Anda di halaman 1dari 17

POLIOMIELITIS setelah infeksi terjadi kolonisasi.

Sel yang mengandung PVR


Poliomielitis merupakan suatu penyakit kelumpuhan antara lain sel di tenggorok , usus halus dan sel motor neuron
syaraf yang bersifat akut yang disebabkan karena virus RNA di susunan syaraf pusat.Virus yang masuk pada saluran
golongan Enterovirus, Famili Picornaviridae, satu subgroup pencernaanakan menempel dan bereplikasi secara lokal
dengan virus Coxsackie dan Echovirus. Ada tiga jenis virus kamudian menyebar kemudian menyebar pada monosit dan
polio yaitu strain 1 (Brunhilde), strain 2 Lansing dan strain 3 kelenjar limfe yang terkait. Perlekatan dan penetrasi bisa
Leon. Strain 1 adalah yang paling paralitogenik dan sering dihambat oleh secretory IgA. Gambaran patologik
menimbulkan wabah sedangkan strain 2 yang paling jinak. menunjukkan adanya reaksi peradangan pada sistem
Tidak ada imunitas silang antar subtipe virus polio. Predileksi retikuloendothelial, terutama pada jaringan limfa usus dan
virus polio pada sel kornu anterior medula spinalis, inti motorik patch dari peyer. Kerusakan yang terjadi mengenai sel motor
batang otak dan area motorik korteks otak, sehingga sususnan syaraf pusat, pada anterior horn madulla spinalis,
menyebabkan kelumpuhan serta atrofi otot. Poliomielitis dapat pada otak kerusakjan terutama terjadi pada sel motor formatio
menimbulkan wabah epidemi dan endemi. Penyakit ini dapat retikularis dari pons dan medulla, nucleus vestibulus,
menyerang 1313 semua usia, namun sebagian besar (50-70%) serebellum. Replikasi pada otak akan menyebabkan kerusakan
menyerang pada anak-anak di bawah usia tiga tahun, pernah yang permanen.
dilaporkan adanya kejadian pada masa neonatal. Penyakit ini Masa inkubasi Poliomielitis berkisar antara 3 -6 hari
sempat menghilang dari Indonesia sejak tahun 2000 namun dan kelumpuhan akan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Replikasi
kembali ditemukan lagi pada tahun 2005. Manusia adalah satu di motor neuron terutama terjadi di sumsum tulang belakang
satunya inang dari virus polio. Penularan tersering terjadi menimbulkan kerusakan sel dan kelumpuhan serta atrofi,
secara infeksi droplet dari orofaring/saliva (jarang) atau tinja sedang virus yang berbiak di batang otak akan meyebabkan
penderita yang infeksius. Faktor yang mempengaruhi kelumpuhan bulbar dan kelumpuhan pernafasan.
penularlan adalah sanitasi dan higiene lingkungan yang buruk. Manifestasi klinis paparan virus polio pada manusia ada
Virus polio ini dapat hidup sampai berbulan–bulan pada suhu 4 bentuk yaitu: 1. Inapparent infection tanpa gejala klinik yang
kamar tahan terhadap alkohol 70%, ether dan mati dengan banyak terjadi (72%), 2. Minor Illness (abortif Poliomielitis)
chlorine, formaldehide dan jika terpapar suhu di atas 50°C dan dengan gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemas,
sinar ultra violet. tidak ada nafsu makan dan sakit pada tenggorokan, gangguan
Virus yang tertelan akan menginfeksi epitel orofaring, gastrointestinal, dan nyeri kepala ringan. Pemeriksaan fisik
