Anda di halaman 1dari 33

POLIOMYELITIS

Oleh:
Kelompok 7

Putri Madani D (144011825039)


Raden Nadya Diah P (144011825040)
Restu Lestari (144011825041)
Rika Meliyani (144011825042)
Riska (144011825043)
Rizka Widyawati (144011825044)
Selly Oktavia Sari (144011825047)

Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen: Lily Marleni, S.Kep., M.Kes
DEFINISI
Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit
ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf
pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralysis).
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak
dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid
Paralysis).
DEFINISI

Berdasarkan definisi diatas maka dapat di ambil kesimpulan


bahwa Poliomyelitis atau polio adalah penyakit saraf yang
dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus yaitu polio virus (PV) dan sangat
menular, biasanya penyakit ini menyerang anak-anak, tetapi
poliomeylitis dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.
Klasifikasi Virus Poliomyelitis

1)Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)

2)Familia: Picornaviridae

3)Genus: Enterovirus

4)Spesies: Poliovirus
ANATOMI
FISIOLOGI
Virus polio adalah virus
RNA cukup sederhana dari
keluarga Picornaviridae virus.
Struktur virus polio pertama kali
ditemukan pada tahun 1985 adalah
salah satu struktur virus
pertama yang pernah ditemukan.
Lanjutan

ANATOMI FISIOLOGI
1. Genome
Genom polio itu (informasi genetik) yang terkandung pada
untai tunggal RNA (asam ribonukleat).

2. Capsid
Kapsid dari virus polio mengelilingi, memberikan dan
melindungi RNA. Ini terdiri dariprotein dan memiliki
reseptor pada permukaannya yang merasakan sel-sel saraf,
sehingga memungkinkan virus polio untuk mengikat sel-sel
ini.
Lanjutan
ANATOMI FISIOLOGI
3. Reseptor
Reseptor pada virus polio, yang terbuat dari protein, sel
target akal saraf. Virus polio target neuron motorik.

4. Infeksi
Setelah polio telah terikat ke sel saraf target, kapsid terbuka
dan informasi genetik virus dilepaskan ke dalam sel.
Sementara beberapa virus memberikan informasi mereka ke
dalam inti sel, virus polio target ribosom. Ribosom
bertanggung jawab untuk memproduksi protein dalam sel.
Ribosom dari sel yang terinfeksi dengan polio menghasilkan
RNA virus polio baik dan capsids bukan protein untuk sel
inang itu sendiri.
Lanjutan

ANATOMI FISIOLOGI

4. Pembentukan
Dalam sitoplasma, capsids baru terbentuk dan RNA virus
polio bergabung bersama untuk membentuk virion baru. Sel
kemudian mengalami lisis (melanggar terbuka), dan
partikel-partikel virus baru yang dirilis, terjadi untuk
menginfeksi sel inang lainnya.
ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus,
dibagi tiga yaitu :
1. Brunhilde (virus Tipe 1)
2. Lansing (virus Tipe 2)
3. Leon (virus Tipe 3)

Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang


filtrabel, infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut
yang dapat dibuktikan dengan ditemukan 3 macam zat anti
dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas
biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan
oleh tipe 3, kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik.
PATOFLOW
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari poliomyelitis dibagi empat bagian yaitu:

1. Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena
daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik
sama sekali.

2. Poliomielitis Abortif
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri
abdomen.
Lanjutan

MANIFESTASI KLINIS

4. Poliomielitis Non Paralitik


Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2
minggu).
Demam sedang,Sakit kepala, Kaku kuduk, Muntah, Diare,
Kelelahan yang luar biasa, Rewel, Nyeri atau (kaku punggung,
lengan, tungkai, perut), Kejang dan nyeri otot, Nyeri leher
(Nyeri leher bagian depan), Nyeri punggung, Nyeri tungkai
(otot betis), Ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri,
dan Kekakuan otot.
MANIFESTASI KLINIS
Lanjutan

5.Poliomielitis Paralitik
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1)Bentuk spinal. (Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot
leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas).
2)Bentuk bulbar. (Gangguan motorik satu atau lebih syaraf
otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni
pernapasan dan sirkulasi.)
3)Bentuk bulbospinal. (Didapatkan gejala campuran antara
bentuk spinal dan bentuk bulbar.)
4)Kadang ensepalitik. (Dapat disertai gejala delirium,
kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang)
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain:

a) Melena a) Pemendakan anggota gerak

b) Dilatasi lambung akut bawah

c) Hipertensi ringan b) Skoliosis

d) Ulkus dekubitus dan emboli paru c) Kelainan telapak kaki

e) Hiperkalsuria d) Pneumonia

f) Kontraktur sendi e) psikosis


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a) pemeriksaan darah
b) Viral isolation
c) Uji serology
d) Cerebrospinal fluid (csf)
2. Pemeriksaan Radiology
3. Pemeriksaan kadar gula dan protein
4. Pemeriksaan histologik cord
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis

1.Poliomielitis abortif
a. Diberikan analgetik dan sedatif
b. Diet adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari
2.Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti abortif
b. Selain diberi analgetik dan sedatif dapat dikomendasikan
dengan kompres hangat selama 15-30 menit,setiap 2-4
jam.
Lanjutan

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis

3.Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterapi
e. Akupuntur
f. Interferon
PENATALAKSANAAN
Lanjutan

Penatalaksanaan Keperawatan
Tidak ada pengobatan spesisfik terhadapa polyomielitis
1) Inpeksi tanpa gejala : istirahat total
2) Infeksi abortif
Istirahata sampai beberapa hari setelah temperature normal . kalau
perlu dapat di berikan analgetik , sedatif . Jangan melakukan aktivitas
selama 2 minggu
3) Non Paralitik
Sama dengan tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif bila
diberikan bersamaan dengan pembalut hangat selama 15-30 menit
setiap 2-4 jam dan kadang mandi air panas juga depat membantu .
Sebaiknya diberikan foot board , papan penahan pada telapak kaki ,
yaitu agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai .
Fisioterapi dilakukan 3-4 hari setelah demam hilang
Lanjutan

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Keperawatan
4) Paralitik
Harus dirawat di rumah sakit karena sewaktu-waktu dapat
terjadi paralisis pernafasan , dan untuk ini harus diberikan
pernafasan mekanis . Bila rasa sakit telah hilang dapat
dilakukan fisioterapi pasif dengan menggerakan kaki/tangan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POLIOMYELITIS

1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatn
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Data-data tersebut harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di
gunakan dalam terhadap berikutnya. Misalnya Nama Klien, No. RM,
Tempat Tanggal Lahir, Umur, Agama, Pendidikan, Alamat, Jenis Kelamin,
Penanggung Jawab.

b. Riwayat kesehatan
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Riwayat Penyakit Terdahulu
• Riwayat Penyakit Keluarga.
• Riwayat Antenatal
• Riwayat Natal
• Riwayat Neonatal
• Riwayat Gizi
• Riwayat Psikososial
• Riwayat Tumbuh Kembang
Lanjutan
1. Pengkajian Keperawatan

c. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
• Sistem Pernafasan
• Sistem Kardiovaskuler
• Sistem Muskuloskeletal

d. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
pada pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya Poliovirus.
Pada pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan
antibody.
• Pemeriksaan radiologi
2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang


syaraf.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan paralysis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan paralysis otot.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
6. Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
Dx DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri b.d proses infeksi Setelah dilakukan asuhan - Kaji tanda-tanda nyeri:

yang menyerang syaraf keperawatan selama 3x24 jam, lokasi, durasi, intensitas

diharapkan klien mampu nyeri dengan meng-

melakukan mengontrol nyeri, gunakan skala nyeri (0-

dengan kriteria hasil: 10)

- Menjelaskan factor penyebab - Mempertahankan

nyeri immobilisasi (back slab)

- Mengikuti pengobatan yang - Kaji factor-faktor

diberikan penyebab terjadinya nyeri


3. Intervensi Keperawatan
Lanjutan

Dx DIAGNOSA NOC NIC

2 Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan asuhan - Tentukan aktivitas yang akan

paralys keperawatan selama 3x24 jam, diberikan

diharapkan klien mampu melakukan - Catat dan terima keadaan

aktivitas lain sebagai pengganti kelemahan(kelelahan yang

pergerakan, menjaga kestabilan ada).

postur, dengan kriteria hasil: - Identifikasi factor-faktor yang

- Klien dapat ikut serta dalam mempengaruhi kemampuan

program latihan. untuk aktif

- Dapat meminimalisir tremor - Evaluasi kemampuan untuk

dalam melakukan pergerakan. melakukan mobilisasi


3. Intervensi Keperawatan Lanjutan

Dx DIAGNOSA NOC NIC

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan - Kaji pola makan anak

nutrisi dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam, - Awasi mual dan muntah

tubuh b.d anoreksia, diharapkan perubahan nutrisi - Awasi preferensi dan pilihan

mual dan muntah membaik, dengan kriteria hasil: makanan

- Mual muntah berkurang dan - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam

nafsu makan bertambah. pemberian nutrisi

- Intake output adekuat - Berikan nutrisi kalori,

- Pasien memperlihatkan protein,vitamin dan mineral

peningkatan berat badan yang - Timbang berat badan

progresif - Berikan makanan porsi sedikit


3. Intervensi Keperawatan
Lanjutan

DX DIAGNOSA NOC NIC

4. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan - Monitor vital sign dan pola

nafas b.d paralysis otot. keperawatan selama 3x24 jam, napas

diharapkan klien menunjukkan - Auskultasi bunyi nafas.

keefektifan pola napas, dengan - Tinggikan kepala tempat

Kriteria Hasil: tidur, letakkan pada posisi

- Tidak ada dyspneu duduk tinggi atau semi

- Menunjukkan jalan napas yang fowler.

paten (klien tidak merasa tercekik, - Pertahankan jalan napas

irama napas, frekuensi pernapasan yang paten

dalam rentang normal, tidak ada - Berikan tambahan oksigen.


3. Intervensi Keperawatan
Lanjutan

DX DIAGNOSA NOC NIC

5 Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan asuhan - Pantau suhu tubuh

infeksi. keperawatan selama 3x24 jam, - Jangan pernah

diharapkan suhu tubuh klien akan menggunakan usapan

kembali normal dengan alcohol saat

Kriteria hasil : mandi/kompres.

- Suhu normal 36,5°C- 37,5°C - Hindari mengigil.

- Nadi dan pernapasan dalam - Kompres mandi hangat

rentan normal (N= < 160x/ durasi 20-30 menit.

menit , RR= 30-40 x/menit)


3. Intervensi Keperawatan
Lanjutan

DX DIAGNOSA NOC NIC

6 Ansietas b.d penurunan Setelah dilakukan asuhan - Kaji tingkat realita bahaya bagi

status kesehatan keperawatan selama 3x24 jam, anak dan keluarga tingkat

diharapkan ansietas klien ansietas (mis.rendah, sedang,

berkurang. parah).

Dengan Kriteria Hasil: - Nyatakan retalita dan situasi

- Perasaan gelisah dari skala 2 seperti apa yang dilihat

(cukup berat) ditingkatkan keluarga tanpa menayakan apa

menjadi skala 4 (ringan) yang dipercaya.

- Gangguan tidur dari skala 2 - Sediakan informasi yang


3. Intervensi Keperawatan
Lanjutan

DX DIAGNOSA NOC NIC

6.
- Menunjukkan proses pikir yang ─ Hindari harapan - harapan

terorganisir dari skala 2 (banyak kosong mis: Pertanyaan

terganggu) ditingkatkan menjadi seperti “ Semua akan berjalan

skala 4 (sedikit terganggu) lancar”

- Informasi di berikan tentang

perjalanan penyakit dari skala 2

(agak puas) ditingkatkan

menjadi skala 4 (sangat puas)


4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan


yang telah di rencanakan, mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan
atas petunjuk kesehatan lainya. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan Poliomyelitis adalah sebagai
berikut:
a. Nyeri hilang
b. Tidak terjadi gangguan mobilitas fisik
c. Suhu tubuh normal
d. Tdak terjadi infeksi
e. Perfusi jaringan efektif
f. Nutrisi seimbang
Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan Poliomyelitie dan
apabila dari poin satu sampai dengan poin 6 tersebut sudah tercapai oleh
seorang pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut sudah
sehat dan dapat meninggalkan rumah sakit
Terima
Terima Kasih
Kasih

Anda mungkin juga menyukai