FLU BURUNG
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Raihan Parahita Fuji N 1910701002
Laili Rizki A 1910701006
Cinta Novanda C 1910701008
Mauriza Sativa 1910701010
Mutya Ayu S 1910701017
Dila Hasna L 1910701018
Sapna Santika 1910701020
Nabila Damayanti 1910701025
Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat
16514Telp. (021) 75332884, website: www.upnvj.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Hiposladia”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Hiposladia ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1............................................................................................................. Latar
Belakang............................................................................................ 1
1.2.............................................................................................................
Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3.............................................................................................................
Tujuan Penulisan................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan....................................................................................... 20
3.2. Saran................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik H5N1 (H :
Haemagglutinin, N : Neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
Influenza burung, atau avian influenza merupakan penyakit infeksi akibat
virus influenzatipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri
termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu, A, B, dan
C. (Setiati, 2014, p. 721)
2.2 Klasifikasi
Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang
terdiridari tiga tipe yaitu:
1. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dengan gejala yang ringandan tidak fatal sehingga tidak
terlalu menjadi masalah.
2. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan
petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2
protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin
dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan
dengan N. (Pohan, 2014, p. 721)
2.3 Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga tipe
ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan virus
influenza tipe A, termasuk dalam famili orthomyxoviruses dengan penyebaran
melalui udra (droplet infection) dan dapat berubah-ubah bentuk. Virus ini terdiri
dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang
H1H5 dan H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung
adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari
pada suhu 22˚C dan lebih dari 30 hari pada 0˚C. Virus akan mati pada pemanasan
60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3 jam dan denan detergen, desinfektan misal
formalin cairan yang mengandung iodine (Nurarif, 2015, p. 1)
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain tiga bagian utama
berupa antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen
S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonunukleu protein.
Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar
dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus.
Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung inti virus dan hanya memegang
peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein
sebelah dalam dan membrane lemak disebelah luarnya. (Nelwan, 2014, p. 725).
2.4 Cara penularan
Bahan infeksius :
1. Tinja
2. sekret saluran napas
3. Penularan melalui udara, kontak langsung.
4. Penularan dari unggas ke unggas, hewan lain dan manusia.
5. Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung
dan tinja
6. Dapat menular dari tinja yg terdapat pada alat2 dan pakaian
7. Sesudah 4 miggu tak dapat dideteksi
8. Penularan dari manusia ke manusia belu terbukti
2.5 Patofisiologi
Virus influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia karena
adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan lain
sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infekai virus masuk ke dalam
saluran pernafasan, dan terjadilah replikasii virus sangat cepat. Terjadinya
replikasi virus yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I, IL-6
TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan gejala
demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami penurunan
daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan organ tubuh
lain. Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan merusak
jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan pneumonia intertitial.
Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar,
pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi banyak sel
mediator peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi oksigen terganggu,
terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain, keadaan ini bisa
terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak
karena proses yang irreveraible (Tamher, 2009, p. 6)
2.6 Tanda dan Gejala
Gejala pada manusia :
1) Masa inkubasi 3 hari dengan rentang 2-4 hari
2) Batuk, pilek, demam >38˚C
3) Sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia dan malaise
4) Diare, konjungtivitis
5) Flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakit dengan ARDS.
6) Kelainan laboratorium, leucopenia, limfopenia,dan trombositopenia.
7) Gangguan ginjal (sebagian besar) berupa peningkatan ureum dan kreatinin.
Gejala pada unggas :
1) Jengger berwarna biru
2) Borok di kaki
3) Kematian mendadak
4) Tanda dan gejala lain pada anak :
5) Nafas terengah-engah
6) Kulit menjadi kehitaman/keabuan
7) Malas minum
8) Muntah-muntah
9) Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
10) Tidak mau disentuh
11) Terkadang gejala hilang tetapi demam dan batuk masih ada
(Nurarif, 2015, pp. 1-2)
Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar virus
ini. Gejala yang timbul dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah.
