Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK
“PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA”
Dosen Pembimbing : Mizam Ari K, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Shella Ayu Wandira
2108.14901.341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal
yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Aissyah, 2017).
Hygiene merupakan ilmu kesehatan. Melakukan perawatan diri
seseorang berguna untuk meningkatkan kesehatan dinamakan hygiene
individual. Melakukan tindakan perawatan diri ini sangatlah rumit disebabkan
oleh kondisi fisik atau keadaan emosional seseeorang. Memliki hygiene
individual diperlukan untuk kenyamanan bagi seseorang sendiri, keamaan
untuk kita semua, dan kesehatan bagi kita semua. (Potter dan Perry,2012).
Kebersihan diri (personal hygiene) mempengaruhi oleh faktor secara pribadi,
sosial serta budaya. Adanya masalah kebersihan yang sangat kurang di
ketahui oleh lansia, terjadi disebabkan lansia mengetahui masalah
kebersihan merupakan masalah yang tidak penting bagi mereka, hal tersebut
dapat terjadi berkumpulnya kumat dan bakteri menyebabkan suatu penyakit
serta merusak kesehatan. Selain itu dapat berhubungan sama personal
hygiene merupakan terjadinya gangguan rasa nyaman dalam kebutuhan,
dicintai dalam kebutuhan, harga diri, serta gangguan interaksi sosial (Muko
2014).
Personal hygiene bisa tergantung dengan individu secara pribadi
merupakan nilai perorangan berguna memperluas dan memelihara
kebersihan tubuh. Makanan yang sehat, menghirup udara yang segar,
olahraga setiap pagi, beristirahat sangat cukup, hal ini syarat yang paling
utama serta perlu mendapat perhatian. (Nuning, 2009).

B. Etiologi Personal Hygiene


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia
adalah :
1. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, pengetahuan
tersebut dapat bersifat intelektual (cara berpikir, berabstrak, analisa,
memecahkan masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comperehension), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Individu
dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu
menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan
sakit.
2. Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami
kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan
hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain. Penurunan
kondisi psikis pada lansia bisa disebabkan karena Demensia di mana
lansia mengalami kemunduran daya ingat dan hal ini dapat
mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living yaitu kemampuan
seseorang untuk mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun tidur,
mandi berpakaian dan seterusnya.
3. Faktor Ekonomi
Besar pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda
memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari
kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan
meningkatkan kesejahteraan.
6. Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu
7. Faktor Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap
anggotanya begitu juga status kesehatan dari setiap individu
mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk
mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya
melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung
untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga mereka.

C. Manifestasi Klinis Personal Hygiene


Menurut (Putri & Sirait, 2014) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan
kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, Menarik diri, isolasi diri, Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang, Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma, Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

