Anda di halaman 1dari 22

POLIO

DI SUSUN OLEH:
NAMA: JUSRIL SINDRING
KELAS: KEPERAWATAN A

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


T/A 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut
(AFP=Acute Flaccid Paralysis). Program eradikasi polio global telah dicanangkan
oleh WHO dengan target dunia bebas polio tahun 2008, sedangkan Indonesia bebas
polio ditargetkan pada tahun 2005. Saat ini Indonesia sebenarnya sudah dapat
dikatakan bebas polio karena sejak tahun 1996 tidak diketemukan lagi virus polio liar
dari kasus kasus AFP yang diambil spesimen fesesnya. Akan tetapi mengingat
kinerja surveilans AFP yang jelek pada tahun 2000 dan 2001 (AFP rate <1/10.000)
(1)dan cakupan imunisasi polio yang juga rendah (<80%) di beberapa daerah seperti
Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua, WHO menyatakan bahwa Indonesia
harus melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang ke IV. Oleh karena itu
Indonesia melaksanakan PIN IV pada bulan September dan Oktober 2002 (2). PIN
dimaksudkan untuk meningkatkan status antibodi anak balita sehingga dapat
memutus sirkulasi virus polio liar di masyarakat. Dengan status antibodi anak yang
tinggi maka herd immunity akan tinggi sehingga sirkulasi virus polio liar akan
terhenti. Masalahnya adalah apakah dengan PIN IV dengan dua kali pemberian
dosis
vaksin polio sudah cukup untuk meningkatkan status antibodi anak pada
taraf yang baik? Banyak faktor yang dapat menghambat pembentukan antibodi anak
antara lain : potensi vaksin, cold-chain, lingkungan tempat tinggal anak dan respon
imun anak sendiri; oleh karena itu perlu diteliti apakah dengan PIN IV status antibodi
anak sudah cukup tinggi untuk menghambat sirkulasi virus polio liar. Hasil penelitian
serologi balita pasca PIN II pada tahun 1998 menunjukkan hasil yang baik yaitu 99%
anak mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus polio. Penelitian tersebut
dilakukan di kota Jayapura Papua dan Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah dan
cakupan PIN II 100%. Cakupan nasional PIN I,II dan III >95 %.(3)
Penelitian ini dilaksanakan di daerah yang belum pernah melakukan
penelitian serologis dan jauh dijangkau yaitu di Makassar dengan cakupan imunisasi
80 %. Dengan dipilihnya daerah tersebut diharapkan dapat diketahui status antibodi
anak menurut lingkungan hidup anak, pengaruh transportasi terhadap cold-chain
dan potensi
vaksin. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi data serologis, di
samping data surveilans AFP dan cakupan imunisasi, untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan PIN V.
2. TUJUAN
Menilai hasil program eradikasi polio dari segi status kekebalan anak terhadap virus
polio untuk menentukan perlu tidaknya PIN dilaksanakan lagi untuk mencapai bebas
polio.
3. MANFAAT
1. Mengetahui status antibodi anak balita terhadap virus polio
2. Mengetahui proporsi anak yang mempunyai antibodi menurut lingkungan
tempat
Tinggal anak dan golongannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KONSEP DASAR TEORI
A. DEFINISI
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan
terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus

B. Anatomi Fisiologi
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong
(neuroglia dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan
terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron
aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral).
Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan
mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang
memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah
melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis
sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial.
Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria
vertebralis dan arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose
membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura
matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005,
Budianto. 2005, Guyton. 1997).
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran
semipermeabel yang memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini,
tetapi menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak
terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan melalui
membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar
daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+
jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan
perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran
plasma karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial
ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007)
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi
perubahan yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+
berdifusi melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut
menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti
oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar +40mV. Potensial
aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec.
Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan
diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai
mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke
potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls
saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi
lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang
ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan
menyebabkan influks ion Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga
menimbulkan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel.

C. ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
Brunhilde
Lansing
Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan
/oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
D. GEJALA KLINIS
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama
sekali.
2. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis
abortif hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai
kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut
pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-
bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen,
tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
2. Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau
tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
3. Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan
bentuk bulbar.
4. Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,
tremor dan kadang kejang.
E. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat
terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.
Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior,
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital,
3. Sereblum terutama inti-inti virmis,

4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubr
5. Talamus dan hipotalamus,
6. Palidum
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