tonsil, kelenjar limfe leher dan usus kecil. Infeksi susunan saraf dalam batas normal, pemeriksaan CSS normal dan sembuh
pusat terjadi akibat viremia yang menyusul replikasi cepat dalam waktu 24-72 jam. 3. Non paralitik Poliomielitis
virus ini. Invasi virus ke susunan saraf masih merupakan (meningitis aseptik), ditandai dengan adanya demam tinggi
kontroversial apakah hematogen atau melalui perjalanan saraf. 39,5 °C, sakit kepala, nyeri pada ototr, hiperestesi dan
Virus polio menempel dan berbiak pada sel yang mengandung parestesi, tidak ada nafsu makan, mual, muantah, konstipasi
PVR (Polio virus reseptor) dan dalam waktu sekirar 3 jam atau diare dapat timbul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kaku kuduk, brudzinki dan kernig positif, perubahan refleks klinis. Gejala klinis poliomielitis bulbar berupa gangguan
permukaan dan refleks dalam dimana refkes tersebut mulai menelan dan fonasi, paralisis otot fasialis unilateral atau
menurun. Hasil lumbal pungsi didapatkan adanya kenaikan sel, bilateral, dan terkadang kelumpuhan otot lidah. Bentuk yang
pada permulaan PMN (polimorfonuklear) kemudian berubah paling berat adalah polioensefalitis. Kasus kelumpuhan tipe
menjadi mononuklear, protein normal atau sedikit meningkat ensefalitis (jarang) ditemukan adanya disorientasi, iritabel,
dan kadar glukosa normal. 4. Paralitik Poliomielitis, dimulai mengantuk dan ditemukan kelumpuhan tipe perifer dan syaraf
dengan gejala seperti non paralytik Poliomielitis ditambah kranialis yang terjadi bersamaan. 5. Post polio sindrom adalah
dengan diketemukannya kelumpuhan pada satu atau dua bentuk manifestasi lambat (15-40 tahun) setelah infeksi virus
ekstremitas dan hilangnya refleks superfisial atau refleks polio dengan gejala klinik polio paralitik yang akut. Gejala
tendon dalam (tipe spinal). Pada major illness, gejala klinis yang timbul adalah nyeri otot, paralisis rekuren atau timbul
dimulai dengan demam, kelemahan yang terjadi dalam paralisis baru. Faktor faktor yang mempengaruhi
beberapa jam, nyeri kepala dan muntah. Dalam waktu 24 jam manifestasinklinis infeksi virus polio belum diketahui dengan
terlihat kekakuan pada leher dan punggung. Penderita terlihat pasti namun diduga ada hubungannya dengan virulensi virus
mengantuk, iritabel, dan kecemasan. Onset terjadinya paralisis dan faktor karakteristik tubuh manusianya. Makin tua umur
tiba tiba dan berlangsung dalam beberapa jam dapat melibatkan penderita makin tinggi kejadian paralitik Poliomielitis dan
lebih dari satu ektremitas. Pada kasus yang ringan biasanya makin tinggi angka mortalitasnya. Kehamilan juga
kelumpuhan bersifat asimetris dan anggota gerak bagian bawah meningkatkan resiko terjadinya paralitik poliomielitis.
lebih sering terkena dibanding anggota gerak bagian atas Tosilektomi dapat mengubah inapparent infection menjadi
namun pada kasus yang berat dapat terjadi kuadriplegi dan poliomielitis tipe bulbar. Aktifitas fisik dan trauma selama
kelumpuhan yang bersifat bulber akibat kerusakan pada batang masa preparalitik meningkatkan resiko paralitik,sering terjadi
otak sehingga terjadi insufisiensi pernafasan, 1314 gangguan kelumpuhan pasca kegiatan otot, suseptibilitas genetic
menelan, kelumpuhan pita suara dan kesulitan bicara, saraf frekuensi infeksi akan lebih besar pada penderita dengan HL-
yang terkena adalah saraf V,IX,X,XI dan kemudian VII (tipe A3 dan HL-A7.
bulber), dan tipe bulbo spinal manifestasi klinisnya gabungan Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
kelumpuhan tipe spinal dan bulber. Manifestasi klinis paralisis pemeriksaan penunjang berupa demam, pemeriksaan darah tepi
terbagi dua yaitu spinal dan bulbar. Pada poliomielitis spinal, tidak menunjukkan kelainan yang spesifik atau terjadi
kelemahan bagian proksimal lebih berat dari distal, lebih sering leukositosis dengan predominan PMN pada fase akut. Hasil
mengenai fleksor, asimetris dan pada kasus yang ringan hanya lumbal pungsi didapatkan adanya kenaikan sel, pada permulaan
mengenai beberapa motor unit. Paralisis ekstremitas bawah PMN (polimorfonuklear) kemudian berubah menjadi
lebih sering dari pada ekstremitas atas dan otot tubuh paling mononuklear, protein normal atau sedikit meningkat dan kadar
jarang terkena. Otot mengalami kelumpuhan flaksid, refleks glukosa normal. Pemeriksaan cairan serebrospinal
tendon menghilang, dan atropi terjadi 5-7 hari setelah lumpuh. menunjukkan peningkatan jumlah sel bervariasi 20-300 sel/l,
Derajat kerusakan medula spinalis dapat dibedakan dari gejala pada umumnya dalam 72 jam pertama terjadi dominasi PMN,
selanjutnya dominasi limfosit, penurunan kadar gula, dan menurunkan mortalitas yang disebabkan ganguan respirasi dan
peninggian kadar protein. Pemeriksaan serologi peninggian kardiovaskular. Fungsi respirasi harus dijaga, apalagi bila
titer antibodi 4 x atau lebih antara fase akut dan konvalesens. terjadi kelemahan otot faring, laring ,dan terdapat gangguan
Diagnosis pasti poliomeilitis ditegakkan berdasarkan isolasi menelan sehingga dapat mengakibatkan pneumonia aspirasi.
virus dri feses, faring, urin, ataupun cairan serebrospinal Terapi untuk gangguan respirasi bervariasi tergantung dari
(jarang). Isolasi virus, dilakukan dengan sampel tinja terutama beratnya penyakit. Bila gangguan ringan dapat dilakukan
dalam waktu 2 minggu setelah kelumpuhan. Pengeluaran virus fisioterapi atau jika mungkin postural drainage. Bila kapasitas
terjadi secara intermiten sehingga sampai diambil dua kali vital menurun sampai 30-50%, O2 arteri menurun, atau
dengan selang waktu 24 jam. Sampel dari faring dan cairan respirasi iregular dapat dilakukan trakeostomi dan pemakaian
serebro spinalis kemungkinan positifnya sedikit. Pemeriksaan alat bantu pernafasan. Fisioterapi dimulai pada masa
EMG (Elektro Miografi) untuk membedakan kelumpuhan konvalesens untuk mencegah kontraktur. Braces mungkin
karena kelainan di otot. dapat dipakai untuk mengkompensasi kelemahan otot.
Diagnosa banding adalah Sindroma Guillain barre, Penderita yang selamat dari gangguan pernafasan pada
myelitis transversa akut, polio like paralysis akibat enterovirus fase akut biasanya mempunyai prognosis baik. Dilaporkan
lain, acute progressive myelopati, myasthenia gravis. penyulit poliomielitis yang berupa kelemahan motorik yang
Tata laksana kasus lebih ditekankan pada tindakan progresif yang timbul beberapa tahun atau dekade setelah
suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota infeksi utama. Umumnya, kasus kelemahan otot pada dewasa
gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin, dikeluhkan oleh penderita poliomielitis ringan pada masa anak.
sebaiknya penderita dirawat minimal 7 hari atau sampai Beberapa tahun kemudian otot yang terkena mengalami paresis
penderita melampaui masa akut. Polio abortif memerlukan yang progresif dan fasikulasi.
analgesik atau sedativa, diet yang adekuat dan istirahat sampai Pencegahan terjadinya infeksi virus polio dengan
panas turun, aktifitas minimal selama 2 minggu dan pemberian imunisasi. Terdapat dua macam vaksin yaitu virus
pemeriksaan neuromuskuloskeletal yang teliti setelah 2 bulan. yang in aktif (Salk) dan live attenuated virus (sabin).Ilmu
Polio nonparalitik sama dengan polio abortif, ditambah kesehatan anak : poliomyelitis jurnal fk unair
penggunaan kompres untuk mengurangi spasme otot. Penderita Duchenne muscular dystrophy (DMD) adalah penyakit
polio paralitik harus dirawat di rumah sakit sampai fase akut resesif terkait-X yang mempengaruhi satu dari setiap 3800-
dilewati. Perawatan khusus diperlukan pada penderita dengan 6300 kelahiran laki-laki. 1 Prevalensinya di seluruh dunia
kelumpuhan bulbar atau ensefalitis, sesuai dengan derajat berat adalah sekitar 0,5 per 10.000 populasi pria, 2 yang
penyakitnya. Perawatan fisioterapi dan rehabilitasi diberikan diterjemahkan menjadi 1000 kasus di Spanyol dan 12.500 di
pada masa 1315 konvalesens. Tidak ada pengobatan yang
Uni Eropa, menjadikannya distrofi otot yang paling sering
spesifik, tata laksana ditekankan pada tindakan pencegahan
terjadi pada anak-anak. DMD ditandai oleh kelemahan otot
dengan pemberian Imunisasi. Terapi poliomielitis bersifat
suportif. Tata laksana suportif secara komprehensif akan progresif dengan onset pada anak usia dini, kemudian
berkembang menjadi komplikasi yang menyebabkan pedoman yang jelas untuk memungkinkan deteksi dini dan
kecacatan, ketergantungan, dan kematian dini. tindak lanjut yang memadai dari penyakit.
DMD disebabkan oleh mutasi pada gen dystrophin,
Sebagian besar pasien didiagnosis berusia antara 3 dan 5 yang terletak pada kromosom X. Sebagian besar pasien
tahun. 3 Kelemahan otot berlanjut sampai penggunaan kursi mengalami penataan ulang gen besar yang disebabkan oleh
roda diperlukan sebelum remaja, dengan komplikasi penghapusan ekson (sekitar 60% -65%) atau duplikasi (5%
pernapasan, ortopedi, dan jantung yang muncul secara -15%). Sekitar 20% kasus menunjukkan mutasi kecil, baik
simultan atau sesudahnya. 4 Disfungsi neurokognitif juga mutasi titik yang disebabkan oleh perubahan basis nukleotida
sering terjadi; sementara ini tidak progresif, 5 itu memang tunggal atau penyisipan atau penghapusan satu atau lebih
berdampak pada kapasitas belajar dan kualitas hidup. Dalam nukleotida
beberapa tahun terakhir, manajemen komplikasi yang benar Peningkatan kronis level serum CPK adalah indikasi
dan penggunaan kortikosteroid 8 telah memungkinkan umum penyakit otot. Tiga tes serum yang menunjukkan
kelangsungan hidup diperpanjang hingga dekade ketiga atau peningkatan kadar CPK yang diperoleh satu bulan terpisah
keempat kehidupan. adalah diagnostik distrofi otot. CPK merupakan kebocoran
enzim dari sel otot dan tidak berkorelasi dengan tingkat
DMD disebabkan oleh beberapa mutasi gen dystrophin (DMD, keparahan penyakit. CPK bisa mencapai 50 hingga 300 kali
locus Xp21.2), 14 yang menyebabkan kurangnya protein nilai normal pada tahap awal penyakit. Tingkat cenderung
subkolemmal yang penting untuk stabilitas struktural otot, menurun dengan hilangnya massa otot. Peningkatan fraksi MB
pemicu parah, degenerasi otot progresif. 15 Ada varian CK menghalangi penggunaannya sebagai penanda untuk
militer, seperti Becker muscular dystrophy (BMD), di mana cedera jantung. 282 EMG dapat mendukung diagnosis;
distrofi hanya berkurang dan kemampuan berjalan Namun, bisa sangat sulit dilakukan pada anak-anak. Biopsi
dipertahankan di atas usia 16 tahun; ada juga varian otot, diikuti oleh immunostaining atau analisis Western blot
menengah antara DMD dan BMD, dan varian lebih lanjut untuk distrofi, direkomendasikan untuk pengujian diagnosti
hanya mempengaruhi jantung atau berkembang tanpa atau Mikroskopi optik menunjukkan pola distrofik dengan
sangat sedikit gejala. distorsi arsitektur fasia otot, nekrosis, dan regenerasi serat
otot, serta peningkatan jaringan ikat adiposa endomisial.
Manajemen terapi DMD pada dasarnya bersifat simptomatik, Kekurangan distrofin dikonfirmasi oleh teknik imunohistokimia
berdasarkan serangkaian tindakan yang dilindungi, dengan Tes pertama biasanya amplifikasi probe bergantung-
tujuan meningkatkan fungsionalitas dan kualitas hidup, ligasi multipleks (MLPA) untuk mendeteksi ekson yang terlibat
menunda dan mengobati komplikasi, dan meningkatkan dalam penghapusan dan duplikasi 42 [III, C]. Jika tes
kelangsungan hidup. Oleh karena itu penting untuk membuat menghasilkan hasil positif dan pasien menunjukkan fenotipe
yang kompatibel, diagnosis DMD dapat ditetapkan. Jika Penyakit ini disebabkan oleh mutasi atau homozigot
hasilnya negatif, sekuensing gen dilakukan [III, C] untuk penghapusan gen neuron motorik survival 1 (SMN1), yang
mengidentifikasi mutasi titik atau penghapusan / duplikasi harus terletak di wilayah kromosom telomer 5q13. Penentu
kecil. utama keparahan adalah angka salinan SMN2, sebuah gen
s [IV, U]. 848 yang mirip dengan SMN1 dan terletak di wilayah
sentromerik.3 Perubahan genetik pada gen SMN1 ini
bertanggung jawab untuk pengurangan protein survival motor
neuron (SMN). Itu Gen SMN2 tidak sepenuhnya menggantikan
ketidakhadiran ekspresi SMN1 karena hanya menghasilkan
25% dari SMN protein.Kurangnya protein SMN menyebabkan
degenerasi neuron motor alfa (α) yang terletak di tanduk
ventral sumsum tulang belakang, yang mengarah ke progresif
dan simetris kelemahan otot dan kelumpuhan.

Consensus on the diagnosis, treatment and follow-up of patients with

Duchenne muscular dystrophy

Neurology (Neurología, English Edition)


Volume 34, Issue 7

Neuromuscular Disorders Including Malignant Hyperthermia and

Other Genetic Disorders 


Miller's Anesthesia
Disorders of Neuromuscular Transmission and of Motor Neurons 
 Robert M. Kliegman MD

 , 

Level serum creatine kinase (CK) mungkin normal,   and Karen M. Wilson MD, MPH
tetapi lebih umum adalah sedikit meningkat (hingga 2 hingga
4 kali lipat), tetapi biasanya tidak lebih dari 10 kali dari batas Nelson Textbook of Pediatrics, Chapter 630, 3304-3320.e1
atas normal penanda genetik molekuler dalam darah untuk
penghapusan homozigot pada SMN1
Rontgen dada pada penyakit awal-awal dapat
menunjukkan tulang rusuk yang tipis.
Elektrokardiografi (EKG) dapat berfungsi sebagai alat
sederhana dan praktis pada pasien dengan SMA untuk
menunjukkan tremor dasar sebagai artefak yang mewakili
fibrilasi otot yang lebih menonjol pada timah II (Gambar
630.2).
Hasil studi konduksi saraf motorik adalah normal,
kecuali untuk perlambatan ringan pada tahap akhir penyakit,
fitur penting yang membedakan SMA dari neuropati perifer.
EMG menunjukkan potensi fibrilasi dan tanda-tanda lain dari
denervasi otot. Tidak perlu untuk biopsi otot, yang
menunjukkan pola neurogenik dengan atrofi kelompok dalam
semua bentuk SMA.
Standar emas saat ini adalah penghapusan SMN1
penghapusan / mutasi dan jumlah salinan SMN2, dengan
standar minimal pengujian penghapusan SMN1. Tidak adanya
SMN1 exon 7 (dengan atau tanpa penghapusan exon 8)
mengkonfirmasi diagnosis SMA.
DD Eropa untuk semua jenis pasien SMA. Ini memodifikasi splicing
SMN2 dengan menginduksi peningkatan retensi ekson 7 di SMN2
Untuk anak-anak yang lebih tua dengan dugaan SMA tipe 2 pra-mRNA, yang akhirnya memungkinkan produk protein mirip
dan 3, diagnosa banding meliputi miastenia gravis, berbagai distrofi dengan SMN1
otot, miopati inflamasi, dan berbagai miopati struktural, metabolik,
dan endokrin terapi gen (AVXS-101), untuk menggantikan SMN1 dan
dengan demikian meningkatkan produksi protein SMN full-length.
Polineuropati demielinisasi inflamasi kronis (CIDP) mungkin
meniru SMA karena kelemahan otot proksimal kronis, tetapi refleks
tendon biasanya secara difus tidak ada pada CIDP, sedangkan Disorders of Upper and Lower Motor Neurons 
beberapa dipertahankan di SMA. Bradley's Neurology in Clinical Practice, 98, 1484-1518.e3

TREATMEN

Perawatan andalan saat ini berfokus pada perawatan


suportif termasuk fisioterapi, perawatan pernapasan, dukungan
nutrisi, ortotik, dan intervensi ortopedi. Penyakit Werdnig-Hoffmann
yang khas hampir berakibat fatal pada usia 2 tahun. Namun, karena
beberapa bayi yang terkena bertahan hidup di luar masa bayi dan
hidup sampai masa kanak-kanak, manajemen agresif termasuk
fisioterapi dan terapi pernapasan sangat penting dalam semua
kasus.

1) mempertahankan mobilitas dan kemandirian yang aktif


selama mungkin dan (2) mencegah perkembangan kontraktur dan
kyphoscoliosis. Perangkat apa pun, bahkan papan skuter, harus
dipertimbangkan untuk menjaga mobilitas. Karena semua pasien
selalu menjadi kursi roda terbatas, penggunaan kursi roda bertenaga
listrik diperlukan. Namun, waktu penggunaan kursi roda sangat
penting karena mempercepat perkembangan kontraktur dan
skoliosis. Latihan peregangan pada sendi utama harus menjadi
bagian dari rutinitas harian pasien

SMN-antisense oligonucleotide (ASO), nusinersen, yang


diberikan secara intratekal disetujui oleh FDA AS dan Badan Obat
enyebab pasti ALS Faktor lingkungan
belum diketahui. intoksikasi timah dan
Terdapat merkuri juga diduga
beragam hipot penyebab ALS. Asumsi
esis tentang etiologi ini
yang masih bermula dari tingginya
kontroversial: insiden ALS di pulau
merokok sigaret, diet Guam pada tahun
tinggi lemak 1945. Begitu pula
atau tinggi glutamat, kondisi
berpartisipasi di eksitotoksik asam-
perang asam amino, terutama
Teluk.
5,6
glutamat, sempat Beberapa studi
diduga kuat menunjukkan bahwa
menyebabkan pada
ALS. Hipotesis ini ALS terjadi degenerasi
memerlukan riset neuron motorik akibat
lanjutan, apoptosis, yang dipicu
mengingat beberapa oleh stres oksidatif
paparan lingkungan dan
dapat mengubah disfungsi mitokondria.
genetic programming Disfungsi kemampuan
melalui sel-sel saraf untuk
mekanisme mengendalikan stres
epigenetik. oksidatif
5-7
juga terjadi pada ALS meningkat pada
familial yang neuron-neuron
disebabkan motorik
karena mutasi gen berdegenerasi juga
yang mengkode memicu in amasi
cytosolic mikroglia. Pada ALS
antioxidant enzyme sporadis, terjadi
copper/zinc akumulasi
superoxide proses
dismutase (SOD1). neurodegeneratif yang
5,6
komplek
Neuroin amasi jelas enyebab pasti ALS
berperan pada ALS. belum diketahui.
Sitokin proin amasi Terdapat
yang
beragam hipot merkuri juga diduga
esis tentang etiologi penyebab ALS. Asumsi
yang masih ini
kontroversial: bermula dari tingginya
merokok sigaret, diet insiden ALS di pulau
tinggi lemak Guam pada tahun
atau tinggi glutamat, 1945. Begitu pula
berpartisipasi di kondisi
perang eksitotoksik asam-
Teluk. asam amino, terutama
5,6
glutamat, sempat
Faktor lingkungan diduga kuat
intoksikasi timah dan menyebabkan
ALS. Hipotesis ini ALS terjadi degenerasi
memerlukan riset neuron motorik akibat
lanjutan, apoptosis, yang dipicu
mengingat beberapa oleh stres oksidatif
paparan lingkungan dan
dapat mengubah disfungsi mitokondria.
genetic programming Disfungsi kemampuan
melalui sel-sel saraf untuk
mekanisme mengendalikan stres
epigenetik. oksidatif
5-7
juga terjadi pada ALS
Beberapa studi familial yang
menunjukkan bahwa disebabkan
pada
karena mutasi gen berdegenerasi juga
yang mengkode memicu in amasi
cytosolic mikroglia. Pada ALS
antioxidant enzyme sporadis, terjadi
copper/zinc akumulasi
superoxide proses
dismutase (SOD1). neurodegeneratif yang
5,6
komplek
Neuroin amasi jelas enyebab pasti ALS
berperan pada ALS. belum diketahui.
Sitokin proin amasi Terdapat
yang beragam hipot
meningkat pada esis tentang etiologi
neuron-neuron yang masih
motorik
kontroversial: Guam pada tahun
merokok sigaret, diet 1945. Begitu pula
tinggi lemak kondisi
atau tinggi glutamat, eksitotoksik asam-
berpartisipasi di asam amino, terutama
perang glutamat, sempat
Teluk. diduga kuat
5,6
menyebabkan
Faktor lingkungan ALS. Hipotesis ini
intoksikasi timah dan memerlukan riset
merkuri juga diduga lanjutan,
penyebab ALS. Asumsi mengingat beberapa
ini paparan lingkungan
bermula dari tingginya
insiden ALS di pulau
dapat mengubah disfungsi mitokondria.
genetic programming Disfungsi kemampuan
melalui sel-sel saraf untuk
mekanisme mengendalikan stres
epigenetik. oksidatif
5-7
juga terjadi pada ALS
Beberapa studi familial yang
menunjukkan bahwa disebabkan
pada karena mutasi gen
ALS terjadi degenerasi yang mengkode
neuron motorik akibat cytosolic
apoptosis, yang dipicu antioxidant enzyme
oleh stres oksidatif copper/zinc
dan superoxide
dismutase (SOD1). proses
5,6
neurodegeneratif yang
Neuroin amasi jelas komplek
berperan pada ALS.
Sitokin proin amasi
yang
meningkat pada
neuron-neuron
motorik
berdegenerasi juga
memicu in amasi
mikroglia. Pada ALS
sporadis, terjadi
akumulasi

Anda mungkin juga menyukai