Anda di halaman 1dari 11

KONSEP ASUPAN MINERAL PADA MASYARAKAT DAERAH ALIRAN

SUNGAI
Tugas Mata Kuliah Ekologi Masyarakat Daerah Aliran Sungai
Dosen Pengampu: Vivien Dwi PurnamasariS.KM., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Esti Vita Wulansari 10320020


2. Asna Mardhatilla Wardhani 10320012
3. Zuzna Qurotul Ainia 10320053
4. Shinta Pratama 10320048
5. Nanda Ferlyansin Tersandy 10320036
6. Tyara Ayu Kusuma 70121010
7. M. Al Anwar 10322089

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022/2023
A. Pengertian Mineral
Selain vitamin pada makanan, manusia dan hewan memerlukan sejumlah
unsur kimiawi dalam bentuk anorganik untuk pertumbuhan dan fungsi biologi yang
normal. Salah satunya adalah mineral, mineral menempati 4% bagian dari penyusun
tubuh manusia. Mineral adalah nutrien (zat gizi) esensial yang dibutuhkan oleh
manusia dalam jumlah kecil, supaya tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan
baik. Mineral merupakan komponen inorganik yang terdapat dalam tubuh manusia.
Dalam Poedjiadi (2009), yang dimaksud dengan mineral adalah unsur-unsur yang
berada dalam bentuk sederhana. Dalam ilmu gizi mineral biasa disebut unsur-unsur
mineral atau nutrien/zat gisi anorganik. Istilah mineral dapat mempunyai
bermacam-macam makna, sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu
kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam
alam. Pandangan Nutrisi menyebutkan bahwa mineral adalah bahan anorganik yang
dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas

B. Fungsi Mineral
Mineral yang kita butuhkan dapat ditemukan dalam makanan. Dalam
berbagai macam makanan, seperti daging, sereal, ikan, susu, sayur mayur,
buahbuahan dan kacang-kacangan dapat kita temukan mineral dalam berbagai
jumlah. Mineral memiliki fungsi, yaitu:
1. Sebagai bagian pembentukan struktur kerangka tubuh atau farmasi struktur
skeleton jenis mineral yang terbanyak adalah kalsium dan fosfor yang terdapat
pada kerangka tubuh dan gigi
2. Mempertahankan tingkat koloidal cairan tubuh dan mengatur beberapa sifat
fisik sistem koloid, seperti tekanan osmotik, viskositas, difusi
3. Regulasi keseimbangan asam basa. Ion-ion anorganik membantu mengatur
keseimbangan asam basa. Untuk mempertahankan aktivitas organisme secara
normal maka pH darah dan cairan-cairan tubuh lainnya harus tetap dalam
kisaran yang relatif sempit
4. Komponen dari hormon
5. Komponen atau aktivator enzim atau sebagai kofaktor
6. Mengontrol keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel
7. Berperan dalam proses pembentukan energi dari makanan
8. Sebagai katalist berbagai reaksi biokimawi dlm tubuh
9. Transmisi sinyal / pesan pada sel saraf

C. Karakteristik Masyarakat DAS


Perbandingan Faktor Biofisik dan Sosial Ekonomi Antara DAS di Bagian
Hulu dan Hilir (FAO and IRRI, 1995).
1. Daerah Hilir
a. Faktor Biofisik
 Topografi datar
 Erosi yang terjadi kecil
 Penutupan lahan bukan hutan
 Tanah umumnya subur (akibat sedimentasi)
 Pengolahan tanah intensif dan umumnya telah beririgasi baik
b. Faktor Sosial Ekonomi
 Infrastruktur baik
 Aksebilitas tinggi
 Tingkat pendidikan tinggi
 Berorientasi pasar
 Lahan banyak dimiliki pribadi
 Adanya percampuran budaya
 Tenaga kerja upahan
 Tingkat kesejahteraan relative tinggi
 Teknologi sudah kompleks
 Keterlibatan LSM sedikit
2. Daerah Hulu
a. Faktor Biofisik
 Bergelombang, berbukit, gunung
 Rawan terhadap terjadinya erosi
 Didominasi oleh hutan
 Tanah umumnya marjinal
 Pengolahan tanah masih ekstensif dan merupakan lahan kering
b. Faktor Sosial Ekonomi
 Infrastrktur jelek
 Aksebilitas rendah
 Tingkat pendidikan rendah
 Orientasi masih subsisten
 Lahan banyak milik pemerintah
 Jarang terjadinya percampuran budaya
 Tenaga kerja berasal dari keluarga
 Tingkat kesejahteraan rendah
 Teknologi masih sederhana
 Keterlibatan LS banyak

D. Pola Asupan Mineral Masyarakat DAS


1. Perbedaan asupan cairan berdasarkan jenis kelamin
Perbedaan asupan cairan berdasarkan jenis kelamin umumnya
penduduk dengan jenis kelamin laki-laku memiliki asupan lebih tinggi
dibanding perempuan. Data dari NHANES III (National Health and
Nutrition Examination Survey) menyebutkan bahwa perbedaan asupan air
antara kelompok yang aktif dan tidak aktif pada pria 0,6 liter dan untuk
wanita 0,5 liter. Data NHANES III menunjukkan rata-rata asupan air dari
makanan dan minuman pada remaja (1418 tahun) laki-laki sebesar 3,4
Liter/hari dan perempuan 2,5 Liter/hari. asupan air makanan dan minuman
dewasa (31-50 tahun) pria sebesar 3,85 Liter/hari dan wanita 3,10 Liter/hari.
Penelitian di Amerika Serikat oleh Institute Of Medicine (IOM)
menunjukkan asupan air sebesar 1.764mL/hari, dengan rincian air putih 673
mL, susu 312 mL, teh dan kopi 360 mL, dan minuman ringan 420 mL per
hari.

2. Perbedaan asupan cairan berdasarkan kelompok umur


Pada kelompok umur 14-18 tahun adalah masa remaja yang selalu
aktif dan karena kebutuhan air pada usia 14-18 tahun lebih tinggi yaitu 2,2
liter per hari sedangkan pada usia 9-13 tahun adalah sekitar 1,6 – 2,4 liter
per hari. Oleh karena itu, konsumsi air putih pada kelompok usia ini juga
lebih tinggi. The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST)
mengungkap bahwa 46,1% subyek yang diteliti mengalami kurang air atau
hipovolemia ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja (49,5%)
dibanding pada orang dewasa (42,5%). Forum Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) pada tahun 2004 menetapkan jumlah 1.800 mL
hingga 2.800 mL setiap hari sebagai kebutuhan bagi orang dewasa, namun
perlu diingat bahwa nilai tersebut dapat meningkat hingga 3 kali karena
aktifitas fisik dan suhu lingkungan. Berkaitan dengan kebutuhan tersebut,
hasil analisis data konsumsi pangan berskala nasional yang dilakukan oleh
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa
pada kelompok usia remaja, dewasa wanita dan dewasa pria, rata-rata
pemenuhan asupan air masing-masing adalah 71,5 ± 29,4%, 79,9 ± 31,7%
dan 64,8 ± 23,3%.

3. Perbedaan asupan cairan berdasarkan tipe daerah penduduk


Asupan rata-rata cairan dari air putih penduduk tertinggi terdapat
pada tipe daerah perkotaan, sementara terendah terdapat pada tipe daerah
pedesaan. Hal ini dikarenakan faktor aktivitas penduduk perkotaan lebih
kompleks dibandingkan penduduk pedesaan serta faktor-faktor lain seperti
polusi dan cuaca. Serta sejalan dengan penelitian WHO dan UNICEF bahwa
38,3%* rumahtangga di pedesaan tidak tersedia cukup air bersih
(*Pemakaian <20 L/org/hr, sarana baik dan dalam radius&jarak >1 km).
Kebutuhan air pada penduduk dalam lingkungan panas adalah sebesar 6
liter, sedangkan pada mereka yang bekerja sangat aktif, butuh lebih dari 6
liter. Penduduk aktif dalam lingkungan dingin membutuhkan air sebanyak 3
liter sedangkan pada mereka yang sangat aktif membutuhkan 4 liter.

E. Angka Kecukupan Mineral Yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)


Sumber : Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia.