F. Penatalaksanaan Medis
a. Poliomielitis aboratif
Diberikan analgetk dan sedative
Diet adekuat
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah
aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara
teliti.
b. Poliomielitis non paralitik
Sama seperti aborif
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres
hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
c. Poliomielitis paralitik
Perawatan dirumah sakit
Istirahat total
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
Fisioterafi
Akupuntur
Interferon
d. Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi
dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2
minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis
pernapasan.
a. Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang
footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang
sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek
menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini
kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
b. Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan
setelah 2 hari demam hilang.
2. KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
2. Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
a. pemeriksaan fisik
b. Nyeri kepala
c. Paralisis
d. Refleks tendon berkurang
e. Kaku kuduk
f. Brudzinky
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
C. Intervensi
Dx 1 :
1. Pantau pola makan anak
R/Mengetahui intake dan output anak
2. Berikan makanan secara adekuat
R/Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3. Timbang berat badan
R/Mengetahui perkembangan anak
4. Berikan makanan kesukaan anak
R/Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
5. Berikan makanan tapi sering
R/Mempermudah proses pencernaan
Dx 2 :
1. Pantau suhu tubuh
R/Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2. Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres
R/Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3. hindari mengigil
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
R/Dapat membantu mengurangi demam

Dx 3 :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
R/Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas
R/Mengetahui adanya bunyi tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler
R/Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen
R/Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Dx 4 :
1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
R/Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat
membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
2. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum
nyeri.
R/Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
3. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang
diperlukan
4. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Dx 5 :
1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
R/Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program
rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
R/Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
R/Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan
atau meningkatkan mobilitas
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
R/Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk
berjalan.
Dx 6 :
1. Pantau tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat
ansietas(mis.renda,sedang, parah).
R/Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa
menayakan apa
yang dipercaya.
R/Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
R/Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
4. Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan
berjalan lancar”.
R/Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman
atau
kejujuran.
D. IMPLEMENTASI
1. Memantau pola makan anak untuk mengetahui intake dan output anak
2. Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga
output dan intake seimbang
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Menimbang berat badan mengetahui perkembangan anak
5. Memberikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan merangsang
anak untuk makan lebih banyak
6. Memberikan makanan tapi sering mempermudah proses pencernaan
E. EVALUASI
Masalah dikatakan teratasi apabila kebutuhan nutrisi dari kebutuhan dapat terpenuhi
dengan baik/terkontrol.
BAB III
LAPORAN KASUS

Contoh Kasus Poliomielitis :


Anak W berumur 3 tahun dibawa oleh kakaknya ke RS. Kakak pasien
menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dan tungkai
kanan susah digerakkan. Gejala awal demam, kemudian mual-mual dan muntah
disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Kakak pasien
merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak kecil.
Asuhan Keperawatan pada Pasien Poliomyelitis Berdasarkan pola fungsional
gordon.
PENGKAJIAN
1.Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. W
Usia : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : makassar/ Indonesia
Alamat : Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Makassar
Agama : Islam
Tgl MRS : 7/4/2018
Jam MRS : 16.00 WIB
Diagnosa : Poliomyelitis
b. Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Tn. P
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
Hubungan dg klien : ayah klien
2.Riwayat Kesehatan Keperawatan
1. Keluhan Utama : pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kakak pasien menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur
tubuhnya, dengan gejala awal demam (Suhu 38,9 C), kemudian disertai pusing,
hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-).
3. Riwayat Penyakit sebelumnya
Riwayat Tumbuh Kembang anak :
a. Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan
saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan
b. Status Gizi : Baik Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial : Klien
An. W mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman
serta kenyamanan dari orang tua sendiri.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
a. Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. W dalam
merawat klien.
b. Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area
pemukiman kumuh.
c. Kultur dan kepercayaan : -
d. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
e. Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan
2. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11
Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Kakak pasien tampak merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan
vaksin poliosejak kecil, Persepsi keluarga tentang penyakit anaknya itu karena
cobaan Tuhan.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : normal.
Selama sakit : nafsu makan berkurang.
3.Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Kemampuan melakukan ROM √


Kemampuan Mobilitas di tempat √
tidur
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit : sering terbangun.
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif ; -
7. Konsep diri : klien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien
masih berusia 3tahun.
8. Sexual dan Reproduksi : Klien belum berkeluarga
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : Interaksi dengan keluarga, teman, dan lingkungan baik.
Selama sakit : pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga, teman, dan
lingkungan. Aktivitas meningkat, tetapi terganggu.
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : klien belum mampu memaparkan secara tepat keadaan jiwanya
karena klien masih balita, klien dibantu dengan orang tua (ibu) untuk menyelesaikan
masalahnya.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.
Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena keterbatasan
aktivitas akibat nyeri sendi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot
bantupernafasan Suhu 38,9°C
b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan
mengalamikelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
a. laboratorium : pada pemeriksaan sampel fesesditemukan adanya Poliovirus.
Pada pemeriksaan serumditemukan adanya peningkatan antibody.
b. Pemeriksaan radiologi
3.Analisa Data
Nama klien : An. W
Ruang Rawat : Rumah Sakit
Diagnosa medik : Poliomyelitis
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : pasien mengatakan Anoreksia Perubahan nutrisi kurang
lemas, mual muntah. mual muntah dari kebutuhan.
DO : konstipasi
DS : - kakak pasien proses infeksi hipertermi
mengatakan belum pernah
diimunisasi polio
DO : demam, S: 38,9°c,
adanya peningkatan
antibody
DS : kakak pasien Paralysis Gangguan mobilitas fisik
mengatakan badan pasien
lemas disekujur tubuhnya,
tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak mampu berdiri
dan berjalan, letargi
Paralysis
-gangguan mobilitas fisik

