Anda di halaman 1dari 90

MALARIA dan MALARIA BERAT

Rizka Humardewayanti
Penyakit Tropik Infeksi Fakultas Kedokteran UGM
Yogyakarta
11/02/22 1
11/02/22 2
11/02/22 3
PENYEBAB MALARIA
•Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina.
•Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu:
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan
Plasmodium knowlesi.
Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon
darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen.
Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara
lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6).
TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang
merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam.

11/02/22 5
Patogenesis
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang
terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.
• Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel
darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari
seluruh jumlah sel darah merah.
• P. malariae menginfeksi sel darah merah tua yang
jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah.
• Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax , P. ovale
dan P. malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.
• Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel
darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi
akut dan kronis.
11/02/22 6
Patogenesis
Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana
Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan
limposit.
Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa
membesar.

11/02/22 7
Patogenesis
Malaria berat akibat P. falciparum mempunyai patogenesis
yang khusus.
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses
sekuestrasi, yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit
tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh.
Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan
membentuk knob yang berisi berbagai antigen P. falciparum.
Sitokin (TNF,IL-6 dan lain lain) yang diproduksi oleh sel
makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan
terekspresinya reseptor endotel kapiler.

11/02/22 8
MEKANISME PATOGENESIS

PRBC

Pf-EMP-1

ELAM VCAM CD-36 TSP


ICAM-1
ENDOTEL
Patogenesis
Pada saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel
endotel kapiler terjadilah proses sitoadherensi. Akibat dari
proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam
pembuluh kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia
jaringan.
Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses
terbentuknya “rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah
merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.
Pada proses sitoaderensi ini juga terjadi proses imunologik
yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin
(TNF, IL-6 dan lain lain), dimana mediator tersebut
mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan
tertentu.
11/02/22 10
MEKANISME SITOADHEREN

EP

PRBC

Knob

ENDOTEL
MEKANISME PATOGENESIS: ROSSETTING

PRBC
11/02/22 13
Jenis Malaria
1. Malaria Falsiparum
• Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
• Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu.
• Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks
• Disebabkan oleh Plasmodium vivax.
• Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2
hari.
• Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax.

11/02/22 14
Jenis Malaria
3. Malaria Ovale
• Disebabkan oleh Plasmodium ovale.
• Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan.
• Pola demam seperti pada malaria vivaks.
4. Malaria Malariae
• Disebabkan oleh Plasmodium malariae.
• Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3
hari.
5. Malaria Knowlesi
• Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi.
• Gejala demam menyerupai malaria falsiparum.
11/02/22 15
Masa Inkubasi Penyakit Malaria

11/02/22 16
GEJALA MALARIA
• Gejala demam tergantung jenis malaria.
• Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium
dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian
berkeringat banyak.
• Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non
imun (berasal dari daerah non endemis).
• Selain gejala klasik di atas, dapat ditemukan gejala lain
seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan
nyeri otot . Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-
orang yang tinggal di daerah endemis (imun).

11/02/22 17
Standar diagnosis
• Setiap penderita yang diduga malaria harus
diperiksa darah malaria dengan mikroskop atau
RDT.
• Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka
hasil diagnosis malaria harus didapatkan dalam
waktu kurang dari 1 hari terhitung sejak pasien
memeriksakan diri.
Standar diagnosis
• Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang
menderita demam atau memiliki riwayat demam dalam 48
jam terakhir atau tampak anemi; wajib diduga malaria tanpa
mengesampingkan penyebab demam yang lain.
• Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria
yang menderita demam atau riwayat demam dalam 7 hari
terakhir dan memiliki risiko tertular malaria; wajib diduga
malaria.
• Risiko tertular malaria termasuk : riwayat bepergian ke
daerah endemik malaria atau adanya kunjungan individu
dari daerah endemik malaria di lingkungan tempat tinggal
penderita.
Diagnosis Malaria
• Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
• Anamnesis :
a. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
• Demam :
• Ruptur skizon
• Reaksi terhadap pirogen endogen

11/02/22 20
Diagnosis Malaria
• Demam paroksismal periodik -- Trias malaria
• Periode dingin (20 menit- 1 jam) : kulit dingin, kering,
menggigil diikuti meningkatnya suhu
• Periode panas (1-4 jam) : muka merah, kulit panas, kering, nadi
cepat suhu bisa 400C atau lebih, nyeri kepala, muntah. Dapat
terjadi syok
• Periode berkeringat (1-3 jam): berkeringat mulai temporal,
diikuti seluruh tubuh, sampai basah, suhu turun, penderita
bisa tertidur dan bangun dengan merasa sehat
• Trias malaria dapat 6-10 jam, lebih sering pada vivax. Pada
falsifarum menggigil dapat lebih berat atau tidak ada
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
e. Riwayat transfusi
11/02/22 21
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan fisik
a. Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran Limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)

11/02/22 22
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
• Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis
2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test)

11/02/22 23
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
• Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis
• Semi Kuantitatif
• (-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
• (+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)
• (++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
• (+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
• (++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
• Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
• - Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
• - Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
• - Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
11/02/22 24
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan laboratorium
• Kuantitatif
• Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah
tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
• Contoh :
• Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah
lekosit 8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit =
60.000 parasit/uL.
• Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah
eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50
= 225.000 parasit/uL.
• Bila SD (-) à ulang tiap hari (3 hari) bila (-) malaria disingkirkan
2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test)

11/02/22 27
DIAGNOSIS PARASITOLOGI

• Test diagnostik cepat (deteksi antigen) :


• HRP-2 (histidine rich protein -2)
• P.F. test ( Becton -Dickingson )
• ICT test
• PARACHECK ( Orchid )
• Sensitivitas 95.7%, Spesifisitas 86.6%
• Sensitivitas deteksi : 10 par/ uL
• Waktu 7 menit
• Parasit LDH
• OPTIMAL

• PCR (Polymerase Chain Reaction


1.Penetesan Sampel ICT Malaria P.f. test
2. Penetesan Reagen

3. Pembacaan Hasil
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
dan Sequensing DNA
• Membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P.
falcifarum.
• Identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah parasitnya
rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis.
• Membedakan antara parasit impor atau indigenous.

11/02/22 30
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan laboratorium
• Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan
penunjang yang perlu dilakukan adalah:
1. Pengukuran hemoglobin dan hematokrit;
2. Penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan
SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum,
kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah); dan
4. Urinalisis.

11/02/22 31
MALARIA BERAT
Malaria berat
• ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan
minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil
laboratorium (WHO, 2015):
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan
sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9.
11/02/22
Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92% 33
Malaria berat
• Gambaran laboratorium
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk
endemis sedang-rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit
<15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit
/μl di daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
• Tahun 2006 : P vivax diakui oleh WHO dapat
menyebabkan malaria berat
11/02/22 34
PENGOBATAN
MALARIA
TANPA
KOMPLIKASI

11/02/22 35
STANDAR PENGOBATAN
• Pengobatan penderita malaria harus mengikuti
kebijakan nasional pengendalian malaria di
Indonesia.
• Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada
penderita dengan hasil pemeriksaan darah malaria
positif.
• Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati
dengan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT)
plus primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya.
STANDAR PENGOBATAN
• Setiap tenaga kesehatan harus memastikan
kepatuhan pasien meminum obat sampai habis
melalui konseling agar tidak terjadi resistensi
Plasmodium terhadap obat.
• Penderita malaria berat harus diobati dengan
Artesunate intramuskular atau intravena dan
dilanjutkan ACT oral plus primakuin.
• Jika penderita malaria berat akan dirujuk, sebelum
dirujuk penderita harus diberi dosis awal
Artesunate intramuskular/ intravena
TERAPI MALARIA
Obat Khasiat Cara pemberian
Chloroquine § Schizontisida darah untuk semua jenis § 10 mg basa/kg hari I dan II diikuti 5 mg/kg pd
Plasmodium manusia dan gametositosida P vivax hari III
& malariae § Untuk P. vivax atau ovale, primaquine (0.25
§ Standar profilaksis, pengobatan malaria klinis dan mg basa/kg per hr selama 14 hr)
radikal malaria tanpa komplikasi

SP § Schizontisida darah dan sporontosida semua § 25/1.25 mg/kg dosis tunggal (3 tablet)
plasmodium
Quinine § Schizontisida darah semua jenis plasmodium dan § 10 mg garam/kg per 8 j selama 7 hr bersama
gametosida P. vivax & malariae primakuin
§ Alternatif untuk radikal malaria falsifarum tanpa § 10 mg garam/kg IV infus D5/NaCl selama 4 j
komplikasi dan untuk malaria berat diikuti 10 mg/kg tiap 8 j

Primakuin § Schizontisida jaringan, gametosida & § 0,5-0,75 mg basa/KgBB


sporontosida plasmodium manusia

Quinidine § Schizontisida darah semua plasmodium dan § Dosis pengobatan ≈ Kina


gametosida P. vivax & malariae

Mefloquine § Schizontisida darah 4 jenis plasmodium dan § 15 mg/kg dosis tunggal


resisten

Artesunate • Schizontisida darah untuk P. falsifarum dan vivax • Oral : 2 mg/KgBB/dosis 2x1 (I) 2 mg/KgBB
• Dari obat tradisional China qinghao 1x1 (4 hr selanjutnya)
• Untuk resisten multidrug, malaria atau bila kina • Malaria berat : 1,2 mg/KgBB/dosis (0,4,24,48
tidak efektif jam – 3 hr)
• 2.4 mg/kg IV atau IM diikuti 1.2 mg/kg pada
12 dan 24 j kemudian per hari
Artemether Sama dengan artesunate • Oral ≈ artesunate
• Malaria berat : 1,6 mg/KgBB/dosis IM 2x
sehari (I) à 1,6 mg/KgBB/dosis 1x1 (4
11/02/22 hrberikutnya) 39
Terapi
• Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin
dengan golongan aminokuinolin, yaitu:
• Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP).
• 1 (satu) tablet FDC mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320 mg
piperakuin.
• Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal
harian sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin
dosis 16-32mg/kgBB
• Artesunat - Amodiakuin
• Kemasan artesunat – amodiakuin yang ada pada program pengendalian
malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg
dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.

11/02/22 40
Malaria falsiparum

11/02/22 41
Artesdiaquine+
Primaquine

11/02/22 42
Malaria vivaks

11/02/22 43
Artesdiaquine+
Primaquine

11/02/22 44
Catatan
• Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.
• Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat
badan.
• Apabila pasien P. falciparum dengan BB >80 kg datang kembali dalam
waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan
Darah masih positif P. falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis
ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

11/02/22 45
Pengobatan malaria vivaks yang
relaps
• Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan
dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.

Pengobatan malaria ovale


• DHP ditambah dengan Primakuin selama 14 hari.
• Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.

11/02/22 46
Pengobatan malaria malariae
• Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali
perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan
pengobatan malaria lainnya TANPA primakuin

Pengobatan infeksi campur P. falciparum


+ P. vivax/P.ovale
• ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25
mg/kgBB/hari selama 14 hari.

11/02/22 47
PENGOBATAN MALARIA
FALCIPARUM PADA IBU HAMIL

TANPA Primakuin

11/02/22 48
PENGOBATAN MALARIA VIVAX PADA
IBU HAMIL

TANPA Primakuin

11/02/22 49
11/02/22 50
Terapi malaria pada HIV
• Hrs mendapat terapi standard malaria
PENGOBATAN MALARIA

11/02/22 52
STANDAR PEMANTAUAN
PENGOBATAN
• Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan
klinis dan mikroskopis.
• Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan
dilakukan setelah pengobatan selesai (hari ke-3),
hari ke-7, 14, 21, dan 28.
• Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan
dilakukan setiap hari hingga tidak ditemukan parasit
dalam sediaan darah selama 3 hari berturut-turut,
dan setelahnya di evaluasi seperti pada penderita
rawat jalan.
PEMANTAUAN PENGOBATAN
Penderita rawat jalan evaluasi pengobatan
dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara
mikroskopis.

Rawat inap : dilakukan setiap hari dengan


pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga
klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif.
Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke
7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis
dan sediaan darah secara mikroskopis
KLASIFIKASI RESPON PENGOBATAN ( WHO 2006 )

Kegagalan Pengobatan Dini - Berkembangnya menjadi malaria berat pada hari H1,
( ETF = Early Treatment Failure) H2, H3 disertai parasitemia
- Parasitemia pada H3 dengan temperatur aksiler>37.5C
- Parasitemia H2 > H0
- Parasitemia H3 >= 25% H0
Kegagalan Pengobatan - Berkembangnya tanda bahaya malaria berat setelah
Kasep H3 dan parasitemia ( jenis parasit = H0)
( LCF = Late Clinical [& - Parasitemia dan temp. aksiler >37.5C pada H4 - H28
Parasitological] Failure )
- Parasitemia H7, H14, H21, dan H28 ( Parasit = H0)
( LPF = Late Parasitological
Failure )
Respon Klinis & - Tidak ada parasitemia sampai D28 dengan abaikan
Parasitologis Adekuat ( ACPR temp. aksiler, tidak sesuai dengan kriteria ETF/
= Adequate Clinical and LCF/LPF.
Parasitological Response)
Terapi Lini kedua
)

11/02/22 56
11/02/22 57
11/02/22 58
11/02/22 59
11/02/22 60
11/02/22 61
11/02/22 62
MALARIA BERAT

11/02/22 63
PENGOBATAN MALARIA BERAT

•Penatalaksanaan kasus malaria berat pada


prinsipnya meliputi :
• Pemberian obat anti malaria
• Penanganan komplikasi
• Tindakan penunjang
• Pengobatan simptomatik

11/02/22 64
PENGOBATAN MALARIA BERAT

•Pengobatan malaria berat di Puskesmas/


Klinik non Perawatan
• harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap.
• Sebelum dirujuk berikan artesunat
intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)

11/02/22 65
Terapi Malaria berat sebelum merujuk
• Dapat diberikan :
• Artesunate atau artemisinin per rectal
• Artesunate atar artemeter im
• Quinine im
PENGOBATAN MALARIA BERAT

• Pengobatan malaria berat di Puskesmas / Klinik


Perawatan atau Rumah Sakit
• Artesunat intravena merupakan pilihan utama.
• Jika tidak tersedia dapat diberikan kina drip
• Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60
mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam
ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
• Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan
sodium artesunat.
• Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCL
0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60
mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus
11/02/22 perlahan-lahan. 67
PENGOBATAN MALARIA BERAT
• Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb i.v. sebanyak
3 kali jam ke 0, 12, 24.
• Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam
sehari sampai penderita mampu minum obat.

11/02/22 68
Kemasan dan cara pemberian
artemeter
• Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi
80 mg artemeter dalam larutan minyak.
• Artemeter diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB i.m.
Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB i.m. satu kali
sehari sampai penderita mampu minum obat.
• Apabila penderita sudah dapat minum obat, maka
pengobatan dilanjutkan dengan regimen dihydroartemisinin-
piperakuin atau ACT lainnya selama 3 hari + primakuin

11/02/22 69
Kemasan dan cara pemberian
kina drip
• Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk
malaria berat.
• Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat
intramuskular/intravena.
• Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida
25%.
• Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.

11/02/22 70
Pemberian kina pada dewasa
1. Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-
hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama
4 jam pertama.
2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb
dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5 %
atau NaCl.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl
0,9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai
penderita dapat minum kina per-oral.

11/02/22 71
Pemberian kina pada dewasa
• Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti
dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali
diberikan tiap 8 jam.
• Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada
orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil.
• Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian kina
perinfus yang pertama.
• Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena
toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
• Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

11/02/22 72
Pengobatan malaria berat pada
ibu hamil
• Artesunat injeksi atau kina HCl drip intravena.

11/02/22 73
Obat-obatan yang tidak
direkomendasikan dipakai pada malaria
berat
• 1) Kortikosteroid dosis tinggi • 8) Acetyl salisilic acid
• 2) Heparin • 9) Obat anti inflamasi lainnya
• 3) Prostacyclin • 10) Epinephrine (adrenalin)
• 4) Iron chelating agent • 11) Cyclosporin A
(desferrioxamine B) • 12) Hyperimmune globulin
• 5) Pentoxifylline • 13) Dichloroacetate
• 6) Dextran berat molekul rendah • 14) Anti-tumor necrosis factor
• 7) Anti edema serebral (urea) antibodies

11/02/22 74
PENANGANAN
KOMPLIKASI

11/02/22 75
Tindakan Penunjang
• Apabila pasien koma, lakukan prinsip ABC (A= Airway, B = Breathing,
C = Circulation)
• Perbaiki Kebutuhan Cairan
• Monitor tanda-tanda vital, keadaan umum, kesadaran, dan perfusi
• jaringan.
• Penderita hipotensi ditidurkan dalam posisi Trendenlenburg.
• Lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk monitoring
parasitemia tiap 24 jam.

11/02/22 76
Pengobatan Simptomatik
• Parasetamol 15 mg/kgbb/kali. Pemberian dapat diulang setiap 4 jam
selain itu penderita dapat dikompres dengan air hangat.

• Jika Kejang : Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan jangan lebih dari


5 mg / menit), bila masih kejang pemberian diazepam diulang setiap
15 menit, pemberian maksimum 100 mg / 24 jam. Sebagai alternatif
dapat dipakai phenobarbital 100 mg im/kali diberikan 2 x sehari.

11/02/22 77
11/02/22 78
11/02/22 79
11/02/22 80
11/02/22 81
11/02/22 82
11/02/22 83
11/02/22 84
11/02/22 85
11/02/22 86
11/02/22 87
11/02/22 88
Pencegahan Malaria
1. Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko malaria
2. Mencegah gigitan nyamuk : menggunakan kelambu berinsektisida,
repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
3. Pengendalian vektor
4. Kemoprofilaksis: Doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini
diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan
pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh
diberikan lebih dari 6 bulan.

11/02/22 89
Thank You !

Hope you like this presentation

Made with by

Anda mungkin juga menyukai