Oleh:
TIM PKRS R.23 PSIKIATRI
IRNA I
A. LATAR BELAKANG
Tingkat merokok jauh lebih tinggi di antara orang dengan masalah
kesehatan mental dibandingkan pada populasi umum. Sebuah survei
nasional morbiditas kejiwaan antara lebih dari 8.000 orang dalam populasi
umum menemukan bahwa orang dengan gangguan neurotik seperti episode
depresi, fobia atau gangguan obsesif kompulsif dua kali lebih mungkin untuk
merokok (Coultard et al., 2000). Memiliki lebih dari satu gangguan neurotik
(gangguan neurotik komorbiditas) juga dikaitkan dengan perokok berat
(NHS, 2004).
Orang dengan masalah kesehatan mental yang berat kurang terwakili
dalam survei nasional dari populasi umum karena banyak tinggal di lembaga
atau tunawisma. Perokok dengan masalah kesehatan mental lebih
tergantung atau kecanduan dengan rokok dibandingkan pada populasi
umum. Sebagai contoh, 51% dari mereka yang memiliki diagnosis skizofreni
kecanduan rokok dan setengah orang-orang dengan gangguan afektif
bipolar, merokok lebih dari 20 batang sehari dibandingkan dengan hanya 8%
pada populasi umum (ONS, 2002). Meskipun konsumsi rokok ini tinggi,
sebagian besar perokok dengan masalah-masalah kesehatan mental yang
parah ingin berhenti merokok. Dalam studi di atas 52% dari mereka yang
memiliki diagnosis skizofrenia yang merokok ingin berhenti merokok, seperti
yang 58% dari perokok dengan gangguan afektif bipolar juga ingin berhenri
merokok.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1.
Tujuan Umum
:
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
pada ganguan jiwa, pasien dan keluarga pasien di ruang 23 RSUD dr.
Saiful Anwar Malang dapat memahami tentang bahaya rokok pada pasien
gangguan jiwa dan cara berhenti merokok.
2. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti kegiatan pemberian pendidikan kesehatan dari
perawat, pasien dan keluarga pasien mampu:
a. Memahami pengertian rokok
b. Mengetahui macam-macam jenis rokok
c. Memahami kandungan rokok yang dapat membahayakan kesehatan
d. Memahami bahaya kandungan rokok pada pasien gangguan jiwa
e. Mengetahui alasan merokok pasien gangguan jiwa, mitos atau fakta
f. Memahami kerugian bagi pasien jika tidak berhenti merokok
g. Memahami cara berhenti merokok bagi pasien
C. RENCANA KEGIATAN
1. Materi
: Bahaya Merokok Pada Pasien Gangguan Jiwa
2. Peserta
: Pasien gangguan jiwa dan keluarga pasien
3. Pengorganisasian
: 1. Siti Roslinda Rohmah
2. Amin Ayu Badriah
3. Nadifatus Susana
4. Sri Indah Novianti
5. Indah Dwi Rahayu
4. Rencana kegiatan
: Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
5. Media dan alat bantu
a. Leaflet (terlampir)
b. Layar LCD
2. Waktu dan tempat
a. Waktu
: Rabu, 07 Oktober 2015
b. Pukul
: 10.30 11.00 WIB (1x30 menit)
c. Tempat
: Ruang 23 Psikiatri, RSUD dr. Saiful Anwar Malang
3. Kegiatan Belajar Mengajar (lihat tabel 1)
4. Materi (terlampir)
Tabel 1. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap
Pendahuluan
(3 menit)
Kegiatan Mengajar
1.
2.
Mengucapkan
Kegiatan Peserta
1.
salam, membaca
berdoa, dan
doa, dan
mendengarkan
memperkenalkan diri
penyaji saat
Menjelaskan
Media
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
dengan seksama
terkait apa yang
pemberian pendidikan
disampaikan
kesehatan
3.
Membuat kontrak
Metode
perkenalan
2. Memperhatikan
3.
Didik
Menjawab salam,
penyaji
Mendengarkan,
Menggali
pengetahuan pasien
menyepakati
4.
kontrak waktu
Menjawab
pertanyaan penyaji
1. Menjelaskan materi
pendidikan
1. Mendengarkan
Ceramah
penjelasan penyaji
Leaflet dan
layar LCD
kesehatan, yaitu:
a. Pengertian rokok
b. Macam-macam
jenis rokok
c. Kandungan yang
dapat
membahayakan
kesehatan bagi
perokok
d. Bahaya
kandungan rokok
pada pasien
gangguan jiwa
e. Alasan merokok
pasien gangguan
jiwa, mitos atau
fakta
f. Kerugian bagi
pasien jika tidak
berhenti merokok
g. Cara berhenti
merokok bagi
pasien
2. Memberikan
kesempatan seluruh
peserta untuk
bertanya di akhir
penjelasan
2. Mengajukan
pertanyaan dan
melakukan diskusi
Diskusi
dan tanya
jawab
Leaflet dan
layar LCD
Penutup
7 menit
1. Meminta peserta
1.
Menjelaska Tanya
untuk me-review
n kembali materi
materi pendidikan
yang telah
disampaikan oleh
disampaikan oleh
penyaji
penyaji
2. Mengevaluasi tingkat
2.
Menjawab
3.
wawancara
terstruktur
kesimpulan penyaji
Ceramah
4.
Menyimak
pendidikan kesehatan
jawab
Ceramah
memberikan
disampaikan
4. Penutupan dengan
dengan
penyaji
disampaikan dengan
yang telah
Tanya
diberikan oleh
pertanyaan
3. Menyimpulkan materi
jawab
Kuisioner
pertanyaan yang
pemahaman peserta
Mendengar
kan penutupan
yang disampaikan
oleh penyaji, serta
menjawab salam
D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Adanya koordinasi dan kesepakatan dengan pihak tenaga kesehatan
terkait perijinan tempat dan waktu pemberian pendidikan kesehatan
kepada peserta.
b. Adanya persiapan yang baik terkait materi, sarana, dan prasarana
yang akan digunakan.
c. Adanya publikasi dan informasi yang disampaikan kepada peserta
tentang materi pendidikan kesehatan yang akan diajarkan.
2. Evaluasi Proses
a.
b.
c.
d.
e.
3. Evaluasi Hasil:
a. 75% dari seluruh peserta dapat menjelaskan kembali materi dan/atau
menjawab pertanyaan dengan baik.
Materi
BAHAYA ROKOK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
A. PENGERTIAN ROKOK
Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah
(Alwi, 2002). Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan
kegiatan atau aktifitas menghisap, sedangkan perokok adalah orang yang
suka merokok (Alwi, 2002).
B. MACAM-MACAM JENIS ROKOK
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan
atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses
pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada
rokok terbuat dari bahan busa serabut yang berfungsi menyaring nikotin
(Muhibbin Syah, 2003).
Pada masa kini berbagai jenis rokok semakin berkembang untuk
mengurangi efek negative rokok seperti rokok elektrik.
C. KANDUNGAN YANG DAPAT MEMBAHAYAKAN KESEHATAN BAGI
PEROKOK
Menurut Danu Santoso (1990) dan Amstrong (1995), asap rokok
terdiri dari lima komponen utama yaitu nikotin, gas karbonmonoksida, tar,
ammonia, buton.
a. Nikotin
Nikotin adalah bahan kimia berminyak yang tak berwarna dan
merupakan salah satu racun paling keras yang kita kenal. Di samping
itu, nikotin akan mengakibatkan pembuluh darah menyempit dengan
cepat sehingga organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen, antara
lain otak dan otot jantung. Makin lanjut umur seorang perokok maka
makin lama ia merokok, semakin parah kondisinya, terutama otak dan
otot jantung.