4.Diagnosa keperawatan sesuai perioritas


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah d/d
DS : pasien mengatakan lemas, mual muntah.
DO : konstipasi
2. Hipertermi b/d proses infeksi d/d
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah diimunisasi polio
DO : demam, S: 38,9°c, adanya peningkatan antibody
3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis d/d
DS : kakak pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai
kanan sulit digerakkan
DO : tidak mampu berdiri dan berjalan, letargi
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWAT
AN
1 Perubahan kebutuhan nutrisi 1. Kaji pola · Mengetahui intake
nutrisi kurang anak terpenuhi. makan anak dan output anak
dari Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi ·Untuk mencakupi
kebutuhan - Pasien dengan ahli gizi masukan sehingga
tubuh b/d memperlihatkan dalam pemberian output dan intake
anoreksia, peningkatan berat nutrisi seimbang
mual dan badan yang 3. Berikan ·Mencukupi
muntah d/d progresif makanan secara kebutuhan nutrisi
DS : pasien - Nilai laboratorium adekuat dengan seimbang
mengatakan pasien (albumin, 4. Berikan nutrisi · Mengetahui
lemas, mual protein, elektrolit) kalori, perkembangan anak
muntah. menunjukkan nilai protein,vitamin · Menambah
DO : normal dan mineral masukan dan
konstipasi - Mual muntah 5. Timbang berat merangsanganak
berkurang dan badan untuk makan lebih
nafsu makan 6. Berikan banyak
bertambah. makanan · Mempermudah
kesukaan anak proses pencernaan.
7.Berikan
makanan porsi
sedikit tapi sering
2 Hipertermi b/d Tujuan suhu akan · Pantau suhu · Untuk mencegah
proses infeksi kembali normal tubuh kedinginan
d/d dalam waktu 1x 24 · Jangan pernah tubuhyang berlebih
DS : - kakak jam. menggunakan · Dapat
pasien Kriteria hasil : usapan alcohol menyebabkan efek
mengatakan - Suhu normal saat neurotoksi
belum pernah 36,5°C- 37,5°C mandi/kompres. · Mengurangi
diimunisasi -Nadi dan · Hindari penguapan tubuh
polio pernapasan dalam mengigil. - Dapat membantu
DO : demam, rentan normal (N= - Kompres mandi mengurangi demam
S: 38,9°c, < 160x/ menit , RR= hangat durasi 20-
adanya 30-40 x/menit) 30 menit.
peningkatan
antibody
3. Gangguan Tujuan: Dalam 1. Tentukan - Memberikan
mobilitas fisik waktu 3 x 24 jam, aktivitas informasi untuk
b/d paralysis klien mampu 2. Catat dan mengembangkan
d/d melaksanakan terima keadaan rencana
DS : kakak aktivitasfisik sesuai kelemahan(kelela perawatanbagi
pasien dengan han yang ada). program rehabilitasi.
mengatakan kemampuannya.Krit 3. Indetifikasi · Kelelahan yang
badan pasien eria hasil : factor-faktor dialami
lemas - Klien dapat ikut yangmempengar dapatmengindikasik
disekujur serta dalam uhi kemampuan an keadaan anak.
tubuhnya, program latihan. untuk aktif seperti · Memberikan
tungkai kanan - Tidak terjadi pemasukan kesempatan untuk
sulit kontraktur sendi. makananyang memecahkan
digerakkan - Bertambahnya tidak adekuat. masalah untuk
DO : tidak kekuatan otot. 4. Evaluasi mempertahankan
mampu berdiri - Klien menunjukan kemampuan atau
dan berjalan, tindakan untuk untuk melakukan meningkatkanmobilit
letargi meningkatkan mobilisasi secara as.
mobilitas aman · Latihan berjalan
5. Kolaborasi dapat
dengan meningkatkankeam
fisioterapis anan dan efektifan
anak untuk berjalan.