D. Klasifikasi Personal Hygiene


1. Perawatan Rambut
Rambut merupakan struktur kulit terdiri atas tangkai rambut
yang tumbuh melalui dermis dan menembus permukaan kulit, serta
kantong rambut yang terletak didalam dermis. Normalnya rambut
tumbuh karena mendapat suplai darah dari pembulih-pembuluh darah
disekitar rambut. Bila rambut kotor dan tidak dibersihkan, lama-
kelamaan akan menjadi sarang kutu kepala.
Cara merawat rambut antara lain :
a. Cuci rambut 1-2 kali seminggu (atau sesuai kebutuhan) dengan
memakai shampo yang cocok
b. Pangkas rambut agar terlihat rapi
c. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut kriting
dan olesi rambut dengan minyak
d. Jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa melukai kulit
kepala
e. Pijet-pijet kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk
merangsang pertumbuhan rambut
f. Pada jenis rambut ikal dan kriting, sisir rambut mulai dari bagian
ujung hingga kepangkal dengan pelan-pelan dan hati-hati
2. Perawatan Mata
Tujuan menjaga kebersihan mata adalah untuk
mempertahankan kesehatan mata dan mencegah infeksi, mata yang
sehat akan tampak jernih dan bersih dari kotoran mata dapat
menempel pada bulu mata dan sudut mata.
Cara merawat mata antara lain :
a. Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam kesudut
bagian luar
b. Saat mengusap mata, gunakanlah kain yang paling bersih dan
lembut
c. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran
d. Bila menggunakan kaca mata hendaklah selalu dipakai
e. Bila mata sakit cepat periksakan kedokter
3. Perawatan Hidung
Cara merawat hidung :
a. Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil
b. Jangan biarkan benda kecil masuk kedalam hidung, sebab
nantinya dapat terhisap dan menyumbat jalan nafas serta
menyebabkan luka pada membrane mukosa
c. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan
secara perlahan dengan membiarkan kedua lubang hidung tetap
terbuka
d. Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan
mengguanakan jari karena dapat mengiritasi mukosa hidung
4. Perawatan Telinga
Saat membersihkan telinga bagian luar, hendaklah kita tetap
memperhatikan telinga bagian dalam.
Cara merawat telinga adalah sebagai berikut :
a. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan
dengan menggunakan penyedot telinga
b. Bila menggunakn air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati
agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air
yang berlebihan
c. Aliran air yang masuk hendaklah diarahkan kesaluran telinga dan
bukan langsung kegendang telinga
d. Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersikan
kotoran telinga karna dapat menusuk gendang telinga
5. Perawatan Gigi dan Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari system pencernaan dan
merupakan bagian tambahan dari system pernafasan. Selain gigi dan
lidah, adapula saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara
mekanis.kerusakan gigi dapat disebabkan oleh kebiasaan
mengkonsumsi makanan manis, menggigit benda keras dan
membersihkan mulut yang kurang. Beberapa penyakit yang mungkin
muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk pada balita adalah
karies, gingivitis (radang gusi), sariawan.
Salah satu tujuan perawatan gigi dan mulut :
a. Untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui
mulut, (misalnya, tifus, hepatitis)
b. Mencegah penyakit mulut dan gigi
c. Meningkatkan daya tahan tubuh
Cara merawat gigi dan mulut antara lain :
a. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam
b. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda
keras (misalnya membuka tutup botol)
c. Menghindari kecelakaan seperti terjatuh yang dapat menyebabkan
gigi patah
d. Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur
e. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil sehingga
dapat menjangkau bagian dalam gigi
f. Meletakkan sikat pada sudut 45 derajat di pertemuan antara gigi
dan gusi dan sikat menghadap ke arah yang sama dengan gusi
g. Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya
h. Memeriksakan gigi secara teratur setiap 6 bulan
6. Perawatan Kuku
Merupakan pelengkap kulit, terdiri atas jaringan epitel, badan
kuku adalah bagian yang tampak disebelah luar, sedangkan akarnya
terletak didalam lekuk kuku tempat kuku tumbuh dan mendapat
makanan. Kuku yang sehat berwarna merah muda.
Cara merawat kuku, antara lain :
a. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengukir (pemotong
kuku), memotongnya dalam bentuk oval (bujur) atau mengikuti
bentuk jari, sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus
b. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai
selaput kulit dan kulit disekitar kuku
c. Jangan membersihkan kotoran kuku dibalik kuku dengan benda
tajam, sebab akan merusak jaringan dibawah kuku
d. Potong kuku seminggu sekali/sesuai kebutuhan
e. Khusus untuk jari kaki sebaiknya kuku dipotong segera setelah
mandi/direndam dengan air hangat terkebih dahulu
f. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku
7. Perawatan Genetalia
Pada wanita, perawatan perimeum dilakukan dengan
membersihkan area genetalia eksternal pada saat mandi. Umumnya,
wanita suka melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain apabila
mereka mampu secara fisik. Sedangkan pada pria, perawatan yang
sama juga dilakukan 2 kali sekali saat mandi terutama pada mereka
yang belum disirkumsisi. Adanya kulup pada penis menyebabkan urin
mudah terkumpul disekitar gland medis. Kondisi ini lama-kelamaan
dapat menyebabkan penyakit. Contoh : kanker penis.
E. Masalah Kesehatan Lansia pada Personal Hygiene
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda
dari orang dewasa. Masalah kesehatan pada lansia sering disebut sebagai
sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I),
yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
a. Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
b. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi
atau demensia.
c. Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan
otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan
saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
d. Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan
makanan yang berserat
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
a. Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
b. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit
misalnya hipertensi, DM, jantung,dan lain-lain ) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki
tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-
benda dilantai yang membuat terpeleset dan lain-lain).
c. Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi.
d. Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas
dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang
mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan
penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat
bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan
agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai
yang tidak licin.
3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
a. Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
b. Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
c. Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obatobatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk
menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar
panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya
kandung kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc
terapi tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin.
d. Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps
rektum, tumor dan lain-lain.
e. Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien
sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
a. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan
dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi
aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
b. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan
atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola
sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
c. Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan
obesitas.
d. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang
ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan
kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek
dan berfluktuasi.
e. Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori
jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan
proses pikir (diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak
relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat,
gangguan siklus tidur.
5. Infection (infeksi)
a. Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
b. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai
pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering
dijumpai.
c. Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku
sering terjadi pada pasien usia lanjut.
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
a. Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
b. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri
adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan
tindakan bedah berupa implantasi koklea.
c. Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak
atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dan lain-lain,
penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata atan
dengan operasi pada katarak.
7. Isolation (Depression)
a. Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut
usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup,
anak, bahkan binatang peliharaan.
b. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan
pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa
orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.
8. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia
40- 70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan
rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dan lain-lain),
psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri)
yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
a. Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
b. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan
hidup dari tunjangan hari tuanya.
c. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan
seorang lansia mengalami depresi.
10. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
a. Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia
sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
b. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
11. Insomnia (Sulit tidur)
a. Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa
penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus
dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat
menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
b. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam
dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali,
terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
c. Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), Daya tahan
tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan
fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan, keadaan gizi yang menurun.
13. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan
aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan
organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga
depresi
14. Impaction (sulit buang air besar)
a. Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang
kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu
dan lain-lain.
b. Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada
keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan
perut menjadi sakit.
F. Web of Caution Personal Hygiene

Etiologi :
1. Stroke
2. Demensia Gangguan Gangguan Gangguan Psikologik
3. Skizofrenia dan Muskuloskeletal Neuromuskuler atau psikotik
gangguan psikotik
lainnya
4. Penurunan
motivasi atau
Hambatan Bedrest Kelemahan Nyeri Kendala
minat
mobilisasi Lingkungan

