Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA

Diajukan untuk Memenuhui Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Genotik

Dosen :

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. (144011825002)
2. (1440118250)
3. (1440118250)
4. (1440118250)
5. (1440118250)
6. (1440118250)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEMESTER IV

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT karena atas rahmat dan karunianya
makalah ini telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Keberhasilan kami
dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai
pihak.

Untuk itu kami menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantuterselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaandan masih banyak kekurangan yang masih perlu di perbaiki,untuk
itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palembang, November 2020

Kelompok 4
PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA

BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang
sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

Pengertian
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi
kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian
dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).

Klasifikasi
Menurut Tarwoto (2004), macam-macam personal hygiene antara lain:

Perawatan kulit kepala dan rambut


Perawatan mata
Perawatan hidung
Perawatan telinga
Perawatan kuku kaki dan tangan
Perawatan genetalia
Perawatan kulit seruruh tubuh
Perawatan tubuh secara keseluruhan
Menurut Effendy (1997), jenis kebersihan diri antara lain:
1. Kebersihan rambut
2. Kebersihan gigi dan mulut
3. Kebersihan mata
4. Kebersihan telinga
5. Kebersihan kuku
6. Kebersihan kulit

Tujuan

Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


Memelihara kebersihan diri seseorang
Memperbaiki personal hyiene yang kurang
Mencagah penyakit
Meningkatkan rasa percaya diri
Menciptakan keindahan

Faktor – factor yang dapat mempengaruhi

Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya,
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2.       Praktik sosial


Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola Personal Hygiene.

3.       Status sosioekonomi


Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo,
alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4.       Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

5.       Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6.       Kebiasaan seseorang


Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya
seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7.       Kondisi fisik


Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.

Dampank yang sering timbul


Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku.

2.       Dampak Psikososial


Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.

B. PERSONAL HYGIENE Pada lansia

Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan
sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan
kebershan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi,
kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur
dan posisi tidur (Nugror, 1995).

Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:


1.     Mereka yang masih aktif
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan
sehari – hari dapat terenuhi.
2.     Mereka yang pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit atau
lumpuh.

Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara lain:
1.     Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan kelenjar
kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia
sebaiknya diolesi baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia untuk
menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian
khusus, dibersihkan dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu
direndam dalam air hangat yang telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes
selama 5 – 10 menit, setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih
mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di bawah air mengalir untuk
mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan dalam mencuci
rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan
kulit, rambut orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi
conditioner. Setelah selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia tidak
kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku jangan
terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.
5. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus lunak,
harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena
cenderung para lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan
piyama tipis jangan pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur pada
jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal
antara lain:
·       Penglihatan menjadi ganda
·       Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
·       Sakit pada mata
·       Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek
·       Mata yang kemerahan
·       Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan ruang
tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperature
secara tiba – tiba harus dihindarkan.

Bagi mereka yang pasif


Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu tetap
diperhatikan, yaitu:
1.     Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek
2.     Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan
menghindarkan pegal – pegal serta atrofi otot
3.     Letak tidur diatur antara lain:
·       Letak guling dibawah lutut
·       Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada tumit dan
bokong
·       Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri
·       Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi sandaran
atau papah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:
1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan dengan
pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa, memecahkan
masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comperehension), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan
evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga
kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998).
2. Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal
ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa disebabkan karena
Demensia di mana lansia mengalami kemunduran daya ingat dan hal ini dapat
mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk
mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun tidur, mandi berpakaian dan seterusnya.
3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan
keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup
keluarga.
4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene. Seorang
dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri yang berbeda.
Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan
perawatan diri (Potter dan Ferry, 2005).
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan berpengaruh terhadap
kemampuan untuk meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan
meningkatkan kesejahteraan (Potter dan Ferry, 2005).
6. Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal
hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart
& Sundeen, 1999 dalam Setiadi 2005).
7. Faktor Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap anggotanya begitu juga status
kesehatan dari setiap individu mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan
kemampuan untuk mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya
melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung untuk merasa positif
mengenai diri mereka sendiri dan keluarga mereka (Potter dan Ferry, 2005).

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual dan
motorik, keleamahan otot
Intervensi :
·       Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau tidak
disukai klien.
·       Ciptakan lingkungan nyaman untuk makan yang tidak memgganggu
·       Pertahankan suhu makanan yang konstan ( makanan panas, dingin)
·       Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan dan
kemampuan untuk makan sendiri
·       Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
·       Dorong klien untuk menggunakan gigi palsu dan kacamata
·       Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan ketidakmampuan
fisiknya (terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)
·       Berikan kontak sosial selama makan
·       Untuk kekurang-kurangan yang nampak
-     Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu
memmbedakan artikel (misal baki merah, piring putih )
-     Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel makan
sesuai dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola makan yang
menyerupai jam); catat pada rencana pengaturan perawatan yang digunakan
(misal, daging jam 6, kentang jam 9, sayur - sayur jam 12)
-     Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan roti,
daging, buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian
·       Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu adaptif
yang diperlukan
-     Perlindungan piringu ntuk menghindari terdorongnya makanan keluar dari
piring
-     Alat bantu hisap dibawah piring atau mangkok untuk menstabilkan
-     Ganggang bantalan pada alat makanan untuk meamanan memegang
-     Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat makan
-     Cangkir minuman khusus
-     Pisau atau alat pemotong
·       Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan bumbu, alat
pemotong daging, roti, mentega
·       Untuk klien dengan kekurangan kognitif
-     Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan dan tidak
mudah mengalihkan perhatian dari tugas
-     Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari perlengkapan
untuk makan
-     Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan, secara
fisik klien dapat makan
-     Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada terhadap
kelemahan, frustasi, atau agitasi

·       Untuk individu atau klien yang sangat ketakutan akan keracunan
-     Biarkan klien untuk membuka makanan kaleng
-     Makan satu potong roti dulu
-     Pastikan mendapatkan gaya makanan keluarga
·       Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan tujuan
seluruh intervensi

2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan kemampuan


visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
·       Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
·       Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai klien
·       Berikan privasi selama mandi rutin
·       Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai
·       Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)
·       Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau pancuran,
tergantung pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di RS dalam
persiapan pulang ke rumah)
·       Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan
-     Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak mandi
atau pancuran
-     Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau ekstremitas
bawah
-     Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk mobilisasi
-     Papan mandi untuk pindah kekursi
-     Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak mandi atau
pancuran
-     Sarung tangan pencuci dengan kantong untuk sabun
-     Sikat gigi yang sudah teradaptasi
-     Alat pencukur
-     Pemegang semprotan pancuran
·       Untuk individu dengan kemunduran kognitif:
-     Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu program
struktur untuk membantu menurukan ansietas
-     Pertahankan intruksi sederhana dan hindari pengalihan, orientasi tujuan adanya
perlengkapan mandi
-     Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan klien
memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan benar, berikan
umpan balik positif terhadap keberhasilan
-     Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman
melaksanakan tugas yang tidak dibantu
-     Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan yang dapat
meningkatkan ansietas
·       Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan jika ada
berbagai kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau pelayanaan sosial untuk
membantu dalam mendapatkan pelengkapan yang dibutuhkan

3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan


kemampuan visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
·       Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau alat bantu
pendengaran
·       Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters menerus
dan tidak dibantu
·       Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana pendek serta
bukan bagian depan
·       Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan pakaian,
sejak tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami kerusakan
·       Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian dari
aktivitas sebelum berkembang lebih lanjut
·       Susun pakaian dalam urutan dimana mereka menggunakannya
·       Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya beberapa
bantuan yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik ritsleting, kancing,
sendok sepatu yang panjang, pengikat sepatu yang elastis
·       Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa daripada
pakaian malam
·       Berikan privasi selama menggunakan pakaian rutin
·       Untuk individual dengan kemunduran kognitif
-     Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian untuk
memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas
-     Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan sering,
hindari pengalihan
-     Perkenalkan satu aksesoris pakaian pada suatu waktu
-     Dorong perhatian terhadap tugas, waspada terhadp kelelahan dimana dapat
meningkatkan ansietas
·       Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap instruksi dan
rasional diatas
Makalah Gerontik Gangguan Personal Hygiene pada Lansia

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi
oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang
terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Dimana secara alamiah
tingkat perkembangan kehidupan terdiri dari tiga tahapan yaitu, anak, dewasa,
dan tua.
Menua  atau  menjadi  tua  adalah  suatu  keadaaan  yang  terjadi didalam 
kehidupan  manusia.  Proses  menua  merupakan  proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai  sejak 
permulaan  kehidupan.  Menjadi  tua  merupakan  proses alamiah,  yang 
berarti  seseorang  telah  melalui  tiga  tahap kehidupannya,  yaitu  anak, 
dewasa  dan  tua.  Tiga  tahap  ini  berbeda, baik  secara  biologis  maupun 
psikologis.  Memasuki  usia  tua  berarti mengalami  kemunduran,  misalnya 
kemunduran  fisik  yang  ditandai dengan  kulit  yang  mengendur,  rambut 
memutih,  gigi  mulai  ompong, pendengaran  kurang  jelas,  pengelihatan 
semakin  memburuk,  gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2006).
Sedangkan menurut UU No 4 tahun 1945 seseorang yang mencapai umur
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain disebut dengan lansia. Seiring
bertambahnya usia, kerentanan lansia terhadap penyakit kronis dan penyakit
yang mengancam nyawa serta infeksi akut meningkat, dan menurunnya
kekebalan tubuh memperburuk kondisi kesehatan para lansia. Kanker,
penyakit jantung, diabetes, infeksi dan kesehatan mulut yang buruk, terutama
kehilangan gigi dan kondisi periodontal yang parah, lebih banyak terjadi di
kelompok usia ini (Gateaway, 2013). 
Dipandang dari sudut sosial, lansia dengan personal hygiene yang baik
lebih dapat diterima di masyarakat dibandingkan dengan lansia yang memiliki
personal hygiene yang kurang baik. Lansia dengan personal hygiene yang
baikpun menurunkan resiko untuk terjadi penyakit infeksi. Kebutuhan akan
personal hygiene harus menjadi prioritas utama bagi lansia, karena dengan
personal hygiene yang baik maka lansia memiliki resiko yang rendah untuk
mengalami penyakit infeksi(Gateaway, 2013).
Upaya pemeliharaan personal hygiene meliputi kebersihan rambut, mata,
telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, dan membersihkan gaun. Dalam upaya untuk
menjaga personal hygiene ini, pengetahuan keluarga tentang pentingnya
personal hygiene sangat diperlukan. Tindakan seseorang dapat dibentuk
dengan pengetahuan atau kognitif, sehingga kognitif atau pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting. 

1.2  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

a.     Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.


b.    Untuk mengetahui tentang personal hygiene.
c.     Untuk mengetahui tentang gangguan – gangguan personal hygiene pada lansia.

1.3  Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini diharapkan Mahasiswa di Jurusan
Keperawatan mendapat informasi tentang gangguan – gangguan personal
hygiene pada lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Tinjauan Teoritis Personal Hygiene


A.  Pengertian

Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk


memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada
orang sehat maupu pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk
peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari
pertahanan melawan infeksi Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau
membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah
tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006).

B.     Macam-macam Personal Hygiene


1.      Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali tergantung
dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan
rambut sehari-sehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-
cara dasar hygienis untuk semua usia. Pertumbuhan, distribusi pola
rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan
hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan
penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik
rambut. Rambut normal adalah bersih, bercahaya, dan tidak Kusut,
untuk kulit kepala harus bebas dari lesi kehilangan disebabkan karena
praktik perawatan yang tidak tepat atau penggunaan medikasi
kemoterapi. Potter dan Perri (2005), menjelaskan mengenai masalah
rambut dan kulit kepala yang sering terjadi yaitu:
1.      Ketombe
Kelepasan kulit kepala di sertai gatal pada kasus berat.
Ketombe dapat di temukan di alis.
a.       Implikasi
Ketombe menyebabkan seseorang menjadi malu jika
ketombe masuk masuk mata berkembang menjadi
konjungivitis
b.      Intervensi
Bersampo secara teratur dengan sampo yang bermedikasi.
Pada kasus berat, mintalah saran dokter
2.      Pediculosis (kutu)
Parasit abu-coklat. Kecil menggali liang ke dalam  kulit dan
mengisap darah
a.       Implikasi
Kutu memindakan beberapa penyakitnya pada manusia.
Penyakit yang paling umum  adalah demam berbintik
“rocky mountain” , tularemia, dan “limy”
b.      Jangan menarik kutu dari kulit karena alat penghisap akan
tertinggal  dan dapat terinfeksi. Mematikan kutu dengan
pemberian setetes minyak atau eter pada kutu atau tutupi
kutu dengan jeli petroianum untuk memudahkan
pengangkatan
3.      Pediculosis capitis (kutu kepala)
Parasit ditemukan pada kulit kepala yang menempel pada helai
rambut. Telur terlihat seperti [artikel oval mirip ketombe.
Gigitan ataupustula dapat di obsrefasikan  dibelakang telinga
atau pada garis pertumbuhan rambut
a.       Implikasi
Kutu rambut sulit untuk dipindahkan dan dapat menyebar
ke peralatan dan orang lain jika tidak di obati.
b.      Intervensi
Bersampo dengan sampo kwell dan ulangi 12-24 jam
setelahnya. Ganti linen tempat tidur. Cuci linen ke dalam
air panas untuk membunu kutu.
4.      Pediculosis corporis (kutu badan)
Parasit yang melekat pada pakaian sehinnga tidak mudah
terlihat. Kutu darah akan menghisap darah dan meninggalkan
telur pada pakaian dan badan
a.       Implikasi
Klien gatal terus menerus, goresan terlihat pada kulit dapat
terindeksi. Bintik hemorogik dapat terlihat  pada kulit
dimana kutu menghisap darah.
b.      Intervensi
Mandi keseluruan setelah kulit kering, gunakan lotion
kwell. Setelah 12-24 jam , mandi lagi. Bungkus pakaian
atau linen yang  terdapat kutu tersebut sampai di cuci dalam
air panas. Bersihkan keseluruan dan buang kantong setelah
selesai.
5.      Pediculosis pubis (kuku kepiting)
Parasit di temukan pada ranbut pubis. Kutu kepiting berwarna
putih-keabuan dan  kaki berwarna merah
a.       Implikasi
Kutu dapat  menyebar melalui liner tempat tidur pakaian,
atau pakaian atau diantara orang melalui kontak seksual

b.      Intervensi
Cukur rambut pada daeraht yang terinfeksi. Intervensi
pembersian seperti  pada interfensi untuk kutu badan. Jika
kutu ditransmisi melalui kontak seksual beritahula
pasangan
6.      Kehilangan rambut (alopesia)
Alopasia terjadi pada semua ras. Bidang pembotakan terlihat
pada bagian perifer garis rambut. Rambut menjadi rapuh  dan
patah, kondisi ini di sebabkan  pengguna pengeriting rambut,
produk rambut, pengikat rambut ketat dan menggunakan sisir 
panas
a.       Implikasi
Bidang-bidang pertumbuhan  dan kehilangan rambut yang
tidak merata  mengubah penampilan klien
b.      Interverensi
Hentikan praktik perawatan rambut yuang merusak  rambut
2.      Perawatan Mata, Telinga dan Hidung
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, telinga dan
hidung secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan
untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan
kelopak mata, dan bulu mata mencegah partikel asing. Seseorang
hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang terkumpul
kepada kantus sebelah, dalam bulu mata hygiene telinga mempunyai
implikasi ketajaman pendengaran sebasea lilin atau benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar yang mengganggu konduksi suara.
Khususnya pada lansia rentan masalah. Hidung memberikan
temperatur dan kelembaban udara yang pernafasan dihirup serta
mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem kumulasi sekresi
yang mengeras di dalam nares dapat merusak sensasi olfaktori dan
pernafasan (Potter dan Perry, 2005).

3.      Perawatan Kulit


Kondisi kulit tergantung pada praktek hygiene dan paparan iritan
lingkungan, sejalan dengan usia, kulit kehilangan layak kenyal dan
kelembaban, pada kelenjar sebasea dan keringat menjadi kurang aktif.
Epitalium menipis dan serabut kolagen elastik, menyusut sehingga
kulit mudah pecah. Perubahan ini merupakan peringatan ketika
bergerak dan mengatur posisi pada lansia. Khas kulit lansia adalah
kering dan berkerut, masalah kulit yang umum yaitu kulit kering,
jerawat, hirsutisme dan suam. Kulit tujuan dari membersihkan kulit
dengan mandi yaitu; membersihkan kulit, stimulasi sirkulasi, citra diri,
pengurangan bau badan dan peningkatan rentang gerak. Tipe mandi
yang terapeutik terdiri dari mandi bak mandi air panas, mandi bak air
hangat, mandi bak air dingin, berendam dan rendam duduk (Potter dan
Perry, 2005).
4.      Perawatan Kaki, Tangan dan Kuku
Kaki dan kuku sering kali memerlukan perawatan khusus untuk
mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Perawatan dapat
digabungkan pada saat mandi atau pada waktu yang terpisah. Masalah
yang timbul bukan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap
kaki dan tangan seperti menggigit kuku atau memotong yang tidak
tepat. Pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam dan pemakaian
sepatu yang tidak pas. Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stres
fisik dan emosional (Potter dan Perry, 2005).

C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia
adalah :
1.      Faktor Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, pengetahuan tersebut dapat
bersifat intelektual (cara berpikir, berabstrak, analisa, memecahkan
masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comperehension), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Individu
dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu
menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan
sakit.
2.      Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan
penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan
timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia
bisa disebabkan karena Demensia di mana lansia mengalami
kemunduran daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL
(Activity of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk
mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun tidur, mandi
berpakaian dan seterusnya.
3.      Faktor Ekonomi
Besar pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4.      Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda
memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan
perawatan diri (Potter dan Ferry, 2005).

5.      Faktor Lingkungan


Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan
meningkatkan kesejahteraan (Potter dan Ferry, 2005)
6.      Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999
dalam Setiadi 2005)
7.      Faktor Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap
anggotanya begitu juga status kesehatan dari setiap individu
mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk
mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya
melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung
untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga
mereka (Potter dan Ferry, 2005).

D.    Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1.      Fisik
Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan
kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi.
2.      Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, Menarik diri, isolasi diri, Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3.      Sosial
Interaksi kurang,Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma, Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.2    Gangguan Personal Hyigene pada Lansia


Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan
perawatan sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia
terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal
Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan
posisi tidur (Nugror, 1995).
Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:
1.         Mereka yang masih aktif

Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain


sehingga kebutuhan sehari – hari dapat terenuhi.

2.    Mereka yang pasif

Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain,


seperti sakit atau lumpuh.

A.  Perawatan Lansia Aktif

Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara
lain:

1.    Mandi

Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini
disebabkan kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang
bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi baby oil
terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
2.    Kebersihan mulut

  Kebersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para
lansia untuk menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi
palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan dengan sabun dan
sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat
yang telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10
menit, setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih
mulut tersebut.

3.    Perawatan rambut

Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan


dalam mencuci rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau
ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut orang lansia juga
kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner.
Setelah selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia
tidak kedinginan.

4.    Perawatan kuku

            Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting
kuku jangan terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada
orang tua lebih sulit sembuh.

5.    Pakaian

Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar


pakainan harus lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian
lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para lansia tidak peduli
lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.

6.    Mata

Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil


terlihat kabur pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan
terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:

a.         Penglihatan menjadi ganda


b.         Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
c.         Sakit pada mata
d.        Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek
e.         Mata yang kemerahan
f.          Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas
7.    Lingkungan

 Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah


kelembapan ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan
memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba – tiba harus
dihindarkan.

B.  Perawatan Lansia Pasif

Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat


tidur perlu tetap diperhatikan, yaitu:

1.    Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek


2.    Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap
aktif dan menghindarkan pegal – pegal serta atrofi otot
3.    Letak tidur diatur antara lain :
a.    Letak guling dibawah lutut.
b.    Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet
pada tumit dan bokong.
c.    Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri.
d.   Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur
diberi sandaran atau papah.

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Perawatan personal hygiene adalah perawatan pada kebersihan diri


seseorang. Disini, perawat berkewajiban untuk membantu pasien yang tidak
atau yang kurang mampu merawat personal hygienenya sendiri, dengan cara
menyediakan alat dan bahan atau bahkan membantunya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas perawatan diri adalah: faktor
yang ditentukan oleh keadaan masa lalu, situasi lingkungan, lingkungan
dimana kita tinggal serta faktor-faktor pribadi. Lansia perlu mendapatkan
perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung kepada
orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri), menjaga kesehatan
diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya.
Sejalan dengan kemunduran fisiknya lansia membutuhkan pertolongan dari
keluarga untuk memenuhi kebersihan diri.

3.2    Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa/i dan pembaca sekalian dapat
memberikan perhatian terhadap lanjut usia. Pada mahasiswa/I keperawatan
khususnya, diharapkan makalah ini menjadi referensi agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang baik terutama pada lansia dengan gangguan personal
hygiene, serta memberikan motivasi terhadap keluarga agar mampu merawat
keluarganya yang lansia.

Anda mungkin juga menyukai