5.Catatan Perkembangan
Hari/ Diagnosa jam Implementasi Hari/ jam evaluasi Ttd/
Tgl keperawat tgl Nam
an a
Juma Perubahan 08.0 1. Mengkaji Sabtu 08.0 S: Lind
t nutrisi 0 pola makan anak 9/6/12 0 keluarga a
8/6/1 kurang dari wib 2. berkolaborasi wib klien
6 kebutuhan dengan ahli gizi mengataka
tubuh b/d dalam pemberian n klien
anoreksia, nutrisi sudah tidak
mual dan 3. memberikan mual
muntah d/d makanan secara muntah
DS : adekuat O : nafsu
pasien 4. memberikan makan
mengataka nutrisi kalori, meningkat
n lemas, protein,vitamin dan A:
mual mineral masalah
muntah. 5. menimbang keperawat
DO: berat badan an teratasi
konstipasi 6. Memberikan P:
makanan lanjutkan
kesukaan anak asuhan
7.Memberikan keperawat
makanan porsi an
sedikit tapi sering
Juma Hipertermi 09.0 · Memantau suhu Jumat 09.0 S : kakak Lind
t b/d proses 0 tubuh 8/6/16 0 pasien a
8/6/1 infeksi d/d wib · Jangan pernah wib mengataka
6 DS : - menggunakan n tidak
kakak usapan alcohol demam
pasien saat lagi,
mengataka mandi/kompres. O : S: 37°c
n belum · Menghindari A:
pernah mengigil masalah
diimunisasi · Mengompres keperawat
polio mandi hangat an tercapai
DO: durasi 20-30 menit. sebagian
demam, S: P:
38,9°c, lanjutkan
adanya asuhan
peningkata keperawat
n antibody an
Juma Gangguan 10.0 1. Menentukan Senin 10.0 S : kakak Laily
t mobilitas 0 aktivitas 11/6/1 0 pasien
8/6/1 fisik b/d 2. Mencatat dan 6 wib mengataka
6 paralysis terima keadaan n pasien
d/d kelemahan(kelelah masih
DS : kakak an yang ada). lemas
pasien 3. Mengindetifikasi O : pasien
mengataka factor-faktor belum
n badan yangmempengaru mampu
pasien hi kemampuan berjalan
lemas untuk aktif seperti A:
disekujur pemasukan masalah
tubuhnya, makananyang keperawat
tungkai tidak adekuat. an belum
kanan sulit 4. Mengevaluasi tercapai
digerakkan kemampuan untuk P:
DO : tidak melakukan lanjutkan
mampu mobilisasi secara asuhan
berdiri dan aman keperawat
berjalan, 5.Kolaborasi an
letargi dengan fisioterapis
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Status antibodi anak setelah PIN IV sudah cukup tinggi (92%) meskipun
masih lebih rendah dari status antibodi anak setelah PIN II.
2. Tidak ada perbedaan antara status antibodi anak yang tinggal di perkotaan
dan pedesaan di Makasar.
3. Makin tua umur anak, antibodinya terhadap ketiga tipe virus polio makin
rendah, dan pada golongan umur 0-1 tahun prosentase anak yang mempunyai
antibodi antara 100%.
DAFTAR PUSTAKA

WHO-SEARO. Poliomyelitis surveillance : weekly report 2001. SEAR


Polio Bulletin.
Dit.Jen P2M & PLP, Dep.Kes. RI. Pekan Imunisasi Nasional 2002.
Materi Informasi dan Advokasi.Dep.Kes.R.I.2002.
Gendrowahyuhono dkk.
Laporan akhir peneltian serologis poliomyelitis
setelah PIN II di daerah terpencil. 1998.
WHO-SEARO. Polio Laboratory Manual. Department of Vaccines and
Biologicals.2001.
Gendrowahyuhono. Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap pembentukan
antibody anak setelah pemberian vaksinasi oral. Maj. Kes. Masy. Indon.
No.4/2000: 214- 8.
Cermin Dunia Kedokteran No. 148, 2005
file:///F:/Poliomielitis.htm
file:///F:/Makalahku%20%20Poliomielitis.htm
file:///F:/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20ANAK%20DENGAN%20POLI
OMYELITIS%20_%20Yusniraharjo%27s%20Blog.htm
file:///F:/Bab%202%20Tinjauan%20Pustaka%20-%20Askep%20Siap.htm
http://pharmacypm2010.blogspot.com/2013/04/pengertian-penyebab-gejala-
pengobatan.html
http://rezisriwahyuniaknur.blogspot.com/2013/04/poliomielitis.html
https://www.google.com/#q=makalah+poliomyelitis+paralitik
http://lisarustiani.blogspot.co.id/2014/01/makalah-askep-polio-contoh-k

Anda mungkin juga menyukai