Defisit perawatan Defisit perawatan


diri : mandi diri : toileting

1. Ketidakmampuan membasuh 1. Ketidakmampuan melakukan


tubuh hygiene eliminasi
2. Ketidakmampuan mengakses 2. Ketidakmampuan mencapai
kamar mandi toilet
3. Ketidakmampuan mengambil 3. Ketidakmampuan untuk duduk di
perlengkapan mandi toilet
4. Ketidakmampuan menjangkau 4. Ketidakmampuan nyiram di toilet
sumber air
G. Dampak Personal Hygiene
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah:Gangguan intergritas kulit,gangguan membrane
mukosa mulut,infeksi pada mata dan telinga,dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman,kebutuhan dicintai dan
mencintai,kebutuhan harga diri,aktualisasi diri,dan gangguan interaksi
sosial.

H. Penatalaksanaan Personal Hygiene


Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu
tindakan perawatan sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut
usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal
Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur
dan posisi tidur.
Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu :
1. Mereka yang masih aktif
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga kebutuhan sehari – hari dapat terenuhi
a. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal
ini disebabkan kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai
kurang bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi
baby oil terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.
b. Kebersihan mulut
Kebersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau
dibantu para lansia untuk menyikat gigi yang hanya tinggal
beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat perhatian khusus,
dibersihkan dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau
gigi palsu direndam dalam air hangat yang telah dibubuhi obat
pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10 menit, setelah itu
bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih mulut
tersebut
c. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami
kesulitan dalam mencuci rambut sehingga perlu mendapat
bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya dengan kulit,
rambut orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis
keramas perlu diberi conditioner. Setelah selesai mencuci rambut
harus segera dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.
d. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan,
Menggunting kuku jangan terlalu pendek dan jangan sampai
terluka karena luka pada orang tua lebih sulit sembuh.
e. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar
pakainan harus lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan.
Pakaian lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para
lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak
dengan piyama tipis jangan pakaian dari wool karena bias terjadi
iritasi.
f. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan
kecil terlihat kabur pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh
akan terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
1) Penglihatan menjadi ganda
2) Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
3) Sakit pada mata
4) Terlihat ada warna atau terang di sekitar ujung – ujung objek
5) Mata yang kemerahan
6) Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas
g. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan
jagalah kelembapan ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah
dengan memasang humidifier. Perubahan temperature secara
tiba– tiba harus dihindarkan.
2. Mereka yang pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain,
seperti sakit atau lumpuh.
Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di
tempat tidur perlu tetap diperhatikan, yaitu :
a. Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek
b. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar otot badan
tetap aktif dan menghindarkan pegal – pegal serta atrofi otot
c. Letak tidur diatur antara lain :
1) Letak guling dibawah lutut
2) Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah
lecet pada tumit dan bokong
3) Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kanan atau kiri
4) Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala
tempat tidur diberi sandaran atau papah.

I. Asuhan Keperawatan Personal Hygiene


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase
proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data
dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga / tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan. Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif
dan objektif (misal: tandatanda vital, wawancara pasien/ keluarga,
pemeriksaan fisik dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam
medik (Doenges, 2012). Pengkajian ini meliputi tanggal pengkajian, jam,
metode, sumber, oleh, yang dilakukan saat akan pengkajian di mulai.
Yang ada di pengkajian konsep keperawatan pada lansia meliputi :
1. Identitas diri
a. Identitas diri pasien meliputi yang berkaiatan dengan masalah
defisit perawatan diri berpakaian. Nama, Umur, jenis kelamin,
tempat tinggal sekarang. di gunakan untuk memfokuskan
masalah perawatan diri bepakaian.
b. Penanggung jawab Penanganggung jawab ini yaitu adalah
seorang Pembina diwisma panti.meliputi nama, dan hubungan
dengan klien untuk mempertamggung jawab pasien kalau ada
masalah atau mengurus seuatu hal.
2. Riwayat kesehatan (Status kesehatan sehari-hari)
a. Keluhan yang dirasakan saat ini
Mengkaji keluhan yang di rasakan kepada klien tentang
kesehatan yang dirasakan saat ini.
b. Faktor Pencetus
Mengkaji kepada paseien apakah ada faktor pencetusnya
dalam kesehatan ini.
c. Waktu timbulnya keluhan
Mengkaji kepada pasien tentang kapan terjadinya keluhan yang
dirasakan saat ini.
d. Kondisi yang memperingankan dan memperberat keluhan
Mengkaji kepada pasien kondisi apa yang memperingankan
dan pemperberat dalam keluhannya.
e. Upaya yang telah dilakukan
Mengkaji kepada pasien upaya apa yang dilakukan saat ini
dalam keluhannya.
3. Masalah Kesehatan kronis
Mengkaji pasien apakah ada masalah dalam kesehatan kronis ini
(format terlampir). kesimpulannya yaitu pasien lanisa dengan
memiliki latar belakang adanya penyakit kronis, dapat menyebabkan
terjadinya defisit perawatan diri, dan salah satunya adalah
berpakaian, hal tersebut bisa saja disebabkan karena proses
penyakit tersebut sehingga dapat membuat penurunan fungsi
motorik lansia.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah diderita
Mengkaji pasien apakah sebelumnya ada riwayat penyakit yang di
deritanya
5. Riwayat jatuh/kecelakaan
Mengkaji pasien apakah sebelumnya ada riwayat jatuh, dan
menjelaskan tentang kejadiannya.
6. Riwayat dirawat di rumah sakit
Mengkaji pasien apakah sebelumnya pasien pernah di rawat di RS,
dan menjelakan dimana dengan penyakit apa.
7. Riwayat pemakaian obat
Mengkaji pasien apakah sebelumnya pasien pernah mengkonsumsi
obat-obatan.
8. Riwayat alergi (obat, makanan, debu, dan lain-lain)
Mengkaji pasien apakah sebelumnya ada riwayat alergi atau tidak,
kalau ada sebutkan alergi apa? Dan jelaskan kapan alergi itu terjadi
dan di saat apa alergi itu muncul.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang pernah diderita keluarga
Mengkaji kepada pasien mengenai keluarganya apakah
mempunyai penyakit yang menular dan menahun
b. Genogram
Mengkaji susunan atau tingkatan tentang saudara dan anaknya
dalam keluarga pasien.
10. Status Fisiologis
a. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi
a) Frekuensi makan : jumlah makan berapa kali dalam
sehari , habis seporsi atau tidak
b) Jenis makanan : sejenis nasi, lauk, sayur atau bukan
c) Kebiasaan makan : mengkaji pasien kebiasaan
makannya bagaimana duduk/berdiri dan sambil
berbicara atau tidak dan lain-lain
d) Makanan yang disukai : mengkaji pasien apakah ada
makanan yang disukainya dan jelaskan alasannya
mengapa bisa disukai
e) Makanan yang tidak disukai : mengkaji pasien apakah
ada makanan yang tidak disukainya dan jelaskan
alasannya mengapa kok bisa tidak disukai
f) Pantangan makan : mengkaji pasien apakah ada atau
tidaknya pantangan untuk makan
g) Keluhan makan : mengkaji pasien apakah ada
kesulitan untuk makan
2) Eliminasi
a) Frekuensi : BAB/BAK : jumlah berapa kali BAB dalam
sehari
b) Konsistensi : BAB : mengkaji warna, bau khas feses
atau bukan, padat atau dalam bentuk cair. BAK :
mengkaji warna urine, bau khas urine atau tidak
c) Kebiasaan : BAB : mengkaji dimana tempat BABnya di
toilet atau di tempat lain. BAK : mengkaji dimana
tempat BAKnya di kamar mandi atau di tempat lain
atau juga BAK di kamar tidur
d) Keluhan : BAB/BAK : mengkaji apakah saat BAK/BAB
ada keluhannya
e) Riwayat pemakaian obat (diuretic, laxative/pencahar
dan lain-lain) mengkaji kepada pasien apakah
memakai obat-obatanyang sudah tercantum di
formatnya/di atas.
3) Istirahat/Tidur
a) Frekuensi tidur : mengkaji kepada pasien sehari tidur
berapa kali tidur, dan juga bisa tidur atau tidak
b) Lama tidur : mengkaji kepada pasien berapa kali
lamanya pasien tidur
c) Kebiasaan tidur : mengkaji kepada pasien dimana saat
tidur dan memakai apa, dan jelaskan bagaiamana
kalau pasien tidur
d) Keluhan tidur : mengkaji kepada pasien apakah ada
keluhan saat tidur atau tidak dan berikan alasannya
e) Riwayat penggunaan obat tidur : mengkaji kepada
pasien apakah sebelum tidur mengkonsumsi obat tidur
atau tidak
4) Aktifitas Sehari-hari
a) Kegiatan yang dilakukan sehari-hari : mengkaji
kepada pasien apa kegiatannya dalam
sehariannya, jelaskan
b) Kegiatan Olahraga : mengkaji kepada pasien apa
dalam sehari- hari mengikuti olahraga, dan
olahraga apa yang di ikuti.
c) Kebiasaan mengisi waktu luang : mengkaji kepada
pasien saat ada waktu luang kegiatan apa yang
bisa dilakukan
d) Kemandirian dalam beraktifitas : mengkaji kepada
pasien saat melakukan aktifitasnya dengan secara
mandiri atau dibantu orang lain (format terlampir)
e) Keseimbangan : mengkaji kepada pasien
bagaiamana cara pasien lansia menjaga
keseimbangan, apakah ada gangguan dalam
geraknya.
5) Berpakaian
a) Kebiasaan berpakaian : mengkaji dimana saat
berpakaian, dibantu atau mandiri, ganti pakaian
berapa kali, setelah mandi berganti pakaian/tidak,
berdandan/tidak
b) Kebiasaan mencuci pakaian: mengkaji dimana saat
mencuci pakaian, menggunakan apa saja, berapa
kali menyuci pakaian, dibantu apa tidak saat
mencuci pakaian, di jemur dimana.
6) Reproduksi dan Seksual
Mengkaji kepada pasien apakah masih berhubungan
suami istri atau tidak dan juga mempunyai pasangan atau
tidak.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-Tanda Vital dan Status Gizi
Memantau kesehatan pada klien saat ini.Serta melakukan
tindakan Ttv pada pasien. TTVnya meliputi : suhu,
Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Berat badan, Tinggi
badan, IMT.
2) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat atau lonjong, simetris
atau tidak, kulit kepala ada luka atau tidak, bersih atau
tidak, penyebaran dan pertumbuhan rambut rata atai
tidak, rontok atau tidak, warna rambut hitam atau putih,
ada bau rambut atau tidak, kulit wajah, bentuk wajah
simetris atau tidak.
Palpasi : Ada benjolan atau tidak, bentuk ubun-ubun,
ada nyeri tekan atau tidak.
b) Mata
Inspeksi : Simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak,
bulu mata rontok atau tidak, ada luka atau tidak,
konjungtiva pucat atau tidak, Warna sclera kuning atau
tidak, pupil simetris atau tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak.
c) Hidung
Inspeksi : Simetris atau tidak, .ada sumbatan atau
tidak, ada luka dan secret atau tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak.
d) Mulut dan Gigi
Inspeksi : Bibir kering atau tidak, ada luka atau tidak,
ada cyanosis atau tidak, Gigi bersih atau tidak,
ompong atau tidak, lidah pitih atau merah, ada kotoran
atau tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak.
e) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris atau tidak, ukurannya sama
atau tidak, ada kotoran atau tidak, normal atau tida,
ada luka atau tidak
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak.
f) Leher
Inspeksi : Simetris tau tidak, ada pembesaran kelenjar
tiroid atau tidak, ada pembesran vena jugularus atau
tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak.
g) Dada
Inspeksi : Simetris atau tidak, bentuk thorax (Pigion
chest, funnel chest, barrel chest.
Palpasi : Getarannya sama atau tidak.
Perkusi : Dilakukan di atas klavikul, apakah terjadi
suara resonan,(sonor), Pullnes (pekak), timpani,
hiperesonan, suara normal, resonan atau sonor.
Auskultasi : Suara nafas normal atau tidak.
h) Payudara
Inspeksi : Bentuk payudara simetris atau tidak,
mengalami kekendoran atau tidak, ada luka
dipayudara atau tidak.
Palpasi : Ada benjolan atau tidak, ada tekanan nyeri
atau tidak.
i) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris atau tidak, ada
pembesaran dibagian abdomen atau tidak, ada lesi
atau tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak.
j) Genetalia
Inspeksi : Apakah ada kelainan atau tidak
k) Ekstremitas
Inspeksi : Atas dan bawah apakah ada kelainan atau
tidak, lengkap atau tidak, ada kelumpuhan atau tidak
l) Intergumen
Inspeksi : Ada kerusakan pada kulit atau tidak, warna
kulit apa, ada luka atau tidak.
3) Status kognitif
Fungsi kognitif
Adanya penurunan daya pikir lansia atau perubahan
kognitif yang dialami lansia mengakibatkan terjadinya
defisit perawatan diri salah satunya adalah berpakaian,
karena daya pikir yang sudah mengalami penurunan.
4) Status Psikologis dan Spiritual
a) Psikologis
1. Persepsi Lansia terhadap proses menua : Mengkaji
apa keinggianan klien saat menua.
2. Harapan Lansia terhadap proses menua : Mengkaji
harapan klien harapan pasien selagi tua, apakah
ingin menjadi tua yang bahagia
3. Status Depresi : Mengkaji atau mengisi pertanyaan
yang sudah tersedia, pasien apakah ada status
depresi. kesimpulannya yaitu status depresi dapat
mempengaruhi seorang lanisa sehingga
menyebabkan defisit perawatan diri, dan salah
satu yang terganggu adalah pada defisit
perawatan diri berpakaian.
b) Sosial
1. Dukungan Keluarga : mengkaji meliputi pola
komunikasi serta interaksi lansia dan bagaimana
dukungan keluarga terhadap lansia.
2. Pola Komunikasi dan Interaksi lansia : mengkaji
pasien dalam komunikasi dan interaksi sesama
teman atau orang lain baik atau tidak, akrap tidak
sama orang lain bahkan temannya sendiri.
c) Spiritual
1. Kegiatan Keagamaan :mengkaji pasien apakah ada
kegaiatan keagamaan panti.
2. Konsep keyakinan tentang kematian
3. Upaya untuk meningkatkan spiritual
4. Pengkajian Lingkungan Tempat Tinggal
d) Kebersihan dan Kerapihan Ruangan : mengkaji
kebersihan dalam ruangan.
e) Penerangan : mengkaji penerangannya pakek apa dan
ada berapa.
f) Sirkulasi Udara : mengkaji ada candela dan pintu atau
tidak setiap ruangan dan berapa junlahnya.
g) Keadaan kamar mandi dan WC : mengakaji
keadaannya bersi, kotor atau kumuh , di bersihkan
berapa kali dalam seminggu
h) Pembuangan air kotor : mengkaji dimama tempat
pembuangan air kotor.
i) Sumber air minum : mengkaji dimana memperoleh air
minum, beli atau memasak sendiri.
j) Pembuangan sampah : memgkaji dimana tempat
pembuangan sampah dan dibakar atau bagaimana.
k) Sumber pencemaran : mengkaji apakah ada sumber
pencemaran lainnya.
5) Informasi Tambahan
Untuk mengakaji lagi kalau ada informasi tambahan dari
kuluarga atau dari pihak panti.
c. Pemeriksaan Activity Daily Living (ADL)
1) Penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument
indeks Barthel modifikasi
Penggunaan :
Kuisioner ini digunakan untuk menilai tingkat kemandirian
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) atau Activity Daily
Living (ADL) dan dapat digunakan untuk melihat kemajuan
pasien penyakit kronis sebelum dan setelah terapi, serta untuk
menentukan berapa besar bantuan perawatan yang
dibutuhkan pasien.
Kuisioner dalam bentuk skala angka, ditanyakan langsung
kepada pasien ataupun keluarga terakit kemandirian fungsi
dalam mengurus diri sendiri dan mobilitas,
Cara pelaksanaan :
Pemeriksa menanyakan 10 kegiatan sehari-hari yang
tercantum di kuisioner dan memberi skala angka (seperti yang
tertera berikut ini). Selanjutnya dilakukan penjumlahan skor
hasil akhir pemeriksaan
No Fungsi Skor Keterangan Hasil
1 Mengendalikan 0 Tidak terkendali/tidak teratur (perlu pencahar)
rangsang BAB 1 Kadang-kadang tak terkendali (1×/minggu)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan 0 Tidak terkendali atau pakai kateter
rangsang BAK 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1×/24
jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(mencuci wajah, 1 Mandiri
menyikat rambut,
mencukur kumis, sikat
gigi)
4 Penggunaan WC 0 Tergantung pertolongan orang lain
(keluar masuk WC, 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
melepas/memakai tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
celana, cebok, kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri
5 Makan minum (jika 0 Tidak mampu
makan harus berupa 1 Perlu ditolong memotong makanan
potongan, dianggap 2 Mandiri
dibantu)
6 Bergerak dari kursi 0 Tidak mampu
roda ke tempat tidur 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
dan sebaliknya orang)
(termasuk duduk di 2 Bantuan minimal 1 orang
tempat tidur) 3 Mandiri
7 Berjalan ditempat rata 0 Tidak mampu
(atau jika tidak bisa 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
berjalan, menjalankan 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
kursi roda) 3 Mandiri
8 Berpakaian (termasuk 0 Tergantung orang lain
memasang tali sepatu, 1 Sebagian dibantu (mis, mengancing baju)
mengencangkan 2 Mandiri
sabuk)
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor

Skor Barthel Index (Nilai AKS/ADL) :


20 : Mandiri (A)
12-19 : Ketergantungan ringan (B)
9-11 : Ketergantungan sedang (B)
5-8 : Ketergantungan berat (C)
0-4 : Ketergantungan total (C)
2) Penilaian tingkat kemandirian dengan Instrumental
Activities of Daily Living (IADL) Lawton
Cara Pelaksanaan :
Pemeriksa menanyakan 8 kegiatan sehari-hari yang
tercantum di kuisioner dengan tulisan di bold dan melingkari
skor angka sesuai jawaban yang disampaikan pasien.
Selanjutnya dilakukan penjumlahan skor hasil akhir
pemeriksaan dan dilakukan interpretasi sebagai berikut :
0 : Dikerjakan oleh orang lain
1 : Perlu bantuan sepanjang waktu
2 : Perlu bantuan sesekali
3-8 : Independen/mandiri
Skor Hasil
Dapat menggunakan telepon
Mengoperasikan telepon sendiri dan mencari dan 1
menghubungi nomor
Menghubungi beberapa nomor yang diketahui 1
Manjawab telepon tetapi tidak menghubungi 1
Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 0
Mampu pergi ke suatu tempat
Bepergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau 1
menyetir sendiri
Mengatur perjalanan sendiri 1
Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang 0
menyertai
Tidak melakukan perjalanan sama sekali 0
Dapat berbelanja
Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri 1
Perlu bantuan untuk mengantar belanja 0
Sama sekali tidak mampu belanja 0
Dapat menyiapkan makanan
Merencanakan, menyiapkan dan menghidangkan makanan 1
Menyiapkan makanan jika sudah tersedia bahan makanan 0
Menyiapkan makanan tetapi tidak mengatur diet yang cukup 0
Perlu disiapkan dan dilayani 0
Dapat melakukan pekerjaan rumah tangga
Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang 1
Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat 1
tidur, mencuci piring)
Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari 1
Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 0
Dapat mencuci pakaian
Mencuci semua pakaian sendiri 1
Mencuci pakaian yang kecil 1
Semua pakaian dicuci oleh orang lain 0
Dapat mengatur obat-obatan
Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan 1
Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
Dapat mengatur keuangan
Mengatur masalah financial (tagihan, pergi ke bank) 1
Mengatur pengeluaran sehari-hari tapi perlu bantuan untuk 1
ke bank untuk transaksi penting
Tidak mampu mengambil keputusan financial atau 0
memegang uang
Total Skor

