Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

POLIOMYELITIS(POLIO)
Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 2 ( Sistem Persarafan)

Dosen Pengampu : Berlian, S.Kep, Ns, M.Kep

Kelompok 4
DisusunOleh :
Adenia Shelli Kurniasty A. (A1R21001)
Dita charina Puspita S. (A1R210)
Diyoni Fama (A1R210)
Fitri Sandyawati Utomo (A1R210)
Fransisco Sandia Prastama (A1R210)
Galih Candra Sakti (A1R210)
Luthfiana Nur Laili (A1R21031)
Muhammad ‘Izza Faizul H (A1R21037)
Windi Assfira Fitri (A1R210)

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN


HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2023
BAB I

A. DEFINISI
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predilek
si pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan a
kibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke t
ubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan me
ngalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralys
is).

Poliomielitis atau polio merupakan penyakit infeksi akut atau sekelompok virus
ultramikroskop yang bersifat neurotrofik yang awalnya menyerang susunan saraf pusat
melalui peredaran darah. penyakit ini menyebabkan kelemahan motoric yang asimetris
dengan adanya gangguan bulbar dan pernapasan dalam korteks.

B. ETIOLOGI

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:


1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi :
7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus

Resiko terjadinya polio, yaitu :

a). Belum mendapatkan imunisasi


b). Berpergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
c). Malnutrisi
d). Stresa tau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik dapat melemahkan
system kekebalan tubuh)
e). Defisiensi imun

C. MANIFESTASI KLINIS

Poliomelitis dapat dibagi menjadi empat yaitu:

1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala kare
na daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. Pada s
uatu epidemi diperkirakan terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunita
s terhadap virus tersebut.
2. Poliomielitis abortif : Diduga secara klinik hanya pada daerah yang terserang epidemi
terutama yang diketahui kontak denga pasien poliomeilitis yang jelas. Diperkirakan te
rdapat 4-8% penduduk pada suatu epidemi . Timbul mendadak berlangsung beberapa
jam sampai beberapa hari. Gejela berupa malaise, anoreksia, nause, muntah nyeri kepala, ny
eri tenggorokan, konstipasi dan nyeri obdemen.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya ny
eri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti p
enyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase 2 dengan ny
eri otot. . Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada bata
ng otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu a
tau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paraly
sis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tu
buh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanp
a gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan ben
tuk bulbar.
d. Bentuk ensefalitik: Dapat disertai dengan gejala delirium, kesadaran menurun,
e. tremor dan kadang- kadang kejang.

D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya virus yang tertelan akan menginfeksi di epitel orofaring, tonsil,
kelenjar limfe pada leher dan usus halus. Faring akan segera terkena setelah virus masuk dan
karena virus tahan terhadap asam lambung maka virus dapat mencapai saluran cerna bagian
bawah tanpa perlu proses in aktivotas. Dari faring setelah bermultiplikasi virus akan
menyebar pada jaringan limfe tonsil yang berlanjut pada aliran limfe dan pembuluh darah.
virus dapat dideteksi pada nasofaring setelah 24 jam sampai 3-4 minggu. Infeksi susunan
saraf pusat dapat terjadi akibat viremia yang menyusul replikasi cepat virus ini. Virus polio
menempel dan berkembang biak pada sel usu yang mengandung PVR (PolioVirus Reseptor)
dalam waktu sekitar 3 jam setelah infeksi telah terjadi kolonisasi. Sel yang mengandung PVR
tidak hanya diusus dan tenggorokan saja akan tetaoi terdapat disel monosit dan sel
neuromotorik di SPP, sekali terjadi perkaitan antara virion dan replikator akan terjadi
integrasi RNA ke dalam virion baru hanya memerlukan waktu 4-5 jam. Sedang virus yang
bereplikasi secara local kemudian menyebar pada monosit dan kelenjar limfe yang terkait.
Perlekatan dan penetrasi virus dapat dihambat oleh secretary IgA local, kejadian neuropati
pada poliomyelitis merupakan akibat langsung dari multiplikasi virus di jaringan saraf, itu
merupakan gejala yang patognomonik namun tidak semua saraf yang terkena akan mati
keadaan reversibilitas fungsi Sebagian disebebkan karena sprouting dan seolah Kembali
seperti sediakala dalam waktu 3-4 minggu setelah onset. Terdapat kelainan perivascular dan
infiltrasi interstisiel sel glia, secara histology pada umumnya kerusakan saraf yang terjadi
luas namun tidak sejalan dengan gejala klinisnya.
Gambaran patologik menunjukkan adanya reaksi peradangan pada system
retikuloendoteal terutama jaringan limfe, kerusakan terjadi pada sel motor neuron karena
virus bersifat sangan neuronotropik, tetaoi tidak menyerang neuroglia, myelin atau pembuluh
darah besar. Terjadi juga peradangan pada sekitar sel yang terinfeksi sehingga kerusakan sel
makin luas. Kerusakan pada sumsum tulang belajang terutama pada anterior horn cell/kornu
anterior, pada otak kerusakan terutama terjadi pada sel motor neuron formasi dari pons dan
medulla, mucleus vestibularis, serebulum sedang lesi pada korteks hanya merusak daerah
motor dan premotor saja. Pada jenis bulbar lesi terutama mengenai medulla yang berisi nuklai
motor dari saraf otak, replikasi pada sel motor neuron di SPP yang akan menyebabkan
kerusakan permanen.
E. PATHWAY
E. KOMPLIKASI

