuk (permukaan selaput lendir)kessudian menyebar ke
organ lain.
4. Penyebaran melalui sarf : virus berkembang biak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf

Pada keadaan permulaan timbul demam, tetapi belum ada kelainan


neurologis. Virus akan berkembang biak, kemudian menyerang susunan
saraf pusat dan akhirnya diikuti kelainan neurologis.

Kelainan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh :

1. Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang
sedang berkembang biak
2. Relaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang berakibat
demielinisasi, kerusakan vaskuler, dan varavaskuler, sedang virusnya
sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
3. Reaksi aktivitas virus neurotopik yang bersifat laten.
4. Manifestasi Klinis

Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari, ditandai dengan :

a. demam,
b. sakit kepala,
c. pusing,
d. muntah,
e. nyeri tenggorokan,
f. nyeri extremitas, dan
g. pucat,

Kemudian diikuti tanda enseflaitis yang berat ringannya tergantung dari


distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa:
a. gelisah,
b. iritabel.
c. Screaming attack,
d. perubahan perilaku ,
e. gangguan kesadaran, dan
f. kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa; afasia,
hemipresis, hemiplegia, afaksia, dan perasisis saraf otak, tanda
rangsang, meningeal dapat terjadi bila pandangan dicapai meningan.

5. Pemeriksaan penunjang
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak
begitu membantu. Biasanya berwarna jernih jumlah sel 50-200 dengan
dominasi limfosit. Kadar protein kadang-kadang meningkat sedangkan
glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktivitas lambat-
bilateral). Bila terdapat tanda klinis fokal yang ditunjang dengan gambaran
EEG atau CT scan dapat dilakukan biopsi otak di daerah yang bersangkutan.
Bila tidak ada tanda klinis fokal, biopsi dapat dilakukan pada daerah lobus
temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus herpes simplex.

6. Penatalaksanaan
1. Rawat dirumah sakit
2. Penatalaksanaan secara umum tidak spesifik, tujuannya adalah
memepertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pembelian makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa daerah
3. Atasi kejang
4. Bila tanda peningkatan tekanan intrakranial dapat diberikan merital 0,5-
29 per kg BB IV dalam periode 8-12 jam
5. Pada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada
tenggorokan paralisis pita suara dan otot nafas dilakukan drainse
postural dan aspirasi mekanis yang periodik.

7. Komplikasi

a. Retardasi mental,
b. iritabel,
c. gangguan motorik,
d. epilepsi,
e. emosi tidak stabil,
f. sulit tidur,
g. halusinasi,
h. enuresis,

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN ENSEFALITIS

1. PENGKAJIAN

1.1. Identitas Klien


Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
1.2. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
1.3. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan
meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
1.4. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus
contoh: Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus,
Streptococcus, E, Coli, dll.
1.6. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
1.7. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
1) Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan
buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan
(daerah kumuh)
2) Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
3) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang Pemenuhan
Nutrisi
4) Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis
karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi
obstipasi.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya
tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis
sampai koma.
6) Pola Aktivitas
a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan
karena banyak Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami
kelemahan.
b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka
latihan gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan
sendi : bila terjadi atropi otot pada pasien gizi buruk
maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM Kekuatan otot
berkurang karena pasien Ensefalitis dengan gizi
buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi
ke jantung ,ginjal, mudah terInfeksi berat, aktifitas togosit
turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan
pertumbuhan
7) Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien
dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai
dari apatis sampai koma.
1.8. Pola sensori dan kuanitif
a. Sensori
Daya penciuman
Daya rasa
Daya raba
Daya penglihatan
Daya pendengaran.
b. Kognitif :
Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
Pola penanggulangan Stress
Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
Stress fisiologi biasanya anak hanya dapat mengeluarkan
air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel)
karena terjadi afasia.
Stress Psikologi tidak di evaluasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penekanan tekanan intrakranial, edema otak.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3) Resiko cedera berhubungan dengan aktifitas kejang
4) Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan pada saraf
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang tidak adekuat
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan persepsi
8) Konfusi akut berhubungan dengan gangguan saraf kranial
9) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan refleks isap
bayi buruk

NO Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


1 Gangguan perfusi Anak akan 1). Lakukan pengkajian neurologi setia
jaringan serebral yang mempertahankan fungsi 4 jam meliputi resp
b.d peningkatan otak dan tidak pupil,cengkraman,menggenggam,respo
tekanan intrakranial, memperlihatkan tanda- nyeri,respon intera
edema otak. tanda lebih lanjut (seyum,bicara,mengoceh) pada anak
peningkatan tekanan diposisikan (tidak menyenangkan
intrakranial. iritabilitas)
2). kaji tanda vital setiap 2-4 jam, c
ketidakaturan freku
pernapasan,frekuensi dan irama jantu
serta pelebaran tekanan nadi.

3.) lakukan pengkajian saraf kranial se


2-4 jam

4.) jika bayi kaji ubun-ubun terha


kemungkinan terjadi penonjolan setia
jam.yakinkan untuk melakukan pengka
selama periode yang tenang,sebab ub
ubun biasanya menonjol anak menangis

5.) jika usia anak di bawah usi


tahun,ukur lingkar kepala setiap hari.
6.) bila anak menangis catat ten
kualitas dan nada suarannya

2 Hipertermia b.d Suhu badan anak akan 1.) pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 j
infeksi tetap kurang dari 37,8C 2. ) kolaborasi pemberian obat antipiret
3.) kolaborasi pemberian obat antimikro
4. ) pertahankan lingkungan yang sejuk

5. ) beri kompres air biasa dengan s


37C

3 Risiko cedera b/d Anak tidak akan 1.) lakukan kewaspadaan kejang,sep
kejang mengalami cedera akibat menggunakan jalan napas buatan
kejang peralatan pengisapan lendir,dan pas
penghalang tempat tidur.

2.) kolaborasi dalam pemberian


antikonvulsan
3. ) selama kejang, lakikan tinda
berikut:
Bantu anak berbaring miring
tempat tidur atau lantai,singkir
barang-barang yang ada di
tempat tidur
Jangan mengikat anak,tetapi t
menemani disampingnya.
DAFTAR PUSTAKA

T.H. HERDMAN S. KAMITSURU. 2015. NANDA internasional Diagnosis


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. JAKARTA:EGC.

H. RIDHA NABIEL .2014. BUKU AJAR KEPERAWATAN ANAK.


YOGYAKARTA:Pustaka Pelajar.

KATHLEEN MORGAN SPEER. 2008. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


PEDIATRIC DENGAN CLINICAL PATHWAYS EDISI 3.JAKARTA:EGC.

Staf pengajar ilmu kesehatan anak fakultas Universitas Indonesia. 1985. Buku
Kuliah 2 ilmu kesehatan anak. JAKARTA: Percetakan INFOMEDIKA
JAKARTA.

Anda mungkin juga menyukai