b. Gas CO (karbonmonoksida)
plastik PVC
Hydrogen Cyanide: racun yang digunakan untuk pelaksanaan hukuman
mati
Toluidine
Ammonia: pembersih lantai
Urethane: bahan penyebab kanker
Toluene: pelarut industri
Arsenic: racun semut putih
Dibenzacridine: bahan penyebab kanker
Phenol: anti septik utuk pembedahan
Timbal: bahan tambahan bensin
Kromium: senyawa organic
Butane: bahan bakar korek api
Metil etil keton: pelarut karet sintesis
Formalin: balsem pengawet mayat
Benzena: campuran bahan bakar mobil
Asam sulfurik: bahan pupuk
Ddt: insektisida yang terlarang
Shellac: bahan pengkilap kayu
terdapat
sejumlah
bahan
kimia
yang
juga
bersifat
bisa naik dalam beberapa hari. Dokter mungkin perlu untuk mengurangi
dosis beberapa obat, seperempat pada minggu pertama, dan mungkin
bahkan lebih dalam tiga minggu berikutnya.
Namun, jika mulai merokok lagi, mungkin perlu untuk kembali ke
dosis obat lama. Hal ini karena tembakau berinteraksi dengan beberapa obat
psikiatris sehingga kerja obat kurang efektif. Beberapa obat-obatan
dipengaruhi oleh rokok, diantaranya termasuk:
Antidepresan (trisiklik lama seperti amitriptyline dan mirtazapin baru)
Antipsikotik (terutama clozapine, olanzapine dan haloperidol)
Benzodiazepin (misalnya diazepam)
Opiat (misalnya metadon)
Hal yang sama diungkapkan oleh NHS (2004), perokok umumnya
diresepkan dosis neuroleptik yang lebih tinggi, yang mungkin disebabkan
karena merokok meningkatkan metabolisme obat neuroleptik. Asap rokok
menginduksi enzim P450-1A2 (CYP1A2) yang bertanggung jawab untuk
aktivasi beberapa procarcinogens dan juga untuk metabolisme banyak obat.
Ketika seorang perokok berhenti, induksi enzim ini hilang, sehingga ada
metabolisme lebih lambat dari obat yang menyebabkan kenaikan tingkat.
Obat dimetabolisme oleh CYP1A2 (Bazire, 2003). Sebaliknya, jika pasien
telah berhenti merokok dan kemudian mulai lagi (misalnya ketika mereka
keluar dari rumah sakit), tingkat plasma sebelumnya dari terapi obat bisa
turun seperti turunnya induksi enzim. Zat-zat yang dapat terhambat efeknya
karena merokok, yaitu:
Caffeine
Clozapine
Diazepam
Fluvoxamine (partly)
Haloperidol (partly)
Mirtazapine (partly)
Olanzapine (partly)
Paracetamol
Perphenazine
Propranolol
Tamoxifen
Theophylline
Verapamil
Warfarin-R (major)
Zotepine Tricyclicstertiary (eg amitriptyline, clomipramine,
desipra-
mine, imipramine)
Levin et al (1996) juga menyatakan merokok juga dapat membantu
mengurangi beberapa efek samping yang berhubungan dengan obat
perilaku
dan
gangguan
psikiatrik.
Neurotransmiter
yang
teori
yang
menyatakan
bahwa
berkurangnya
ketersediaan
untuk
mengurangi
stres
seperti
kesedihan,
berhenti merokok.
Hal ini terlalu sulit bagi orang dengan penyakit mental untuk berhenti
merokok
Fakta: Berhenti merokok akan sulit bagi siapa pun. Hal ini dapat memakan waktu yang lebih lama untuk beberapa orang dengan
masalah kesehatan mental untuk berhenti merokok dan mereka
mungkin membutuhkan dukungan yang lebih intensif tetapi
jumlah obat.
Jika memiliki masalah kesehatan mental, mungkin merokok lebih dari
awal.
Kemungkinan memiliki masalah pernapasan, penyakit jantung, diabetes
dan berbagai jenis kanker (bukan hanya kanker paru-paru).
Anda.
Membuat catatan tentang kapan, di mana dan dengan siapa Anda
merokok. Ini dapat menyoroti waktu dan situasi ketika Anda lebih
mungkin untuk merokok sehingga Anda dapat merencanakan cara untuk
DAFTAR PUSTAKA
NHS. 2004. Smoking and Patients with Mental Health Problem. London: Health
Development Agency.
Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Balai
Pustaka: Jakarta.
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.