Meskipun kadang orang yang terinfeksi virus flu burung bisa tidak merasakan
gejala apa pun, tetapi secara umum, penderita flu burung akan mengalami gejala
berupa:
1. Demam
2. Batuk
3. Sakit tenggorokan
4. Nyeri otot
5. Sakit kepala
6. Kelelahan
7. Hidung berair atau tersumbat
8. Sesak napas
Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain
muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata merah
(konjungtivitis). Pada infeksi yang berat, flu burung bahkan bisa menyebabkan
pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), gagal napas, kejang,
dan gangguan sistem saraf.
2.7Penatalaksanaan Medis
1) Oksigenasi bila trdpt sesak napas
2) Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
4) Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungk in dIm waktu 48 jam I
selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dIm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 1
00 mg 2 x sehari.
Tindakan depkes
l) Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp
daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung
pd manusia)
2).Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg diduga
terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
3).Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi
thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
4). Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov.
Jabar, DKI Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen Pp & pl
DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125
5). Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan
kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah
masing- masing
6).Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja
ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat
waspada dan tidak panic.
7) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan
pemda dalam upaya
penanggulangan flu burung.
8).Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko
untuk mencari
kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes ,
deptan, dan WHO.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
- Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H s.
- Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
- Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H sNI dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7
hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi HSN, >1/80 pada spesimen serum yang diambil
pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai
hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau
western blot spesifik H s positif.
3) Uji penapisan
- Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
- ELIS A untuk mendeteksi HsN.
2. Pemeriksaan Hematologi
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah
pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan C'T Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal
sebagai langkah diagnostik dini.
2.9 Komplikasi
Influenza disebarkan melalui percikan cairan di udara dan dihirup
kedalam saluran pernapasan. Masa inkubasinya didalam tubuh antara satu hingga
empat hari sebelum seseorang merasa sakit. Komplikasi cenderung terjadi pada
kanak-kanak dan lanjut usia, danpasien dengan penyakit jantung -paru (cardio
pulmonary) kronis. Komplikasi utama flu adalah pneumonia dari influenza
sendiri, atau pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumonia, atau
haemophilus.
Pneumonia merupakan salah satu komplikasi flu burung yang bisa
terjadi. Menurut ahli dari perawatan paru dan kritis di Weill Cornell Medical
College di New York, Amerika Serikat, penyakit pneumonia yang disebabkan
oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, merupakan infeksi di unit penukar gas
paru-paru (alveoli). Kondisi ini juga disebut sebagai radang paru yang terisi
dengan cairan atau nanah.
Di Indonesia, penyakit pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru
basah. Infeksi yang memicu inflasi pada kantong-kantong udara itu bisa terjadi di
salah satu atau kedua paru-paru. Imbasnya, sekumpulan kantong-kantong udara
kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan
dipenuhi cairan.
Gejala dan dampak pneumonia amat bervariasi. Hal ini dipengaruhi
berdasarkan tingkat keparahannya. Enggak cuma itu, keragaman gejala dan
dampak pneumonia juga dipengaruhi oleh jenis bakteri pemicu infeksi, usia, dan
kondisi kesehatan pengidap. Meski begitu, setidaknya ada beberapa gejala umum
yang biasanya muncul pada pengidap pneumonia, seperti:
1.Demam.
2. Batuk kering atau batuk berdahak kental berwarna kuning atau hijau.
3. Mual atau muntah.
4. Diare.
Dalam kasus komplikasi flu burung berupa pneumonia dengan kesulitan
bernapas, terkadang pengidapnya membutuhkan tambahan oksigen dan alat bantu
napas (ventilator). Enggak cuma itu, pemberian obat-obatan antibiotik juga akan
diberikan sampai pneumonia sembuh.
Pengkajian
Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot,
sakit tenggorokan
2) Infeksi paru.
Pemeriksaan Fisik.
2) Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi
selaput mata.
3) Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.
Data focus
Analisa data
Diagnose keperawatan
domain 11
kelas 2
kode diagnosis 00031
hall. 384
2. Ketidakefektifan pola napas 13 oktober 14 oktober Kelompok flu
b.d gangguan pertukaran gas 2020 2020 burung
Domain 4
Kelas 4
Kode diagnosis 00032
Hall. 228
3. Ketidakseimbangan nutrisi 13 oktober 14 oktober Kelompok flu
kurang dari kebutuhan tubuh 2020 2020 burung
b.d ketidakmampuan
mencerna makanan
Domain 2
Kelas 1
Kode diagnosis 00002
Hall. 153
Intervensi keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Avian influenza (flu burung) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus influenza A (H5N1) yang menimbulkan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Sebagian besar kasus avian influenza pada manusia
berhubungan dengan adanya riwayat kontak dengan peternakan unggas atau
benda yang terkontaminasi. Penularan virus influenza A (H5N1) umumnya
terjadi secara langsung dari unggas ke manusia. Virus influenza A (H5N1) yang
terinspirasi ke dalam saluran pernafasan, kemudian akan berikatan dengan
reseptor virus yang berada di sepanjang saluran pernafasan. Pada infeski primer,
replikasi virus influenza A (H5N1) berlangsung 10-14 hari. Dampak dari infeksi
virus influenza A (H5N1) ini adalah terjadinya lisis epitel saluran pernafasan,
hilangnya fungsi silia, turunnya produksi mukus, dan deskuamasi lapisan epitel.
Hal ini mempermudah terjadinya infeksi bakteri sekunder. Virus influenza A
(H5N1) dapat menyerang berbagai organ pada manusia yang terinfeksi, seperti
paru, mata, saluran percernaan, dan sistem saraf pusat. Manifestasi klinis sangat
bervariasi, mulai dari infeksi yang asimptomatis, gejala saluran pernafasan yang
ringan, hingga pneumonia berat, dan bahkan gagal organ multipel. Pneumonia
yang terjadi dapat disebabkan oleh virus inflenza A (H5N1) sendiri atau juga oleh
bakteri yang masuk dan menginfeksi paru yang memang sedang sakit. Diagnosis
avian inflenza tergantung pada pertimbangan epidemiologis dan klinis. Namun
diagnosis dapat dipastikan secara serologik dengan membandingkan kadar serum
fase konvalesen dengan fase akut dengan uji inhibisi heamaglutinasi, atau pada
isolasi virus atau pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Dalam
penentuan diagnosis avian influenza diperlukan pembakuan definisi kasus untuk
berbagai keperluan. WHO membuat kriteria definisi kasus yang akan terkait
dengan manajemennya, yaitu kasus suspek, probebel, dan terkonfirmasi.
Tatalaksna avian inflenza sangat tergantung tingkat beratnya penyakit. Tatalaksna
tersebut meliputi tatalaksna umum untuk stabilisasi penderita dan tatalksana
khusus untuk eliminasi agen penyebab dan mengatasi kemungkinan infeksi
sekunder atau komplikasi yang lebih berat. Tatalaksana umum meliputi
pemberian oksigen dan hidrasi penderita. Sedangkan tatalksana khusus meliputi
pemberian antivirus, antibiotika, antipiretik. Antivirus yang direkomendasikan
adalah oseltamivir dan zanamavir. Antibiotika dimaksudkan untuk mengatasi
infeksi sekunder. Pada kasus yang berat dengan peneumia yang mengarah pada
gagal pernafasan, penderita dirawat di ruang perawatan intensif, dengan
pertimbangan pemasangan ventilator. Untuk pencegahan avian influenza dapat
dilakukan beberapa tindakan seperti menghindari kontak dengan unggas atau
bahan yang berasal dari unggas yang sakit, pemberian obat antivirus untuk
profilaksis, dan pemberain vaksin.
B. Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi
yang adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan
muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah
sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan
pengobatan dengan baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu
sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor
penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah serta kerjasama
dengan masyarakat.
Daftar pustaka
Akoso, B. T. (2013). Waspada Flu Burung. Jakarta: Kanisius.
Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. jakarta: internaPublishing.
Tamher. (2009). Flu Burung: Aspek Klinis dan Epidemiologis. jakarta: SalembaMedika.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur:
Trans Info Media.