1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis

F. PENATALAKSANAAN
Begitu penyakit mulai timbul, kelumouhan sering kali tidak tertangani lagi karena
ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang biasanya digunakan
untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak. Rasa sakit dapat diatasi dengan
memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat Pda otot-otot
yang sakit
1. Poliomielitis aboratif
 Diberikan analgetic dan sedative
 Diet adekuat
 Istirahat samai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegah aktifitas yang
berlebihan selama 2 bulan, kemudian diperiksa neuroskeletal secara teliti
2. Poliomielitis non paralitik
 Sama seperti aborif
 Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat
selama 15-30 menit, setiap 2-4 jam
3. Poliomielitis paralitik
 Perawatan dirumah sakit
 Istirahat total
 Selama fase akuy kebersihan mulut dijaga
 Fisioterapi
 Akupuntur
 Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomyelitis abortif diatasi dengan istirahat
7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomyelitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sekiti 2 minggu perlu
pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut : analgetic untuk rasa nyeri otot. Local diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang
fooboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai
terhadap tungkai. Pada poliomyelitis tipe bulbar dalam hal ini kepala anak harus ditekan levih
rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut : kontraktur, atropi, dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan
ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Nurarif & Kusuma, yaitu :
a. Pemeriksaan lab :
 Pemeriksaan dara tepi perifer
 Cairan serebrospinal
 Pemeriksaan serologic
 Isolasi virus polio
b. Pemeriksaan radiologi
c. Pemeriksaan MRI, dapat menunjukkan kerusakan didaerah kolumna anterior
d. Pemeriksaan likuor, memberikan gambaran sel dan bahan kimia (kadar gula dan
protein)
e. Pemeriksaan histologic corda spinalis dan batang otak untuk menentukan kerusakan
yang terjadi pada sel neuron.
H. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama pasien, alamat, umur, TTL, pekerjaan, riwayat pendidikan terakhir, agama, nam
a ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan anemia datang ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing, lelah, l
emas, pucat, akral dingin, mual dan muntah, badan terasa letih.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banya
k, sesak napas, depresi, sakit kepala, nyeri mulut dan lidah, kesulitan menelan, gelisah
takikardi, dyspepsia, anoreksia, BB menurun, nyeri kepala, sulit berkonsentrasi, penu
runan penghlihatan, penurunan kesadaran dan aktivitas menurun.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi, riwayat trauma, perdarahan,
riwayat demam tinggi, dan riwayat ISPA.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat anemia dalam keluarga, kanker, jantung, hepatitis, DM, asma, penyakit – pen
yakit infeksi saluran pernafasan.
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum: Tampak lemah atau sakit berat.
b. Kesadaran: Composmentis kooperatif, apatis, somnolen, spoor, coma.
c. Tanda – tanda vital: Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi k
uat sampai lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan singkat.
d. TB dan BB pasien.
e. Kepala: Kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, bentuk rambut, sakit k
epala, pusing.
f. Mata: Kesimetrisan, konjungtiva anemis, kondisi sklera, perdarahan subkonjun
gtiva, pupil isokor/anisokor, refleks cahaya.
g. Hidung: Kesimetrisan, mukosa hidung, fungsi penciuman.
h. Telinga: Kesimetrisan, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
i. Mulut: Kesimetrisan, mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersiha
n gigi, stomatitis.
j. Leher: Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran tir
oid, distensi vena jugularis.
k. Thoraks:
I: Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dipsnea (kesulitan bernapas),
napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani merupajan ma
nifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
P: Taktil premitus simetris
P: Sonor
A: Bunyi napas vesikuler, bunyi napas tambahan.
l. Abdomen: Pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias dibawah normal.
I: Kesimetrisan, diare, muntah, melena atau hematesis.
A: Suara bising usus
P: Terdapat bunyi timpani
P: Pembesaran hepar, nyeri tekan.
m. Genetalia: Pada laki – laki apaah testus turun ke dalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertuntun ke labia mayora.
n. Integumen: Akral, mukosa terlihat pucat dan kering, kulit kering.
o. Ekstremitas: Warna kuku, membran mukosa, nyeri ekstremitas, tonus otot.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutris b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. Ansietas b/d kondisi penyakit
4. Nyeri akut b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Defisit pengetahuan b/d kurag terpapar informasi tentang penyakit yang diderita
J. Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai