Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

FLU BURUNG

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pengampu:

Disusun oleh :
Raihan Parahita Fuji N 1910701002
Laili Rizki A 1910701006
Cinta Novanda C 1910701008
Mauriza Sativa 1910701010
Mutya Ayu S 1910701017
Dila Hasna L 1910701018
Sapna Santika 1910701020
Nabila Damayanti 1910701025

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat
16514Telp. (021) 75332884, website: www.upnvj.ac.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Hiposladia”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Hiposladia ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bogor, 13 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1............................................................................................................. Latar
Belakang............................................................................................ 1
1.2.............................................................................................................
Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3.............................................................................................................
Tujuan Penulisan................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi ............................................................................................ 4


2.2. Etiologi............................................................................................. 4
2.3. Klasifikasi ........................................................................................ 5
2.4. Manifesti klinis................................................................................. 6
2.5. Patofisiologi dan pathway................................................................. 7
2.6. Komplikasi ....................................................................................... 9
2.7. Pemeriksaan penunjang.................................................................... 9
2.8. Asuhan Keperawatan........................................................................ 11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan....................................................................................... 20
3.2. Saran................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
tipe A (H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama
lain dari penyakit ini antara lain avian influenza (Depkes RI, 2009). Sumber virus
diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Penyakit
flu burung ini pada mulanya menular dari unggas ke unggas, kemudian dapat
menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS FBPI,
2008).
Kejadian flu burung pernah menimbulkan pandemi influenza, terjadi di dunia
pada tahun 1918, dengan jumlah korban meninggal dunia 50 juta sampai 100 juta
jiwa yang disebabkan oleh virus avian influenza subtipe H1N1. Dengan tingkatan
kondisi sangat berbahaya atau membinasakan (devastating). Kejadian ini lebih
dikenal dengan pandemi Flu Spanyol. Selanjutnya, pada tahun 1957 - 1958 terjadi
kembali pandemi yang disebabkan oleh virus avian influenza subtipe virus H2N2
dengan jumlah korban meninggal dunia 1000.000 jiwa. Tingkatan kondisi pada
pandemi ini sedang, artinya tidak berbahaya seperti Pandemi di Spanyol (moderat).
Kejadian ini lebih dikenal dengan dengan Flu Asia. Kemudian terjadi kembali
pandemi pada tahun 1968-1969 disebut dengan Flu Hongkong yang disebabkan oleh
virus subtipe H3N2 dengan jumlah korban meninggal dunia 1000.0000 jiwa.
Tingkatan kondisi pada pandemi ini dalam kondisi ringan (Mild). Tidak sedahsyat
pandemi Flu Spanyol dan Flu Asia (Avian Influenza Report, 2006).
Tahun 1997 virus avian influenza dengan subtipe H5N1 yang menyerang unggas
muncul kembali di Hongkong. Walaupun belum dapat dipastikan akan terjadi
pandemi influensa setelah tahun 1969. Tampaknya sifat virus mudah berubah dengan
sangat cepat, sehingga banyak spesies unggas yang dapat bertindak sebagai
pembawa virus (reservoir) yaitu sekitar 100 spesies burung liardapat diisolasi virus
avian influenza. Hal ini terbukti pada tahun 1999 terjadi kasus pada unggas dengan
kejadian yang besar (outbreak) kembali yang selanjutnya menyebar ke Asia
Tenggara dan Asia Timur. Kemudian muncul kembali pada Februari tahun 2003.
Selanjutnya menyebar ke Korea Selatan, Jepang, Thailand, Indonesia, Filipina,
Korea Utara, Kamboja, Siberia, Romania, dan Turki. Hingga tahun 2005 tercatat 150
juta unggas unggas yang mati atau dimusnahkan. Kemudian menyebar ke Belanda
dan Negara-negara Asia termasuk Indonesia (www.avianflu.unair.ac.id).
Pertama kali kasus flu burung pada unggas di Indonesia yang menyerang ayam
ras terjadi dibeberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Pada bulan Agustus tahun 2003.
Diantaranya adalah Kabupaten Pekalongan. Hasil pengujian laboratorium diagnostik
kesehatan hewan ditemukan bahwa penyakit tersebut adalah akibat virus tetelo atau
Newcastle Disease (ND)a yang mematikan. Hingga bulan Oktober-November 2003,
kasus penyakit tersebut telah meningkat dengan jumlah kematian tinggi dan
menyebar ke lokasi lainnya yang kemudian diketahui sebagai flu burung. Penyakit
tersebut selanjutnya menyerang juga pada peternakan perbibitan serta peternakan
ayam petelur (layer) dan ayam pendaging (broiler). Jenis ternak unggas lainya yang
terserang adalah ayam kampung, itik, dan burung puyuh. Wilayah yang terjangkit flu
burung pada tahun 2003 telah mencapai 9 propinsi meliputi 51 kabupaten dan
jumlah ayam/unggas yang mati mencapai 4,7 juta ekor (Renstra Nasional
Pengendalian AI. 2005).
Terhitung mulai bulan Agustus 2003 sampai pertengahan tahun 2007 jutaan
unggas mati mendadak dan serempak dalam setiap kasus kematian. Jumlah kematian
terbesar terjadi antara bulan November 2003 sampai Maret 2004. Dalam kurun
waktu tersebut, hampir 223 dari 444 Kabupaten/Kota di Indonesia merupakan
wilayah endemis flu burung pada unggas. Virus flu burung pada unggas terus
menyebar luas dan sudah mencapai lebih dari 78.8 % wilayah Propinsi dan lebih dari
40, 2% Kabupaten di Indonesia. Sampai saat ini, keberadaan viru flu burung belum
dapat dibasmi secara tuntas (Muladno, dkk, 2008)6. Sampai dengan 2008 daerah
yang endemis flu burung pada unggas dari 31 propinsi di Indonesia terdapat 298
Kabupaten/Kota (Deptan RI, 2008).
Flu burung pada awalnya merupakan penyakit hewan, kemudian dapat menular
ke manusia (zoonosis.). Ternyata pada tahun 1997 tepatnya di Hongkong, terjadi
kasus pada manusia atau terjadi penularan dari unggas ke manusia. Dengan kasus
kejadian 18 Orang diduga (Suspect) dan 6 orang positif, meninggal dunia
(confirmed). Kemudian menyerang kembali di Hongkong bulan Februari tahun 2003
(2 kasus dan meninggal dunia) (WHO, 2009).

1.1. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu definisi dari flu burung ?
2. Apa etiologi dan klasifikasi dari flu burung ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari flu burung ?
4. Bagaimana patofisiologi dan patoflow dari flu burung ?
5. Apa saja komplikasi dari flu burung ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari flu burung ?
7. Bagamaimana Asuhan keperawatan dari flu burung ?
1.2. TUJUAN PENULISAN
Bagaimanakan Asuhan keperawatan pada pasien anak penderita
hipospadia yang mengalami gangguan pada menjaga keseimbangan
mereka
1.2.1 TUJUAN UMUM
Menerapkan asuhan keperawatan pada klien hipospadia
komperehensif
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
a. Melakukan pengkajian khusus pada hipospadia
b. Melakukan Analisa data hasil pengkajian dan menetapkan
diagnosa keperawatan pada hipospadia
c. Menerapkan rencana keperawatan pada klien hipospadia
d. Melakukan implemenasi Keperawatan pada klien dengan
hipospadia
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada pasien hipospadia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik H5N1 (H :
Haemagglutinin, N : Neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
Influenza burung, atau avian influenza merupakan penyakit infeksi akibat
virus influenzatipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri
termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu, A, B, dan
C. (Setiati, 2014, p. 721)
2.2 Klasifikasi
Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang
terdiridari tiga tipe yaitu:
1. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dengan gejala yang ringandan tidak fatal sehingga tidak
terlalu menjadi masalah.
2. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan
petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2
protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin
dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan
dengan N. (Pohan, 2014, p. 721)

Penderita Konfirm HSN! dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya


penyakit (MOPH Thailand, 2005)

Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia

Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal


Nafas
Derajat IIl : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas

Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory


Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF).

2.3 Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga tipe
ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan virus
influenza tipe A, termasuk dalam famili orthomyxoviruses dengan penyebaran
melalui udra (droplet infection) dan dapat berubah-ubah bentuk. Virus ini terdiri
dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang
H1H5 dan H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung
adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari
pada suhu 22˚C dan lebih dari 30 hari pada 0˚C. Virus akan mati pada pemanasan
60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3 jam dan denan detergen, desinfektan misal
formalin cairan yang mengandung iodine (Nurarif, 2015, p. 1)
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain tiga bagian utama
berupa antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen
S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonunukleu protein.
Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar
dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus.
Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung inti virus dan hanya memegang
peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein
sebelah dalam dan membrane lemak disebelah luarnya. (Nelwan, 2014, p. 725).
2.4 Cara penularan
Bahan infeksius :
1. Tinja
2. sekret saluran napas
3. Penularan melalui udara, kontak langsung.
4. Penularan dari unggas ke unggas, hewan lain dan manusia.
5. Unggas yg terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung
dan tinja
6. Dapat menular dari tinja yg terdapat pada alat2 dan pakaian
7. Sesudah 4 miggu tak dapat dideteksi
8. Penularan dari manusia ke manusia belu terbukti

2.5 Patofisiologi
Virus influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia karena
adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan lain
sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infekai virus masuk ke dalam
saluran pernafasan, dan terjadilah replikasii virus sangat cepat. Terjadinya
replikasi virus yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I, IL-6
TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan gejala
demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami penurunan
daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan organ tubuh
lain. Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan merusak
jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan pneumonia intertitial.
Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar,
pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi banyak sel
mediator peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi oksigen terganggu,
terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain, keadaan ini bisa
terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak
karena proses yang irreveraible (Tamher, 2009, p. 6)
2.6 Tanda dan Gejala
Gejala pada manusia :
1) Masa inkubasi 3 hari dengan rentang 2-4 hari
2) Batuk, pilek, demam >38˚C
3) Sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia dan malaise
4) Diare, konjungtivitis
5) Flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakit dengan ARDS.
6) Kelainan laboratorium, leucopenia, limfopenia,dan trombositopenia.
7) Gangguan ginjal (sebagian besar) berupa peningkatan ureum dan kreatinin.
Gejala pada unggas :
1) Jengger berwarna biru
2) Borok di kaki
3) Kematian mendadak
4) Tanda dan gejala lain pada anak :
5) Nafas terengah-engah
6) Kulit menjadi kehitaman/keabuan
7) Malas minum
8) Muntah-muntah
9) Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
10) Tidak mau disentuh
11) Terkadang gejala hilang tetapi demam dan batuk masih ada
(Nurarif, 2015, pp. 1-2)
Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar virus
ini. Gejala yang timbul dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah.
Meskipun kadang orang yang terinfeksi virus flu burung bisa tidak merasakan
gejala apa pun, tetapi secara umum, penderita flu burung akan mengalami gejala
berupa:
1. Demam
2. Batuk
3. Sakit tenggorokan
4. Nyeri otot
5. Sakit kepala
6. Kelelahan
7. Hidung berair atau tersumbat
8. Sesak napas
Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain
muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata merah
(konjungtivitis). Pada infeksi yang berat, flu burung bahkan bisa menyebabkan
pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), gagal napas, kejang,
dan gangguan sistem saraf.
2.7Penatalaksanaan Medis
1) Oksigenasi bila trdpt sesak napas
2) Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
4) Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungk in dIm waktu 48 jam I
selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dIm 2 dosis.bila BB > 45 kg diberikan 1
00 mg 2 x sehari.
Tindakan depkes
l) Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp
daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung
pd manusia)
2).Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg diduga
terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
3).Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi
thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
4). Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov.
Jabar, DKI Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen Pp & pl
DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125
5). Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan
kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah
masing- masing
6).Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja
ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat
waspada dan tidak panic.
7) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan
pemda dalam upaya
penanggulangan flu burung.
8).Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko
untuk mencari
kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes ,
deptan, dan WHO.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
- Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H s.
- Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
- Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H sNI dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7
hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi HSN, >1/80 pada spesimen serum yang diambil
pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai
hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau
western blot spesifik H s positif.
3) Uji penapisan
- Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
- ELIS A untuk mendeteksi HsN.
2. Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, imfosit total. Umumnya


ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

3. Pemeriksaan Kimia darah

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis


Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,peningkatan SGOT dan
SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis
Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan
perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

4. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah
pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan C'T Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal
sebagai langkah diagnostik dini.

5. Pemeriksaan Post Mortem


Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat
(recropsi), specimen dikirim untuk pemerik saan patologi anatomi dan PCR.

2.9 Komplikasi
Influenza disebarkan melalui percikan cairan di udara dan dihirup
kedalam saluran pernapasan. Masa inkubasinya didalam tubuh antara satu hingga
empat hari sebelum seseorang merasa sakit. Komplikasi cenderung terjadi pada
kanak-kanak dan lanjut usia, danpasien dengan penyakit jantung -paru (cardio
pulmonary) kronis. Komplikasi utama flu adalah pneumonia dari influenza
sendiri, atau pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumonia, atau
haemophilus.
Pneumonia merupakan salah satu komplikasi flu burung yang bisa
terjadi. Menurut ahli dari perawatan paru dan kritis di Weill Cornell Medical
College di New York, Amerika Serikat, penyakit pneumonia yang disebabkan
oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, merupakan infeksi di unit penukar gas
paru-paru (alveoli). Kondisi ini juga disebut sebagai radang paru yang terisi
dengan cairan atau nanah.
Di Indonesia, penyakit pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru
basah. Infeksi yang memicu inflasi pada kantong-kantong udara itu bisa terjadi di
salah satu atau kedua paru-paru. Imbasnya, sekumpulan kantong-kantong udara
kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan
dipenuhi cairan.
Gejala dan dampak pneumonia amat bervariasi. Hal ini dipengaruhi
berdasarkan tingkat keparahannya. Enggak cuma itu, keragaman gejala dan
dampak pneumonia juga dipengaruhi oleh jenis bakteri pemicu infeksi, usia, dan
kondisi kesehatan pengidap. Meski begitu, setidaknya ada beberapa gejala umum
yang biasanya muncul pada pengidap pneumonia, seperti:
1.Demam.
2. Batuk kering atau batuk berdahak kental berwarna kuning atau hijau.
3. Mual atau muntah.
4. Diare.
Dalam kasus komplikasi flu burung berupa pneumonia dengan kesulitan
bernapas, terkadang pengidapnya membutuhkan tambahan oksigen dan alat bantu
napas (ventilator). Enggak cuma itu, pemberian obat-obatan antibiotik juga akan
diberikan sampai pneumonia sembuh.

Manajemen Keperawatan pada Klien Flu Burung

Pengkajian

Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot,
sakit tenggorokan

Riwayat penyakit sekarang

1) Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada.

2) Infeksi paru.

3) Batuk dan pilek.

4) Infeksi selaput mata.

Pemeriksaan Fisik.

1) Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen.

2) Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi
selaput mata.

3) Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.

Data focus

N Data subjektif Data objektif


o
1. - Pasien mengatakan badannya terasa - Suhu badan pasien meningkat diatas 38
panas 0C
- Pasien mengatakan nyeri pada - Pada pemeriksaan photo thorax
tenggorokannya terdapat infiltrate di paru
- Pasien mengatakan tidak nafsu - BB menurun
makan - mukosa bibir kering
- Pasien mengatakan dadanya - Pasien tampak batuk dan
terasa nyeri dan sesak saat bernafas mengeluarkan sputum
- Pasien mengatakan dirinya - Pasien tampak sesak dengan RR diatas
sempat muntah dan diare 30 x/menit
- PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg
- Tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan
diastolic < 60 mmHg
- Serum kreatinin ≥ 2mg/dl
- Jumlah limfosit, leukosit dan trombosit
menurun

Analisa data

No data Etiologic Masalah


1. Data subjektif peningkatan produksi secret Ketidakefektifan
- Pasien bersihan jalan napas
mengatakan nyeri domain 11
pada kelas 2
tenggorokannya kode diagnosis 00031
- Pasien hall. 384
mengatakan
dadanya terasa
nyeri dan sesak
saat bernafas
Data objektif
- Pada pemeriksaan
photo thorax
terdapat infiltrate
di paru
- Pasien tampak
batuk dan
mengeluarkan
sputum
- Pasien tampak
sesak dengan RR
diatas 30 x/menit
2. Data subjektif gangguan suplai oksigen Pola nafas tidak
- Pasien (obstruksi jalan napas oleh efektif
mengatakan sekresi).
dadanya terasa
nyeri dan sesak Domain 4
saat bernafas Kelas 4
Data subjektif Kode diagnosis 00032
- Pasien tampak Hall. 228
sesak dengan RR
diatas 30 x/menit
- PaO2 atau FiO2 <
250 mmHg
- tekanan sistolik <
90 mmHg, tekanan
diastolic < 60
mmHg
- Jumlah limfosit,
leukosit dan
trombosit menurun
3. Data subjektif Ketidakmampuan mencerna Ketidakseimbangan
- Pasien makanan nutrisi kurang dari
mengatakan tidak kebutuhan tubuh
nafsu makan Domain 2
- Pasien Kelas 1
mengatakan Kode diagnosis 00002
dirinya sempat Hall. 153
muntah dan diare
Data objektif
- Bb turun
- Serum kreatinin ≥
2mg/dl
- Mukosa bibir
kering

Diagnose keperawatan

No Nama diagnose Tanggal Tanggal Paraf


ditemukan teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan 13 oktober 14 oktober Kelompok flu
jalan napas b.d sekresi yang 2020 2020 burung
tertahan

domain 11
kelas 2
kode diagnosis 00031
hall. 384
2. Ketidakefektifan pola napas 13 oktober 14 oktober Kelompok flu
b.d gangguan pertukaran gas 2020 2020 burung

Domain 4
Kelas 4
Kode diagnosis 00032
Hall. 228
3. Ketidakseimbangan nutrisi 13 oktober 14 oktober Kelompok flu
kurang dari kebutuhan tubuh 2020 2020 burung
b.d ketidakmampuan
mencerna makanan

Domain 2
Kelas 1
Kode diagnosis 00002
Hall. 153

Intervensi keperawatan

No. Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Paraf


1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan Tindakan NIC Klp flu
bersihan jalan napas keperawatan 2x 24 jam 1. Kaji/pantau frekuensi burung
b.d sekresi yang diharap bersihan jalan napas pernapasan. Catat rasio
tertahan efektif dengan kriteria inspirasi/ekspirasi.
hasil : 2. Berikan psioterapi dada
1. Frekuensi napas dan Anjurkan pasien untuk
normal ( 16- batuk efektif
20x/menit) 3. Kolaborasi dalam
2. Bunyi napas pemberian tindakan
vesikuler nebulizer
3. Tidak ada dyspnea 4. Pertahankan polusi
dan cyanosis lingkungan minimum, mis.,
debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan
kondisi individu.
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Tindakan NIC Klp flu
napas b.d gangguan keperawatan 2 x 24 jam 1.Kaji frekuensi , burung
pertukaran gas diharapkan pola napas klien kedalaman dan
normal dengan kriteria hasil kemudahan bernapas
1. AGD dalam rentan 2. observasi kondisi
normal ( PCO2 : terjadinya hipotesi,
35-45 mmHG, PO2 banyaknya sputum, dan
: 80-100 mmHG) . perubahan tingkat
2. Tidak ada distress kesadaran
pernafasan 3. awasi suhu tubuh, bantu
Tindakan penurunan
demam
4. berikan terapi O2 yang
benar
5. Berikan cairan IV
melalui alat kontrol.

