Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA

(head to toe)

Diajukan untuk Memenuhui Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Gerontik
Dosen Pembimbing : Yesi Arisandi, SKM., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Rizka Widyawati 144011825044
2. Amalia Fildzah 144011825002
3. Citra Anggraini 144011825009
4. Intan Permata sari 144011825025
5. Milawati 144011825031
6. Yeyen Peronika 144011825052
7. Rika Meliyani 144011825042
8. Nadia Sari 144011825032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah kami dengan judul “Asuhan
Keperawatan Personal Hygiene”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Penyusunan dan penulisan Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk bantuan dan bimbingan. Oleh karena
itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Yesi Arisandi. SKM., M.Kes. selaku dosen Keperawatan Gerontik yang
membimbing penulisan Makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang telah membantu dan berpastisipasi dalam
menyelesaikan Makalah ini.
3. Dan teman-teman D3 Keperawatan yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
Makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan bimbingan yang telah
diberikan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Sehingga
uraian dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, yang
tentunya akan mendorong kami untuk berkarya lebih baik lagi pada kesempatan
yang akan datang.

Palembang , November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah........................................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan....................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum.................................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penulisan..................................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis.............................................................................. 4
1.5.2 Manfaat Praktis................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5


2.1 Konsep Teori Poliomyelitis....................................................................... 5
2.1.1 Definisi............................................................................................ 5
2.1.2 Anatomi Fisiologi............................................................................ 6
2.1.3 Etiologi............................................................................................ 11
2.1.4 Patofisiologi..................................................................................... 11
2.1.5 Patoflow........................................................................................... 13
2.1.6 Klasifikasi........................................................................................ 13
2.1.7 Manifestasi Klinis............................................................................ 14
2.1.8 Komplikasi....................................................................................... 14
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................. 16
2.1.10 Penatalaksanaan ............................................................................. 16
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis...................................................... 17

iii
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................. 17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 24
2.2.3 Intervensi Keperawatan................................................................... 24
2.2.4 Implementasi (Pelaksanaan) Keperawaan....................................... 35
2.2.5 Evaluasi........................................................................................... 37

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 38


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 38
3.2 Saran.......................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 40

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi
oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang
terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Dimana secara alamiah
tingkat perkembangan kehidupan terdiri dari tiga tahapan yaitu, anak, dewasa,
dan tua.
Menua  atau  menjadi  tua  adalah  suatu  keadaaan  yang  terjadi didalam 
kehidupan  manusia.  Proses  menua  merupakan  proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai  sejak 
permulaan  kehidupan.  Menjadi  tua  merupakan  proses alamiah,  yang 
berarti  seseorang  telah  melalui  tiga  tahap kehidupannya,  yaitu  anak, 
dewasa  dan  tua.  Tiga  tahap  ini  berbeda, baik  secara  biologis  maupun 
psikologis.  Memasuki  usia  tua  berarti mengalami  kemunduran,  misalnya 
kemunduran  fisik  yang  ditandai dengan  kulit  yang  mengendur,  rambut 
memutih,  gigi  mulai  ompong, pendengaran  kurang  jelas,  pengelihatan 
semakin  memburuk,  gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2006).
Sedangkan menurut UU No 4 tahun 1945 seseorang yang mencapai umur
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain disebut dengan lansia. Seiring
bertambahnya usia, kerentanan lansia terhadap penyakit kronis dan penyakit
yang mengancam nyawa serta infeksi akut meningkat, dan menurunnya
kekebalan tubuh memperburuk kondisi kesehatan para lansia. Kanker,
penyakit jantung, diabetes, infeksi dan kesehatan mulut yang buruk, terutama

1
kehilangan gigi dan kondisi periodontal yang parah, lebih banyak terjadi di
kelompok usia ini (Gateaway, 2013). 
Dipandang dari sudut sosial, lansia dengan personal hygiene yang baik
lebih dapat diterima di masyarakat dibandingkan dengan lansia yang memiliki
personal hygiene yang kurang baik. Lansia dengan personal hygiene yang
baikpun menurunkan resiko untuk terjadi penyakit infeksi. Kebutuhan akan
personal hygiene harus menjadi prioritas utama bagi lansia, karena dengan
personal hygiene yang baik maka lansia memiliki resiko yang rendah untuk
mengalami penyakit infeksi(Gateaway, 2013).
Upaya pemeliharaan personal hygiene meliputi kebersihan rambut, mata,
telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, dan membersihkan gaun. Dalam upaya untuk
menjaga personal hygiene ini, pengetahuan keluarga tentang pentingnya
personal hygiene sangat diperlukan. Tindakan seseorang dapat dibentuk
dengan pengetahuan atau kognitif, sehingga kognitif atau pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting. 

1.2 Batasan Masalah


Pada studi kasus ini, Asuhan Keperawatan personal hygiene pada lansia.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan personal hygiene pada lansia.

1.4 Tujuan Penulisan


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan personal hygiene pada lansia
dan Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan
gerontik.

1.4.2 Tujuan Khusus

2
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.2 Manfaat Praktis
A. Bagi Klien dan Keluarga

B. Bagi Institusi / Pendidikan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Personal Hygiene


2.1.1 Definisi
Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini
diperlukan baik pada orang sehat maupu pada orang sakit. Praktik personal
hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis
tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi Dengan implementasi
tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan
tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter &
Perry, 2006)
2.1.2 Macam-macam Personal Hygiene
1. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan
rambut sehari-sehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara
dasar hygienis untuk semua usia. Pertumbuhan, distribusi pola rambut
dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal,
stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau
obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut normal
adalah bersih, bercahaya, dan tidak Kusut, untuk kulit kepala harus bebas
dari lesi kehilangan disebabkan karena praktik perawatan yang tidak tepat
atau penggunaan medikasi kemoterapi. Potter dan Perri (2005),
menjelaskan mengenai masalah rambut dan kulit kepala yang sering terjadi
yaitu:

4
1.      Ketombe
Kelepasan kulit kepala di sertai gatal pada kasus berat.
Ketombe dapat di temukan di alis.
a.       Implikasi
Ketombe menyebabkan seseorang menjadi malu jika
ketombe masuk masuk mata berkembang menjadi
konjungivitis
b.      Intervensi
Bersampo secara teratur dengan sampo yang bermedikasi.
Pada kasus berat, mintalah saran dokter
2.      Pediculosis (kutu)
Parasit abu-coklat. Kecil menggali liang ke dalam  kulit dan
mengisap darah
a.       Implikasi
Kutu memindakan beberapa penyakitnya pada manusia.
Penyakit yang paling umum  adalah demam berbintik
“rocky mountain” , tularemia, dan “limy”
b.      Jangan menarik kutu dari kulit karena alat penghisap akan
tertinggal  dan dapat terinfeksi. Mematikan kutu dengan
pemberian setetes minyak atau eter pada kutu atau tutupi
kutu dengan jeli petroianum untuk memudahkan
pengangkatan
3.      Pediculosis capitis (kutu kepala)
Parasit ditemukan pada kulit kepala yang menempel pada helai
rambut. Telur terlihat seperti [artikel oval mirip ketombe.
Gigitan ataupustula dapat di obsrefasikan  dibelakang telinga
atau pada garis pertumbuhan rambut
a.       Implikasi
Kutu rambut sulit untuk dipindahkan dan dapat menyebar
ke peralatan dan orang lain jika tidak di obati.
b.      Intervensi
Bersampo dengan sampo kwell dan ulangi 12-24 jam
setelahnya. Ganti linen tempat tidur. Cuci linen ke dalam
air panas untuk membunu kutu.
4.      Pediculosis corporis (kutu badan)
Parasit yang melekat pada pakaian sehinnga tidak mudah
terlihat. Kutu darah akan menghisap darah dan meninggalkan
telur pada pakaian dan badan

5
a.       Implikasi
Klien gatal terus menerus, goresan terlihat pada kulit dapat
terindeksi. Bintik hemorogik dapat terlihat  pada kulit
dimana kutu menghisap darah.
b.      Intervensi
Mandi keseluruan setelah kulit kering, gunakan lotion
kwell. Setelah 12-24 jam , mandi lagi. Bungkus pakaian
atau linen yang  terdapat kutu tersebut sampai di cuci dalam
air panas. Bersihkan keseluruan dan buang kantong setelah
selesai.
5.      Pediculosis pubis (kuku kepiting)
Parasit di temukan pada ranbut pubis. Kutu kepiting berwarna
putih-keabuan dan  kaki berwarna merah
a.       Implikasi
Kutu dapat  menyebar melalui liner tempat tidur pakaian,
atau pakaian atau diantara orang melalui kontak seksual

b.      Intervensi
Cukur rambut pada daeraht yang terinfeksi. Intervensi
pembersian seperti  pada interfensi untuk kutu badan. Jika
kutu ditransmisi melalui kontak seksual beritahula
pasangan
6.      Kehilangan rambut (alopesia)
Alopasia terjadi pada semua ras. Bidang pembotakan terlihat
pada bagian perifer garis rambut. Rambut menjadi rapuh  dan
patah, kondisi ini di sebabkan  pengguna pengeriting rambut,
produk rambut, pengikat rambut ketat dan menggunakan sisir 
panas
a.       Implikasi
Bidang-bidang pertumbuhan  dan kehilangan rambut yang
tidak merata  mengubah penampilan klien
b.      Interverensi
Hentikan praktik perawatan rambut yuang merusak  rambut
2.      Perawatan Mata, Telinga dan Hidung
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, telinga dan
hidung secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan
untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan
kelopak mata, dan bulu mata mencegah partikel asing. Seseorang

6
hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang terkumpul
kepada kantus sebelah, dalam bulu mata hygiene telinga mempunyai
implikasi ketajaman pendengaran sebasea lilin atau benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar yang mengganggu konduksi suara.
Khususnya pada lansia rentan masalah. Hidung memberikan
temperatur dan kelembaban udara yang pernafasan dihirup serta
mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem kumulasi sekresi
yang mengeras di dalam nares dapat merusak sensasi olfaktori dan
pernafasan (Potter dan Perry, 2005).

3.      Perawatan Kulit


Kondisi kulit tergantung pada praktek hygiene dan paparan iritan
lingkungan, sejalan dengan usia, kulit kehilangan layak kenyal dan
kelembaban, pada kelenjar sebasea dan keringat menjadi kurang aktif.
Epitalium menipis dan serabut kolagen elastik, menyusut sehingga
kulit mudah pecah. Perubahan ini merupakan peringatan ketika
bergerak dan mengatur posisi pada lansia. Khas kulit lansia adalah
kering dan berkerut, masalah kulit yang umum yaitu kulit kering,
jerawat, hirsutisme dan suam. Kulit tujuan dari membersihkan kulit
dengan mandi yaitu; membersihkan kulit, stimulasi sirkulasi, citra diri,
pengurangan bau badan dan peningkatan rentang gerak. Tipe mandi
yang terapeutik terdiri dari mandi bak mandi air panas, mandi bak air
hangat, mandi bak air dingin, berendam dan rendam duduk (Potter dan
Perry, 2005).
4.      Perawatan Kaki, Tangan dan Kuku
Kaki dan kuku sering kali memerlukan perawatan khusus untuk
mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan. Perawatan dapat
digabungkan pada saat mandi atau pada waktu yang terpisah. Masalah
yang timbul bukan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap
kaki dan tangan seperti menggigit kuku atau memotong yang tidak
tepat. Pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam dan pemakaian
sepatu yang tidak pas. Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stres
fisik dan emosional (Potter dan Perry, 2005).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

7
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia
adalah :
1.      Faktor Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, pengetahuan tersebut dapat
bersifat intelektual (cara berpikir, berabstrak, analisa, memecahkan
masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comperehension), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Individu
dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu
menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan
sakit.
2.      Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan
penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan
timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa
disebabkan karena Demensia di mana lansia mengalami kemunduran
daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL (Activity of Daily
Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri),
dimulai dari bangun tidur, mandi berpakaian dan seterusnya.
3.      Faktor Ekonomi
Besar pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4.      Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda
memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan
perawatan diri (Potter dan Ferry, 2005).

5.      Faktor Lingkungan


Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk

8
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan
meningkatkan kesejahteraan (Potter dan Ferry, 2005)
6.      Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999
dalam Setiadi 2005)
7.      Faktor Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap
anggotanya begitu juga status kesehatan dari setiap individu
mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk
mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya
melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung
untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga
mereka (Potter dan Ferry, 2005).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia
adalah :

1.      Faktor Pengetahuan


Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, pengetahuan tersebut dapat
bersifat intelektual (cara berpikir, berabstrak, analisa, memecahkan
masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comperehension), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Individu
dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu
menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan
sakit.
2.      Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan
penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan

9
timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa
disebabkan karena Demensia di mana lansia mengalami kemunduran
daya ingat dan hal ini dapat mempengaruhi ADL (Activity of Daily
Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri),
dimulai dari bangun tidur, mandi berpakaian dan seterusnya.
3.      Faktor Ekonomi
Besar pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga.
4.      Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda
memiliki praktik perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang
didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan
perawatan diri (Potter dan Ferry, 2005).

5.      Faktor Lingkungan


Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status fungsional, dan
meningkatkan kesejahteraan (Potter dan Ferry, 2005)
6.      Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1999
dalam Setiadi 2005)
7.      Faktor Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap
anggotanya begitu juga status kesehatan dari setiap individu
mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk
mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya
melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung
untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga
mereka (Potter dan Ferry, 2005).

10
2.1.4 Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:

1.      Fisik
Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan
kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi.
2.      Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, Menarik diri, isolasi diri, Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3.      Sosial
Interaksi kurang,Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma, Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.2    Gangguan Personal Hyigene pada Lansia


Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan
perawatan sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia
terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal
Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan
badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan
posisi tidur (Nugror, 1995).
Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:
1.         Mereka yang masih aktif
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga kebutuhan sehari – hari dapat terenuhi.
2.    Mereka yang pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain,
seperti sakit atau lumpuh.

A.  Perawatan Lansia Aktif


Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara
lain:
1.    Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini
disebabkan kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang

11
bekerja. Maka sehabis mandi kulit lansia sebaiknya diolesi baby oil
terutama di lengan, siku, ketiak, paha, dan sebagainya.

2.    Kebersihan mulut


  Kebersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para
lansia untuk menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi
palsu perlu mendapat perhatian khusus, dibersihkan dengan sabun dan
sikat. Untuk menghilangkan bau gigi palsu direndam dalam air hangat
yang telah dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 – 10
menit, setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan bubuk pembersih
mulut tersebut.
3.    Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan
dalam mencuci rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau
ank cucunya. Sama halnya dengan kulit, rambut orang lansia juga
kehilngan lemaknya sehingga sehabis keramas perlu diberi conditioner.
Setelah selesai mencuci rambut harus segera dikeringkan agar lansia
tidak kedinginan.
4.    Perawatan kuku
            Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting
kuku jangan terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada
orang tua lebih sulit sembuh.
5.    Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar
pakainan harus lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian
lansia dijaga agar tetap rapi karena cenderung para lansia tidak peduli
lagi terhadap pakaiannya. Lansia lebih enak dengan piyama tipis jangan
pakaian dari wool karena bias terjadi iritasi.
6.    Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil
terlihat kabur pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan
terlihat terang. Gejala yang tidak normal antara lain:
a.         Penglihatan menjadi ganda
b.         Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
c.         Sakit pada mata
d.        Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek
e.         Mata yang kemerahan
f.          Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas

12
7.    Lingkungan
 Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah
kelembapan ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan
memasang humidifier. Perubahan temperature secara tiba – tiba harus
dihindarkan.

B.  Perawatan Lansia Pasif


Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat
tidur perlu tetap diperhatikan, yaitu:
1.    Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek
2.    Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap
aktif dan menghindarkan pegal – pegal serta atrofi otot
3.    Letak tidur diatur antara lain :
a.    Letak guling dibawah lutut.
b.    Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet
pada tumit dan bokong.
c.    Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri.
d.   Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur
diberi sandaran atau papah.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu di data biodata pasiennya dan data-data lain untuk
menunjang diagnosa.
A. Identitas
Data-data tersebut harus yang seakurat-akuratnya, agar dapat di
gunakan dalam terhadap berikutnya. Misalnya Nama Klien, No. RM,
Tempat Tanggal Lahir, Umur, Agama, Pendidikan, Alamat, Jenis
Kelamin, Penanggung Jawab.
B. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

13
2) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV),
melena atau hematemesis.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
C. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
D. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
E. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.

14
F. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat
penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan
air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung
yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.Biasanya
pada pasien DHF mengalami perubahan penatalaksanaan kesehatan
yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan
nafsu makan selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi.
3) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat
adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan
gerak akibat penyakitnya.
4) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu
dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa
gelisah pada waktu tidur. Anak dengan DHF sering mengalami kurang
tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan. kadang-kadang anak dengan DHF mengalami
diare atau konstipasi, sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
6) Pola reproduksi dan sexual

15
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system
reproduksi dan seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina
pada anak perempuan.
7) Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi
kesehatan dan gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat diri.
Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghidu
tidak mengalami gangguan.Nyeri dapat menjadi keluhan pada pola
sensori.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul  rasa cemas, gelisah dan
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
9) Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien
tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.Anak dengan DHF
biasanya merasakan cemas dan takut terhadap penyakitnya, anak
cenderung ingin ditemani orang tua dan orang terdekat
10) Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit,karena  klien  harus  menjalani 
perawatan  di  rumah  sakit  maka  dapat  mempengaruhi  hubungan 
dan  peran  klien  baik  dalam  keluarga, lingkungan bermain  dan 
sekolah.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya
akan terganggu.

G. Pemeriksaan fisik

16
1) Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu
tubuh. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai
berikut :
a) Grade I
Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah,tanda-tandavital
dan nadi lemah.
b) Grade II
Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur
c) Grade III
Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d) Grade IV
Kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin.
berkeringat dan kulit tampak biru. meliputi inspeksi,palpasi,
perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

2) Pemeriksaan fisik head to toe


a) Integument
Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
b) Kepala
Bentuk mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih
c) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
reflek pupil isokor.

d) Telinga

17
Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
e) Hidung
Simetris, ada perdarahan hidung / epsitaksis.
f) Mulut
Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kekakuan leher,
nyeri telan.
h) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada penggunaan otot bantu
pernafasan.
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Palpasi : Taktil fremitus normal
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali).
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j) Ekstrimitas
Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi dan
tulang.
k) Genetalia
Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter

H. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) HB dan PVC meningkat (≥20%)

18
b) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d) Ig. D dengue positif
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h) SGOT /SGPT mungkin meningkat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien yang mengalami penyakit
DHF:
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran
intravaskuler ke ekstravaskuler
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
d) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
e) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
f) Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto
pembekuan darah ( trombositopeni )
g) Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan
perdaahan

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Hipertermi b.d Setelah diberikan asuhan Fever treatment:
proses infeksi keperawatan selama 1. Monitor suhu sesering
virus dengue 3x24jam diharapkan mungkin

19
suhu tubuh dalam batas 2. Monitor IWL
normal dengan kriteria 3. Monitor warna dan suhu
hasil : kulit
1) Suhu tubuh pasien 4. Monitor tekanan darah,
dalam batas normal nadi dan RR
(36 – 37 c). 5. Monitor penurunan
2) Nadi dan RR pasien tingkat kesadaran
dalam rentang 6. Monitor WBC, Hb, dan
normal. Hct
3) Tidak ada perubahan 7. Monitor intake dan output
warna kulit dan 8. Berikan antipiretik
tidak ada pusing. 9. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi
udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation:
1. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu

20
3. Monitor TD, Nadi dan
RR
4. Monitor warna dan
suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek egatif
dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipertermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan antipiretik
jika perlu
Vital sign monitoring:
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi

21
tekanan darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi,
RR, sebelum, selama, dan
setelah aktifitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign.
2. Defisit volume Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda-tanda vital
cairan b.d keperawatan selama paling sedikit setiap 4 jam
pindahnya 3x24 jam, diharapkan 2. Monitor tanda-tanda
cairan Gangguan volume cairan meningkatnya kekurangan
intravaskuler ke tubuh klien dapat teratasi cairan: turgor kulit tidak

22
ekstravaskuler dengan kriteria hasil: elastis, ubun-ubun
- volume cairan cekung , produksi urine
perlahan-lahan menurun
teratasi, 3. Observasi dan catat intake
- tidak muntah – muntah dan output cairan
- mulkosa bibir 4. Berikan hidrasi yanga
kemmbali normal adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh
5. Memonitor nilai
laboratorium : elektrolit
darah, BJ urine, dan serum
albumin
6. Monitor dan catat berat
badan
7. Monitor tanda syok
hipovolemik, baringkan
pasien terlentang tanpa
bantal
8. Pasang infus dan berikan
cairan intravena jika
terjadi perdarahan

3. Ketidakseimban Setelah dilakukan asuhan Nutrition management:


gan nutrisi keperawatan selama 1. Kaji adanya alergi
kurang dari 3x24 jam, diharapkan makanan
kebutuhan asupan nutrisi adekuat 2. Kolaborasi dengan ahli
tubuh b.d dengan kriteria hasil : gizi untuk menentukan
anoreksia - Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
berat badan pasien yang dibutuhkan pasien
sesuai dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk
- Berat badan pasien meningkatkan intak FE
ideal sesuai dengan 4. Anjurkan pasien untuk

23
tinggi badan meningkatkan protein
- Pasien mampu dan vitamin C
mengidentifikasi 5. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi 6. Yakinkan diet yang
- Tidak ada tanda- dimakan mengandung
tanda malnutrisi tinggi serat untuk
- Pasien mampu mencegah konstipasi
menunjukkan 7. Berikan makanan yang
peningkatan fungsi terpilih (sudah
pengecapan dari dikonsultasikan dengan
menelan ahli gizi
- Tidak terjadi 8. Ajarkan pasien
penurunan berat bagaimana membuat
badan yang berarti catatan makanan harian
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring:
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor type dan jumlah
aktifitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak

24
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan
rambut kusam dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadan albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
16. Catat jika lidah

25
berwarna magenta,
skarlet
4. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Pain Management:
agens cedera keperawatan selama
1. Lakukan Pengkajian
biologis. 3x24 jam, diharapkan
Nyeri Secara Komprehensif
nyeri pasien terkontrol
Termasuk Lokasi,
dengan kriteria hasil:
Karakteristik, Durasi,
- Klien mampu
Frekuensi,Kualitas Dan
mengontrol nyeri
Faktor Presipitasi
(tahu penyebab nyeri,
2. Observasi Reaksi Non
mampu menggunakan
Verbal Dari
teknik non
Ketidaknyamanan
farmakologi untuk
3. Gunakan Teknik
mengurangi nyeri,
Komunikasi Terapeutik
mencari bantuan).
Untuk Mengetahui
- Pasien mampu
Pengalaman Nyeri Pasien
melaporkan bahwa
4. Kaji Kultur Yang
nyeri berkurang
Mempengaruhi Respon Nyeri
dengan menggunakan
5. Evaluasi Pengalaman
menegement nyeri
Nyeri Masa Lampau
- Pasien mampu
6. Evaluasi Bersama
mengenali nyeri
Pasien Dan Tim Kesehatan
(skala, intensitas,
Lain Tentang
frekuensi dan tanda
Ketidakefektifan Kontrol
nyeri).
Nyeri Masa Lampau
Pasien mampu
7. Bantu Pasien Dan
menyatakan rasa nyaman
Keluarga Untuk Mencari Dan
setelah nyeri berkurang
Menemukan Dukungan
8. Kontrol Lingkungan
Yang Dapat Mempengaruhi
Nyeri Seperti Suhu Ruangan,

26
Pencahayaan Dan Kebisingan
9. Kurangi Faktor
Presipitasi Nyeri
10. Pilih Dan Lakukan
Penanganan Nyeri
(Farmakilogi, Non
Farmakologi Dan
Interpersonal)
11. Kaji Type Dan
Sumber Nyeri Untuk
Menentukan Intervensi
12. Ajarkan Tentang
Teknik Non Farmakologi
13. Berikan Analgetik
Untuk Mengurangi Nyeri
14. Evaluasi Keefektifan
Kontrol Nyeri
15. Tingkatkan Istirahat
16. Kolaborasikan
Dengan Dokter Jika Ada
Keluhan Dan Tindakan Nyeri
Tidak Berhasil
17. Monitor Penerimaan
Pasien Tentang Menagement
Nyeri

Analgesic Administration:

1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat

27
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesic tergantung type dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama
kali
9. Berikan analgesic
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala

5. Resiko syok Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor keadaan umum


hypovolemik keperawatan selama kilen.
b.d perdarahan 3x24 jam, diharapkan 2. Observasi tanda-tanda
yg berlebihan, Tidak terjadi syok vital tiap 2-4 jam.

28
pindahnya hipovolemik.dengan 3. Monitor tanda-tanda
cairan Kriteria hasil : perdarahan.
intravaskuler ke - Tanda-tanda vital 4. Anjurkan keluarga/klien
ekstravaskuler dalam batas normal. untuk segera melapor jika
- Keadaan umum baik ada tanda-tanda
- Syok hypovolemik perdarahan.
tidak terjadi 5. Segera puasakan jika
Kead terjadi perdarahan saluran
aan u pencernaan.
6. Perhatikan keluhan klien
seperti pusing, lemah,
ekstremitas dingin, sesak
nafas
7. Cek Hb, Ht, Trombosit
(sito)
8. Berikan therapi cairan
intra vena jika terjadi
perdarahan.
9. Berikan trasfusi sesuai
instruksi dokter.
6. Resiko terjadi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda
perdarahn b.d keperawatan selama penurunan trombosit yang
penurunan 3x24 jam, diharapkan disertai dengan tanda klinis.
factor-fakto perdarahan tidak ada lagi 2. Jelaskan tentang
pembekuan dengan kriteria hasil: pengaruh trombositopenia
darah - Pendarahan berhenti pada klien
(rombositopeni) atau tidak ada 3. Monitor jumlah
- Hasil trombosit trombosit
normal (150.000/uL). 4. Berikan penjelasan
pada keluarga klien untuk
melaporkan jika ada

29
perdarahan lebih lanjut
seperti hematemesis,
epistaksis.
5. Kolaborasi  dalam
pemberian obat-obatan sesuai
indikasi

7. Kecemasan b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat realita bahaya


kondisi klien keperawatan selama bagi anak dan keluarga
yang memburuk 3x24 jam, diharapkan tingkat ansietas
dan perdaahan kecemasan klien (mis.rendah, sedang,
menurun dengan parah).
kriteria hasil:
2. Nyatakan retalita dan
- Perasaan gelisah dari
situasi seperti apa yang
skala 2 (cukup berat)
dilihat keluarga tanpa
ditingkatkan menjadi
menayakan apa yang
skala 4 (ringan)
dipercaya.
- Gangguan tidur dari
skala 2 (cukup berat)
3. Sediakan informasi yang
ditingkatkan menjadi
akurat sesuai kebutuhan
skala 4 (ringan)
jika diminta oleh keluarga.
- Menunjukkan proses
pikir yang terorganisir 4. Hindari harapan-harapan
dari skala 2 (banyak kosong mis: pertanyaan
terganggu) seperti “semua akan
ditingkatkan menjadi berjalan lancar”.
skala 4 (sedikit
terganggu)
- Informasi di berikan
tentang perjalanan
penyakit dari skala 2
(agak puas)

30
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sangat puas)
- Informasi di berikan
mengenai respon
emosional yang biasa
terhadap penyakit dari
skala 2 (agak puas)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sangat puas)

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah tahap keempat dari proses keperawatan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan (Kozier, 1991).
A. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan dari tiap-tiap masalah atau
diagnosa keperawatan yang ada dalam teori disesuaikan dengan
prioritas keadaan klien.
B. Tahap pelaksanaan terdiri dari :
1) Keterampilan yang diperlukan pada
penatalaksanaan adalah:
a) Kognitif adalah suatu keterampilan yang
termasuk dalam kemampuan memecahkan masalah, membuat
keputusan, berpikir kritis dan penilaian yang kreatif.
b) Interpersonal adalah suatu yang diperlukan
dalam setiap aktivitas perawat yang meliputi keperawatan,
konseling, pemberi support yang termasuk dalam
kemampuan interpersonal diantaranya adalah perilaku,
penguasaan ilmu pengetahuan, ketertarikan oleh penghargaan
terhadap budaya klien, serta gaya hidup. Perawat akan
mempunyai skill yang tinggi dalam hubungan interpersonal

31
jika mereka mempunyai kesadaran akan sensitivitas terhadap
yang lain.
c) Tekhnikal adalah suatu kemampuan yang
tidak bisa dipisahkan dengan interpersonal skill seperti
memanipulasi alat, memberikan suntikan, pembiayaan,
evaluasi dan reposisi.
2) Tindakan Keperawatan
a) Mandiri atau independen adalah suatu
tindakan perawat yang berorientasi pada tim kerja perawat
dalam melakukan, menentukan, merencanakan dan
mengevaluasi tindakannya
b) Interdependen atau kolaborasi adalah suatu
tindakan bersifat kolaboratif tim kesehatan lainnya dalam
menentukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap
klien yang dirawat, contoh : pemberian obat analgetik untuk
mengatasi nyeri pada klien diperlukan kolaborasi dengan
dokter.
3) Pendokumentasian Implementasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawat mencatat
tindakan tersebut dan respon dari pasien dengan menggunakan
format khusus pendokumentasian pada pelaksanaan.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan Poliomyelitis adalah sebagai
berikut:
a. Suhu tubuh dalam batas normal.

32
b. Nyeri hilang
c. Nutrisi seimbang
d. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
e. Tidak mengalami syok hypovolemik
f. Tidak terjadi perdarahan.
g. Tidak mengalami kecemasan
Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan Poliomyelitie dan
apabila dari poin satu sampai dengan poin 7 tersebut sudah tercapai oleh
seorang pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut sudah sehat
dan dapat meninggalkan rumah sakit.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Perawatan personal hygiene adalah perawatan pada kebersihan diri
seseorang. Disini, perawat berkewajiban untuk membantu pasien yang tidak

33
atau yang kurang mampu merawat personal hygienenya sendiri, dengan cara
menyediakan alat dan bahan atau bahkan membantunya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas perawatan diri adalah: faktor
yang ditentukan oleh keadaan masa lalu, situasi lingkungan, lingkungan
dimana kita tinggal serta faktor-faktor pribadi. Lansia perlu mendapatkan
perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung kepada
orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri), menjaga kesehatan
diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya.
Sejalan dengan kemunduran fisiknya lansia membutuhkan pertolongan dari
keluarga untuk memenuhi kebersihan diri.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa/i dan pembaca
sekalian dapat memberikan perhatian terhadap lanjut usia. Pada
mahasiswa/I keperawatan

34
DAFTAR PUSTAKA

Amalya, Hani. (2012). Asuhan Keperawatan-Klien-Dengan-DHF. Diakses


pada Tanggal 24 Juli 2020 pada pukul 16.30
Berhman, dkk.2008. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2. EGC : Jakarta
Depkes RI, 2009. Asuhan Keperawatan berdasarkan Medis & NANDA NIC
NOC. Jogjakarta. Media action
Dongoes, dkk. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
HasanRusepno, 2007. Buku kuliah :Ilmu kesehatan anak. Staf pengajar ilmu
kesehatan FKUI : Jakarta
Hadinegoro H Sri Rejeki, 2005. Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi
virus dengue
pada anak. Ikatan dokter anak Indonesia :Makasar
Kusnoto, 2009. Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional.
M.Jusuf EGC : Jakarta
Nurarif Dan Kusuma, 2015. Buku saku diagnosa keperawatan. Depkes RI.
2009 EGC: Jakarta
Rampengan TH, 2008. Penyakit tropic anak. Kedokteran EGC: Jakarta

35
Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC). USA : Mosby
Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Lynn Betz,Cecily dan Linda A. Sowden.2009.Buku saku Keperawatan Pediatri
edisi 5.Jakarta:EGC
Moorhead, Sue. DKK. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :
Mosby
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

36

Anda mungkin juga menyukai