F. Akibat Kekurangan Mineral


Defisiensi terhadap mineral dapat menjadi masalah bagi kesehatan manusia
sehingga menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh. Banyak yang tidak
mengetahui bahwa gejala yang dirasakan pada tubuh merupakan akibat dari
defisiensi suatu mineral tertentu sehingga seringkali terlambat untuk diketahui dan
mengakibatkan perlunya kunjungan ke dokter.
Jika asupan mineral mikro kurang dari kebutuhan sehari yang di anjurkan
maka akan berdampak pada fungsi metabolik tubuh yang menurun sehingga
keadaan tubuh tidak optimal dan sebaliknya jika asupan mineral mikro berlebih
maka dampak yang akan terjadi yaitu gejala keracunan (Pattola dkk. 2020).
Berikut beberapa akibat dari adanya defisiensi terhadap masalah kesehatan :
1. Kekurangan Zat Besi
Jika tubuh mengalami kekurangan zat besi dampak yang bisa terjadi
yaitu gangguan pada pernapasan, anemia, pucat, lelah, kuku menjadi
rapuh, mudah merasa dingin, inflamasi pada lidah. Peranan zat besi yaitu
sebagai sistem pertahanan tubuh dan juga dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin), dan juga berperan sebagai
komponen untuk membentuk Mioglobin, dan kolagen
2. Kekurangan Zinc
Kekurangan zinc dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual, terutama pada remaja. Kekurangan zinc akan
mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu
makan, penurunan indra perasa serta memperlambat penyembuhan luka
pada tubuh (Festi, 2018). Kekurangan zinc dapat menyebabkan
menurunnya imun tubuh terhadap penyakit infeksi.
3. Kekurangan Tembaga
Metabolisme tembaga dan metabolisme zat besi berkaitan sehingga
jika terjadi kekurangan tembaga didalam tubuh akan menebabkan
gangguan pada proses mobilisasi zat besi sehingga dapat memicu
terjadinya penyakit anemia.
4. Kekurangan Kalsium
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.
Pada usia dewasa, terutama diatas 50 tahun akan kehilangan kalsium dan
tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Kekurangan kalsium
dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia
pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D
dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor mineralisasi
matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium didalam tulang
menurun.
5. Kekurangan Magnesium
Defisiensi magnesium dapat memicu vasokonstriksi dan
memperberat kerusakan endotel pembuluh darah yang dapat berkembang
menjadi aterosklerosis. Menurut studi Amighi dkk , dengan kadar
magnesium < 0,76 mmol/L secara signifikan meningkatkan resiko
kejadian neurologis 3,29 kali. Lebih lanjut kadar magnesium yang
rendah ditemukan peningkatan stadium klinis dari penyakit arteri coroner

G. Cara Pencegahan Kekurangan Mineral

Cara pencegahan kekurangan mineral

1. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, terutama makanan yang memiliki


kandungan mineral tinggi.
2. Mencukupi kebutuhan cairan, tidak hanya dari air tetapi juga dapat dari buah,
sayuran, dan air kelapa.
3. Meminum suplemen tambahan jika diperlukan.
4. Memenuhi kebutuhan mineral dengan menjaga asupan mineral makro dan
mikro, seperti zat besi, yodium, kalsium dan zat mineral lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar HM, Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat: Institut Pertanian Bogor

Agustini, Rudiana. 2019. “MINERAL Fungsi Dan Mekanisme.” 163.

Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. (2020). Intervensi Pencegahan dan
Penanganan Kekurangan Zat Gizi Mikro. Retrieved from Kemenkes:
https://gizi.kemkes.go.id/home/blogdetail/71/

Gide, A. (1967). Pembahasan Kalsium. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),


951–952., 5–24.
Labellapansa, A., & Timur Boyz, A. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Dini Defisiensi
Vitamin Dan Mineral. Jurnal Informatika, 10(1), 1156–1163.
https://doi.org/10.26555/jifo.v10i1.a3347

Ransum, G. N., Punuh, M. I., & Kandou, G. D. (2021). Gambaran Kecukupan Mineral
Mikro Pada Mahasiswa Semester 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesmas, 10(1), 50–58.

Rahmawati, A. K., Krisnamurni, S., & Jaelani, M. (2012). Asupan Magnesium, Kadar
Magnesium Serum Dan Tekanan Darah Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi. 54.

Anda mungkin juga menyukai