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Tindakan 1. Auskultasi bising Klp flu


nutrisi kurang dari keperawatan 2x 24 jam usus burung
kebutuhan tubuh b.d diharapkan nutrisi klien 2. Timbang bb
ketidakmampuan terpenuhi dengan kriteria 3. Berikan makanan
mencerna makanan hasil porsi kecil dengan
- Peningkatan bb frekuensi sering
- Menunjukan 4. Berikan perawatan
peningkatan nafsu mulut buang
makan sekret, berikan
- Tidak ada mual wadah khusus
muntah untuk sekali pakai
dan tisu

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Avian influenza (flu burung) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus influenza A (H5N1) yang menimbulkan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Sebagian besar kasus avian influenza pada manusia
berhubungan dengan adanya riwayat kontak dengan peternakan unggas atau
benda yang terkontaminasi. Penularan virus influenza A (H5N1) umumnya
terjadi secara langsung dari unggas ke manusia. Virus influenza A (H5N1) yang
terinspirasi ke dalam saluran pernafasan, kemudian akan berikatan dengan
reseptor virus yang berada di sepanjang saluran pernafasan. Pada infeski primer,
replikasi virus influenza A (H5N1) berlangsung 10-14 hari. Dampak dari infeksi
virus influenza A (H5N1) ini adalah terjadinya lisis epitel saluran pernafasan,
hilangnya fungsi silia, turunnya produksi mukus, dan deskuamasi lapisan epitel.
Hal ini mempermudah terjadinya infeksi bakteri sekunder. Virus influenza A
(H5N1) dapat menyerang berbagai organ pada manusia yang terinfeksi, seperti
paru, mata, saluran percernaan, dan sistem saraf pusat. Manifestasi klinis sangat
bervariasi, mulai dari infeksi yang asimptomatis, gejala saluran pernafasan yang
ringan, hingga pneumonia berat, dan bahkan gagal organ multipel. Pneumonia
yang terjadi dapat disebabkan oleh virus inflenza A (H5N1) sendiri atau juga oleh
bakteri yang masuk dan menginfeksi paru yang memang sedang sakit. Diagnosis
avian inflenza tergantung pada pertimbangan epidemiologis dan klinis. Namun
diagnosis dapat dipastikan secara serologik dengan membandingkan kadar serum
fase konvalesen dengan fase akut dengan uji inhibisi heamaglutinasi, atau pada
isolasi virus atau pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Dalam
penentuan diagnosis avian influenza diperlukan pembakuan definisi kasus untuk
berbagai keperluan. WHO membuat kriteria definisi kasus yang akan terkait
dengan manajemennya, yaitu kasus suspek, probebel, dan terkonfirmasi.
Tatalaksna avian inflenza sangat tergantung tingkat beratnya penyakit. Tatalaksna
tersebut meliputi tatalaksna umum untuk stabilisasi penderita dan tatalksana
khusus untuk eliminasi agen penyebab dan mengatasi kemungkinan infeksi
sekunder atau komplikasi yang lebih berat. Tatalaksana umum meliputi
pemberian oksigen dan hidrasi penderita. Sedangkan tatalksana khusus meliputi
pemberian antivirus, antibiotika, antipiretik. Antivirus yang direkomendasikan
adalah oseltamivir dan zanamavir. Antibiotika dimaksudkan untuk mengatasi
infeksi sekunder. Pada kasus yang berat dengan peneumia yang mengarah pada
gagal pernafasan, penderita dirawat di ruang perawatan intensif, dengan
pertimbangan pemasangan ventilator. Untuk pencegahan avian influenza dapat
dilakukan beberapa tindakan seperti menghindari kontak dengan unggas atau
bahan yang berasal dari unggas yang sakit, pemberian obat antivirus untuk
profilaksis, dan pemberain vaksin.
B. Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi
yang adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan
muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah
sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan
pengobatan dengan baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu
sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor
penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah serta kerjasama
dengan masyarakat.

Daftar pustaka
Akoso, B. T. (2013). Waspada Flu Burung. Jakarta: Kanisius.

J.Kunoli, F. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: KDT.

Nelwan, R. (2014). Influenza Dan Pencegahannya. jakarta: Interna Publishing.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic-Noc. jogjakarta: MediAction.

Pohan, H. T. (2014). Influenza Burung (Avian Influenza). Jakarta: InternaPublishing.

Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. jakarta: internaPublishing.

Tamher. (2009). Flu Burung: Aspek Klinis dan Epidemiologis. jakarta: SalembaMedika.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur:
Trans Info Media.

Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Dame Merry Cristy Pane. 2020. Flu Burung. Jakarta: Alodokter

Anda mungkin juga menyukai