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual
atau potensial.Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat
perawat.
Diagnosa yang muncul :
1. Defisit perawatan diri (makan,mandi / hygiene dan toileting)
berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan
mobilitas
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah kategori perilaku keperawatan dimana
tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diharapkan dari
intervensi keperawatan didefinisikan dan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut intervensi adalah langkah pertama dalam menentukan apa
yang harus dilakukan untuk membantu pasien dalam memenuhi dan
mengatasi masalah keperawatan yang telah ditentukan. Tahap
perencanaan keperawatan merupakan menentukan prioritas diagnosa
keperawatan penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Keperawatan
(SDKI) hasil (SLKI) (SIKI)

Defisit Diri Perawatan Setelah dilakukan Observasi :


tindakan keperawatan 1. Identifikasi usia dan
Definisi:Tidak mampu selama 1x24 jam budaya dalam
melakukan atau diharapkan perawatan membantu
menyelesaikan aktivitas diri meningkat dengan berpakaian/berhias
perawatan Diri. kriteria hasil : Terapeutik :
1. Kemampuan 1. Sediakan pakaian
Penyebab : mengenakan pada tempat yang
1. Gangguan pakaian mudah di jangkau
musculoskeletal meningkat 2. Sediakan pakaian
2. Gangguan 2. Verbalisasi pribadi, sesuai
neuromuskuler keinginan kebutuhan Fasilitasi
3. Kelemahan melakukan mengenakan
4. Gangguan perawatan diri pakaian, jika perlu
psikologis meningkat 3. Fasilitasi berhias (mis
dan/atau psikotik 3. Minat melakukan menyisir rambut,
5. Penurunan perawatan diri merapikan
motivasi/minat meningkat kumis/jenggot)
4. Mempertahankan 4. Jaga privasi selama
Gejala dan Tanda Mayor kebersihan diri berpakaian
Subyektif : Menolak meningkat 5. Tawarkan untuk
melakukan perawatan diri laundry, jika perlu
Objektif : 6. Berikan pujian
1. Tidak mampu terhadap
mandi/ kemampuan
mengenakan berpakaian secara
pakaian/makan mandiri.
/ke toilet/berhias Edukasi :
secara mandiri 1. Pemenuhan Personal
2. Minat melakukan Hygiene
perawatan 2. Berpakaian
perawatan diri Informasikan yang
kurang tersedia untuk di
Gejala dan Tanda Minor pilih, jika perlu
Subyektif tidak tersedia 3. Ajarkan mengenakan
Objektif Tidak ada pakaian, jika perlu

Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Pengaturan posisi


tindakan keperawatan Observasi :
Definisi : selama 1x24 jam 1. Monitor status
Perasaan kurang senang, diharapkan kenyamanan oksigenasi sebelum
lega dan sempurna dalam meningkat dengan dan sesudah
dimensi fisik, kriteria hasil : mengubah posisi
psikospiritual, lingkungan Status kenyamanan 2. Monitor alat traksi
dan social 1. Kesejahteraan fisik agar selalu tepat
meningkat Terapeutik :
Penyebab : 2. Kesejahteraan 1. Tempatkan pada
1. Gejala penyakit psikologi meningkat matras atau tempat
2. Kurang 3. Perawatan sesuai tidur terapeutik yang
pengendalian kebutuhan tepat
situasional atau meningkat 2. Tempatkan pada
lingkungan 4. Keluhan tidak posisi terapeutik
3. Ketidakadekuatan nyaman menurun 3. Tempatkan objek
sumber daya (mis. 5. Gelisah menurun yang sering
dukungan 6. Kesulitan tidur digunakan dalam
finansial, social menurun jangkauan
dan pengetahuan) 7. Gatal menurun 4. Sediakan matras
4. Kurangnya privasi 8. Pola eliminasi yang kokok atau
5. Gangguan membaik padat
stimulus 9. Pola tidur membaik 5. Atur posisi tidur yang
lingkungan disukai, jika tidak
6. Efek samping kontraindikasi
terapi (mis. 6. Atur posisi untuk
medikasi, radiasi, mengurangi sesak
kemoterapi) (mis. semo fowler)
7. Gangguan 7. Atur posisi untuk
adaptasi meningkatkan
kehamilan drainage
8. Posisikan pada
Gejala dan tanda mayor kesejajaran tubuh
Subyektif : Mengeluh yang tepat
tidak nyaman 9. Imobilisasi dan
Obyektif : Gelisah topang bagian tubuh
yang cedera dengan
Gejala dan tanda minor tepat
Subyektif : 10. Tinggikan bagian
1. Mengeluh sulit tubuh yang sakit
tidur dengan tepat
2. Tidak mampu 11. Tinggikan anggota
rileks gerak 20O atau lebih
3. Mengeluh diatas level jantung
kedinginan atau 12. Tinggikan tempat
kepanasan tidur bagian kepala
4. Merasa gatal 13. Berikan bantal yang
5. Mengeluh mual tepat pada leher
6. Mengeluh Lelah 14. Berikan topangan
Obyektif : pada area edema
1. Menunjukkan (mis. bantal dibawah
gejala distress lengan dan skrotum)
2. Tampak merintih 15. Posisikan untuk
atau menangis mempermudah
3. Pola eliminasi ventilasi atau perfusi
berubah (mis. tengkurap/good
4. Postur tubuh lung down)
berubah 16. Motivasi melakukan
5. Iritabilitas ROM aktif atau pasif
17. Motivasi terlibat
dalam perubahan
posisi, sesuai
kebutuhan
18. Hindari
menempatkan pada
posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
19. Hindari
menempatkan stump
amputasi pada posisi
fleksi
20. Hindari posisi yang
menimbulkan
ketegangan pada
luka
21. Minimalkan gesekan
dan tarikan saat
mengubah posisi
22. Ubah posisi setiap 2
jam
23. Ubah posisi dengan
Teknik log roll
24. Pertahankan posisi
dan integritas traksi
25. Jadwalkan secara
tertulis untuk
perubahan posisi
Edukasi :
1. Informasikan saat
akan dilakukan
perubahan posisi
2. Ajarkan cara
menggunakan postur
yang baik dan
mekanika tubuh yang
baik selama
melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika
perlu

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit


tindakan keperawatan Observasi :
Definisi : selama 1x24 jam 1. Identifikasi penyebab
Kerusakan kulit (dermis diharapkan intergritas gangguan integritas
dan/atau epidermis) atau kulit dan jaringan kulit (mis. perubahan
jaringan (membrane meningkat dengan sirkulasi, perubahan
mukosa, kornea, fasia, kriteria hasil : status nutrisi,
otot, tendon, tulang, Integritas kulit dan penurunan
kartilago, kapsul sendi jaringan kelembaban, suhu
dan/atau ligament) 1. Hidrasi meningkat lingkungan ekstrem,
2. Kerusakan lapisan penurunan mobilitas)
Penyebab : kulit menurun Terapeutik :
1. Perubahan sirkulasi 3. Kemerahan 1. Ubah posisi tiap 2
2. Perubahan status menurun jam jika tirah baring
nutrisi (kelebihan 4. Jaringan parut 2. Lakukan pemijatan
atau kekurangan) menurun pada area
3. Kekurangan/kelebih 5. Suhu kulit membaik penonjolan tulang,
an volume cairan 6. Tekstur membaik jika perlu
4. Penurunan mobilitas 3. Bersihkan perineal
5. Bahan kimia iritatif dengan air hangat,
6. Suhu lingkungan terutama selama
yang ekstrem periode diare
7. Faktor mekanis 4. Gunakan produk
(mis. penekanan berbahan petroleum
pada tonjolan atau minyak pada
tulang, gesekan) kulit kering
atau factor elektris 5. Gunakan produk
(elektrodami, energi berbahan ringan atau
listrik bertegangan alami dan hipoalergik
tinggi) pada kulit sensitive
8. Efeksamping terapi 6. Hindari prduk
radiasi berbahan dasar
9. Kelembaban alcohol pada kulit
10. Proses penuaan kering
11. Neuropati perifer Edukasi :
12. Perubahan 1. Anjurkan
pigmentasi menggunakan
13. Perubahan pelembab (mis.
hormonal lotion, serum)
14. Kurang terpapar 2. Anjurkan minum air
informasi tentang yang cukup
upaya 3. Anjurkan
mempertahankan meningkatkan
atau melindungi asupan nutrisi
integritas jaringan 4. Anjurkan
meningkatkan
Gejala dan tanda mayor asupan buah dan
Subyektif : (tidak tersedia) sayur
Obyektif : Kerusakan 5. Anjurkan
jaringan dan atau lapisan menghindari terpapar
kulit suhu ekstrem
6. Anjurkan
Gejala dan tanda minor menggunakan tabir
Subyektif : (tidak tersedia) surya SPF minimal
Obyektif : 30 saat berada diluar
1. Nyeri rumah
2. Perdarahan 7. Anjurkan mandi dan
3. Kemerahan menggunakan sabun
4. Hematoma secukupnya
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan wujud dari suatu rencana
keperawatan yang sudah disusun pada perencanaan. Fokus pada
intervensi keperawatan ini antara lain: mempertahankan daya tahan
tubuh, mencegah komplikasi, perubahan sistem tubuh yang dapat
menetapkan hubungan klien dengan lingkungannya, implementasi
pesan dari dokter.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang bersistem sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan melakukannya dengan cara bersambungan dengan
melibatkan klien, keluarga serta tenaga kesehatan. Pengerjaan
perkembangan dilakukan dengan bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan melihat kemampuan klien agar dapat mencapai
tujuan yang diinginkan berdasarkan kriteria hasil pada perencanaan
dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien sendiri.
Format yang dipakai adalah format SOAP :
1) S (Subjective) adalah suatu perkembangan keadaan yang
didasarkan pada apa yang dikeluhkan, dirasakan yang pasien
katakan.
2) O (Objective) adalah suatu perkembangan yang dapat diamati
serta diukur oleh perawat atau tim kesehatan lainnya.
3) A (Assessment) adalah penilaian dari dua jenis data subjektif
ataupun objektif yang kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
4) P (Planning) adalah rencana penanganan klien yang didasarkan
pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo (2012). Dalam Pendekatan Konsep dan
ProsesKeperawatan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Rahman, Faisal. 2014. Pemeliharaan Kebersihan Perorangan Untuk Siswa SMA
Bidang Studi Keahlian Kesehatan. Tanah Bumbu
Nugroho, W, (2013). Keperawatan Gerontik, Edisi 5 Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai